You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang
mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan
tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun,
tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar
perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang
mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.
Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa
etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi kesehatan yang semakin pesat, khususnya bidang
kebidanan telah mempengaruhi peran bidan dalam praktik kebidanan. Setiap
peran mengemban tanggung jawab dan cukup sulit bagi bidan memikul semua
tanggung jawab itu.
Pada dasarnya tanggung jawab bidan adalah :
1. Menjaga dan meningkatkan keselamatan ibu dan bayi

2. Menyediakan pelayanan berkualitas dan informasi atau sarana yang tidak


bisa berdasarkan hasil penelitian ilmiah ( evidence based )
3. Mendidik dan melatih mahasiswa kebidanan agar kelak menjadi bidan
yang mampu memberi pelayanan berkualitas .
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan kebidanan yang komprehensif sesuai kewenangan dan
tanggung jawab seorang bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjalankan tugas mengelola ibu hamil sesuai prosedur yang ditetapkan
pemerintah.
b. Menjalankan tugas mengelola ibu bersalin prosedur yang ditetapkan
pemerintah.
c. Menjalankan tugas mengelola ibu nifas sesuai prosedur yang ditetapkan
pemerintah.
d. Menjalankan tugas mengelola pelayanan KB sesuai prosedur yang
ditetapkan pemerintah.
e. Menjalankan tugas mengelola daur hidup wanita sesuai prosedur yang
ditetapkan pemerintah.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi Kode Etik
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi
dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma
tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka

menjalankan profesinya dan larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh
dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku
pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang
menuntut bidan melaksanakan praktik kebidanan baik yang berhubungan dengan
kesejahteraan keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.
Penetapan kode etik kebidanan harus dilakukan dalam Kongres Ikatan Bidan
Indonesia (IBI).

2.2 Tujuan Kode Etik


1. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
Image pihak luar atau masyarakat terhadap suatu profesi perlu dijaga untuk
mencegah pandangan merendahkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap
kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan
anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar
sehingga kode etik disebut juga kode kehormatan.
2. Untuk memelihara dan menjaga kesejahteraan anggota
Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual
atau mental. Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik umumnya
menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan
yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-

peraturan yang mengatur tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para
anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdian profesinya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu
berusaha meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya.
Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi profesi.
2.3. Fungsi Kode Etik
Kode etik berfungsi sebagai berikut :
1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik
2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan
dipertimbangkan dalam memberi pelayanan
3. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri
4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat
5. Menginformasikan kepada calon perawat dan bidan tentang nilai dan standar
profesi
6. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.
2.4. Dimensi kode etik profesi bidan
1. Anggota profesi dan klien
Melayani dengan baik menerapkan etika, hak klien diberikan, kewajiban
bidan dilaksanakan.
2. Anggota profesi dan system kesehatan
Bidan memberi pelayanan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. SPO,
ilmu yang abdit, system rujukan, menerapkan inform consent
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan
Menjalin dan menjaga hubungan yang baik. Dokter, Dokter SpOG, Perawat
gigi, perawat, petugas gizi, Sanitasi, kesehatan lingkungan dan
kes.masyarakat, petugas imunisasi.
4. Anggota profesi dan sesama profesi

Saling menghargai, membantu, minta bantuan, saling melengkapi, jangan


saling menjelekkan.
2.5. Prinsip Kode Etik Profesi Bidan
1. Menghargai otonomi
a) Kasus bayi yang tidak diinginkan
b) Bidan menolak keinginan pasien
c) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berfikir logis dan memutuskan
d) Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang dihargai.
Tindakan yang tidak memperhatikan otonomi :
Memberlakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu

sebelumnya
Memberitahu klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat

gangguan atau penyimpangan


Melakukan sesuatu tanpa memberitahu informasi relevan yang

penting diketahui klien dalam membuat suatu pilihan


2. Melakukan tindakan yang benar
a) Memberitahu ibu bila akan disuntik apa untuk apa
b) Minta ijin bila mulai melakukan pemeriksaan
c) Bertindak sesuai keahlian dan kewenangan sesuai dengan kompetensi
bidan
d) Melakukan tindakan dengan memperhatikan kebaikan bagi kesehatan
klien
e) Melakukan pelayanan kesehatan sesuai prosedur
f) Menghormati hak klien
g) Jujur dalam melakukan tindakan
3. Mencegah tindakan yang merugikan
a) Pemakaian APD bagi bidan
b) Pemanggilan pasien dengan no urut yang keliru
c) Tidak memberi suntikan pada pasien karena bidan lupa

d) Seorang ibu pada TM I melakukan ANC dengan keluhan mual, muntah


dan pusing yang tidak berlebihan. Tapi bidannya melakukan rujukan ke
RS
e) Melakukan intervensi pada klien yang ingin menggunakan alat
kontrasepsi
f) Seorang bidan menawarkan susu formula kepada seorang ibu yang baru
melahirkan.
4. Memberlakukan manusia dengan adil
a) Melayani pasien tidak boleh membedakan orang kaya atau miskin.
b) Pelayanan ibu hamil sesuai dengan no urut yang sudah datang
c) Keadilan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau perilaku yang tidak
berdasarkan kewenangan-kewenangan atau kekacauan.
5. Menjelaskan dengan benar
a) Menjelaskan tanda bahaya ibu hamil pada pasien harus jelas. Misalnya;
terjadi perdarahan, janin tidak bergerak, keluar air ketuban secara tibatiba
b) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya
c) Menjelaskan kepada pasien tentang alat kontrasepsi secara benar tentang
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kontrasepsi.
6. Menepati janji yang telah disepakati
a) Jadwal pelayanan dimulai dan ditutup tepat waktu (kecuali gawat darurat)
b) Jika merujuk bidan sanggup mendampingi sampai tujuan
c) Seorang ibu membuat janji untuk melakukan pemeriksaan fisik (ANC)
pada dua minggu yang akan datang pada seorang bidan
d) Menyepakati antara kedua belah pihak antara pasien dengan bidan untuk
persalinan di tempat bidan tersebut
e) Tindakan yang dilakukan oleh seorang bidan harus sesuai dengan
peraturan yang sebelum nya disepakati melalui inform consent
f) Bidan melakukan tindakan pelayanan sesuai yang telah di sepakati
bersama pasien
g) Bidan bekerja sesuai dengan SPOg

h) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai yang telah disepakati antara


pasien dengan bidan tersebut
7. Menjaga kerahasiaan
a) Hasil pemeriksaan bidan tidak boleh diceritakan kepada siapapun (kecuali
kepentingan hukum)
b) Tempat pemeriksaan dijamin keamanannya dari luar atau umum (tidak
kelihatan oleh umum)
c) Bidan tidak boleh membuka rahasia pasien
d) Bidan tidak boleh menggunakan rahasia pasiennya untuk merugikan
kepentingan pasien
Bidan tidak boleh menggunakan rahasia pasiennya untuk kepentingan
pribadi bidan atau untuk kepentingan pihak ketiga.
1.1. Penerapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Jika
setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam
suatu organisasi atau ikatan profesi, barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut
dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan pelanggaran terhadap kode etik dan dikenai sanksi.
1.2. Dasar Pembentukan Kode Etik Bidan
Kode etik bidan pertam kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
Kongres Nasional IBI X tahun 1988. Petunjuk pelaksanaan kode etik bidan
disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991. Kode etik
bidan sebagai pedoman dalam berperilaku, disusun berdasarkan pada penekanan
keselamatan klien.
1. Kode etik bidan
1986 Disusun pertama kali
1988 Disusun dalam KONAS IBI X Surabaya
1991 Disempurnakan dan disahkan dalam KONAS IBI XII di Denpasar Bali
Isi kode etik profesi bidan
2. Kode etik bidan Indonesia

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.
1.3. Penjelasan Kode Etik Kebidanan
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan melindungi
dan menghamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas dan
pengabdianya.
1) Bahwa bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi
bidan yang telah ditetapkan sesuai dengan penuh kesungguhan dan
tanggung jawab.
2) Bahwa bidan dalam melakukan tugasnya, harus member layanan
yang optimal kepada siapa saja, dengan tidak membedakan, pangkat
dan kedudukan golongan, bangsa dan agama.
3) Bahwa tidak akan menceritakan kepada orang lain dan merahasiakan
segala yang berhubungan dengan tugasnya.
4) Bidan hanya boleh membuka rahasia pasien / klien apa bila diminta
untuk keperluan kesaksian pengadilan.
b. Setiap bidan dalam menjalakan tugas profesinya, menjunjung tinggi
harkat dan mertabat kemanusiaaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
1) Bahwa bidan pada hakikatnya manusia termasuk klien
membutuhakan penghargaan dan pengakuan hakiki baik dari
golongan masyarakat intelektual, menegah maupun kelompok
masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu, bidan harus menunjukan
sikap yang manusiawi (sabar, lemah lembut dan iklas) dalam memberi
pelayanan.

2) Dilandasi siakap menghargai martabat setiap insan, maka buidab


harus memberi pelayanan professional yang memadai kepada setiap
klienya.
3) Professional, artinya memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu
yang di miliki dan manusiwi secara penuh, tanpa mementingkan
kepentingan diri sendiri tetapi mendahulukan kepentingan klien seerta
menghargai klien sebagai mana bidan menghargai dirinya sendiri.
4) Bidan memberi pelayanan, harus menjaga citra bidan, arti bidan
sebagai profesi memiliki nilai nilai pengabdian yang sangat esensial,
yaitu bahwa jasa yang diberikan kepada kleinya adalah sautu
kebajikan social, karena masyarakat akan merasa dirugikan atas
ketidak hadiran bidan. Pengabdian dan pelayanan bidan adalah
dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan bala jasa.
c. Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya, senantiasa berpedoman pada
peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga.
1) Bidan dalam melaksanakan pelayananya, harus sesuai dengan tugas
dan kewajibanya yang telah digariskan dalam peraturan mentri
kesehatan no 900/Permenkes/IX/2010.
a) Memberi penerangan dan penyuluhan baik di RS, Puskesmas,
RB, Posyandu, BPS dan masyarakat.
b) Melaksanakan bimbingan kepada tanaga kesehatan yang lebih
rendah termasuk pembinaan dukun dukun bersalin.
c) Melayani kasus ibu mulai dari pengawasan kehamilan,
pertolongan persalinan normal, termasuk persalinan letak

sungsang multipara, melakukan episiotomy, penjahitan luka


perineum tingkat I dan tingkat II.
d) Perawatan nifas dan ibu menyusui termasuk pemberian
uterotonika
e) Memberikan pelayanan kontrasepsi tertentu sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah/program pemerintah yang sedang
dilaksanakan.

2) Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan


pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi
sesuai dengan usia, melaksanakan perawatan bayi dan member
petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi termasuk cara menyusui
yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai dengan usia
anak.
3) Memberi obat obatan tertentu dalam kebidanan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi klien.
4) Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainya dalam kasus
kasus yang tidak diatasi sendiri.
a) Kehamilan resiko tinggi, termasuk versi luar dan digital pada
kasus digital
b) Pertolongan persalinan sungsang primigravida dan pertolongan
vakum pada kepala dasar panggul.
c) Pertolongan masa nifas dengan pemberian antibiotic pada infeksi
baik secara oral maupun suntikan.

d) Memberi pertolongan kegawatdaruratan melalui pemberian infus


guna mencegah syok dan mengatasi perdarahan pasca persalinan
termasuk pengeluaran uri dan manual
e) Mengatasi kedaruratan eklampsia dan mengatasi infeksi bayi baru
lahir.

5) Bidan melaksanakan peranya di tengah kehidupan masyarakat


a) Berperan sebagai penggerak peran serta masyarakat dengan
mengali dan membengkitkan peran aktif masyarakat
b) Berperan sebagai motivator yang dapat memotivasi masyarakat
untuk berubah dan berkembang kearah perakal, per asa dan
perilaku yang lebih baik.
c) Berperan sebagai pendidik, yang ma,pu mengubah masyarakat
dari tidak tahu menjadi tahu.
d) Berperan sebagai innovator atau pemburu yang membawa hal hal
baru yang dapat mengubah keadaan kearah lebih baik, oleh karena
itu, bidan harus selalu siap menerima pembaharuaan.
d. Setiap bidan dalm menjankan tugasnya, mendahulukan kepentingan kilen,
menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
1) Kepentingan klien berada diatas kepentingan sendiri maupun
kelompok, artinya bidan harus mampu menilai situasi saat ia
menghadapi klienya . utamakan pelayanan yang dibutuhkan klien dan
mereka tidak boleh ditinggalkan begitu saja.
2) Bidan harus mengfhormati hak klien antara lain :
a) Klien berhak memperoleh kesehatan yang memadai
b) Klien berkah memperoleh perawatan dan pengobatan
c) Klien berhak untuk dirujuk pada institusi / bidang ilmu yang lain
sesuai dengan permasalahanya

d) Klien mempunyai hak untuk menghadapi kematian dengan tenang


3) Bidan menghormati nilai nilai yang ada di masyarakat artinya :
a) Bidan harus mampu menganalisis nilai nilai yang ada di
mayarakat tempat ia tugas
b) Bidan mampu menghargai nilai nilai masyarakat setempat
c) Bidan mapu beradaptasi dengan nilai nilai budaya masyarakat
tempat ia berada.
e. Setiap bidan dalam menjalakan tugasnya senatiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluarga dan mayarakat dengan identitas yang sama
sesuia dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang di milikinya.
1) Ketika bidan sudah siap berangakat ke suatu pertemuan, mendadak
dating klien untuk berkonsultasi / partus, tentu saja kepentingan klien
yang diutamakan sekalipun pertemuan tersebut sangat penting,
dengan catatan usahakan agar mengutus oarng lain kepertemuan
tersebut untuk meberi kabar.
2) Ketika bidan sudah siap kekantor/ puskesmas/ kerja, mendadak ada
seorang angota keluarga datang meminta bantuan untuk menolong
seorang bayi yang kejang, tentu saja, kiat mengutamakan permintaan
untuk melihat anak kejang tersebut terlebih dahulu.
3) Bidan sudah merencanakan cuti keluar kota, namun sebelum
berangkat pamong meminta untuk memberi ceramah mengenai ASI
kepada masyarakat, tentu hal ini di dahulukan.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
1) Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk
meberi penyuluhan serta motivasi agar masyarakat atau membentuk

posyandu kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil, untuk


memeriksakan diri di posyandu.
2) Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas, BPS, maupun
berada ditengah tengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus
selalu member motivasi untuk senantiasa hidup sehat.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan parirurna kepada klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemempuan profesi yang di
milikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
1) Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuahan
antenatal (ANC), member imunisasi, KIE, sesuai dengan kebutuhan.
2) Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan
wewenang bidan, contoh member suntikan ergometrin, syntocinon,
insfus dll.
3) Memberi pelayanan yang bersifat promotif/peningkatan kesehatan,
seperti memberi roboransia.
4) Memberi pelayanan yang bersifat rehabilitative contoh senam nifas,
penghayatan gizi, bimbingan mental.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dan mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
1) Menolong partus dirumah sendiri, di puskesmas, di rumah sakit dan
partus luar.
2) Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesujuk
dengan wewenangnya.
3) Merujuk pasein yang tidak dapat di tolong ke RS yang di miliki
fasilitas lebih lengkap.

c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangann yang dapat dan


atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila di minta oleh pengadilan atau
diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
1) Ketika bertugas, bidan tidak di benarkan menceritakan segala sesuatu
yang di ketahuinya kepada siapa pun termasuk keluarganya contoh
bidan menemukan pasien dengan penyakit sifilis atau gonore.
Kadang kadang pasien menceritakan keadan rumah tangganya kepada
bidan dan bidan tidak boleh menceritakan kepad suami, keluarga atau
orang lain.

3. Kewajiban Bidan terhadap sajawat dan tenaga kesehatan lainnya


a. Setiap bidan harus memiliki hubungan baik dengan teman sejawat untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
1) Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non
pemerintah jika ada sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat
saling menggantikan, sehingga pelayanan tetap berjalan.
2) Sesama teman sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan
mengadakan arisan, piknik bersama, mengunjungi teman yang sakit,
memenuhi undangan perkawanian keluarga, khitanan.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati
baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainya.

1) Kilen A memeriksakan kehamilan pada bidan B, namun pada waktu


mau bersalin,klien datang ke bidan C. sikap bidan C harus
menjelaskan kepada klien bahwa riwayat kehamilan berada pada
bidan B, sehingga sebaiknya persalinan di tolong bidan B, akan tetapi,
jika klien tidak mengingikanya, bidan C harus menolong
persalinanya, dengan member tahu bidan B dan sekaligus menayakan
riwayat ANC nya. Kecuali jika pasein segera melahirkan dan ridak
sempat berkomunikasi lagi dengan bidan B, bidan C harus
menolonganya dan setelah itu memberitahu bidan B.
2) Dalam menerapkan lokasi BPS, perlu diperhatika jarak dengan BPS
yang sudah ada.
3) Jika mengalami kesulitan, bidan dapat salling membantu dengan
mengonsultasikan kesulitan dengan sejawat
4) Dalam kerjasama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongan
mendadak hendaknya melibatkan imbalan yang sesuai dengan
kesepakan bersama.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dan menampilakan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepaa masyarakat
1) Jadi panutan dalam hidupnya
2) Berpenampilan yang baik
3) Tidak membeda bedakan pengkat, jabatan, golongan
4) Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah
ditemukan
5) Dalam menjalankan tugasnya, bidan tidak diperkenakan mencari
keuntungan pribadi dengan menjadi agen promosi suatu produk.

6) Mengunakan pakaina dinas dan kelengkapanya hanya dalam waktu


dinas.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembengkan diri dan meningkatkan
kempuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
1) Mengembengkan kemampuan dilahan praktek
2) Mengikuti pendidikan formal
3) Mengikiti pendidikan kelanjutan melalui penataran, seminar
lokakarya, symposium, membaca majalah, buku lain lain secara
pribadi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejeninya yang dapat meningkatkan mutu dan citra p[rofesinya.
1) Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok
2) Membentu pelaksanaan proses penlitian dalam kelompok
3) Membentu pengelolaan hasil penelitian kelompok
4) Membantu pembuatan laporan penelitiankelompok
5) Membantu perencanaan penelitian mandiri
6) Melaksanakan penelitian mandiri
7) Mengelola hasil penelitian
8) Membuat laporan penelitian.
5. Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri
a. Setiap bidan harus memelihara kesehatan agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
1) Memerhatikan kesehatan perorangan
2) Memperhatikan kesehatan lingkungan
3) Memeriksa diri secara berkala setiap setahun sekali
4) Jika mengalami sakit atau keseimbangann tubuh terganggu, segera
memeriksakan diri ke dokter
b. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan
keterampilan sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknoligi.
1) Membaca buku buku kesehatan, kebidanan, keperawatan pada
umumnya bahkan pengetahuan umum.

2) Menyempatkan membaca Koran


3) Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan.
4) Mengikuti penataran berkala seperti simulasi, symposium, lokakarya
tentang kesehatan umumnya, kebidanan kesehatan.
5) Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demontrasi untuk
tindakan yang jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di
tingkat kecamatan, cabang, dearah atau pusat.
6) Mengundang pakar untuk member ceramah atau diskusi pada
kesempatan pertemuan rutin, misalnya bulanan.
7) Mengisi ruprik bulletin
8) Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan kerumah sakit rumah
sakit yang lebih maju ke daerah daerah terpencil.
9) Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang di sajikan
dalam kesempatan pertemuan rutin.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa bangsa dan tanah air
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan
ketentuan ketentuan kesehatan khususnya dalam pelaksanan kesehatan
ibu dan anak, keluarga berencana dan kesehatan keluarga.
1) Bidan harus mempelajari perundangan undangan kesehatan Indonesia
dengan cara :
a) Menyebarluaskan informasi atau perundangan undangan yang
dipelajri kepada anggota
b) Mengundang ahli atau penceramah yang di butuhkan
2) Mempelajari program pemerintah, khususnya menangani pelayan
kesehatan di Indonesia
3) Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan
umunya, keperawatan dan kebidanan khususnya.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan

pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak,


keluarga berencana dan kesehatan keluarga.
1) Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan melaksanakan tugas bidan di
daerah,termasuk faktor penunjang atau penghambat pelaksanaan tugas
2) Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di
masyarakat yang berhubungan dengan tugas profesi kebidanan,
misalnya penelitian mengenai :
a) Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
b) Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap
fasilitas KIA/KB yang telah di sediakan oleh pemerintah.
7. Penutup
a. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari hari senantiasa
menghayati dan mengamalkann kode etik bidan Indonesia.
b. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan pada kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
c. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
d. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjunng tinggi citra
profesinya dengan menampilkan keperibadian yang tinggi dan memberi
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
e. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
f. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya
dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga serta masyarakat.
g. Setiap bidan harus melakukan kewajiban-kewajibannya, kewajiban bidan
terhadap masyarakat, kewajiban bidan terhadap tugasnya, kewajiban

bidan terhadap sejawatnya, kewajiban bidan terhadap profesinya,


kewajiban bidan terhadap dirinya sendiri, serta kewajiban bidan terhadap
nusa bangsa dan negara.

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam mengadaptasi teori etika seorang bidan harus mampu menyesuaikan
dengan keadaan dirinya dan berlandaskan pada kode etik dan standar profesi.
Bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadapatasi suatu teori etika secara
kaku, karena hal ini akan merugikan bidan itu sendiri.Bidan harus menilai
kemampuan dirinya dalam melakukan sesuatu namun tidak menyimpang dari
prinsip pelayanan, yaitu berusaha mengutamakan keselamatan ibu, bayi dan
kelurga.
Contohnya ketika seorang bidan desa harus menolong persalinan, disaat
jadwal pemeriksaan kehamilan, selain itu ada beberapa ibu yang memerlukan
pelayanan KB dan asuhan BBL. Maka kemungkinan besar ia hanya dapat
menerapkan teori utilitarian (mencoba menghasilkan yang terbaik bagi semua
orang sesuai kemampuannya, karena golongan utilitarian meyakini bahwa hasil
yang didapat setiap orang harus sama. Sebenarnya bidan tersebut dapat
menerapkan teori deontologi, namun pelayanan yang ia berikan tidak akan
mencakup semua klien.

Sebagai pendidik, bidan harus memberikan pengajaran yang jelas, tidak bias.
Akan tetapi, bidan harus menghindari kecenderungan untuk menciptakan bidan
kaku (tidak mengikuti informasi terkini dari literature yang jelas tentang
perkembangan pelayanan kebidanan) sehingga akan menimbulkan sikap sok
tau.
Contohnya pada saat menolong persalinan mahasiswa bidan diajarkan untuk
tidak melakukan episiotomi. Jika pola pengajaran tidak tepat mahasiswa akan
sepenuhny menyerap materi tersebut, akibatnya, ia tidak akan melakukan
episiotomi tanpa melihat ada tidaknya indikasi.
Sebagai konselor bidan harus menjelaskan tentang tindakan yang akan
diberikan kepada klien dengan jelas, contohnya seorang ibu datang ke bidan yang
ingin menjadi akspetor KB IUD namun timbul ketakutan akibat rumor negatif
yang beredar dimayarakat tentang IUD. Masalah etika yang timbul yaitu ketika
bidan tidak dapat menjelaskan dengan baik, sehingga pandangan klien tentang
IUD tidak berubah dan mengurungkan niatnya untuk menjadi akseptor KB.
Bidan juga dapat berperan sebagai teman, sehingga klien merasa nyaman
ketika menerima pelayanan yang diberikan kepada kien, namun peran sebagai
teman juga harus memiliki batasannya. Sikap professional terhadap klien harus
dijaga, sehingga klien dan keluarganya memandang bidan sebagai orang yang
berwibawa dan mampu mengendalikan diri sehingga mampu melindungi
kliennya.

Peran dosen bidan sebagai teman juga diperlukan, sehingga siswa tidak
merasa sungkan dalam proses belajar mengajar. Namun -lagi-lagi- peran sebagai
teman tetap ada batasnya, jangan sampai penilaian terhadap mahasiswa menjadi
subyektif, ketika mahasiswa bidan melakukan suatu kesalahan dosen bidan
menutupi kesalahan mahasiswanya karena kedekatan yang berlebihan.

Etika berperan dalam penelitian kebidanan, contohnya dahulu praktik


kebidanan masih banyak berdasar kebiasaan atau dogma, dengan kemajuan
zaman praktik yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut
praktik yang professional berdasarkan pada hasil penelitian. Bidan mungkin
banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subyek maupun subyek penelitian.
Sehingga bidan perlu mengetahui tentang etika penelitian, demi kepentingan
melindungi klien, institusi tempat praktik dan diri sendiri. Bidan wajib
mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan.
Bidan harus siap mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan
pada hasil penelitian.

BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etika sebagai salah satu cabang filsafat seringkali dianggap sebagai ilmu yang
abstrak dan kurang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak uraian filsafat
dianggap jauh dari kenyataan, tetapi setidaknya etika mudah dipahami secara
relevan bagi banyak persoalan yang dihadapi. Etika sebagai filsafat moral
mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori
yang berlaku tentang apa yang benar dan yang salah, baik atau buruk, yang
secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi
pedoman bagi tindakan manusia.
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan
membutuhkan suatu system untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan
fungsinya. Dalam menjalankan perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk
mengadapatasi suatu teori etika secara kaku, tetapi harus disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode etik dan
standar profesi.

DAFTAR PUSTAKA

Marimba, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Mitra
Cendikia.
Purwoastuti Endang,dkk. 2015. Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta.
Pustaka Baru Press.
Soepardan,Suryani dan Dadi Anwar H.2005. Etika Kebidanan dan Hukum
Kesehatan. Jakarta: EGC.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/definisi-dan-isi-kodeetikkebidanan.html
http://bidanulinnafiah.blogspot.com/2012/03/kode-etik-bidan.html
https://midwifescience.wordpress.com/2013/02/08/etikolegal-dalam-praktikkebidanan/

You might also like