Professional Documents
Culture Documents
PALEMBANG
ANEMIA DEFISIENSI Fe
ICD 10 : D.50.9
1. Pengertian
Adalah anemia yang disebabkan defisiensi zat Besi untuk sintesis hemoglobin
2. Anamnesa
Anamnesis:
Anak tampak pucat, lemah, mudah lelah, sering berdebar-debar dan sakit tulang.
Faktor predisposisi:
Defisiensi ibu waktu hamil
Bayi berat badan lahir rendah
kelahiran kembar atau perdarahan
Pengikatan tali pusat terlalu cepat
Pola dan jumlah makanan tak adekuat
Infeksi, infestasi parasit.
Anemis, tidak ikterus, mungkin ditemukan atrofi papil lidah, pada anemia kronis
dapat terjadi pembesaran jantung dan bising sistolik fungsional yang dinamakan
dinamakan Pan Systolik Murmur.
Hepar dan lien tidak membesar.
Biasanya tidak tampak sakit berat karena perjalanan penyakit menahun kecuali bila
Hb rendah sekali
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
Kadar Hb rendah, MCV < 79 CU, MCH < 27 g, MCHC < 32%, hipokrommikrositik, poikilositosis, retikulosit tergantung penyebab, serum iron merendah dan
IBC meningkat, kadar ferritin serum menurun.
1. Mencari faktor penyebab dan mengobati sesuai standar profesi misalnya terhadap
ankilostomiasis
2. Memberikan makanan yang banyak mengandung Heme Fe seperti daging dan
hati
1. Besi elemental 3-5 mg/kgBBdiberikan 3x sehari
8.Terapi
90
9. Edukasi
10. Prognosis
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
91
PALEMBANG
2. Anamnesa
Keluhan anemia umumnya : anak pucat yang lama (kronis), lemah, mudah lelah,
sering berdebar, perut membesar (akibat hepatosplenomegali), gangguan
pertumbuhan, riwayat transfusi berulang, adanya riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga (thalassemia)
Anemis/pucat, pertumbuhan terganggu atau short stature, Facies cooley,
pembesaran hati dan limpa, gizi kurang/buruk, hiperpigmentasi kulit, pubertas
terlambat.
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium:
Kadar Hb Rendah
Retikulosit tinggi
Blood film: anisositosis, poikilositosis, hipokrom, sel target (+),
fragmentosit, sel eritrosit muda (normoblast).
Kadar Hb F lebih dari 30% dan atau ditemukan Hb Patologis pada Hb analisa
Radiologi:
Pada tulang-tulang panjang akan tampak gambaran osteoporosis serta kortek
tulang menipis akibat medulla yang melebar.
Pada tulang tengkorak tampak atap tulang tengkorak yang menebal, kadangkadang tampak Hair Brush Appearrance.
8.Terapi
Anemia defesiensi Fe
Anemia Sideroblastik
Anemia defisiensi G6PD
Pengobatan
1. Transfusi darah. Diberikan Packed red cell leucodepleteddan untuk pertama kali
diberikan bila Hb< 7 g/dl yang diperiksa berturut-turut dengan jarak 2 minggu,
92
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
Pencegahan
Seluruh keluarga diperiksa. Bila ada pembawa sifat diberikan marriage
counselling sebelum menikah.
Saran Keluarga Berencana.
- Bila mendapatkan anak dengan fenotif normal, dianjurkan untuk KB
- Bila tidak mendapatkan anak dengan fenotif normal, boleh punya anak lagi
dengan kemungkinan thalassemia atau membawa sifat thalassemia.
Pencegahan terhadap infeksi, misalnya infeksi saluran pernapasan.
12. Tingkat
Rekomendasi
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
Palembang,
Ka. Divisi Hematologi Onkologi
93
PALEMBANG
ICD 10 : C.91.0
1. Pengertian
2. Anamnesa
3. Pemeriksaan Fisik
Adalah suatu keganasan pada seri granulopoetik ditandai dengan akumulasi limfoblas
di sumsum tulang dan merupakan keganasan tersering pada anak.
Klasifikasi :
Kelompok French American British (FAB), mengklasifikasikan ALL dalam 3
golongan yaitu L1, L2, dan L3. Klasifikasi FAB ini dapat dipergunakan untuk
meramalkan prognosa:
L1 : lebih baik dari L2.
L2 : lebih baik dari L3.
L3 : prognosa jelek
Pucat mendadak, demam, perdarahan kulit berupa bercak kebiruan, perdarahan
dari organ tubuh lainnya misalnya epistaksis, perdarahan gusi, hematuria dan
melena.
Bisa timbul mual, muntah, pusing dan nyeri pada sendi.
Sering demam dengan sebab yang tidak jelas.
4. Kriteria Diagnosa
Gambaran klinis berupa pucat, demam, perdarahan seperti memar spontan,
purpura, gusi berdarah, infiltrasi ke organ berupa nyeri tulang, limfadenopati,
hepatosplenomegali, muntah, penglihatan kabur.
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
LLA HR dan SR
AML
7. Pemeriksaan
Penunjang
8.Terapi
Darah tepi: leukositosis atau hiperleukositosis yang hebat atau limfositosis relatif
disertai gambaran penekanan sumsum tulang berupa anemia, trombositopenia,
netropenia, disertai adanya sel-sel blast (limfoblast > 5%)
BMP: sistim eritropoetik, granulopoetik tertekan. Limfoblast 10%
Apabila terjadi infiltrasi ke SSP maka dapat ditemukan sel-sel leukemia dalam
cairan serebrospinalis
Pengobatan
Menggunakan Protokol Indonesia 2006, yang terbagi atas :
1. Protokol Indonesia 2006 SR A
2. Protokol Indonesia 2006 SR B
94
9. Edukasi
10. Prognosis
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
95
PALEMBANG
HEMOFILIA
ICD 10 : D.68.311
1. Pengertian
Hemofilia merupakan suatu penyakit genetik atau gangguan perdarahan yang bersifat
herediter akibat kekurangan faktor pembekuan VIII dan IX. Saat ini dikenal 2 bentuk
hemofilia, yaitu hemofilia A karena kekurangan faktor VIII (anti hemophilic factor) dan
hemofilia B karena kekurangan faktor IX (Christmas factor)
2. Anamnesa
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
-
Kecenderungan terjadi perdarahan yang sukar berhenti setelah suatu tindakan atau timbul
kebiruan atau hematoma setelah trauma ringan atau terjadinya hemarthrosis
Riwayat keluarga
Masa pembekuan memanjang
Masa protombin normal, masa protombin parsial memanjang
Masa pembekuan tromboplastin ( thromboplastin generation test) abnormal
5. Diagnosis
-
Kecenderungan terjadi perdarahan yang sukar berhenti setelah suatu tindakan atau timbul
kebiruan atau hematoma setelah trauma ringan atau terjadinya hemarthrosis
Riwayat keluarga
Masa pembekuan memanjang
Masa protombin normal, masa protombin parsial memanjang
Masa pembekuan tromboplastin ( thromboplastin generation test) abnormal
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8.Terapi
Pengobatan/penanggulangan
a. Keadaan emergensi/penderita baru dan jenisnya belum jelas diberikan plasma
segar.
b. Pengobatan khusus tergantung jenis dan derajat hemofilia:
Hemofilia A diberi konsentrat faktor VIII
Hemofilia B diberi konsentrat faktor IX
Bila tidak ada konsentrat :
Hemofilia A diberi Kriopresipitat
96
9. Edukasi
Pencegahan perdarahan
- Semua penderita dibatasi aktivitas fisik, dinasehatkan dilarang olahraga yang
menyebabkan benturan fisik seperti sepakbola, beladiri, bersepeda
- Cara hidup penderita antara lain: jika sekolahnya bertingkat sebaiknya kelasnya
di lantai bawah, di rumah jangan banyak perabot (meja) yang banyak siku-siku,
rak buku jangan tinggi sehingga penderita tidak perlu memanjat untuk
mengambilnya.
10. Prognosis
Perdarahan
15. Kepustakaan
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
97
PALEMBANG
ICD 10 : D.69.3
1. Pengertian
2. Anamnesa
Perdarahan spontan di bawah kulit, perdarahan dari hidung, perdarahan gusi, yang
sering didahului oleh demam / infeksi sebelumnya.
Adanya tanda-tanda perdarahan di kulit seperti petekie, ekimosis, epistaksis, atau gusi
berdarah, atau dapat pula terjadi anemia apabila perdarahan berlangsung lama/kronis.
Rumple Leed test positif.
Tidak ada pembesaran hati dan limpa.
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
Anamnesis
-Umumnya trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah infeksi virus, atau bakteri -(infeksi saluran napas atas, saluran cerna), bisa juga terjadi setelah vaksinasi rubella,
rubeola, varisela, atau setelah vaksinasi dengan virus hidup.
-Perdarahan yang terjadi tergantung jumlah trombosit didalam darah. Diawali dengan
perdarahan kulit berupa petekie hingga lebam. Perdarahan ini biasanya dilaporkan
terjadi mendadak.
-Obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin, aspirin dapat memicu
--terjadinya kekambuhan. Obat yang mengandung salisilat dapat meningkatkan
risiko timbulnya perdarahan.
Pemeriksaan fisis
-Pada umumnya bentuk perdarahannya ialah purpura pada kulit dan mukosa (hidung,
gusi, saluran cerna dan traktus urogenital)
-pembesaran limfa terjadi pada 10-20% kasus
5. Diagnosis
ITP Akut
ITPKronik
- Penurunan produksi trombosit
1. kongenital: TAR syndrome, anemia fanconi, thrombositopenia
amegakariositik
2. didapat : leukemia, anemia aplastik, neuroblastoma, defisiensi nutrisi,
obat-obatan
- Peningkatan destruksi trombosit
6. Diagnosis Banding
98
7. Pemeriksaan
Penunjang
Darah tepi :
Morfologi eritrosit, leukosit, dan retikulosit biasanya normal.
Hemoglobin, indeks eritrosit dan jumlah leukosit normal. Anemia bisa terjadi bila
--ada perdarahan spontan yang banyak
Trombositopenia. Besar trombosit umumnya normal, hanya kadang ditemui --bentuk
trombosit yang lebih besar (giant plalets),
Masa perdarahan memanjang (--Bleeding Time)
BMP: Tidak perlu bila gambaran klinis dan laboratoris klasik. Dilakukan
pemeriksaan aspirasi sumsum tulang bila gagal terapi selama 3-6 bulan, atau pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran hepar/lien/kelenjar getah bening
dan pada laboratorium ditemukan bisitopenia.
8.Terapi
Pengobatan
1 a. Pada penyakit pertama kali atau ITP akut
Trombosit > 60 X 10 9/l
Observasi sambil mencari kausa selama 2 minggu
Bila lebih dari 2 minggu tidak ada perbaikan atau trombosit menurun
dengan perdarahan yang masif, pengobatan dengan prednison dengan
dosis 2 mg/kgBB/hari.
Bila trombosit < 60 X 10 9/l langsung diberikan terapi prednison.
b. Pada ITP yang berulang
Bila ada perdarahan, trombosit turun, langsung diterapi prednison.
Keterangan:
-
ITP akut, apabila terdapat episode perdarahan yang dapat mencapai remisi
dalam beberapa hari sampai minggu atau sampai waktu 6 bulan, biasanya
terjadi pada anak usia 2-5 tahun
- ITP kronis / rekuren, apabila episode trombositopenia terjadi dalam interval
lebih dari 6 bulan, biasanya terjadi pada anak usia > 7 tahun
2. Lama pengobatan:
Bila remisi, prednison tappering
Bila eksarsebasi, terapi selama 6 bulan, kemudian stop
Tak remisi, terapi 2 bulan, kemudian stop, diberi sitostatika (seperti:
siklofosfamid, vincristin, atau vinblastin)
3. Alternatif lain dengan Imunoglobulin
9. Edukasi
10. Prognosis
12. Tingkat
Rekomendasi
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
100
PALEMBANG
LIMFOMA HODGKIN
ICD 10 : C.81.7
1. Pengertian
2. Anamnesa
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
Limfoma non-Hodgkin
3. Pemeriksaan Fisik
7. Pemeriksaan
Penunjang
8.Terapi
Pengobatan
1. Stadium I dan II
: radioterapi.
2. Stadium III dan IV : kemoterapi menurut protokol MOPP yang terdiri dari:
Nitrogen mustard 6 mg/m2 pada hari pertama dan kedelapan.
Vincristin 1,4 mg/m2 pada hari pertama dan kedelapan.
Prednison 60 mg/m2 mulai hari ke 1-14 kemudian tapering off.
Procarbazine 100 mg/m2 mulai hari pertama sampai hari ke-14.
Pemberian obat diulangi setelah masa istirahat selama 2 minggu, pengobatan
101
9. Edukasi
10. Prognosis
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
102
PALEMBANG
ICD 10 : C.85.9
1. Pengertian
2. Anamnesa
3. Pemeriksaan Fisik
Pembengkakan kelenjar limfe pada daerah-daerah seperti leher, lipat paha, ketiak,
abdomen, atau mediastinum.
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 6 bulan terakhir, tanpa diketahui
penyebabnya.
Sering demam, sering berkeringat malam, anak tampak lesu serta nafsu makan
berkurang.
Pembesaran kelenjar limfe yang mempunyai konsistensi kenyal sampai keras dan
biasanya merupakan rangkaian kelenjar, pembesaran kelenjar tidak nyaeri, kulit
sekitar tidak merah.
4. Kriteria Diagnosa
Adanya benjolan, gejala sistemik seperti berat badan turun, nafsu makam
menurun dan adanya hasil PA
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
Limfoma Hodgkin
Neuroblastoma
Patologi Anatomi
Rontgen thoraks : ditemukan pembesaran kelenjar getah bening mediastinum
USG abdomen : ditemukan pembesaran kelenjar getah bening paraaorta
BMP : infiltrasi sel-sel limfoma pada sumsum tulang.
7. Pemeriksaan
Penunjang
103
8.Terapi
Pengobatan
Kemoterapi menurut protokol COPP yang terdiri dari:
Cyclophosphamide 800 mg/m2/hari pada hari pertama I.V.
Vincristin 2 mg/m2/hari pada hari pertama I.V.
Prednison 60 mg/m2 pada hari ke 1-7, kemudian tapering off.
Procarbazine 100 mg/m2 mulai hari pertama sampai hari ke-14 tapi tidak
diberikan karena sulit didapat.
Pemberian obat diulangi setelah masa istirahat selama 2 minggu,
pengobatan diberikan selama 3 tahun remisi terus menerus.
9. Edukasi
10. Prognosis
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
104
PALEMBANG
ICD 10 : C.62.90
1. Pengertian
2. Anamnesa
Gambaraan klinis sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh umur pasien, gambaran
histopatologis, perbedaan lingkunga tumor dan aberasi genetic yang terjadi.
Adanya massa/ tumor intraabdominal, disertai mual, muntah, dan demam, penurunan
berat badan. Tumor pada abdomen dapat diraba dengan ukuran yang bervariasi. Bila
tumor menekan ginjal atau ureter dapat menyebabkan gangguan pasase urine.
Tumor dapat diraba dengan ukuran bervariasi. Massa tumor biasanya terletak pada
salah satu sisi di samping garis tengah, walaupun ada beberapa yang membesar jauh
dari tulang belakang. Massa teraba keras/ kistik atau cenderung berlobus-lobus atau
irreguler. Kadang-kadang didapat pelebaran vena pada dinding perut.
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
Anamnesis adanya massa di abdomen
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
Teratoma
Neuroblastoma
Wilms tumor
Laboratorium:
Darah/urin rutin biasanya normal. Kimia darah dalam batas normal. Pada
keadaan keganasan dapat dijumpai peningkatan kadar alfa feto protein (AFP), -hCG,
dan LDH.
Radiologi:
- Pada BNO dapat dijumpai bayangan massa yang umumnya pada satu sisi abdomen
dengan udara terdorong kedalam usus diluar massa tersebut. Dapat dijumpai
bayangan kalsifikasi yang irreguler berupa bercak-bercak kornifikasi yang
merupakan pembentukan tulang dan gigi.
- Pada IVP : tampak pendorongan dari ginjal pada sisi yang sama dan mungkin akan
105
8.Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
106
PALEMBANG
TUMOR WILM
ICD 10 : C.64.9
1. Pengertian
Tumor Wilms adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari metanefron.
Tumor ini merupakan tumor ganas ginjal primer terbanyak pada bayi dan anak,
mencakup 6% dari seluruh penyakit keganasan pada anak.
2. Anamnesa
Adanya massa dalam perut yang sebagian besar diketahui pertama kali oleh orang tua
atau keluarga.. Kadang disertai keluhan nyeri perut, BAK merah, penurunan berat
badan, tidak nafsu makan, mual, muntah, lesu, pucat dan demam
Ditemukannya tumor dalam perut (tumor abdomen).
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
Biopsi (pemeriksaan histopatologis)
5. Diagnosis
Anamnesis
-Adanya massa dalam perut (tumor abdomen) merupakan gejala awal tumor Wilms
-yang paling sering (60%), kadang-kadang disertai nyeri perut.
-Hematuria (makroskopis) terdapat sekitar 25% kasus, akibat infiltrasi tumor ke
--dalam sistem kaliks.
-Gejala lain berupa obstipasi, penurunan berat badan, diare, demam, malaise dan
--anoreksia. Pada beberapa pasien dapat ditemukan nyeri perut yang bersifat kolik
akibat adanya gumpalan darah dalam saluran kencing
Pemeriksaan Fisis
-Tumor abdomen (berbatas tegas dan biasanya tidak melewati garis tengah
-Hipertensi (60% kasus)
-Demam
-Tanda-tanda sindrom yang berhubungan dengan tumor Wilms--Pletore (karena polisitemia)
-Hematuria
6. Diagnosis Banding
-Hepatoblastoma
-Tumor adrenokortikal
107
-Neuroblastoma
-Hidronefrosis
-Kista ginjal
-Mesoblastic nephroma
-Renal cell carcinoma
7. Pemeriksaan
Penunjang
8.Terapi
Laboratorium:
LED meningkat.
Pada urinalisa dapat ditemukan gross hematuria ataupun mikroskopis hematuria.
Pada darah tepi dapat ditemukan anemia.
Terjadi peningkatan pada alfa feto protein.
Radiologis:
Pemeriksaan USG harus segera dilakukan.
Pada foto polos abdomen terdapat pembesaran ginjal
Pada IVP: gambaran khas berupa distorsi dari pelvis renalis dan kaliks pada daerah
yang terkena.
Pengobatan
Prinsip pengobatan Tumor Wilm adalah kombinasi dari pembedahan, kemoterapi,
dan radioterapi.
1. Pembedahan.
Dalam 24-48 jam setelah masuk rumah sakit diagnosis harus sudah ditegakkan dan
segera dilakukan operasi.
c. Stadium III
d. Stadium IV
e. Stadium V
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan penilaian secara individual
demi pasien (supportif).
9. Edukasi
10. Prognosis
Mengetahui/menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
RSMH
PALEMBANG
RETINOBLASTOMA
ICD 10 : C.69.20
1. Pengertian
2. Anamnesa
Pada tahap dini timbul gejala cat's eye sign dengan bintik hitam mata menjadi
putih dan bila terkena sinar mengkilat seperti mata kucing (cats eye sign). Sering
kali penderita datang dengan stadium yang sudah lanjut dalam bentuk bola mata
membengkak atau menonjol, kadang menjadi juling. Dapat adanya benjolan pada
kelenjar limfe leher, sakit kepala, pusing dan nyeri pada tulang.
Pada mata dijumpai adanya proptosis, leukoria unilateral atau bilateral.
Pada leher dapat dijumpai adanya pembesaran kelenjar limfe preaurikuler.
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosa
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
Laboratorium: BMP dicari apakah adanya sel-sel ganas metastase ke sumsum tulang,
punksi lumbal untuk mencari adanya sel-sel metastase
Radiologi:
Untuk mencari komplikasi dilakukan foto thorak, dinilai ada/tidaknya destruksi atau
klasifikasi. bone survey apakah terjadi osteolisis tulang, CT scan orbit
PA (biopsy)
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksan Penunjang
Retinoblastoma intraokuler:
-
Coat disease
Persistent hyperplastic primary vitreus
Retrolental fibroplasia
Hamartoma retina
Endoftalmitis
Infeksi toksokara
Hamartoma astrositik
Meduloepitelioma
Katarak
Uveitis
110
7. Pemeriksaan
Penunjang
8.Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaan Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan
Mengetahui/menyetujui
Retinoblastoma Ekstraokular
- Selulitis orbital
- Neuroblastoma metastatik
- Rabdomiosarkoma orbital
- Leukemia
- limfoma
Tujuan: untuk menegakkan diagnosis dan staging
-USG orbita
-Ct scan dan MRI orbita dan kepala sangat berguna untuk mengevaluasi nervus
optikus, orbital, keterlibatan sistem saraf pusat dan adanya kalsifikasi intraokular
-Aspirasi biopsi jarum halus hanya direkomendasikan pada kasus yang diagnosisnya
--masih meragukan dan merupakan langkah yang dilakukan untuk mencegah
penyebaran ekstraokular dari sel tumor
-Untuk melihat penyebaran ekstraokular: aspirasi dan biopsi sumsum tulang, sitologi
--cairan serebrospinal, bone scan
Pengobatan
Penatalaksanaan Retinoblastoma meliputi operasi (enukleasi), radioterapi, dan
kemoterapi.
1. Operatif /exenteratio orbita, dipertimbangkan apabila:
Tumor meliputi > 50% bola mata
Dicurigai keterlibatan rongga orbita atau saraf optikus
Terdapat keterlibatan segmen anterior, dengan atau tanpa glaukoma
neovaskular
1. Radioterapi :
Retinoblastoma termasuk jenis tumor yang respon terhadap radioterapi
Stadium dini : dosis tiap hari : 150 - 200 rad (total dosis < 2 tahun : 3.500
rad; total dosis > 2 tahun : 4.000 rad)
Syarat radioterapi : Hb > 8 g%, leukosit > 3.000/ l, trombosit > 80.000/l
3. Sitostatika :
Siklofosfamid 300 mg/m2 LPT/minggu I.V. selama 3 minggu, dilanjutkan
oral 250 mg/m2 LPT selama 5 hari berturut-turut dimulai hari 1-5.
Methotrexate 20-25 mg/m2 LPT/minggu dimulai hari kedua.
Vincristin 2-2,5 mg/m2 LPT/minggu, dimulai hari pertama, minimal 6
minggu.
Prednison dapat dipertimbangkan pemberiannya dengan dosis 40-50 mg/m 2
LPT/hari peroral hari 1-4.
Mejaga personal hygiene dan mencegah infeksi selama kemoterapi
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
I
A
DR. dr. Rini Poernama Sari,SpA
dr. Dian Puspita Sari, SpA, MKes
Klinis dan laboratoris
Lanzkowsky, Philip. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. Chapter 7. Fifth
Edition. Elsevier. 2011: 168-99.
Palembang,
Juli 2014
111
112