You are on page 1of 3

ATRESIA DUODENUM

A. DEFINISI
Atresia duodenum adalah tidak adanya atau tersumbatnya sebagian duodenum secara
kongenital, ditandai dengan muntah-muntah beberapa jam setelah lahir, berhentinya gerakangerakan usus setelah satu sampai tiga hari, dan biasanya peregangan epigastrium.
B. ETIOLOGI
Atresia duodenum merupakan kelainan bawaan yang etiologinya beum diketahui
secara jelas. Akan tetapi beberapa penelitian mengatakan bahwa atresia duodenum merupakan
akibat dari gangguan perkembangan embriologi saat dalam masa kehamilan.
Duodenum dibentuk dari bagian akhir usus depan dan bagian sefalik usus tengah.
Titik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat di sebelah distal pangkal tunas hati. Ketika
lambung berputar, duodenum mengambil bentuk melengkung seperti huruf C dan memutar ke
kanan. Perputaran ini, bersama-sama dengan tumbuhnya kaput pankreas, menyebabkan
duodenum membelok dari posisi tengahnya yang semula ke arah sisi kiri rongga abdomen.
Duodenum dan kaput pankreas ditekan ke dinding dorsal badan, dan permukaan kanan
mesoduodenum dorsal menyatu dengan peritoneum yang ada di dekatnya. Kedua lapisan
tersebut selanjutnya menghilang, dan duodenum serta kaput pankreas menjadi terfiksasi di
posisi retroperitoneal. Dengan demikian seluruh pankreas menjadi terletak di retroperitonal.
Mesoduodenum dorsal menghilang sama sekali kecuali di daerah pilorus lambung, dimana
sebagian kecil duodenum tetap intraperitoneal. Selama bulan kedua, lumen duodenum
tersumbat oleh proliferasi sel di dindingnya. Akan tetapi, lumen ini mengalami rekanalisasi
segera sesudahnya.
Atresia duodenum diduga timbul dari kegagalan rekanalisasi lumen setelah fase padat
pada perkembangan usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5. Insiden atresia
duodenum adalah satu dalam 10000 kelahiran dan meliputi sekitar 24-40% dari semua atresia
usus. Setengah dari penderita dilahirkan premature. Syndrome Down terjadi pada 20-30%
penderita atresia duodenum. Anomali bawaan yang lain yang disertai atresia duodenum adalah
malrotasi (20%), atresia oesophagus (10-20%), penyakit jantung bawaan (10-15%) dan
anomali anorektal serta ginjal (5%).

C. GEJALA KLINIS
-

Bayi sering muntah berwarna hijau (mengandung empedu) yang proyektil segera

setelah lahir.
Berat badan menurun sukar bertambah
Perut kembung di daerah epigastrium
Adanya gelombang peristaltik pada proses awal penyakit ini
Adanya riwayat polihidramnion pada pertengahan kehamilan
Ikterik 1/3 bayi
Tanda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal tinggi. Atresia

duodenum ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Seringkali
muntahan tampak biliosa, namun dapat pula non-biliosa karena 15% kelainan ini terjadi
proksimal dari ampula Vaterii. Jarang sekali, bayi dengan stenosis duodenum melewati deteksi
abnormalitas saluran cerna dan bertumbuh hingga anak-anak, atau lebih jarang lagi hingga
dewasa tanpa diketahui mengalami obstruksi parsial. Sebaiknya pada anak yang muntah
dengan tampilan biliosa harus dianggap mengalami obstruksi saluran cerna proksimal hingga
terbukti sebaliknya, dan harus segera dilakukan pemeriksaan menyeluruh.
Setelah dilahirkan, bayi dengan atresia duodenal khas memiliki abdomen skafoid.
Kadang dapat dijumpai epigastrik yang penuh akibat dari dilatasi lambung dan duodenum
proksimal. Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan biasanya tidak
terganggu. Dehidrasi, penurunan berat badan, ketidakseimbangan elektrolit segera terjadi
kecuali kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi segera diganti. Jika hidrasi intravena
belum dimulai, maka timbullah alkalosis metabolik hipokalemi/hipokloremi dengan asiduria
paradoksikal, sama seperti pada obstruksi gastrointestinal tinggi lainnya. Tuba orogastrik pada
bayi dengan suspek obstruksi duodenal khas mengalirkan cairan berwarna empedu (biliosa)
dalam jumlah bermakna. Radiografi polos yang menunjukkan gambaran double-bubble tanpa
gas pada distalnya adalah gambaran khas atresia duodenal. Adanya gas pada usus distal
mengindikasikan stenosis duodenum, web duodenum, atau anomali duktushepatopankreas.
Kadang kala perlu dilakukan pengambilan radiograf denganposisi pasien tegak atau posisi
dekubitus. Jika dijumpai kombinasi atresia esofageal dan atresia duodenum, disarankan untuk
melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
D. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Berdasarkan anamnesis biasanya akan didapatkan riwayat muntah berwarna hijau


yang proyektil segera setelah lahir dan adanya riwayat polihidramnion selama kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan kuning pada sklera, bising usus dalam batas
normal, tidak didapatkan adanya distensi abdomen, dan tampak kuning pada kulit.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis atresia
duodenum adalah
E. PENATALAKSANAAN

You might also like