You are on page 1of 36

Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat

dehidrasinya dan keadaan umum


a. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah
untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
1. Dehidrasi ringan.
1jam pertama 25 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral
2. Dehidrasi sedang.
1jam pertama 50 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.
3. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg
1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13
tetes / kg BB / menit.
7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A
intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10 15 kg.
- 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau
10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25 kg.


-1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
-16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
c. Diatetik ( pemberian makanan ).
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan
meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.
Hal hal yang perlu diperhatikan :

Memberikan Asi.

Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan


vitamin, makanan harus bersih.

d. Obat-obatan.
Obat anti sekresi.
Obat anti spasmolitik.
Obat antibiotik.
MACAM-MACAM CAIRAN INFUS BESERTA FUNGSINYA

Jumat, April 09, 2010


INFUS
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional
keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah
yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari
mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.
( Lachman, hal 1254 ).
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah
cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral
dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena
digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk
mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang

cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya
yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau gelas,
steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar,
pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang
mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zatzat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat
digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.
Persyaratan
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan;
terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi
juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan
adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan
cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan
kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan
dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara

dimuntahkan
Pembahasan:
Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besa. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah
pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis
INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT
Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan
larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan
harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200 mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi susunan
saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting
pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi
rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan
koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan
neurotransmiter dan hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12
dan sekresi asam lambung.
Farmakokinetik :
Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium
darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam, terdistribusi
cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.
INFUS IV DEKSTRAN
Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih dapat
menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan pengganti
darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut dibutuhkan juga
pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau muntah yang
berkepanjangan.
Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal yang lebih
panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi, juga airnya terikat
secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma adalah berat
molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan larutan NaCl

fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan tersebut hanya
sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi keluar tubuh melalui
ginjal
INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI
Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma yang
menyimpang, yaitu :
1. Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih.
2. Alkalosis
Kondisi plasma yang terlampau basa akibat ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih
Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan kekurangan H2O disebut dehidrasi,
kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan kekurangan K+ disebut hipokalemia.
(Formulasi Steril, Stefanus Lukas, hal. 62)
Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional dibandingkan dengan
hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotic cairan tubuh akibat dari
rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan cukup (Dorlan ed. 26, hal.
498)
Pada pasien yang tidak sadar atau mengalami gangguan keseimbangan elektrolit akut, sehingga
harus segera diberikan ion-ion Ca2+, Na+, K+, Ce- dan HCO3-, dan sebagai sumber kalori
dimana pengganti cairan dan kalori dibutuhkan, karena ion-ion tersebut dibutuhkan oleh tubuh
untuk memnuhi kebutuhan elektrolit tubuh pada ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel baik
plasma darah maupun cairan intrsel mengandung ion natrium dan klorida dalam jumlah yang
besar, ion bilarbonat dalam jumlah yang agak besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion kalium,
magnesium phospat, sulfat, dan asam organic.disamping itu plasma mengandung protein dalam
jumlah yang besar, sedangkan cairan intrasel hanya mengandung protein dalm jumlah protein
yang leih kecil.
Cairan intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta hampir tidak
mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan phospat dalam jumlah besar
serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup besar, semuanya hanya ada dalam
konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.

Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air, sehingga
dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus bebas pirogen. Pirogen
merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri, kapang dan virus). Secara kimiawi,
pirogen adalah zat lemak yang berhubungan dengan suatu molekul pembawa yang biasanya
merupakan polisakarida, tapi bisa juga peptide.
Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan
darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat dihilangkan dari larutan dengan
absorbsi menggunakan absorban pilihan. (Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini diberikan dalam
bentuk injeksi iv karena diharapkan dapat segera memberikan efek.
INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%
Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan
tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan
juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya
digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis,
dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini ditambahkan
norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.
INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan
memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus
dengan elektrolit lain.
Equvalent elektrolit (Steril Dosage Form, hal 250) :
Na+ = 135 mEq
K+ = 5 mEq
Ca+ = 5 mEq
Mg+ = 2 mEq

Kesetaraan ekuivalen elektrolit (Martindale) :


1g NaCl ~ 17,1 mEq Na+ E1 = 1,00
1g KCl ~ 13,4 mEq K+ E1 = 0,76
1g CaCl ~ 13,6 mEq Ca+ E1 = 0,51
1g MgCl ~ 9,8 mEq Mg+ E1 = 0,45
INFUS IV NaCl
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting
pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik ) yang
perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf.
Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak
berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual,
muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis, kemudian juga kejang otot lengan dan
perut.
Selain pada defisiensi Na, natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam fisiologis
) dan dalam infus dengan elektrolit lain.
INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH
Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan tubuh.
Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta hampir tidak
mengandung ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium dan fosfat dalam jumlah
besar serta ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup besar.
2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam jumlah besar, ion
bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion Kalium, Kalsium, Magnesium,
Posfat, Sulfat,dan asam-asam organik (Guyton hal 309).
Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama dengan
jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan jumlah yang
dikeluarkan sebagai urin juga keringat.

Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk
dalam bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit
yang penting dalam komposisi cairan tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar
belakang tersebut diatas maka dibuatlah sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse
Ringers.
Injeksi Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam
air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan
fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh
(Ansel hal 408).
INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD
Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui
saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada penderita kurang
gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat. Nutrisi parenteral total
memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak; elektrolit; dan vitamin.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya diberikan lebih
dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin diperlukan insulin.
Glukosa dengan ragam kekuatan 10 50 % harus di infus melalui kateter vena central. Untuk
menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah).
Jumlah volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai
nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya diberikan
lewat jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus. Tetesan atau
kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien.
Umumnya 2-3 mL permenit.
Untuk Infus, intravena jarum/kateter biasanya ditusukkan divena yang menonjol di lengan atau
kaki dan diikat erat di tempat tersebut sehingga tidak akan bergeser dari tempat selama diinfus.
Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan
jarum pada dinding vena.
Trombus akan lebih mungkin terjadi bila larutan infus bersifat mengiritasi jaringan tubuh.
Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah (atau jantung) yang
umumnya disebabkan oleh melambatnya aliran atau perubahan darah atau pembuluh darah. Bila
gumpalan darah itu beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus, dibawa oleh aliran darah
sampai tersangkut di pembuluh darah, menghalangi dan mengakibatkan hambatan atau sumbatan
yang disebut emboli. Suatu hambatan dapat sangat berbahaya tergantung pada tempat dan

keparahan hambatan tersebut. Obat-obat yang diberikan lewat intravena biasanya harus berupa
larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap. Keadaan tertentu dapat menimbulkan
terjadinya trombus dan kemudian menghalangi aliran darah. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
edisi keempat, Howard C Ansel, hal 402)
Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe I-IV, disertai
demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok: angka kematian cukup tinggi.
Gejala dan tanda :
1. panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas
2. perdarahan spontan (petekie, ekimosa, epistaksis , derajat hematemesis, melena, perdarahan
gusi, uterus, telinga, dll)
3. ada gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120/menit), tekanan nadi
sempit (<>
4. nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung > 140/menit, acral dingin,
berkeringat, kulit biru
Gejala Lain :
1. Hati membesar, nyeri spontan dan pada perabaan
2. Asites
3. Cairan dalam rongga pleura (kanan)
4. Ensepalopati: kejang, gelisah, sopor, koma
Prinsip penatalaksanaan :
1. Memperbaiki keadaan umum
2. Mencegah keadaan yang lebih parah
3. Memperbaiki syok dan perdarahan (pen: rehidrasi sampai hari ke 7, namun hati-hati pada hari
ke 6 dapat terjadi arus balik cairan intersitiel ke pembuluh darah)
INFUS IV UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM TUBUH

Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat menstabilkan
jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal, sehingga
diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan batas-batas
atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis dekstrosa
yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina karena
biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu
diinfus).
Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati
hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat
menyebabkan dehidrasi.
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan
luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah konsentrasi normal dapat
menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim
pada metabolisme karbohidrat dan protein.
Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan dapat
memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh.
Batas konsentrasi normal elektrolit dalam plasma (Steril Dosage Form, hal 251-252) :
Na+ = 135-145 mEq/L
K+ = 3,5-5 mEq/L
Ca2+ = 5 mEq/L
Mg2+ = 2 mEq/L
INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI
Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di dalam
tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut akan
digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni

sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak
diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi
pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh
terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.
Dehidrasi terdiri dari :
a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.
b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional
dibandingkan dengan hilangnya air.
c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.
d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan
cukup.
INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam makanan
terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga berperan
penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan dan organ
tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat
melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka sumber energi
utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung karbohdrat.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa yang penting
didalam tubuh sebagai sumber energi.
INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi
bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,1-7,2
dan konsentrasi bikarbonat plasma, <8>
Farmakologi
Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion bikarbonat.

Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer ekstraseluler utama yang ada di
tubuh,yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada kondisi normal buffer ini menjaga pH plasma
yaitu 7,37-7,42. Namun bila terjadi gangguan pada system buffer ini maka pH plasma dapat naik
ataupun turun. pH plasma yang dibawah normal mengindikasikan terjadinya asidosis metabolic.
Pemberian Na.bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan meningkatkan
pH plasma sehingga pH plasma normal kembali (DI 2003 hal 2472-2473).
INFUS PROTEIN
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel
hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida)
yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat
penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari
unit monomer atau bahan pembangun.
Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat
disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin, histidin, isoleusin,
lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.
2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam tubuh. Contoh:
Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glutamin, glisin, prolin, hidroksiprolin,
serin, dan tirosin.
Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan stimulan hormon
pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi glukosa darah.
Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang berkualitas.(DI hal
1341)
INFUS IV DEKSTROSA
Farmakologi (DI, hal 1427)
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan
menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan
nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika
diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan
dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga
digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.

LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG


Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan
pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada
rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri
atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk
mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 )
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi
pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan
jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )
INFUS PENDERITA DIARE BERAT
(LOCKE RINGER)
Locke Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan
karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat
Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara
sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan yang digunakan
tahan panas
Pembahasan : hipertonis (harap diperhatikan laju tetesan per menit)
INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di
rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut)
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu
banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat
terjadi bia kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama alkalosis metabolik :
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)

2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung


3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
Gejala :
1. Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot, atau tanpa gejala sama sekali.
2. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot
yang berkepanjangan (tetani).
3. Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
Pengobatan :
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium)
INFUS LARUTAN IRIGASI GLISIN
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak disuntikkan ke
dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis
tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan
dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau
jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi

7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik


8. bebas pirogen
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral
lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs
disterilkan dgn cara aseptis.
INFUS IV YG MGD NUTRISI
Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah
ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen, oksidasi
menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yg
memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan
mengalami proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin
yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah. Kadar
glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja tubuh.
INFUS IV RINGER LAKTAT
Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0%
menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini
mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung
NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan
natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman.
Pembahasan : larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per menit. Laju
tetesan maksimal 5 ml per menit
INFUS IV AMMONIUM KLORIDA
(PENDAHULUANNYA SAMA DENGAN ALKALOSIS METABOLIK)
Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan gangguan
metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam tubuh.
INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat

digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.

JENIS-JENIS CAIRAN INFUS


ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:

Na 130 mEq

K 4 mEq

Cl 109 mEq

Ca 3 mEq

Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati

Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding
RL pada neonatus

Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan
isofluran

Mempunyai efek vasodilator

Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk
edema serebral

KA-EN 1B
Indikasi:

Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

< 24 jam pasca operasi

Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B


Indikasi:

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3
Indikasi :

Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas

Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

Mensuplai kalium 20 mEq/L

Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A
Indikasi :

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

Na 30 mEq/L

K 0 mEq/L

Cl 20 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:

Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

Na 30 mEq/L

K 8 mEq/L

Cl 28 mEq/L

Laktat 10 mEq/L

Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:

Untuk resusitasi

Kehilangan Na > Cl, misal diare

Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi


adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL
Indikasi:

Resusitasi

Suplai ion bikarbonat

Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:

Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein

Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN
Indikasi:

Stres metabolik berat

Luka bakar

Infeksi berat

Kwasiokor

Pasca operasi

Total Parenteral Nutrition

Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi:

Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

Penderita GI yang dipuasakan

Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

Stres metabolik sedang

Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:

Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

Nitrisi dini pasca operasi

Tifoid

Beberapa regimen yang dianjurkan untuk tatalaksana terapi cairan pada dehidrasi dengan
hipernatremia adalah sebagai berikut :
Harris (1976)
1. Bila terjadi renjatan berikan cairan yang mengandung natrium 0,45 % dalam larutan
dextrosa 2,5 % sebanyak 20 ml/ kg BB/jam
2. Bila tidak ada renjatan atau renjatan sudah teratasi, lanjutkan dengan pemberian
plasma 20 ml/kg BB.
3. Lanjutkan dengan larutan NaCl 0,3 % dalam larutan dextrosa 4,3 % sebanyak 50 100
ml/kgBB selama 24 48 jam tergantung dari derajat dehidrasi.
4. Tambahkan kalium sebanyak 20 mEq/l ke dalam larutan infus yang diberikan setelah
diuresis ada.
5. Tambahkan 10 ml larutan kalsium glukonas10% ke dalam larutan infus selama lebih
24 jam.
6. Berikan cairan rumatan dengan menambahkan kehilangan cairan yang masih tetap
berlangsung.
(regimen ini dilaksanakan dalam waktu 36 jam atau lebih)
Robson (1979)
1. 1 jam pertama diberikan cairan ringer laktat 40 ml/kgBB.
2. 1 jam kedua diberikan darah /plasma sebanyak 10 ml/kgBB
3. Pada jam ke 3-10 diberikan glukosa 5-10 % sebanyak 60 ml/kgBB, natrium laktat 1/6
mol sebanyak 20ml/kgBB, kalium sebanyak 2 mEq/kg BB, kalsium glukonas 10%
dengan jumlah maksimum 10ml dimasukan ke dalam 500ml cairan infus
4. Pada dehidrasi disertai hipernatremia hebat dengan kadar natrium serum lebih dari 200
mEq/l perlu dilakukan peritoneal dialisis.
Hipokalemia adalah keadaan kadar kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/l. Biasanya gejala
akan muncul sesuai dengan berat ringannya kekurangan. Penyebab hipokalemia adalah

pemasukan yang kurang, masuknya kalium ke dalam sel pada keadaan alkalosis dan
hipersekresi insulin, peningkatan pengeluaran kalium dari urin seperti pada
hiperaldosteronisme, renal tubular asidosis dan akibat pemberian diuretik, pengeluaran
dari saluran pencernaan misalnya diare, muntah muntah dan pengisapan cairan
lambung. Gejala yang muncul antara lain kelemahan umum, meteorismus, peristaltik
usus yang menurun, gangguan irama dan melemahnya bunyi jantung. Pada pemeriksaan
EKG terdapat kelaian gelombang yang merendah dan melebar, depresi segmen ST,
munculnya gelombang U dan interval PR yang memanjang. Koreksi hipokalemia
dilakukan berdasarkan berat ringannya kekurangan dan gejala. Koreksi dapat diberikan
peroral ataupun intravena. Pemberian kalium secara intravena yang terlalu cepat dapat
mengakibatkan disritmia yang fatal. Pemberian kalium intravena dianjurkan dengan dosis
3 7 mEq/kgBB dengan konsentrasi maksimal 40 80 mEq/l. Hipokalemia dikoreksi bila
kadar kalium kurang dari 2,5 mEq, dengan rumus :
Defisit K (mEq/l) = ( 3,5 Kadar K sekarang )x 0,3x BB
(diberikan dalam 24 jam)
Keadaan hiperkalemia dapat disebabakan oleh pemasukan kalium yang terlalu banyak,
keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel yang terjadi pada keadaan asidosis,
katabolisme jaringan yang meningkat, destruksi sel dan gangguan ekskresi di ginjal
misalnya pada gagal ginjal dan insufisiensi adrenal. Pada EKG dapat terlihat perubahan
depolarisasi dan repolarisasi atrium dan ventrikel. Pertama-tama dapat kita lihat
gelombang T yang tinggi dan sempit, interval QT yang memendek yang menunjukan
repolarisasi yang cepat, ini terjadi pada kadar kalium 6 7 mEq/l. Bila kadar kalium 7
8 mEq/l akan terlihat melambatnya depolarisasi seperti komplek QRS melebar dan
gelombang P yang rendah, melebar atau menghilang. Bila kadar kalum lebih meningkat
lagi akan terjadi fibrilasi ventrikel dan cardiac standstill. Pengobatan yang dianjurkan
adalah sebagai berikut :
1. Semua pemberian kalium distop
2. Suntikan natriun bicarbonas intravena 2,5 mEq/kgBB untuk menaikan PH yang dapat
menurunkan sementara kalium serum
3. Berikan kalsium glukonas 10 % sebanyak 0,5 ml/kgBB secara intravena dalam waktu
2 4 menit dengan maksud mengurangi efek buruk kalium pada jantung
4. Berikan glukosa 10% intravena sebanyak 40ml/kgBB dan insulin 1 unit setiap 30 ml
glukosa 10 %. Dengan pemberian glukosa ini diharapkan kalium akan masuk ke dalam
sel.
5. Bila kadar kalium serum lebih dari 7 mEq/l dan terdapat anuria atau oliguria, harus
dilakukan dialisis peritoneal atau hemodialisis.
Dehidrasi yang berat dapat menimbulkan keadaan asidosis. Pada keadaan asidosis ini
konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh naik akibat faktor metabolik atau
respiratorik. Asidosis dibagi menjadi dua yaitu asidosis matabolik dan asidosis
respiratorik. Asidosis metabolik pada anak dapat disebabkan oleh
1. Kehilangan fixed base (natrium dll)

2. Penyakit-penyakit yang menyebabkan suhu naik dan nafsu makan turun (infeksi,
kelaparan, dehidrasi dan diabetes)
3. Kegagalan homeostasis ginjal (GGK, keracunan salisilat dll)
Keadaan asidosis metabolik sering menyertai dehidrasi terutama pada bayi dan anak yang
menderita diare yang disebabkan oleh kehilangan bikarbonat yang banyak melalui
diarenya, tambahan lagi pada anak diare sering disertai metabolik anaerob dengan
terbentuknya asam dan benda keton yang menyebabkan PH darah turun. Namun keadaan
ini dapat dikoreksi dengan adanya korektor basa di dalam cairan intravena ringer laktat
maupun ringer asetat. Penderita yang mengalami dehidrasi berat disertai asidosis
metabolik berat dapat menggunakan cairan diatas sebagai cairan dehidrasi intravena dan
perlu ditambah lagi dengan larutan natrium bikarbonas 8,4 %( meylon) agar koreksi
dapat berlangsung.

Perhitungannya sebagai berikut :


Kebutuhan NaHCO3 (mEq) = base excess x 0,3 x BB
Sedangkan asidosis respiratorik dapat terjadi karena tekanan parsial CO2 dalam darah
naik sehingga kadar asam karbonat juga naik. Hal ini dapat terjadi pada :2
1. Obstruksi dinding alveolus (edema paru, emfisema paru,fibrosis)
2. Penyakit SSP (keracunan morfin, poliomielitis)
3. Aliran darah ke paru yang berkurang (penyaki jantung bawaan).
Asidosis respiratorik terjadi akibat tidak seimbangnya ventilasi alveolus dengan retensi
CO2. Koreksi pada keadaan ini ditujukan kepada penyebab retensi CO2. NaHCO3 pada
umumnya tidak digunakan kecuali bila terdapat hipoksia dan asidosis metabolik. Sedative
yang menekan pusat pernafasan atau penggunaan oksigen yang berlebihan akan
mengurangi pacu pusat pernafasan mungkin juga kan menyebabkan efek yang jelek yaitu
pengurangan ventilasi pernafasan
Disamping itu dapat pula terjadi keadaan alkalosis, dimana konsentrasi ion hidrogen
turun dalam cairan tubuh akibat faktor metabolik atau respiratorik. Alkalosis respiratorik
pada anak dapat disebabkan oleh :2
1. Kehilangan Cl pada muntah, stenosis pilorus, obstruksi duodenum)
2. Terlalu banyak makan
Keadaan alkalosis metabolik biasanya jarang menyertai diare dengan dehidrasi. Biasanya
alkalosis bisa terjadi pada anak diare dehidrasi berat bila pemberian natrium bikarbonas
sebagai korektor diberikan berlebihan. Untuk menghindari kelebihan pemberian dengan
resiko timbulnya alkalosis metabolik, maka dianjurkan pemberian larutan natrium
bikarbonas dibagi dua yaitu setengah kebutuhan diberikan langsung intravena (bolus) dan
setengah sisanya diberikan secara drip melalui infus cairan. Perlu diingat pemberian
bolus ini jangan terlalu cepat karena dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
karena itu kecepatan pemberian dianjurkan sebanyak 1ml per menit.
Alkalosis respiratorik pada anak dapat terjadi pada:2
1. Infeksi SSP (ensefalitis dll)

2. Keracunan salisilat.
Koreksi alkalosis respiratorik dilakukan dengan menggunakan sungkup (paper bag) unutk
menambah inspirasi CO2 (rebreathing system). Bila terdapat hiperventilasi kronik,
sensitivitas pusat pernafasan terhadap CO2 akan bertambah sehingga penggunaan sistem
rebreathing merupakan suatu indikasi kontra

Diare adalah berak-berak encer lebih dari 3 kali (pada anak), lebih dari 4 kali (pada bayi)
disertai/ tanpa disertai adanya darah atau lendir.
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah ,suhu tubuh bisanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
darah atau lendir. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita
telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang
dan berat.
Pemberian cairan melalui intravena diberikan pada penderita diare akut dengan dehidrasi
berat. Cairan yang diberikan adalah:

Ringer Laktat atau garam normal, 100 mg/kgBB mulai diberi segera. Bila penderita bisa
minum berikan oralit sewaktu cairan iv dimulai.
Jumlah pemberian cairannya sebagai berikut:
1 bulan 1 tahun : 1 jam I = 30 ml/kgBB
5 jam II = 70 ml/kgBB
>1 tahun : jam I = 30 ml/kgBB
2 jam II = 70 ml/kgBB
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun, BB= 10 kg menderita diare akut
Dengan dehidrasi berat. Kebutuhan cairannya adalah:
jam I = 30x 10x 15
1x 60
= 75 tetes/menit.
2 jam II = 70x 10x 15
5x 60
= 35 tetes/ menit.
Catt : 1 cc = 15 tetes makro.
Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila
rehidrasi belum tercapai percepat tetesan iv. Juga berikan oralit 5ml/kgBB/jam bila
penderita bisa minum untuk memberi tambahan kalium dan basa, biasanya setelah 3-4
jam (bayi) atau 1-2 jam (anak). Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi keadaan
penderita. Bila tanda-tanda rehidrasi masih belum berubah atau bertambah buruk dan
terutama bila penderita juga mengeluarkan tinja cair beberapa kali, jumlah total cairan
yang diberikan untuk rehidrasi harus ditingkatkan.

Kebutuhan cairan hari pertama pada dehidrasi berat :


3-10 kg = 205 ml/kgBB/ 24 jam ( 80+25+100)
10-15 kg = 175 ml/kgBB/ 24 jam ( 70+25+80)
10-15 15-25 kg = 140 ml/kgBB/ 24 jam ( 50+25+65)

Kebutuhan cairan hari kedua dan selanjutnya (NWL+ CWL) :


3-10 kg = 125 ml/kgBB/ 24 jam ( 25+100)
10-15 kg = 105 ml/kgBB/ 24 jam ( 25+80)
15-25 kg = 90 ml/kgBB/ 24 jam ( 25+65)
Setelah teratasi dehidrasi berat penatalaksaan dilanjutkan sesuai dengan tanda-tanda
dehidrasi yang ada apakah dehidrasi sedang atau ringan.

Diare dengan beberapa komplikasi.


Malnutrisi energi protein ringan,sedang dan berat tipe marasmus dengan diare dehidrasi
berat.
Jenis cairan : DD atau 2a + KCl 10 mEq/500 cc
Jumlah cairan = PWL+ NWL+ CWL (dalil Darrow).
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg menderita malnutrisi energi sedang tipe
marasmus dengan diare dehidrasi berat, kebutuhan cairannya adalah:- 4 jam I = 60 x 10x
15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 190x 10x 15
20x 60
= 24 tetes/menit.
Cara dan lama pemberian cairan sama dengan diare dengan dehidrasi berat

Malnutrisi energi protein berat tipe marasmik-kwaskoiskor atau tipe kwaskioskor


dengan diare dehidrasi berat.
Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 cc
Jumlah cairan : 4/5 (PWL+ NWL+ CWL)
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg menderita malnutrisi energi berat tipe
marasmik-kwaskioskor dan tipe kwaskioskor dengan diare dehidrasi berat, kebutuhan
cairannya adalah:

- 4 jam I = 60 x 10x 15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 150x 10x 15

20x 60
= 7 tetes/menit.
Cara dan lama pemberian cairan sama dengan penatalaksanaa diare dengan dehidrasi
berat

Diare dehidrasi berat dengan bronkopneumoni tanpa disertai kelainan jantung.


Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 cc
Jumlah cairan : PWL+ NWL+ CWL
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg diare dehidrasi berat dengan
bronkopneumoni tanpa disertai kelainan jantung , kebutuhan cairannya adalah:- 4 jam I =
60 x 10x 15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 190x 10x 15
20x 60
= 24 tetes/menit.
Cara dan lama pemberian cairan sama dengan penatalaksanaa diare dengan dehidrasi
berat.

Diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energi protein ringan, sedang, berat tipe
marasmus disertai bronkopneumoni tanpa kelainan jantung.
Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 cc
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti diare dehidrasi berat dengan
bronkopneumoni.
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg diare dehidrasi berat dengan malnutrisi
energi protein ringan, sedang, berat tipe marasmus disertai bronkopneumoni tanpa
kelainan jantung , kebutuhan cairannya adalah:
4 jam I = 60 x 10x 15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 190x 10x 15
20x 60
= 24 tetes/menit.

Diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energi protein berat tipe marasmik-kwasioskor
dan tipe kwaskoiskor yang disertai bronkopneumoni tanpa kelainan jantung.
Jenis cairan : Dgaa atau 2a +KCl 10 mEq/500cc
Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti diare dehidrasi berat dengan
malnutrisi energi protein berat tipe marasmik-kwaskioskor dan tipe kwashioskor

Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg diare dehidrasi berat dengan malnutrisi
energi protein berat tipe marasmik-kwaskioskor dan tipe kwaskoiskor disertai
bronkopneumoni tanpa kelainan jantung , kebutuhan cairannya adalah:
4 jam I = 60 x 10x 15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 190x 10x 15
20x 60
= 24 tetes/menit.

Diare dehidrasi berat dengan kelainan jantung bawaan.


1. CHD dengan right to left shunt disertai dehidrasi berat.
Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500cc
Jumlah cairan : PWL+ NWL+ CWL
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg menderita CHD dengan right to left shunt
disertai dehidrasi berat, kebutuhan cairannya adalah:
4 jam I = 60 x 10x 15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 190x 10x 15
20x 60
= 24 tetes/menit.
Cara dan lama pemberian cairan sama dengan penatalaksanaa diare dengan dehidrasi
berat
2. CHD dengan left to right shunt disertai dehidrasi berat.
Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 cc
Jumlah cairan : 4/5 (PWL+ NWL+ CWL)
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg CHD dengan left to right shunt disertai
dehidrasi berat, kebutuhan cairannya adalah:
4 jam I = 60 x 10x 15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 150x 10x 15
20x 60
= 24 tetes/menit.
Cara dan lama pemberian cairan sama dengan penatalaksanaa diare dengan dehidrasi
berat
3. CHD dengan gagal jantung.

Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 cc


Jumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti dengan left to right shunt disertai
dehidrasi berat.
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10, CHD dengan gagal jantung.
kebutuhan cairannya adalah:

4 jam I = 60 x 10x 15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 150x 10x 15
20x 60
= 7 tetes/menit.

Diare dehidrasi berat yang disertai kejang.


Jenis cairan : DG atau 2a +KCL 10 mEq/500 cc
Jumlah cairan : PWL+ NWL+ CWL
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg, diare dehidrasi berat yang disertai
kejang.
kebutuhan cairannya adalah:
4 jam I = 60 x 10x 15
4x 60
= 38 tetes/menit.
20 jam II = 190x 10x 15
20x 60
= 24 tetes/menit.

Kolera
Merupakan suatu penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan dan disebabkan
bakteria jenis vibrio cholerae. Ditandai dengan gejala diare dengan tinja seperti air cucian
beras dan kadang-kadang disertai muntah dan turgor cepat berkurang, timbul asidosis dan
tak jarang disertai renjatan.
Berbeda dengan gastroenteritis akut lainnya, pada kolera dehidrasi berat dapat terjadi
dalam waktu kurang dari 24 jam dengan concomitant loss berkisar antara 0-25% dari
berat badan dalam 24 jam.
Guttman dan pierce (1969) telah menyelidiki tinja penderita kolera dan berpendapat
bahwa pada tinja tersebut ditemukan lebih sedikit jumlah natrium dan lebih banyak ion
kalium pada penderita kolera anak dibandingkan dewasa.Akibat kehilangan cairan
elektrolit yang banyak yang dapat terjadi dalam waktu yang singkat, dapat timbul
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan.

Cairan yang diberikan yaitu:


a. Cairan Ringer Laktat diberikan dengan kecepatan:
- 1 jam I = 10 tetes/ kgBB/ menit.
- 7 jam berikut = 3 tetes/ kgBB/ menit.
b. Bila terdapat renjatan, cairan diberikan dengan diguyur, selanjutnya
pemberian cairan seperti diatas.
c. 4 jam kemudian hanya diberikan oralit saja, kemudian boleh pulang.
Contoh :
Seorang anak laki-laki umur 2 tahun BB=10 kg, menderita kolera.
kebutuhan cairannya adalah:
-1 jam I = 1010
= 100 tetes.
-7 jam berikut = 3 x 10
= 30 tetes.

Tindakan pencegahan diare


Banyak kasus diare tersebar dari orang-ke-orang. Tindakan pencegahan diare berikut dapat
membantu seorang individu menghindari diare dan infeksi virus atau bakteri lainnya:
1. merawat anak yang sakit atau orang dewasa dengan hati-hati, mencuci
tangan setelah mengganti popok bayi, membantu penggunaan individu
kamar mandi, atau membantu individu di sekitar rumah.
2. Anak-anak harus diinstruksikan untuk mencuci tangan mereka, terutama
setelah menggunakan kamar mandi dan ketika ingin makan.
3. Gunakan perawatan ketika mempersiapkan unggas mentah atau daging.
Makanan harus dimasak sampai suhu yang direkomendasikan.
4. Buah-buahan dan sayuran dikonsumsi mentah harus dibilas dengan air
bersih.
5. Pasteurisasi (mentah) susu yang dapat terkontaminasi dengan bakteri dan
selalu harus dihindari. Jus atau sari buah yang tidak di pasteurisasi harus
dihindari bahkan jika sumber tersebut tidak diketahui karena buah mungkin
telah datang dalam kontak dengan kotoran hewan yang terkontaminasi di
kebun.
6. Hati-hati saat bepergian, terutama ke luar negeri. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, selektiflah memilih makanan dan minuman guna
pencegahan diare.

Pencegahan Diare
Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease).
Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa. Dua pembunuh
terbesar anak-anak balita (bawah lima tahun) adalah diare dan radang paru-paru.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:

Pemakaian botol susu yang tidak bersih

Menggunakan sumber air yang tercemar

Buang air besar disembarang tempat

Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan
yang kotor.

Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare. Mulai dari kebersihan
alat makan anak sampai kebersihan setelah buang air kecil/buang air besar. Semua yang dapat
mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam mulut anak harus diawasi.
Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu mencuci tangan dengan sabun.
Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan sabun, jika diterapkan secara luas, akan
menyelamatkan lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, khususnya balita
Tak kalah penting adalah pemberian ASI minimal 6 bulan. Sebab, di dalam ASI terdapat
antirotavirus yaitu imunoglobulin. Makanya, anak-anak yang minum ASI eksklusif jarang
menderita diare. Selain ASI, imunisasi campak ternyata bisa mencegah diare, tambah dr.
Luszy Arijanty, Sp.A.
Penyebab utama diare pada orang dewasa adalah bakteri yang mengkontaminasi makan dan
minuman, sehingga mencegah diare pada orang dewasa adalah dengan memperhatikan
kebersihan makanan dan minuman. Jadi pilihlah makanan yang tetap dalam keadaan baik,
saran dr. Ari Fahrial Syam, SP.PD, KGEH, MMB.
Suntikan Vaksin Rotavirus
Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000 orang per tahun. Kematian anak karena diare
50.400 orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di antaranya akibat rotavirus. Di Jakarta dan
Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare dari rotavirus.
Rotavirus ditemukan pertama kali oleh Ruth Bishop (Australia) tahun 1973. Di Indonesia
rotavirus ditemukan pada 1976. Rotavirus kemungkinan masuk ke tubuh manusia bukan hanya

lewat oral tapi juga melalui saluran pernafasan.


Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui
mulut). Sayangnya di Indonesia, vaksin rotavirus ini belum ada. Namun karena rotavirus
generasi awal itu strainnya sama dengan yang di dunia, G1, G2, G3, dan G4, maka vaksin yang
sudah ada di negara lain bisa digunakan.
Tahun 2005, strain rotavirus di Indonesia berubah menjadi G9. Jenis ini jarang meski sempat
ditemukan di India. Saat ini Amerika, hampir di semua negara Eropa, Cina, India, Bangladesh
dan Filipina, sudah menggunakan vaksin rotavirus. Bahkan di Filipina dan Amerika vaksinasi
rotavirus termasuk diwajibkan.
Sementara itu di Indonesia, vaksinasi rotavirus belum ada. Rotavirus diberikan 2-3 kali pada
bayi usia 6-8 minggu. Harganya memang masih mahal Rp 300 ribu-500 ribu satu kali vaksin.
Jika digunakan massal, bisa lebih murah sebagaimana hepatitis B. Saat ini vaksin rotavirus
buatan Merck dan GSK sudah masuk proses izin di BPOM.
Apabila disetujui Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan), selanjutnya menyiapkan
delapan rumah sakit (enam rumah sakit pendidikan, RSUD Kodya Yogyakarta dan RSUD
Purworejo) untuk post marketing surveillens vaksin rotavirus. Vaksin diharap bisa mengurangi
diare akibat rotavirus.
Pencegahan Diare
Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease).
Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa.

Penyakit diare dapat ditularkan melalui:


* Pemakaian botol susu yang tidak bersih
* Menggunakan sumber air yang tercemar
* Buang air besar disembarang tempat
* Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.

Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare.


Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang air kecil/buang air besar.
Semua yang dapat mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam mulut anak harus
diawasi.

Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu mencuci tangan
dengan sabun. Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan sabun, jika diterapkan secara luas,
akan menyelamatkan lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, khususnya balita

Tak kalah penting adalah pemberian ASI minimal 6 bulan. Sebab, di


dalam ASI terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin. Makanya, anak-anak yang minum ASI
eksklusif jarang menderita diare.
Harapan :
ORTU mengerti dengan benar apa itu diare, bagaimana penangannya secara tepat, mengetahui
tanda2 dehidrasi
Akan bisa membantu munurunkan tingkat kematian anak akibat diare.
PENCEGAHAN DIARE
Untuk menghindari supaya tidak tertular diare, berikut cara pencegahan yang bisa dilakukan.
1. Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, sampai umur 4 - 6 bulan.
Pemberian ASI mempunyai banyak keuntungan bagi bayi atau ibunya. Bayi yang mendapat ASI lebih
sedikit dan lebih ringan episode diarenya dan lebih rendah risiko kematiannya jika dibanding bayi yang
tidak mendapat ASI. Dalam 6 bulan pertama, kehidupan risiko mendapat diare yang membutuhkan
perawatan dirumah sakit dapat mencapai 30 kali lebih besar pada bayi yang tidak disusui daripada
bayi yang mendapat ASI penuh. Hal ini disebabkan karena ASI tidak membutuhkan botol, dot, dan air,
yang mudah terkontaminasi dengan bakteri yang mungkin menyebabkan diare. ASI juga mengandung
antibodi yang melindungi bayi terhadap infeksi terutama diare, yang tidak terdapat pada susu sapi
atau formula. Saat usia bayi mencapai 4 - 6 bulan, bayi harus menerima buah-buahan dan makanan
lain untuk memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat, tetapi ASI harus tetap terus diberikan paling

tidak sampai umur 2 tahun.


2. Hindarkan penggunaan susu botol.
Seringkali para ibu membuat susu yang tidak langsung habis sekali minum, sehingga memungkinkan
tumbuhnya bakteri. Juga dot yang jatuh, langsung diberikan bayi, tanpa dicuci. Botol juga harus dicuci
dan direbus untuk mencegah pertumbuhan kuman.
3. Penyimpanan dan penyiapan makanan pendamping ASI dengan baik, untuk mengurangi paparan
dan perkembangan bakteri.
4. Penggunaan air bersih untuk minum.
Pasokan air yang cukup, bisa membantu membiasakan hidup bersih seperti cuci tangan, mencuci
peralatan makan, membersihkan WC dan kamar mandi.
5. Mencuci tangan (sesudah buang air besar dan membuang tinja bayi, sebelum menyiapkan makanan
atau makan).
6. Membuang tinja, termasuk tinja bayi secara benar.
Tinja merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Keadaan ini terjadi baik pada yang diare maupun
yang terinfeksi tanpa gejala. Oleh karena itu pembuangan tinja anak merupakan aspek penting
pencegahan diare.
7. Imunisasi Campak.
Anak-anak yang menderita campak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjangkit diare atau disentri
yang berat dan fatal. Karena kuatnya hubungan antara campak dan diare, imunisasi campak yang
diberikan dapat mencegah sampai 25 % kematian balita.
YANG PERLU DIWASPADAI DAN DILAKUKAN Akibat diare pada anak yang sering kali bersifat fatal
adalah, keadaan yang disebut dengan dehidrasi, yaitu hilangnya cairan dan elektrolit dari tubuh akibat
diare yang tidak bisa diimbangi dengan pemasukkan cairan lewat mulut (minum). Hal ini disebabkan
karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dibanding yang bisa masuk, sebagai akibat adanya
muntah atau memang terlalu berat diarenya. Terapi dirumah adalah bagian yang penting dari
tatalaksana dari diare agar anak tidak dehidrasi. Bila anak mengalami diare, beri cairan lebih banyak
dari biasanya, untuk mencegah dehidrasi.
Bermacam-macam cairan bisa diberikan sebagai pengobatan dini untuk mencegah dehidrasi. Beberapa
macam cairan keluarga bisa berupa air tajin, sup, atau yoghurt. Tetapi bila ada, berilah oralit yang
sudah banyak tersedia di apotik/toko obat. Apabila anak masih minum ASI, tetap harus diberikan
tanpa batas, semau anak. Bila sudah mendapat makanan pendamping ASI (yang berumur lebih dari 4
-6 bulan), makanan tetap harus diberikan, untuk mencegah kekurangan gizi, sedikitnya 6 kali sehari.
Sebaiknya menghindari teh yang sangat manis, kopi, soft drink dan minuman buah komersial yang
manis, karena akan memperparah diarenya. Apabila tinja yang keluar cair dan amat sering, muntah
berulang, anak tidak dapat makan/minum seperti biasanya, harus diwaspadai; sebaiknya segera
dibawa ke rumah sakit. Apalagi bila sudah tampak tanda-tanda dehidrasi (anak rewel,gelisah,nampak
kehausan, mata cekung, bibir kering, kencing berkurang, badan panas, nafas yang cepat) anak sudah
memerlukan cairan infus untuk mengejar kehilangan cairan akibat diare/muntah.
Sebaiknya jangan sampai terlambat membawa ke rumah sakit. Karena apabila sudah jatuh ke dalam
keadaan dehidrasi berat, akan lebih sulit untuk mengatasinya. Ini disebabkan karena semua pembuluh
darahnya mengempis, sel-sel tubuh akan rusak/ mati, sehingga sangat besar kemungkinan untuk
terjadi kematian. Tentunya kita tidak ingin kehilangan anak- anak kita akibat diare. Diare sebetulnya

tidak akan berakibat fatal apabila tidak terlambat dalam pemberian cairan untuk mengatasi dehidrasi.
Karena kematian pada diare adalah disebabkan karena dehidrasi ini. Jadi yang penting dilakukan pada
anak yang diare adalah mencegah jangan sampai mengalami dehidrasi. Tetapi hal yang paling baik
adalah mencegah jangan sampai mengalami diare. Bukankah pencegahan itu lebih baik dari pada
mengobati? *

You might also like