Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR KATA
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatulaahi wabarakaatuhu,
Syahdan, karangan yang ringkas ini adalah khulasoh dari pidato yang
kami ucapkan dalam salah satu rapat lengkap di Garut pertengahan bulan
lalu yang diselenggarakan oleh Partai Politik Islam Masyumi daerah
Priangan dan dihadiri oleh semua Cabang Masyumi seluruh Priangan,
wakil dari G.P.I.I daerah Priangan, Hizbullah, Sabilillah, Muslimat, G.P.I.I.
Putri, dan pihak lainnya yang menerima undangan untuk sidang tersebut.
Karangan ini dinamakan HALUAN POLITIK, satu pedoman yang amat
diperlukan bagi Masyumi dan cabang-cabang usahanya, terutama di
zaman revolusi ini, di masa perubahan masyarakat dan peredaran zaman
yang serba cepat laksana kilat. Sedapat mungkin cara menerangkannya
kami atur semudah-mudahnya (elementair), agar memudahkan masuk ke
dalam data dan pikiran rakyat murba (jelataed).
Mudah-mudahan karangan ini dapat membantu meringankan beban
para pemimpin Islam dan alim-ulama dalam kewajibannya membimbing
Ummat dan bangsa menuju Mardlotillah dan Rahmatillah, di dunia dan di
akhirat; karena pertolongan dan kurnia Allah jua adanya. Aamiin.
Selain itu, harapan kami kepada sekalian pembaca yang budiman,
jika terdapat kekurangan, kekecewaan, atau kekeliruan di dalamnya, sudi
kiranya karena Allah bersedia menyampaikannya dengan segera
kepada Pengarang risalah ini sendiri. Sebaliknya, jika ditemukan kebaikan
dan kebenaran, hendaklah karena Allah juga bersedia menyiarkannya
kepada sekalian handai taulan dan kawan-kawan sekelilingnya.
Atas bantuan pada arif budiman itu, terlebih dulu kami mengucapkan
banyak terima kasih, serta Alhamdulillah.
Wassalam
S.M. KARTOSOEWIRJO
Malangbong, Awal Ramadhan 1365, Awal Agustus 1946
BAB I
POLITIK
Politik asal mulanya diambil dari bahasa asing, polis, yang maknanya
kota negeri atau negara, sehingga kata-kata politik itu mengandung
makna cara-cara mengatur dan memerintah sesuatu negara.
sebagai
bangsa
yang
diperhamba,
bangsa
yang
hamba-sahaya,
yang
hidupnya
untuk
ditindas
dan
diperas
setelah
selesai
Perang
Dunia
yang
pertama
dan
sekarang
pada
zaman
merdeka
dicintai
dan
disukai.
BAB II
CITA-CITA DAN KENYATAAN
(Ideologi dan Realiteit[2])
Di dalam perjuangan politik, kita selalu harus berpegangan kepada
dua akidah politik. Akidah yang pertama ialah ideologi atau CITA-CITA,
tepatnya maksud dan tujuan dari perjuangan politik. Tiap-tiap usaha dan
amal politik yang dilakukannya harus dan wajib diarahkan kepada
tercapainya ideologi itu, walaupun betapa besar goda dan coba dalam
perjalanan itu.
Adapun akidah politik kedua ialah realiteit, artinya KENYATAAN, yaitu
bukti syariat yang terletak di depan mata kita. KENYATAAN itu dapat
merupakan sejumlah kekuatan, jiwa, harta, kecakapan, kepandaian, dan
lain-lain. Semuanya itu menjadi syarat dan alat perjuangan untuk
mendekati dan mencapai maksud serta tujuan (ideologi).
Sebuah tamsil[3] mungkin dapat memudahkan kita berpikir secara
politik. Taruhlah, kita ingin pergi ke Bandung atau Jakarta. Menginjak
Bandung atau Jakarta adalah maksud kita. Itulah ideologi kita. Lalu, kita
mencari dan memperoleh syarat dan alat untuk menyempurnakannya
perjalanan sehingga sampai di Bandung atau Jakarta. Dikumpulkannya
uang
untuk
berbagai
biaya
di
perjalanan,
serta
dipersiapkannya
untuk
melangsungkan
perjalanan
itu
dengan
jalan
kaki
perjalanan
atau
harus
merangkak-rangkak
terus dilangsungkan,
sekalipun
asal
BAB III
ALAM PERJUANGAN
Mengingat sifat dan keadaannya, alam perjuangan yang kini sedang
kita hadapi bolehlah kita bagi menjadi dua bagian.
Pertama, alam perjuangan sejak mula proklamasi Indonesia Merdeka (17
Agustus 1945) hingga kemerdekaan Indonesia bulat 100%.
Adapun
yang
dikatakan
100%
ialah
manakala negara kita lepas dan bebas dari gangguan penjajahan asing,
baik imperialisme Belanda maupun imperialisme lainnya. Lagi pula,
kemerdekaan yang 100% itu tidak hanya berlaku atas sebagian atau
beberapa bagian dari kepulauan Indonesia saja, melainkan kemerdekaan
100% atas dan bagi seluruh kepulauan Indonesia.
Kedua, alam perjuangan setelah Indonesia Merdeka bulat 100%.
Pada waktu itulah orang berjuang dengan sepenuh kekuatannya untuk
membela dan mempertahankan keyakinan dan ideologinya masingmasing. Tiap-tiap golongan dan partai berikhtiar dan berdaya-upaya
dengan segenap usahanya untuk mengembangkan ideologi di kalangan
rakyat. Karena Republik Indonesia berdasarkan kedaulatan Rakyat, suara
rakyat yang terbanyak itulah yang akan memegang kekuasaan negara.
Jika komunisme yang diikuti oleh sebagian besar rakyat, pemerintah
negara akan mengikuti haluan politik sepanjang ajaran komunisme. Bila
sosialisme atau nasionalisme yang menang suara, sosialisme dan
nasionalisme-lah yang akan menentukan haluan politik negara.
Demikian pula, jika Islam yang mendapat karunia Tuhan menang
dalam perjuangan politik itu, Islam pulalah yang akan memegang
tampuk
pemerintahan
negara.
Dengan
demikian,
pada
waktu
itu
Pada saat itulah, kita hidup di dalam Dunia Baru, yang boleh kita
gelari Al-Daulatul-Islamiyah. Selanjutnya, tentang hal ini akan kami
bentangkan (jelaskaned) di bagian lain. Oleh sebab itu, perjuangan
kedua ini bolehlah dinamakan alam perjuangan ideologi.
BAB IV
REVOLUSI NASIONAL DAN REVOLUSI SOSIAL
ke
luar,
yang
menolak
tiap-tiap
penjajahan.
Perjuangan
mulut
diplomasi
itu
tidak
terambing
dan
tidak
mempertahankan
kemerdekaannya
dan
menegakkan
Dalam hal ini, yakinilah, tiap-tiap muslim, bahwa fardlu ain-lah yang
menuntut dan mendorong dirinya untuk menolak tiap-tiap penjajahan,
melakukan jihad fi
dengan
harta dan jiwanya, dan apa pun juga yang dikehendaki untuk berkorban
di jalan yang suci itu. Selain itu, tiap-tiap warga negara Indonesia
lainnya juga tidak terlepas dari pertanggungan beban dan kewajiban
yang utamasebagai seorang warga dari suatu negara yang telah
merdekauntuk
mempertahankan
dan
menegakkan
kedaulatan
ikatan
masyarakat
di
tempat
atau
daerah
tersebut
dan
dan
Revolusi
Sosial),
yang
pertama
dapat
kita
namakan Jihadul Asgar (jihad keciled) dan yang kedua Jihadul Akbar
(jihad
besared).
Selain
itu,
sebagai
tambahan
bolehlah
pula
BAB V
IDEOLOGI ISLAM
Berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya, ideologi Islam tidak hanya
menuju kepada keselamatan dunia, melainkan juga kesejahteraan akhirat.
Apabila kita sebagai ahli ilmu jiwa (psycholoog[6]) dan sebagai ahli
ilmu
(sosioloog[7])
masyarakat
meneropong
jiwa
dan
gerak-gerik
Islam,
terdengarlah
suara
sayup-sayup
laksana
teriakan
republik
yang
berdasar
Islam;
2) Hendaklah pemerintah dapat menjamin berlakunya hukum syara
agama Islam; dalam arti yang seluas-luas dan sesempurnasempurnanya;
3) Kiranya tiap-tiap muslim mendapat kesempatan dan lapangan
usaha untuk melakukan kewajibannya, baik dalam bagian duniawi
maupun dalam urusan ukhrowi;
4) Kiranya Rakyat Indonesia, teristimewa sekali Ummat Islam, terlepas
dari tiap-tiap perhambaan yang manapun jua.
Dengan ringkas tapi tegas, bolehlah kita katakan bahwa CITA-CITA Ummat
Islam (ideologi Islam) ialah hendak membangunkan Dunia Baru atau
Dunia Islam, atau dengan kata-kata (terminologi) lain, Darul Islam.
saat
bertemu
dengan
ujung
kesudahan
hidupnya;
setelah
dan
rahmatillah
di
dunia
BAB VI
TAKTIK DAN SIKAP PERJUANGAN
Tiap-tiap pemuka dan penganjur perjuangan sadar dan insaf,
mengerti dan mengetahui, bahwa untuk mencapai suatu CITA-CITA atau
ideologi harus dan wajib dilakukan taktik dan dibuat sikap perjuangan
yang tepat, dengan mengingati (mempertimbangkaned) keadaan masa
(waktu) dan keadaan masyarakat.
Pemimpin yang ulung dan bijaksana dalam perjuangan tidaklah
mudah menggerakkan kaki dan tangan, bibir dan penanya, hanya asal
berjuang saja. Akan tetapi, tiap-tiap gerak dan langkahnya harus
bersandarkan
kepada
perhitungan
yang
pasti
(setepat
mungkin,
berusaha
menyelaraskan
tiap-tiap
langkah
dan
amal
akhirat,
baik
buat
diri
maupun
buat
masyarakat
seluruhnya.
Syahdan, maka pada waktu ini kita menghadapi perjuangan dua
muka
(twee-fronten-strijd).
Yang
pertama
adalah
perjuangan
ke
menjadi
satu
negara
merdeka
yang
kokoh,
kuat,
dan
perhatian
kita
atasnya.
Setiap
waktu
harus
kita
pergunakan dan setiap jalan ke arah itu harus kita tempuh, meskipun
terpaksa melampaui ranjau dan bencana yang maha-hebat dan dahsyat.
Maka, setengah pemuka perjuangan berpendapat bahwa Revolusi
Sosial harus diselesaikan lebih dulu. Sebab, ia (merekaed) berkeyakinan
bahwa
Revolusi
Nasional
sesempurna-sempurnanya,
tidak
jika
akan
Revolusi
berlaku
Sosial
sehebat-hebat
dan
belum
dulu
lebih
diselesaikan.
Sebaliknya, setengah dari pemuka perjuangan lainnya berpendapat
bahwa penyelesaian Revolusi Nasional harus didahulukan. Sebab pada
anggapan dan keyakinan pihak perjuangan ini, masalah dalam (Revolusi
Sosial) adalah barang yang agak mudah, yang dapat diselesaikan antara
kita dengan kita, sedangkan sementara ini musuh sudah bersarang di
tengah-tengah masyarakat kita. Lebih lanjut, menurut pihak ini, Apa
artinya kita meneguhkan kedaulatan republik kita, jika pengaruh penjajah
nanti sudah masuk dalam tulang sumsum rakyat kita? Malah tiap-tiap
ideologi pun tidak lagi mempunyai hak hidup dan hak berlaku dengan
sepertinya, selama kita masih selalu tergoda oleh nafsu angkara murka
yang senantiasa ingin menjajah bangsa kita itu.
Memang! Sekalian (semuaed) pemuka dan pemimpin sudah
sepakat
kata,
bahwa
tiadalah
sesuatu
CITA-CITA
(ideologi)
dapat
mengutamakan
dan
mendahulukan
Revolusi
Nasional
lebih
kedua,
jika
dengan
pertolongan
dan
karunia
lapisan
rakyat,
sehingga
mungkin
terjadi
tempat
atau
daerah
itu
sendiri
saja,
tetapi
juga
revolusi
yang
kita
harapkan
ialah
revolusi
yang
BAB VII
MENUJU KE ARAH DARUL ISLAM DAN DARUS SALAM
Hatta[11], berikut ini kami hendak coba menerangkan gambaran amal
dan usaha, gambaran cara dan rencana, gambaran jalan dan arah, yang
dapatdengan izin Allah juamembuka pintu gerbang Dunia Baru yang
selalu menjadi rindu-dendam kita, yaitu Dunia Islam atau Darul Islam.
Lebih dulu, kami nyatakan di sini bahwa rencana dan usaha itu
didasarkan
atas
keadaaan
yang
biasa
(normal,
senormal mungkin,
menurut keadaan dewasa ini) dan melalui hukum-hukum yang sah (legal),
baik dalam pandangan negara maupun dalam pandangan agama.
Adapun, kalau sewaktu-waktu, sekonyong-konyong terjadi peristiwaperistiwa yang luar biasa (abnormal)yang semuanya itu tidak mustahil
terutama pada zaman revolusi seperti sekarang ini, cara melakukannya
kami serahkan dan percayakan kepada kebijaksanaan para pemimpin
Ummat dan pemimpin negara. Hanya, kita tahu bahwa suatu penyakit
mungkin sembuh jika diobati dengan anasir[12] yang melawan penyakit
itu. Kalau kurang vitamin, ditambahnya dengan vitamin lain. Kalau kurang
gemuk, ditambahnya dengan penambah gemuk lain. Kalau dihinggapi
penyakit
pes,
disuntiknya
dengan
serum
anti-pes.
Pun,
demikian
lingkungan
negara
yang
teratur/geordende
staat),
Islam
adalah
sebagian
dari
rakyat Indonesia seluruhnya. Oleh sebab itu, kita pun akan mengambil
bagian yang besar pula dalam menyelesaikan Revolusi Nasional, yang
pada saat ini merupakan kewajiban yang pertama (utamaed) atas kita
sekalian. Lebih-lebih lagi, kita yakin dengan sepenuh-penuh keyakinan
bahwa tiada tempat dan lapangan usaha serta lapangan hidup bagi
ideologi manapun juga, melainkan apabila negara kita sudah sungguhsungguh merdeka 100%. Andai kata, negara kita tidak merdeka 100%.
(misalnya, hanya merupakan gemeentebest[14], dominion status[15], atau
lain-lainnya), tidak satu ideologi rakyat pun yang boleh berkembang biak
di Indonesia. Oleh karenanya, mau atau tidak mau, insaf atau tidak insaf,
tiap-tiap warga negara harus merasa wajib ikut menyelesaikan Revolusi
Nasional,
menentang
tiap-tiap
usaha
penjajahan
dari
imperialisme
manapun juga.
Kedua, seperti telah disunting sebelumya, saat kita melakukan
kewajiban ikut serta dalam penyelesaian Revolusi Nasional, sekali-kali kita
tidak boleh lengah atau melupakan usaha kita di dalam bagian
pembangunan, yaitu Revolusi Sosial. Sedangkan, harapan dan syaratsyarat
untuk
menyelenggarakan
Revolusi
Sosial
itu
sudahlah
kita
100%. Sebab walaupun betapa pula halnya, semasa Revolusi Nasional kita
belum selesai, selama itu keadaan di dalam negara belum tetap
(konstant), selalu berubah-ubah dan beralih-alih sesuai dengan sifat
zaman Revolusi, sifat perubahan masyarakat yang terjadi dengan cara
yang serba cepat dan di dalam waktu yang amat singkat. Ditambah lagi,
Indonesia sebagai negara baru dan negara muda, niscayalah kekurangan
alat, syarat, dan rukun, baik yang merupakan manusia maupun benda,
kecakapan, kepandaian, peraturan negara, dan lain-lain. Misalnya, pada
waktu ini Indonesia belum mempunyai Majelis Permusyawaratan Rakyat
(Parlemen atau Majelis Syuro), padahal majelis yang seperti itu (Majelis
Tahkim, majelis pembuat hukum/undang-undang negara) amat penting
terbentuknya dalam suatu negara yang merdeka, terutama di negara kita
yang berdasarkan kepada kedaulatan rakyat 100%.
Namun, walaupun betapa pula halnya, kami tidak sekali-kali berkecil
hati, bahkan kami yakin bahwa penyelenggaraan dan perlengkapan
(penyempurnaaned) usaha pembangunan makin hari makin mendekati
kepada kesempurnaannya. Pada waktu ini, mau atau tidak mau, kita harus
dan wajib berdayung dengan kemudi yang terletak di tangan kita.
Maka, usaha kita dalam bagian ini (Revolusi Sosial), dapatlah kiranya
dibagi dalam beberapa bagian, di antaranya yang teramat penting dan
harus kita perbincangkan di sini ialah Bagian Politik.
A. Hendaknya Ummat Islam jangan ketinggalan dalam [pembentukan
ed] badan-badan perwakilan rakyat, mulai di tempat-tempat yang
sekecil-kecilnya (desa) sampai kepada pusatnya, malahan hendaknya
sampai
pula
kepada
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
yang
terluang
baginya
dan
masyarakat
menghendaki
serta
besar
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
dan
menurut
yang rakyatnya 90% memeluk agama Islam, paham yang serupa itu
nyatalah keliru, salah, dan sesat.
Andai kata kewajiban Ummat Islam dalam bagian pemerintahan
negara yang dua bagian itu telah lengkap (legislatif dan eksekutif),
belum juga sempurna.
C. Kalau hukum telah ditentukan (legislatif), hakim (yang dijalankan
hukum atasnya) pun keadaannya harus sesuai dengan hukum hakim
itu. Adapun yang menjadi hukum dalam hal ini ialah rakyat murba,
rakyat Indonesia seluruhnya yang menjadi warga negara Indonesia.
Riwayat
zaman
penjajahan
Belanda,
lebih-lebih
lagi
zaman
senyata-nyatanya.
Undang-undang
dibuat
dan
diumumkan;
semestinyasuatu
bukti
bahwa
suka
Sekarang, Indonesia
Rakyatnya
menjadi
rakyat
sudah
yang
menjadi
merdeka
negara
juga,
dan
Tetapi, kalau rakyat belum sadar dalam politik, semua teori itu akan
sia-sia belaka, ibarat pohon yang berkembang tapi tidak berbuah.
Oleh sebab itu, di zaman merdeka, rakyat harus diberi pendidikan atau
pengajaran, dituntun dan dipimpin, hingga sadar dalam politik
(politik bewust), sampai ia insaf bahwa ia menjadi rakyat atau bangsa
yang merdeka; mempunyai negara yang merdeka; mempunyai tanah
air yang merdeka; mempunyai pemerintah yang wajib ia taati.
Gemblengan seperti ini tidak cukup dengan cerita dan berita saja,
melainkan harus disertai dengan bukti yang nyata, sehingga tiap-tiap
warga negara, terutama rakyat murba, sungguh-sungguh mengisap
hawa yang merdeka dan hidup dalam suasana merdeka. Dengan tidak
bosan-bosan kami mengulangi kalimat, Bukti! Sekali lagi: Bukti!
Rakyat menuntut bukti!
Kalau demikian halnya, In syaa Allah dengan sadar atau tidak sadar
rakyat akan mengikuti perintah dan seruan serta komando dari
pemimpin dan pemerintah.
D. Selain itu, kita sebagai Ummat Islam masih pula menanggung beban
dan
kewajiban
terhadap
khalayak
ramai,
yaitu
menuntut
dan
dan
kepada
dirinya
sendiri,
maka
mulaikanlah
meluas,
bangunkanlah Darul
cukup
Islam di
untuk
sekampung
kampung atau
desa
atau
itu!
sedesa,
Begitulah
merdeka,
dari
bangsa
yang
berabad-abad
lamanya
disangkanya mati itu, dari bangsa itulah timbul ksatria suci yang
sanggup mempertahankan dan menyentausakan Haq (kebenaran) dan
mengenyahkan segenap yang bathil (penjajahan dan penyakit dunia
lainnya)!
Alhamdulillah. Perlu pula agaknya di sini diterangkan bahwa semuanya itu
terjadi menurut (bergantung padaed) tempat dan waktu, mengingat
keadaan masyarakat pada masa itu, serta kesempatan dan jalan yang
dilapangkan untuk keperluan tersebut. Memperkosa hukum dan keadaan
bukanlah sifat dan tabiat muslim dan mumin. Oleh sebab itu, segala
kewajiban menyempurnakan Revolusi Islam atau Revolusi Rakyat Islam itu
hendaknya dilakukan dengan cara dan aturan yang sebaik-baiknya,
sampai kepada suatu tingkatan Ummat Islam menjadi cakap dan patut
menjadi contoh dan tauladan bagi warga negara yang lainnya.
Jika usaha kita dari atas ke bawah (bagian A dan B) dan dari bawah ke
atas (bagian C dan D) itu memang disertai dengan pertolongan dan
karunia Ilahi, In syaa Allah di dalam tempo yang secepat-cepatnya dunia
Islam akan terbentang di depan mata kita sekalian. Kiranya tiap-tiap
warga negara, terutama Ummat Islam, pandai, cakap, dan cukup untuk
menerima rahmat dan ridho Ilahi yang sebesar itu; satu karunia Allah
yang belum pernah dianugerahkan kepada Ummat Islam di Indonesia
sebelum zaman kita ini. In syaa Allah. Amin.
Adapun tentang Darul Islam, hal ini mutlak bergantung kepada karunia
Allah semata-mata. Tiada suatu mahluk, juga bangsa manusia yang
manapun juga, dapat ikut campur tangan di dalamnya. Hanyalah dari
ajaran agama Islam yang suci, kita mengetahui bahwa tiap-tiap jalan dan
usaha yang menuju ke Darul Islam, jalan dan usaha itu jugalah yang
menuju ke arah Darus Salam, alam yang diliputi oleh nikmat Allah selamalamanya. Mudah-mudahan Allah berkenan menyampaikan kita kepada
CITA-CITA Islam yang suci-murni itu, yaitu Darul Islam di dunia dan Darus
Salam di akhirat!
Aamiin! Yaa rabbal alamin.
Catatan kaki
[1] Nama kota di Perancis, tempat diadakannya perjanjian
antara Prussia (Jerman sebelum PD II) dengan Perancised.
[2] Kenyataaned.
[3] Analogied.
[4] Yang mengandung arti; sesuatu yang dikehendakied.