You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

MORBILI

Disusun Oleh:
NUR ROCHMAH KUSUMA WARDANI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAPORAN PENDAHULUAN
MORBILI
A. PENGERTIAN
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga
stadium

yaitu

stadium

kataral,

stadium

erupsi

dan

stadium

konvalensi(Suriadi, 2006)
Morbili adalah peyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang dapat
menyerang pada anak. Terjadinya penyakit ini melalui tiga stadium
diantaranya stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi(alimul
aziz,2006)
B. ETIOLOGI
Virus morbili berasal dari sekret saluran pernafasan, darah urin dari
orang yang tereinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan
dorplet dari orang yang terinfeksi selama 10 20 hari, dimana periode yang
sangat menular, ialah dari hari pertama hingga hari ke-4 setelah timbulnya
rash (pada umunya pada stadium kataral). (Amin huda nurarif & hardhi
kusuma , 2016)
C. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini terbagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium prodormal (katarallis).
Biasanya stadium ini berlangsung 4 5 hari disertai panas tubuh,
malaise (lemah), batuk, fotopobia, konjungtivitis, koriza. Menjelang
akhir stadium kataral dan 24 jam timbul eritema (ruam pada selaput
lendir), timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung
jarum dan dikelilingi eritema. Kadang kadang terdapat makula halus
yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Secara klinis,
gambaran penyakit menyerupai influensa dan sering didiagnosis
sebagai influensa. Diagnosis perkiraan dapat dibuat bila ada bercak

klopik dan pasien pernah kontak dengan pasien morbili dalam waktu 2
minggu terakhir.
2. Stadium erupsi.
Koriza dan batuk- batuk bertambah, timbul eritema atau titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Kadang- kadang terlihat pula
bercak koplik. Biasanya disertai juga meningkatnya suhu tubuh.
Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula- mula makula
timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk sepanjang
rambut dan bagian belakang pipi.
Dalam dua hari bercak- bercak menjalar kemuka, lenga atas, bagian
dada, punggung, perut dan tungkai bawah. Kadang- kadang terdapat
perdaraha ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam
mencapai anggota bawah umumnya pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat juga sedikit
splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah.
Variasi morbili yang biasa ini adalah : black measles yaitu ; morbili
yang disertai perdarahan pada kulit, milut hidung dan traktus
digestivus.
3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(Hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan menghilang sendiri.
Selain itu ditemukan pula kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Suhu menurun sampai
menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi. Selanjutnya diikuti gejala
anoreksia, malaise, limfadenopati.
(Amin huda nurarif & hardhi kusuma , 2016)
D. PATOFISIOLOGI
Virus morbil adalah paramixovirus yang ditemukan didalam darah, urine
dan sekret paringeal pada seseorang yag terinfeksi. Infeksi ini dapat
berpindah langsung melalu kontak dengan sekret pernafasan dengan
seseorang yag terinfeksi dalam fase kataral(dari 4-5 hari setelah ruam). Virus

menyerang epitelium saluran pernafasn dan berkembang disana. Virus


menyebar melalui jalan sistem limfa. Menghasilkan hiperplasia pada jaringan
limfa. Virus menyebar didalam leukosit pada reticulo endotelium menjadi sel
nekrose,meningkatnya jumlah virus yang dilepas kemudian menyerang
leukosit menghasilkan el sekunder. Dengan virus sekunder seluruh mukosa
saluran pernafasan menjadi terinfeksi. Edema pada mukosa mungkin faktor
predisposisi penyebaran bakteri sekunder dan komplikasinya seperti otitis
media akut, dan pnemonia.
Dalam beberapa hari ssetelah terjadinya gangguan pada sistem
pernafasan, konflik muncul pada mukosa dan ruam kulit berkembang. Virus
muncul menyerang sel epidermis dan lapisan epitelium mulut, menghasilkan
perubahan jaringam dan menstimulasi sel yang bertindak sebagai respon imun
yag dimanifestasikan dengan ruam. Munculnya ruam berikutnya prodoma,
bertepatan dengan produksi serum antibodi. Sering kali ada leukopenia dan
limfositosis, leukosit yag dimanaa pada penyakit ini terjadi bila ada infeksi
bakteri sekunder. (Amin huda nurarif & hardhi kusuma , 2016)

E. PATHWAY
Paramyxovirdae morbili
virus

Masuk saluran
nafas

Ditangkap oleh
makrofrag

Menyebar ke kelenjar
limga regional

Mengalami replikasi virus


dilepas kedalam aliran darah
(viremia primer)

Mengendap pada organ


Virus sampai RES
Kulit

Epital saluran nafas

Poliferasi sel endotel


kapiler dlam korium

Penurunan fungsi silia


Peningkatan sekret

Eksudasi serum/eritrosit
dalam epidermis

ruam

Reflek batuk
Kedikefektifan bersihan
jalan nafas

Saluran cerna

Hiperplasi jaringan limfoid


Iritasi mukosa usus
Sekresi meningkat
Peristaltik meningkat

Replikasi kembali
Virus sampai ke multiple tissue
site(viremia sekunder)
Reaksi radang
Pengeluaran mediator
kimia
Mempengaruhi termostat
dalam hipotalamus

Diare
Kerusakan integritas kulit

Peningkatan suhu tuuh


dehidrasi

(Amin huda nurarif & hardhi kusuma , 2016)

Ketidakseimbangan cairan dan


elektrolit

hipertermia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni
2. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya
multinucleated giant sel yang khas
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test
dam complement fiksatior test akan dimukan adanya antibody yang
spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya
pada 2-4 minggu kemudian
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila
terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila
demam, dan vitamin A 100.000 unit utuk anak usia 6 bulanhngga 1 tahun dan
200.000 unit untuk anak usia>1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu
pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak
juga berguna untuk meningkatkan titer lg-G dan jumlah limfosit total.
Indikasi dirawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5oC), dehidrasi,
kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit
disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga
dapat terjadi uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif.
Sehingga memudahkan terjadinya komplikasi sekunder seperti otitis media
akut, ensepalitis, bronkopneumonia.
(Amin huda nurarif & hardhi kusuma , 2016)

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Data Dasar
Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terusmenerus berlangsung 2 4 hari. (
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 4 hari,
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya
(fotofobia), diare, ruam kulit.
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu.
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakit atau pernah mengalami operasi Anamnesa riwayat penyakit yang
pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak Anamnesa
riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak.
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah,
apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau
familial.

e. Pola pengkajian fungsional menurut Gordon


1) Persepsi kesehatan pola managemen kesehatan, menggambarkan
pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan kesejahteraan, dan
bagaimana kesehatan mereka diatur.
2) Pola metabolik Nutrisi, menggambarkan konsumsi relatif
terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi, meliputi pola
konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku, dan
membran mukosa, suhu tubuh, tinggi, dan berat badan.
3) Pola eliminasi, menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar,
kandung kemih, dan kulit); termasuk pola individu sehari-hari,
perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk
mengendalikan ekskresi.
4) Pola aktivitas olahraga, menggambarkan pola olahraga, aktivitas,
pengisian waktu senggang, dan rekreasi, termasuk aktivitas
kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olah raga, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot saraf, respirasi,
dan sirkulasi).
5) Pola tidur istirahat, menggambarkan pola persepsi-sensori dan
pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan,
pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan
mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
6) Pola persepsi kognitif, menggambarkan pola persepsi sensori dan
pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan,

pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan


mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
7) Pola persepsi diri konsep diri, menggambarkan bagaimana
seseorang memandang dirinya sendiri; kemampuan mereka,
gambaran diri, dan perasaan.
8) Pola hubungan peran, menggambarkan pola keterikatan peran
dengan hubungan; meliputi persepsi terhadap peran utama dan
tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi seksualitas, menggambarkan kepuasan atau
ketidakpuasan dalam seksualitas : termasuk status reproduksi
wanita.
10)

Pola koping toleransi stres, menggambarkan pola koping umum


dan keefektifan keterampilan koping dalam mentoleransi stres.

11) Pola nilai kepercayaan, menggambarkan pola nilai, tujuan atau


kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual) yang mengarahkan
pilihan dan keputusan gaya hidup.
3.

pemeriksaan fisik
a) mata: terdapat konjungtivitis
b) kepala: nyeri kepala
c) hidung: banyak terdapat sekret, influenza, rhiis/koriza, perdarahan
hidung
d) mulut dan bibir: mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut
terasa pahit

e) kulit : permukaan kulit kering , turgor kulit rasa gatal, ruam kaku
pada leher, muka, lenga, dan kaki( pada stadium konvalensi),
panas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya batuk
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
3. Keruskan integritas kulit berhubungan dengan adaya rash
4. Resiko Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
C.

INTERVENSI
1.

Ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya batuk


Tujuan

:setelah dilakukan tindakan keperawatn diharapkan jalan

nafas tidak ada sumbatan


KH
-

menunjukkan jalan nafas paen dengan bunyi nafas bersih, taka ada
dispnea/sianosis

RR dalam batas normal(16-24 x/menit)


Intervensi:
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernafasn dan gerakan dada
2) Auskultasi paru, catat adanya penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas tambahan(kreakles,mengi)
3) Lakukan suction sesuai indikasi
4) Berikan cairan sedikitnya 2500ml/hari
Kolaborasi:
Berikan obat sesuiai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik.

2.

Hipertermia b.d proses infeksi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Suhu tubuh
normal
KH:
- suhu tubuh normal(36,5-37,5oC)
- tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi

1) Observasi suhu tubuh klien setiap 4 jam sekali


2) Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat
paha, temporal bila terjadi panas
3) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap
keringat seperti katun
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
3. Keruskan integritas kulit berhubungan dengan adaya rash
Tujuan

:setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

gangguan integritas kulit teratasi


KH :
-

Permukaan kulit baik, tidak ada kemerahan dan luka


Intervensi:
1) Observasi keadaan kulit selama masa perawatan
2) Anjurkan ibu untuk memberikan pakaian yang tipis
3) Anjurka ibu untuk mengganti pakaian da alat tenun bila basah
4) Beri terapi sesuai medik

4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cairan dan
elektrolit seimbang
Kriteria Hasil : kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi
Intervensi :
1. Monitor keadaan umum pasien
2. Observasi tanda tanda vital setiap 2 3 jam
3. Perhatikan tanda tanda syok
4. Anjurkan anak untuk banyak minum
5. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena dan pertahankan
tetesan sesuai dengan ketentuan

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, amin huda & hardhi kusuma. 2016.Auhan Keperawatan Praktis edisi
revisi jilid 2. Jogjakarta:Mediaction
Suriadi&Yuliana,Rita.2006. asuhan keperawatan pada anak.jakarta:CV.agung
Hidayart , aziz(2006). Pengantar ilmu keperawatan anak.jakarta : salemba medika

You might also like