You are on page 1of 30

PAPER KOMUNIKASI BROADBAND

Analisis Kualitas Jaringan Internet Berbasis HSDPA Pada Jaringan XL di


Wilayah Padang Utara

KELAS / GROUP

: TT-5D / 06

NAMA KELOMPOK

: 1. GUSTI PRABOWO RANDU B (3314130014)


: 2. M. LUTFHI BERITSA

(3314130066)

: 3. PUTRI LEMUEL

(3314130057)

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
TAHUN 2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang............................................................................... 1

1.2

Tujuan......................................................................................... 2

1.3

Metode Penilitian............................................................................2

BAB II..................................................................................................... 3
TEORI DASAR.......................................................................................... 3
2.1

Teknologi HSDPA......................................................................3

2.1.2

Skema Struktur Jaringan HSDPA.....................................................7

2.1.3

Model Kanal pada HSDPA.............................................................................8

2.1.4

Handover pada Sistem HSDPA...................................................................... 8

2.1.5

QOS (Quailty of Service).................................................................................9

2.1.6

Parameter Kinerja Handover pada HSDPA.....................................................9

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Metode Penelitian.........................................................................................11

3.2

Pengukuran Kinerja......................................................................................16

3.3

Hasil dan Analisa..........................................................................................17

BAB IV.................................................................................................. 25
PENUTUP............................................................................................... 25
4.1.

KESIMPULAN............................................................................25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 27

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman ini kebutuhan teknologi terus berkembang begitupula dengan
koneksi internet . pada era digital ini koneksi internet sangan dibutuhkan oleh
berbagai jenis perusahaan dan lapisan masyarakat. Untuk terkoneksi internet
dapat dilakukan dengan berbagai cara , baik dengan memasangan wifi, speedy
yang melalui LAN atau melalu telekomunikasi seluler dengan menggunakan
teknologi bebrbasis High Speed Downlink Packet Access (HSDPA).
Kebutuhan pelanggan yang membutuhkan internet dengan kecepatan
tinggi dan dapat di akses dimana saja maka munculah pengembangan tentang
teknologi bebrbasis Wideband Code Division Multiple Access

(WCDMA),

yang merupakan HSDPA dengan kecepatan downlink sampai dengan 3.6 Mbps
dan Bandwith sebesar 5 MHz.
Teknologi HSDPA mempunyai tujuan utama yaitu , untuk meningkatkan
throughput dari sisi downlink dan mengurangi delay. Fator yang
mempengaruhi turunnya kualitas signal pada HSDPA ialah daerah yang padat
penduduk (urban) dikarenakan meningkatnya jumlah paket data yang akan
dikirimkan sehingga delay data pun besar dan banyak terdapat gedung gedung
bertingkat yang dapat mengganggu proses propagasi gelombang atau disebut
redaman propagasi yang menyebabkan suatu paket hilang pada saat
pentransmisian yang sangat berpengaruh pada besarnya throughput.
ITU-T mendevenisikan kualitas jaringan yang dinyatakan dalam QoS. QoS
merupakan istilah umum untuk menyatakan efek dari kualitas sebuah layanan
secara keseluruhan dari sudut pandang user. Menurut Teuku (2010:25) ada
tiga parameter yang dapat menentukan QoS pada jaringan adalah delay,
packet loss, dan throughput. Untuk menganalisis kualitas jaringan internet
berbasis HSDPA dapat dilakukan dengan pengukuran parameter delay, packet
loss, dan throughput kemudian dibandingkan dengan standar TIPHON.

Sehingga penulis membuat paper dengan lingkup HSDPA dengan judul


jurnal ANALISIS KUALITAS JARINGAN INTERNET BERBASIS HSDPA
PADA JARINGAN XL DI WILAYAH PADANG UTARA Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hasil pengukuran
kualitas jaringan internet berbasis HSDPA berdasarkan parameter delay,
packet loss, dan throughput pada jaringan XL di wilayah Padang Utara.

1.2 Tujuan
Menganalisis kualitas jaringan internet dengan basis HSDPA pada provider
seluler XL di wilayah Padang Utara sehingga mendapatkan kualitas jaringan
yang baik.

1.3 Metode Penilitian


Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simulasi pada
jaringan yang dipantau dengan software Axence NetTools dengan parameter
berdasarkan pengukuran delay (waktu tunda), packet loss (packet hilang), dan
throughput..
.

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Teknologi HSDPA

Gambar 1. Evolusi Teknologi Seluler

High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) adalah suatu teknologi


terbaru dalam sistem telekomunikasi bergerak yang dikeluarkan oleh 3GPP
Release 5 dan merupakan teknologi generasi 3,5 (3,5G). Teknologi yang
juga merupakan pengembangan dari WCDMA, sama halnya dengan CDMA
2000 yang mengembangkan EV-DO ini didesain untuk meningkatkan
kecepatan transfer data 5 kali lebih tinggi. HSDPA mempunyai layanan
berbasis paket data di WCDMA downlink dengan data rate mencapai 14,4
Mbps dan bandwith 5 MHz pada WCDMA downlink pada jenis layanan
streaming, dimana layanan data ini lebih banyak pada arah downlink
daripada uplink, atau dengan kata lain user lebih banyak men-download
daripada meng-upload.
Selain dapat meningkatkan kecepatan transfer data, ada beberapa
kelebihan dari HSDPA, yaitu :

High Speed Downlink Shared Channel( HS DSCH ), dimana kanal


tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dengan pengguna lain.
Transmission Time Interval ( TTI ) yang lebih pendek, yaitu 2 ms,
sehingga kecepatan transmisi pada layer fisik dapat lebih cepat.
Menggunakan teknik penjadwalan atau scheduling yang cepat
Menggunakan Adaptive Modulation and Coding ( AMC )
Menggunakan fast Hybrid Automatic Response Request (HARQ)
2.1.1

Karakteristik Sistem HSDPA


Sistem HSDPA yang mulai digunakan di Indonesia pada sistem internet

broadband berbasis jaringan seluler GSM adalah sebagai berikut:


1. Adaptive Modulation and Coding (AMC) merupakan teknologi utama
yang menyebabkan HSDPAmencapai data rate jauh lebih besar dari sistem
sebelumnya. Sistem CDMA biasanya menggunakan skema modulasi
konstan (misalnya M-PSK) dan fast power control agar segera dapat
menyesuaikan dengan kondisi kanal. Sebaliknya, AMC menggunakan
power tetap sementara skema modulasi dan coding yang berubah sesuai
kondisi kanal.Hasilnya meningkatkan throughput ratarata karena level MCS
(Modulation and Coding Scheme) yang diberikan semakin tinggi sesuai
kondisi yang diinginkan pengguna.
2. Hybrid Automatic Repeat Request (ARQ ), meskipun level MCS
digunakan untuk menjamin berhasilnya proses transmisi, kegagalan masih
saja terjadi pada sistem nirkabel. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
interferensi antar pengguna dan pemancar. Pada keadaan normal rata-rata
10-30% transmisi pertama harus diulangi agar berhasil. Dengan demikian,
pemilihan protocol retransmisi menjadi vital dalam kinerja sistem
komunikasi nirkabel.

Mode

3GPP

kemampuannya

menetapkan
mengirim

HARQ
kembali

untuk
dengan

retransmisi

karena

cepat.

HARQ

diimplementasikan pada layer MAC (Medium Access Control) sebagai


6

pengganti layer RLC (Radio Link Control) yang banyak digunakan untuk
protokol transmisi data yang lain. Lapisan MAC diletakkan pada radio
interface yang berhubungan langsung dengan UE sehingga menurunkan
delay.
Pada keadaan normal NACK diminta kurang dari 10 ms pada layer
MAC padahal dengan RLC dibutuhkan antara 80-100 ms. Dengan
menurunkan delay pada proses retransmisi, protokol internet yang telah
diperkenalkan pada release 4 mudah diimplementasikan. Hal tersebut
mendukung diterapkannya berbagai aplikasi seperti internet dan FTP. Untuk
membatasi kompleksitas proses retransmisi, 3GPP menetapkan protocol
SAW (Stop and Wait).

Protokol SAW bekerja dengan cara mengirimkan suatu paket dan


menunggu respon UE. Yang menjadi masalah adalah jika sistemidle (diam)
dan tidak merespon. Agar efisien, 3GPP memilih protokol N-channel SAW.
Saat sebuah kanal N menunggu ACK atau NACK, kanal (N-1) terus
mengirimkan data.Nilai N masih dievaluasi antara 2 dan 4.HARQ
menggunakan buffer virtual untuk mengirimkan salinan data yang dikirim
sebelumnya.
Saat retransmisi diminta, data yang rusak dibandingkan dengan salinan
pada buffer untuk menentukan kualitas koding sehingga proses retransmisi
segera berhasil dilakukan. Hal tersebut akan meningkatkan rata-rata
throughput.

3. Fast Scheduling, perubahan dasar yang dilakukan adalah penjadwalan


pada Node B. Dengan cara inilah respon terhadap perubahan kondisi kanal
segera dilakukan untuk menjamin layanan untuk UE. Tiga cara penjadwalan
dipakai dalam sistem HSDPA yaitu Round Robin (RR), Maximum C/I, dan
Proportional Fair (PF). Penjadwalan RR bekerja berdasarkan posisi antrian,
first in first out.

Meskipun paling sederhana dan fair, kondisi kanal yang dipakai UE


tidak dijadikan pertimbangan. Sebagai konsekuensinya pengguna tetap
dijadwal meskipun kondisi kanal buruk Algoritma Maximum C/I
menjadwal UE ketika memiliki nilai SIR tertinggi di antara UE lain dalam
suatu sel. Asumsinya seluruh UE memiliki level MCS tertinggi untuk
melakukan transmisi. Hal tersebut kurang adil karena menyebabkan hampir
setengah pengguna sel tidak memperoleh pelayanan yang cukup. PF
merupakan bentuk kompromi antara RR dan Maximum C/I. PF bekerja
berdasarkan keseimbangan antara rata-rata SIR yang diperoleh dengan SIR
pada waktu tertentu. Hasilnya setiap pengguna dilayani saat kondisi kanal
mendukung. Lebih fair karena kondisi kanal waktu tertentu pasti lebih baik
daripada rata-ratanya

4. Handover ( Fast Cell Selection ), perpindahan UE antarsel pada sistem


CDMA pada umumnya menggunakan prosedur soft handover. Akan tetapi
HSDPA menggunakan cara yang lebih cepat dengan hard handover dengan
teknologi yang disebut FCS (Fast Cell Selection). FCS bekerja dengan
memantau level SIR seluruhnode B dalam jangkauan UE lalu diarahkan
pada node B yang dapat memberikan SIR lebih tinggi (power CPICH yang
lebih tinggi).

Aktivitas downlink hanya dapat dilakukan pada satu node B. Jika


terdapat node B yang memberikan level SIR yang lebih tinggi pada daerah
perpindahan, seharusnya RNC yang bertanggung jawab melakukan proses
handover. Dengan FCS, maka dilakukan internode handover ke node B
yang baru. Hal ini bertujuan untuk menurunkan delay dalam prosedur
handover.

2.1.2

Skema Struktur Jaringan HSDPA

Skema struktur jaringan HSDPA pada umumnya terdiri dari beberapa


bagian sebagai berikut :
1. UE (Unit Equipment ) merupakan perangkat atau terminal pada sisi
pelanggan yang berupa headset untuk mengirim dan menerima informasi.
2. Node B (Base Transceiver Station) merupakan perangkat untuk
mengkonversi aliran data antara interface Uu dan Iub, juga berperan dalam
radio resource management.
3. RNC ( Radio Network Controller ) di GSM disebut BSC : bertanggung
jawab untuk mengontrol sumber radio dalam jaringan (satu atau lebih
Node B terhubung ke RNC). Suatu RNC yang dengan beberapa Node B
membentuk Radio Network Subsistem (RNS).
4. Core Network, terdiri dari dua bagian yaitu SGSN dan GGSN dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Serving GPRS Support Node (SGSN) : berfungsi sama halnya
seperti MSC/VLR tetapi secara khusus digunakan untuk pelayanan
Packet Switched (PS).
b. Gateway GPRS Support Node (GGSN) : berfungsi sama halnya
seperti GMSC tetapi berhubungan dengan pelayanan-pelayanan
Packet Switched (PS).

2.1.3

Model Kanal pada HSDPA


Untuk mengimplementasikan HSDPA, tiga kanal baru ditambahkan

pada platform WCDMA. Terdiri atas High Speed Downlink Shared Channel
(HS-DSCH), High Speed Shared Control Channel (HS-SCCH), dan Uplink
High Speed Dedicated Physical Control Channel (HS-DPCCH).High Speed
Downlink Shared Channel (HS-DSCH) disediakan sebagai kanal sharing
baru untuk membawa beberapa DCH (Dedicated Transport Channel) dalam
satu frekuensi.
Kanal transport dituntut mampu membawa data yang besar secara
efisien untuk memberikan data rate yang tinggi. Data dimultipleks dalam
domain waktu dan dikirim dalam beberapa TTI (Transmission Time
Interval). Setiap TTI terdiri atas 3 slot waktu yang masing-masing 2 ms.
Digunakan

konstan

SF

(Spreading

Factor)

16

untukproses

code

multiplexing sehingga tersedia 15 kanal paralel. Kanal tersebut dapat


diberikan untuk satu pengguna sepanjang TTI atau dibagi dengan beberapa
pengguna tergantung beban sel, kebutuhan QoS (Quality of Services), dan
kemampuan UE (User Equipment).

2.1.4

Handover pada Sistem HSDPA


Handover merupakan fasilitas dalam sistem seluler untuk menjamin

adanya kontinuitas komunikasi apabila pelanggan bergerak dari satu cell ke


cell lain. Pergerakan user mengakibatkan perubahan yang dinamis terhadap
kualitas link dan tingkat interferensi dalamsistem, oleh karena itu dibutuhkan
sebuah mekanisme perancangan handover yang handal yang diharapkan
dapat meningkatkan performansi jaringan. Proses Handover terjadi karena
kualitas atau daya rasio turun di bawah nilai yang dispesifikasikan dalam
BSC. Penurunan level sinyal ini dideteksi dari pengukuran yang dilakukan
MS maupun BTS. Konsekuensinya handover ditujukan ke sel dengan sinyal
lebih besar.Selain itu, handover dapat terjadi apabila traffic dari sel yang
dituju sudah penuh.Saat MS melewati sel, dialihkan ke neighbouring cell

10

dengan beban traffic yang lebih kecil. Handover dapat dilakukan melalui tiga
cara yaitu : melalui MS (Mobile initiated) : MS melakukan pengukuran
kualitas, memilih node B terbaik dan tersambung ke node B tersebut di bantu
oleh jaringan. Handover ini biasanya di picu oleh kualitas hubungan yang
buruk berdasarkan pengukuran MS.
2.1.5

Qualty of Service (QoS)


HSDPA Quality ofService merupakan kemampuan suatu jaringan

untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik data tertentu dalam
berbagai jenis platform teknologi QoS tidak diperoleh langsung dari
infrastruktur

yang

ada,

melainkan

diperoleh

dengan

mengimplementasikannya pada jaringan yang bersangkutan.QoS pada


HSDPA adalah parameter- parameter yang menunjukkan kualitas paket
dataJaringan. Aplikasi dari layanan HSDPA ada 2 yaitu aplikasi real time dan
aplikasi non real time.Untuk aplikasi real time, contohnya video call, video
streaming, VOIP, Video on Demand, tidak dapat mentolerir delay dan packet
loss.

2.1.6

Parameter Kinerja Handover pada Jaringan HSDPA

1.

Throughput, di dalamjaringan telekomunikasithroughput adalah


jumlah data persatuan waktu yang dikirim untuk suatu terminal
tertentu di dalam sebuah jaringan, dari suatu titik jaringan atau suatu
titik ke titik jaringan yang lain. Sistem throughput atau jumlah
throughput adalah jumlah rata-rata data yang dikirimkan untuk semua
terminal pada sebuah jaringan.

2.

Probabilitas Dropping atau Packet Loss terjadi ketika ada peak load
dan congestion( kemacetan transmisi paket akibat padatnya traffic
yang harus dilayani) dalam batas waktu tertentu, maka frame
(gabungan data payload dan header yang ditransmisikan ) suara akan
dibuang sebagaimana perlakuan terhadap frame data lainnya pada
11

jaringan berbasis IP. Packet loss untuk aplikasi voice dan multimedia
dapat ditoleransi sampai dengan 20%.

BAB III
PEMBAHASAN
12

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi


(2010:234) penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan
/melukisksn apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dengan
demikian penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan ataumenjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Maka penelitian ini
menggambarkan bagaimana kondisi variabel-variabel penelitian saat ini tanpa
ada variabel yang dimanipulasi. Berdasarkan pengertian dara penelitian
deskriptif yang telah dikemukakan, penelitian akan mengemukakan kualitas
jaringan berbasis HSDPA yang dipantau dengan software Axence NetTools
dengan parameter berdasarkan pengukuran delay (waktu tunda), packet loss
(packet hilang), dan throughput.

ITU-T mendefinisikan kualitas jaringan yang dinyatakan dalam Quality


of Service (QoS). QoS merupakan istilah umum untuk menyatakan efek dari
kualitas layanan secara keseluruhan dari sudut pandang User. Menurut Teuku
(2010:25) ada tiga parameter yang dapat menentukan QoS pada jaringan
HSDPA dilihat dari sudut pandang user adalah delay, packet loss, dan
throughput.

Pengukuran terbagi dalam beberapa tahap yaitu :

1. Pengukuran delay, delay menurut Agus (2012:7) adalah waktu yang


dibutuhkan untuk mengirimkan data dari sumber ketujuan. Kualitas
jaringan sangat dipengaruhi oleh besrnya delay. Standar TIPHON dalam
Agus (2012:7) nilai delay dikelompokkan seperti terlihat pada Tabel 1.

13

Tabel 1. Pengelompokkan delay


Delay (ms)
Kualitas
<150
Sangat Bagus
150 300
Bagus
300 450
Sedang
> 450
Jelek
Skenario untuk pengambilan data delay adalah dengan melakukan
pengukuran pada lokasi dan waktu berbeda di kawasan Padang Utara,
pengukuran dilakukan dengan cara melakukan ping ke beberapa remote host
yang berbeda dengan menggunakan tool Axence NetTools, adapun remote host
yang akan digunakan adalah www.google.com, www.facebook.com, dan
www.Yahoo.com. Cara untuk mengetahui delay dengan tool

Axence NetTools adalah dengan memilih fitur NetWatch yang memungkinkan


administrator jaringan untuk memantau ketersediaan beberapa host dan waktu
respon yang tersedia secara over time, selain itu NetWatch juga menyediakan
grafik real time dan historis yang sangat jelas tentang waktu respon.

2. Pengukuran packet loss, Packet loss menurut Agus (2012 : 7) adalah


banyaknya paket data yang hilang selama proses transmisi dari sumber ke
tujuan. Standar TIPHON dikutip dalam Agus (2012:7) packet loss
dikelompokkan seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengelompokkan nilai packet loss


Packet loss

Kualitas

(%)
14

0 - 3%
3 - 15%
15- 25 %
>25 %

Sangat Bagus
Bagus
Sedang
Jelek

Skenario untuk mengukur packet loss adalah dengan melakukan


pengukuran pada lokasi dari waktu berbeda dikawasan Padang Utara.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan ping ke beberapa remote host
yang berbeda menggunakan tool Axence NetTools, adapun remote host yang
digunakan adalah www.google.com, www.facebook.com, dan www.yahoo.com.
Cara mengetahui paket loss dengan tool Axence NetTools ini sama dengan
melakukan pengukuran delay, karena hasil laporan NetWatch juga menunjukkan
statistik packet loss.

3. Pengukuran throughput, Throughput menurut Nurdiana (2013 : 6) adalah


perbandingan antara paket data yang berhasil sampai tujuan, atau bisa juga
diartikan sebagai bandwideth aktual terukur saat pengiriman data. Standar
TIPHON dikutip dalam Dista (2013:3) nilai throughput dikelompokkan seperti
terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengelompokkan nilai throughput
Troughput
(%)
75 100
50 - 75
25 50
> 25

Kualitas
Sangat Bagus
Bagus
Sedang
Jelek

Skenario

untuk

mengukur

throughput

adalah

dengan

melakukan

pengukuran pada lokasi dari waktu berbeda dikawasan Padang Utara. Pengukuran
dilakukan dengan cara melakukan ping ke beberapa remote host yang berbeda
15

dengan tool Axence NetTools, adapun remote host yang digunakan adalah
www.google.com, www.facebook.com, dan www.yahoo.com. Cara mengetahui
throughput dengan Axcence nettools adalah dengan memilih fitur bandwideth,
kemudian masukkan host dan klik bandwideth. Perhitungan persentase nilai
throughput menurut Dista(2013:3 dihitung dengan persamaan berikut:

(%) =

100 %

dimana; = troughput
CUE = kecepatan yang ditawarkan oleh operator

Menurut Riduwan (2012 : 52) Tujuan analisis deskriptif untuk membuat


gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta fakta serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti. Menurut Cooper (1985:10)
hasil dari suatu pengukuran dengan metoda tertentu dapat diramalkan berdasarkan
data contoh (sampel data) tanpa memiliki informasi (keterangan) yang lengkap
mengenai semua faktor-faktor gangguan.

1. Mean (nilai rata-rata)

Menurut Menurut Sudjana (2002: 66) rata-rata untuk data kuantitatif


dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyak data.

1+2+3+4++x=
Keterangan : x

= nilai rata-rata x1, x2,x3, x4, xn = pembacaan yang

dilakukan

= jumlah pembacaan

16

2. Penyimpangan terhadap nilai rata-rataVarians


Menurut Menurut Cooper (1985: 10) penyimpangan (deviasi) adalah
selisih antara suatu pembacaan terhadap nilai rata-rata dalam sekelompok
pembacaan.

Penyimpangan terhadap nilai rata-rata boleh positif atau negatif dan jumlah
aljabar semua penyimpangan tersebut harus nol.

d1 = x1 -

d2 = x2 - dn = xn -

Dimana: d1 = penyimpangan pembacaan pertama x1


d2 = penyimpangan pembacaan kedua x2
dn = penyimpangan pembacaan

ke-n xn

3. Penyimpangan rata-rata

Menurut Cooper (1985: 11) deviasi rata-rata adalah suatu indikasi


ketepatan instrumen-instrumen yang digunakan untuk pengukuran. Instrumeninstrumen yang ketepatannya tinggi akan menghasilkan deviasi rata-rata yang
rendah antara pembacaan-pembacaan

| |

| |

| |

|!|

| |

D=

4. Standart Deviasi
17

Standar deviasi menurut Cooper (1985: 11) mengatakan Deviasi Standar


dari jumlah data terbatas didefinisikan sebagai akar dari penjumlahan semua
penyimpangan (deviasi) setelah dikuadratkan dibagi dengan banyaknya
pembacaan.

"=#

5. Probable Error

Menurut Menurut Cooper (1985: 15) setiap pengamatan akan memiliki


suatu kesalahan acak yang tidak melebihi r, besar r disebut probable error
(kesalahan yang mungkin) r = 0.6745

3.2 Pengukuran Kinerja

a. Throughput

Throughput adalah kecepatan (rate) data efektif, yang diukur dalam


bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang
diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi
interval waktu tersebut.

b. Packet loss

Packet loss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu


kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi
karena collision dan congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh pada
18

semua aplikasi karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara


keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk aplikasiaplikasi tersebut. Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer untuk
menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama,
buffer akan penuh, dan data baru tidak akan diterima.

Nilai packet loss pada layanan multimedia menurut ITU-T G.1010


sebaiknya tidak lebih dari 3 %, dan maksimum adalah 15 %.

c. Delay

Delay didefinisikan sebagai total waktu tunda suatu paket yang


diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi
tujuannya. Besarnya delay yang direkomendasikan oleh ITU-T pada G.1010
untuk layanan real-time sebaiknya dibawah 150 ms, dengan nilai maksimum
yang dapat diterima pengguna adalah sebesar 300 ms.

d. Evaluasi kualitas video

PSNR merupakan subjective quality measure yang banyak digunakan


untuk menganalisa Quality of Service (QoS) dari transmisi video secara
frame by frame. Sedangkan MOS merupakan objective quality measure
untuk mengukur kualitas dari transmisi video digital pada level aplikasi.
Ukuran kualitas ini biasanya diklasifikasikan dalam skala dari 1 (worst)
sampai 5 (best). PSNR dari setiap frame dapat diubah dalam skala MOS
dengan standar seperti berikut:

PSNR (dB)

MOS

Perceived Quality

> 37

Excellent
19

31 37

Good

25 30

Fair

20 24

Poor

< 20

Bad

3.3 Hasil dan Analisa


Hasil dari pengukuran delay, packet loss, dan throughput yang diteliti pada
tanggal 17 November 2015 sampai 21 November 2015 , dengan tiga titik
pengukuran dalam sehari yaitu pagi siang dan malam hari. Hasil pengukuran
dikelompokkan seperti uraian berikut:
1. Hasil pengukuran delay
Berdasarkan hasil pengukuran delay yang dilakukan selama lima hari, maka
dikelompokkan berdasarkan titik pengukuran seperti uraian berikut :

Tabel 4. Pengukuran delay TP 1 pada pagi hari


Waktu
TP 1

Hari
Ke
1
2

Tanggal
17-11-2014
18-11-2014

Delay
(ms)
141.55
132.66
20

3
4
5

19-11-2014
20-11-2014
21-11-2014
Jumlah

141.44
170.44
136.11
722.21

Mean

144.44

Median

141.55

Berdasarkan hasil pengukuran delay pada TP 1, maka bisa ditampilkan kurva


normal dari hasil pengukuran seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva normal delay TP 1


Gambar 1 menunjukkan kurva normal dari data pengukuran delay pada TP 1,
maka dapat diperoleh hasil bahwa data hasil pengukuran delay pada TP 1 cendrung
meningkat karena nilai median (nilai tengah) sebesar 141.55 ms lebih kecil dari pada
nilai Mean sebesar 144.44 ms.

21

Maka dapat diperoleh hasil bahwa data hasil pengukuran delay pada TP 3
cendrung menurun karena nilai median (nilai tengah) sebesar 142.33 ms lebih kecil
dari pada nilai Mean sebesar 139.99 ms.

2. Hasil pengukuran packet loss


Berdasarkan hasil pengukuran packet loss yang dilakukan selama lima hari,
maka dikelompokkan berdasarkan titik pengukuran seperti uraian berikut :
Tabel 5. Pengukuran packet loss TP 1
Packet
Tanggal

Loss (%)

17-11-2014
18-11-2014
19

0.78
0.55
0.00

-11-2014
4
20-11-2014
5
21-11-2014
Jumlah

2.11
0.33
3.77

Tempat Hari

TP 1

Ke
1
2
3

Mean

0.75

Median

0.55

Berdasarkan pengukuran packet loss pada TP 1, maka dapat ditampilkan kurva


normal dari pengukuran seperti terlihat pada Gambar 4.

22

Gambar 4. Kurva normal packet loss TP 1

3. Hasil Pengukuran throughput


Berdasarkan hasil pengukuran packet loss yang dilakukan selama lima hari, maka
dikelompokkan berdasarkan titik pengukuran seperti uraian berikut :
Tabel 6. Pengukuran troughput TP 1

Tempat

Hari

Tanggal

Ke

TP 1

1
17-11-2014
2
18-11-2014
3
19-11-2014
4
20-11-2014
5
21-11-2014
Jumlah

Throughpu
t
(bps)
46860.33
43748.00
44455.44
45709.89
44270.56
225044.22

Mean

45008.84

Median

44455.44

23

Berdasarkan pengukuran throughput pada TP 1, maka dapat dilihat kurva normal


seperti terlihat pada Gambar 7.

Gambar 5. Kurva normal throughput TP 1

Gambar 7 menunjukkan kurva normal dari data pengukuran throughput pada TP


1, maka dapat diperoleh hasil bahwa data hasil pengukuran throughput pada TP 1
cendrung naik, karena nilai median (nilai tengah) sebesar 44455.44 ms lebih kecil dari
pada nilai Mean sebesar 45008.84 ms.

Berdasarkan uraian hasil pengukuran delay, packet loss, dan throughput diatas, maka
hasil

pengukuran

dapat

dibandingkan

berdasarkan

titik-titik

pengukuran

dan

perbandingannya terhadap standar TIPHON sebagai patokan untuk mengetahui kualitas


jaringan seperti terlihat pada uraian berikut;

1. Menentukan kualitas jaringan berdasrkan parameter delay menurut standarisasi

TIPHON.

Tabel 7. Perbandingan pengukuran delay berdasarkan titik pengukuran


TP 1

TP 2

TP 3

17- Nop

(ms)
141.5

(ms)
135.6

(ms)
136.6

18- Nop

5
132.6

6
141.4

6
143.7

Tanggal

24

19- Nop

6
141.4

4
132.3

7
155.4

20- Nop

4
170.4

3
132.5

4
142.3

21- Nop

4
136.11

5
130.4

3
141.7

Jumlah

722.2

4
672.4

7
719.9

Rara -

1
144.4

2
134.4

8
139.9

rata

4
8
9
Berdasarkan Tabel 7. Maka dapat dilihat nilai rata-rata delay pada TP1, TP 2, dan

TP 3, dengan nilai 144.44 ms, 134.48 ms, dan 139.99 ms. Maka berdasarkan nilai
tersebut nilai kualitas delay pada masingmasing tititk pengukuran bernilai <150 ms,
berarti kualitas delay dikatakan sangat bagus berdasarkan standarisasi TIPHON
mengacu pada Tabel 1.

2. Menentukan kualitas jaringan berdasarkan parameter packet loss menurut standarisasi

TIPHON.
Tabel 8. Perbandingan pengukuran packet loss berdasarkan titik pengukuran

Tanggal
17- Nop
18- Nop
19- Nop
20- Nop
21- Nop
Jumlah
Rara -

TP 1

TP 2

TP 3

(%)
0.78
0.55
0.00
2.11
0.33
3.77
0.77

(%)
0.55
0.67
1.33
0.55
1.22
4.32
0.86

(%)
3.22
1.00
0.78
0.44
5.78
11.21
2.24

rata

Berdasarkan Tabel 14. Maka dapat dilihat nilai rata-rata packet loss pada TP1, TP
2, dan TP 3, dengan nilai 0.77 %, 0.86 %, dan 2.24 %. Maka berdasarkan nilai tersebut
25

nilai kualitas delay pada masing-masing tititk pengukuran bernilai < 3 %, berarti
kualitas packet loss dikatakan sangat bagus berdasarkan standarisasi TIPHON mengacu
pada Tabel 2.

3. Menentukan kualitas jaringan berdasarkan parameter throughput menurut standarisasi

TIPHON.

Dari hasil pengukuran throughput pada Tabel 10, 11, dan 12, maka untuk
mengetahui persentase nilai throughput untuk dibandingkan dengan standarisasi
TIPHON maka dihitung menggunakan rumus persentase Throughput sebagaimana
pada Lampiran 9. Maka dari perhitungan pada Lampiran 9, didapatkan hasilnya seperti
terlihat pada Tabel 15.
Tabel 9. Perbandingan pengukuran
throughput berdasrkan titik pengukuran
TP 1

TP 2

TP 3

17-Nop-

(%)
0,65

(%)
0,60

(%)
0,55

14
18-Nop-

0,61

0,59

0,61

14
19-Nop-

0,62

0,61

0,56

14
20-Nop-

0,63

0,59

0,58

14
21-Nop-

0,61

0,59

0,55

14
Jumlah
Rata - rata

3,13
0,63

2,97
0,59

2,86
0,57

Tanggal

26

Berdasarkan Tabel 9. Maka dapat dilihat nilai rata-rata packet loss pada TP1, TP
2, dan TP 3, dengan nilai 0.63 %, 0.59 %, dan 0.57 %. Maka berdasarkan nilai tersebut
nilai kualitas delay pada masing-masing tititk pengukuran bernilai < 25 %, berarti
kualitas throughput dikatakan jelek berdasarkan standarisasi TIPHON mengacu pada
Tabel 3.

Berdasarkan pengolahan data di atas maka diperoleh pembahasan hasil pengukuran


rata-rata delay pada TP 1, TP 2, dan TP 3 yaitu dengan nilai 144.44 ms, 134.48 ms, dan
139.99 ms, maka dengan hasil pengukuran nilai tersebut berdasarkan standarisasi TIPHON
maka nilai delay dinyatakan sangat bagus, karena nilai delay < 150 ms, sehingga jaringan
internet ini masih bisa dan layak untuk digunakan.

Pengukuran rata-rata packet loss pada TP 1, TP 2, dan TP 3 yaitu dengan nilai 0.77
%, 0.86%, dan 2,24 % dan berdasarkan standarisasi TIPHON kualitas jaringan ini
dinyatakan sangat bagus karena nilai packet loss <3%, sehingga jaringan internet masih
bisa dan layak untuk digunakan, sedangkan untuk pengukuran throughput pada TP 1, TP 2,
dan TP 3 yaitu dengan nilai 0.63 %, 0.59 %, dan 0.57 % digolongkan jelek menurut
standarisasi TIPHON karena nilai pengukuran throughput < 25% , ini terjadi karena titik
pengukuran tidak sepenuhnya berada pada posisi 00 terhadap arah antena pemacar.

27

BAB IV
PENUTUP

4.1.

KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut :

a. Pengukuran kualitas jaringan internet berbasis HSDPA berdasarkan parameter


delay menggunakan alat ukur Axcence nettools yang dilakukan pada tiga
titik pengukuran berbeda dengan nilai rata-rata yaitu 144.44 ms pada TP 1,
28

134.48 pada TP 2, dan 139.99 pada TP 3. Ketiga nilai pengukuran delay


berdasarkan standar TIPHON digolongkan sangat bagus, dan diantara ketiga
titik pengukuran maka nilai delay yang paling bagus yaitu pada TP 2 dengan
nilai 134 ms.

b. Pengukuran kualitas jaringan internet berbasis HSDPA berdasarkan


parameter packet loss menggunakan alat ukur Axcence nettools yang
dilakukan pada tiga titik pengukuran berbeda dengan nilai ratarata yaitu
0.77 % pada TP 1, 0.86 % pada TP 2, dan 2.24 % pada TP 3. Ketiga nilai
pengukuran packet loss berdasarkan standar TIPHON digolongkan sangat
bagus, dan diantara ketiga titik pengukuran maka nilai packet loss yang
paling bagus yaitu pada TP 1 dengan nilai 0.77 %.

c. Pengukuran kualitas jaringan internet berbasis HSDPA berdasarkan parameter


throughput menggunakan alat ukur Axcence nettools yang dilakukan pada
tiga titik pengukuran berbeda dengan nilai ratarata yaitu 0.63 % pada TP 1,
0.59% pada TP 2, dan 0.57 % pada TP 3. Ketiga nilai pengukuran
throughput berdasarkan standar TIPHON digolongkan sangat bagus, dan
diantara ketiga titik pengukuran maka nilai throughput yang paling bagus
yaitu pada TP 3 dengan nilai 0.57 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. Saputra, dan Huda. 2015. Analisis Kualitas Jaringan Internet Berbasis Hsdpa
Pada Jaringan Xl Di Wilayah Padang Utara.
2. Irawan, Andika. 2011 Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan Internet
Berbasis Hsdpa Indosat Im2 Wilayah Maguwoharjo Depok Sleman

29

30

You might also like