You are on page 1of 13

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

ADSORPSI ISOTERM
Dwiki Ramadhan*, Anugrah Tri Febrianto, Erni Rohmiasih, Ketti Mayang Sari,
Saubatul Islamiah, Rena.
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak Tenggara, Kalimantan Barat 78124,
Email : dwikiramadhan46@gmail.com
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul ADSORPSI ISOTERM yang
bertujuan untuk menentukan adsorpsi isotherm menurut freundlich bagi proses
adsoropsi asam asetat pada arang. Prinsip percobaan ini didasarkan pada
pengukuran banyaknya zat yang teradsorpsi pada suatu adsorben pada suhu tetap,
yaitu dengan cara mengaktifkan kabron lalu mencampurkannya dengan asam dan
dikocok pada selang waktu tertentu. Setelah itu disaring dan diambil filtratnya.
Filtrat kemudian ditambah indikator pp dan mentititrasi larutan standart dengan
menggunakan NaOH.
Percobaan ini diawali dengan mengaktifkan arang terlebih dahulu dengan
proses pemanasan. Kemudian menyiapkan larutan asam asetat dengan konsentrasi
masing masing 0,5 M; 0,25 M; 0,125M; 0,0625M; 0,0313M. Kemudian
mencampurkan asam asetat dengan larutan asam kemudian dikocok dengan
menggunakan alat rotary shaker. Setalah dikocok selama setengah jam, saring
larutan yang bercampur tersebut menggunakan kertas saring. Diperoleh larutan
jernih. Kemudian dititrasi dengan menggunakan indikator PP dan larutan standart
NaOH 0,1 M. Hasil yang diperoleh adalah konsentrasi CH3COOH yang diserap
pada konsentrasi awal 0,5M adalah; 0,25M adalah; 0,125M adalah; 0,0625M
adalah dan 0,0313 adalah
Kata kunci : Adsorpsi, Larutan Standart, Titrasi.
I.

DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Bahan yang Digunakan
No
1
2
3
4
5

Perlakuan
Asam asetat
Asam oksalat
NaOH
Karbon aktif
Indikator PP
N

Pengamatan
1.4 ml dalam 50 ml
4.501 gr dalam 100 ml
10.0046 gr dalam 250 ml
1 gr
3 tetes setiap titrasi

Perlakuan

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

Tabel 2.
Standarisasi

Pengamatan

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

o
1

Titrasi asam asetat

Setiap 2 ml, dilakukan duplo

Ditambah indikator pp

3 tetes setiap 2 ml
V1 = 1.4 ml dan V2 = 1.4 ml

V1 NaOH dan V2 NaOH

Vtitrasi =

V 1+V 2 1.4 +1.4


=
=1.4
2
2

ml
Tabel 3. Titrasi Terhadap H2C2O4 dengan NaOH
No
M H2C2O4
1 0.5 M
2 0.5 M

V titrasi H2C2O4
1 ml
1 Ml

Tabel 4. Titrasi Terhadap CH3COOH dengan NaOH


No
1
2
3
4
5

M CH3COOH
0.5 M
0.25 M
0.125 M
0.0625 M
0.0313 M

V titrasi CH3COOH
3.4 ml
1.5 ml
1 ml
0.4 ml
0.3 ml

II.
Hasil dan Pembahasan
2.1 Hasil dan Pembahasan
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapaan ion pada permukaan partikel koloid.
Adanya penyerapan ion ini menyebabkan kondisi menjadi stabil. Atau dengan kata
lain, adsorpsi adalah proses fisik dan kimia dimana senyawa berakumulasi di
permukaan (interface) antar dua fasa. Interface merupakan suatu lapisan yang
homogen antara dua permukaan yang saling berkontak. (Rusmiati, dkk. 2015).
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi.Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam
absorbens sedangkan pada adsorpsizat yang diserap hanya terdapat pada
permukaannya (Sukardjo, 1990). Suatu adsorbens dengan bahan dan jenis tertentu,
banyaknya gas yang dapat diserap,makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi
atau gas tersebut mudah dicairkan.Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang
digunakan, maka semakin banyak gas yang dapat diserap. Luas permukaan sukar

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

ditentukan, hingga biasanya dayaserap dihitung tiap satuan massa adsorben. Daya
serap zat padat terhadap gastergantung dari jenis adsorben, jenis gas, luas permukaan
adsorben, temperatur dantekanan gas (Atkins, 1990).
Dalam adsorpsi kimia molekul adsorbat dan adsorben membentuk sistem
homogen, sedangkan dalam adsorpsi fisika dapat dianggap sebagai dua sistem
individu. Adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia dibedakan oleh energi adsorpsi,
reversibility, dan ketebalan lapis adsorben. Adsorpsi fisika energinya rendah (<20
kJ/mol), sedangkan adsorpsi kimia energi adsorpsinya lebih tinggi (>20kJ/mol).
Adsorpsi fisika melibatkan gaya antar molekul (gaya Van der Walls, ikatan hidrogen,
dan sebagainya). Panas adsorpsinya rendah, zat yang diadsorpsi relatif mudah
dilepaskan, sangat reversible, memungkinkan terjadi desorpsi pada temperatur yang
sama. Ketebalan lapisan yang diasorpsi lebih besar dari diameter adsorbat. Adsorpsi
kimia melibatkan ikatan koordinasi yang merupakan hasil penggunaan elektron
bersama antara adsorben dan adsorbat (Mahatmanti, dkk. 2003).
Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram adsorpben
yang dialirkan pada suhu tetap (Marilyn.L.E, 2012). Adsorpsi isoterm adalah
hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase teradsorbsi pada
permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada
tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm.
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang
heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda.
Proses adsorpsi isoterm menurut Freundlich didasarkan pada pengukuran banyaknya
zat yangteradsoprsi pada suatu adsorben pada suhu tetap, yaitu dengan cara
mengaktifkan karbon lalumencampurkannya dengan asam dan dikocok pada selang
waktu tertentu. Setelah itu disaring dandiambil filtratnya. Filtrat kemudian ditambah
indikator pp dan dititrasi dengan NaOH. Arang aktif adalah arang yang telah
diaktivasi sehingga pori-porinya terbuka dan memiliki daya jerap yang tinggi. Arang
aktif merupakan adsorben yang baik dan dapat digunakan untuk pemurnian,
menghilangkan warna dan bau, deklorinasi, detoksifikasi, penyaringan, pemisahan
dan dapat digunakan sebagai katalis. Prinsip kerja dari karbon aktif yaitu
mengadsorpsi senyawa kimia tertentu dengan tergantung pada besar atau volume
pori-pori dan luas permukaankarbon aktif. (Roring, dkk. 2013).
Prinsip dari percobaan ini didasarkan pada pengukuran banyaknya zat yang
teradsorpsi pada suatu adsorben pada suhu yang tetap / konstan, yaitu dengan cara
mengaktifkan karbon (arang) lalu mencampurkannya dengan asam dan dikocok pada
selang waktu tertentu. Kemudian campuran tersebut disaring dan diambil hasil

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

filtrasinya (filtrat). Filtrate kemudian ditambah dengan indikator PP dan dititrasi.


Reaksi antara asam asetat dan natrium hidroksida adalah
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Percobaan kali ini menggunakan adsorpsi fisika, karena asam asetat dan asam
klorida tidak membentuk ikatan dengan karbon aktif yang menghasilkan zat baru,
namun hanya memiliki gaya van der waals antara adsorbat dan adsorben. Perbedaan
adsorpsi kimia dan adsorpsi fisika yaitu adsorpsi kimia membentuk ikatan kimia
sehingga menghasilkan zat baru sedangkan adsorpsi fisikahanya terdapat ikatan van
der waals antara adsorbat dan adsorben. Percobaan ini dimulai dengan mengaktifkan
arang aktif dengan memanaskannya dalam cawan porselin. Hal ini agar pori-pori
arang semakin besar sehingga dapat memepermudah penyerapan. Karena semakin
luas permukaan adsorben maka daya serapannya pun semakin tinggi. Setelah itu,
dibuat larutan asam oksalat 0,5 M sebanyak 1ml yang nantinya digunakan sebagai
larutan duplo untuk menentukan ketepatan konsentrasi larutan NaOH yaitu sebesar 1
M.. Kemudian masukkan kedalam Erlenmeyer bertutup masing masing 1 gram arang,
yang ditimbang dengan ketelitian 1 gram. Setelah arang dipanaskan, langkah
selanjutnya adalah membuat larutan asam dengan konsentrasi masing masing 0,5 M;
0,25 M; 0,125 M; 0,0625 M; 0,0313 M. Pengenceran dilakukan sebanyak lima kali
sehingga diperoleh variasi konsentrasi yang berbeda beda. Variasi konsentrasi
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variasi konsentrasi dengan daya
adsorpsi. Kemudian masukkan masing masing larutan kedalam Erlenmeyer yang
berisi arang, tutup labu ini dan biarkan selama jam. Labu harus ditutup agar
adsorben tidak menyerap udara. Apabila absorben menyerap udara, makadaya
serapnya terhadap larutan menjadi berkurang/ menjadi jenuh, sehingga penyerapan
konsentrasi asam tidak maksimal. Setelah larutan dicampur, kocok larutan selama 1
menit secara teratur dengan jarak 10 menit. Dilakukan shaker/ pengocokan agar
absorben tercampur merata pada larutansehingga mampu menyerap konsentrasi asam
pada larutan. Selama 10 menit larutan didiamkan,karena pada saat didiamkan karbon
aktif akan menyerap konsentrasi asam pada larutan. Dilakukan pengocokan agar
absorben tercampur merata pada larutan sehingga mampu menyerap konsentrasi asam
pada larutan. Selama 10 menit larutan didiamkan, karena pada saat didiamkan karbon
aktif akan menyerap konsentrasi asam pada larutan. Kemudian mencatat temperatur
selama percobaan dan jaga agar tidak terjadi perubahan suhu / temperatur yang terlalu
besar. Setelah dikocok selama jam, tiap larutan disaring dengan menggunakan
kertas saring. Larutan disaring agar adsorben dan filtratnya berpisah. Filtrat adalah
hasil adsorpsi yang telah berpisah dari adsorbennya. Tahapan selanjutnya adalah
mentitrasi larutan dengan prinsip titrasi asam basa. Larutan yang telah disaring

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

ditirasi dengan menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M. Larutan NaOH


sebelumnya direaksikan dengan asam oksalat untuk menentukan konsentrasi NaOH
yang digunakan agar tepat untuk menjadi larutan standar dalam proses titrasi asam
basa. Proses ini dinamakan standarisasi. Larutan perlu distandarisasi agar dapat
menentukan konsentrasi dari larutan standar. Gunakan indikator fenolftalein (PP).
Titrasi merupakan penambahan larutan pentiter/ titran ke larutan titrat dengan
bantuanindikator yang sesuai hingga terjadi perubahan warna yang mengindikasikan
telah terjadi titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Tujuan titrasi adalah untuk
mengetahui konsentrasi larutan.Penambahan fenolftalein ke dalam filtrat untuk
mengetahui titik akhir titrasi sehinggadidapatkan volume NaOH dan konsentrasi asam
dapat dihitung. Digunakan indikator pp karenarentang pH indikator pp berkisar antara
8,3-10 dan titrasi dilakukan dengan menggunakan larutanstandar basa (alkalimetri).
Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna. Terjadinya perubahan warna
menandakan sudah terjadi titik akhir titrasi. Hasil titrasi didapatkan, banyaknya
NaOH yang digunakan untuk memtitrasi larutan asam asetat 0,5 M adalah sebanyak
3,4 ml; 0,25 M sebanyak 1,5 ml; 0,125 M sebanyak 1 ml; 0,0625 M sebanyak 0,4
ml; dan 0,0313 M sebanyak 0,3 ml.
2.2 Perhitungan
1. Standarisasi NaOH
3
Dik: V NaOH
= 1. 10 L
V H2C204
[H2C2O4]
Ditanya
Jawab

3
= 2. 10 L

= 0,5 M
: [NaOH]?
: M1 x V1 = M2 x V2
M 1x V 2
2 x 103 x 0,5
M1 =
=
V1
1.103

=1M

2. Asam asetat glasial (CH3COOH)


a. Konsentrasi 0,5 M
Massa awal 0,5 M dalam 50 mL
n
=MxV
= 0,5 M x 0,05 L
= 0,025 mol
m1
= n x Mr CH3COOH
= 0,025 mol x 60

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

= 1,5 gram
Massa akhir
V NaOH

= 3,4 mL
= 0,0034 L
Mol CH3COOH
= Mol NaOH
= V NaOH x M NaOH
= 0,0034 x 1
= 0,0034
Diambil 10 ml dari 50 ml, maka :
Mol CH3COOH
= 0,0034 x 50 ml/10 ml
= 0,017 mol
m2
= mol CH3COOH x Mr CH3COOH
= 0,017 mol x 60
= 1,02
Massa Adsorpi
= m1-m2
= 1,5 1,02
= 0,48
Konsentrasi (C)
Mol CH3COOH
= 0,017 mol
n
= V
=

0,017 mol
0,01 L

= 1,7 M
b. Konsentrasi 0,25 M
Massa awal 0,25 dalam 50 mL
n
=MxV
= 0,25 M x 0,05 L
= 0,0125 mol
m1
= n x Mr CH3COOH
= 0,0125 mol x 60
= 0,75 gram
Massa akhir
V NaOH
= 1,5 mL
= 0,0015 L
Mol CH3COOH
= Mol NaOH

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

= V NaOH x M NaOH
= 0,0015 x 1
= 0,0015
Diambil 10 ml dari 50 ml, maka :
Mol CH3COOH
= 0,0015 x 50 ml/10 ml
= 0,0075 mol
m2
= mol CH3COOH x Mr CH3COOH
= 0,0075 mol x 60
= 0,45
Massa Adsorpi
= m1-m2
= 0,75 0,45
= 0,30
Konsentrasi (C)
Mol CH3COOH
= 0,0075 mol
n
= V
=

0,0075mol
0,01 L

= 0,75 M
c. Konsentrasi 0,125 M
Massa awal 0,125 M dalam 50 mL
n
=MxV
= 0,125 M x 0,05 L
= 0,00625 mol
m1
= n x Mr CH3COOH
= 0,00625 mol x 60
= 0,375 gram
Massa akhir
V NaOH
= 1 mL
= 0,001 L
Mol CH3COOH
= Mol NaOH
= V NaOH x M NaOH
= 0,001 x 1
= 0,001
Diambil 10 ml dari 50 ml, maka :
Mol CH3COOH
= 0,001 x 50 ml/10 ml

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

m2

Massa Adsorpi

Konsentrasi (C)
Mol CH3COOH

= 0,005 mol
= mol CH3COOH x Mr CH3COOH
= 0,005 mol x 60
= 0,3
= m1-m2
= 0,375 0,3
= 0,075
= 0,005 mol
n
= V
=

0,005mol
0,01 L

= 0,5 M
d. Konsentrasi 0,0625 M
Massa awal 0,0625 M dalam 50 mL
n
=MxV
= 0,0625 M x 0,05 L
= 0,03125 mol
m1
= n x Mr CH3COOH
= 0,003125 mol x 60
= 0,1875 gram
Massa akhir
V NaOH
= 0,4 mL
= 0,0004 L
Mol CH3COOH
= Mol NaOH
= V NaOH x M NaOH
= 0,0004 x 1
= 0,0004
Diambil 10 ml dari 50 ml, maka :
Mol CH3COOH
= 0,0004 x 50 ml/10 ml
= 0,002 mol
m2
= mol CH3COOH x Mr CH3COOH
= 0,002 mol x 60
= 0,12
Massa Adsorpi
= m1-m2

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

= 0,1875 0,12
= 0,0675
Konsentrasi (C)
Mol CH3COOH

= 0,002 mol
n
= V
=

0,002mol
0,01 L

= 0,2 M
e. Kosentrasi 0,0313 M
Massa awal 0,0313 M dalam 50 mL
n
=MxV
= 0,0313 M x 0,05 L
= 0,001565 mol
m1
= n x Mr CH3COOH
= 0,001565 mol x 60
= 0,0939 gram
Massa akhir
V NaOH
= 0,3 mL
= 0,0003 L
Mol CH3COOH
= Mol NaOH
= V NaOH x M NaOH
= 0,0003 x 1
= 0,0003
Diambil 10 ml dari 50 ml, maka :
Mol CH3COOH
= 0,0003 x 50 ml/10 ml
= 0,0015 mol
m2
= mol CH3COOH x Mr CH3COOH
= 0,0015 mol x 60
= 0,09
Massa Adsorpi
= m1-m2
= 0,0939 0,09
= 0,0039
Konsentrasi (C)
Mol CH3COOH
= 0,0015 mol

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

n
V

0,0015mol
0,01 L

= 0,15 M
2.3 Jawaban Pertanyaan
1. Apakah proses adsorpsi pada percobaan ini merupakan adsorpsi fisik atau
adsorpsi kimia?
Jawab : Adsorpsi Fisika
2. Berikan beberapa contoh kedua jenis adsorpsi tersebut.
Jawab :
Adsorpsi fisika : adsorpsi karbon aktif
Adsorpsi kimia : ion exchange
3. Apakah yang terjadi pada pengaktifan arang dengan cara pemanasan ?
Jawab : Pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas,
uap dan CO2. Arang akan menjadi aktif, larutan asam, dan terbentuk endapan.
4. Bagaimana adsorpsi isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan
zat padat? Apa pembatasnya?
Jawab : Isoterm freudlich berlaku untuk gas yang bertekanan rendah, semua
tempat di
atas permukaan tidak sama dengan lapisan molekul gas padat bersifat
multilayer dengan persamaan: V + Kp 1/n. Batasnya adalah kelarutan harus
ideal, nilai batasnya = Vm. Vm akan dicapai walaupun tekanan gas yang
dibutuhkan untuk menutupi satuan-satuan massa adsorben. Isoterm Freundlich
untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang baik, karena pada
adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben besifat
heterogen. Gas merupakan campuran homogen sehingga kurang cocok jika
digunakan dalam isoterm Freundlich.
5. Mengapa adsorpsi isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan
zat padat kurang memuaskan jika dibandingkan dengan adsorpsi isoterm
Langmuir?
Jawab : Karena nilai Vm tidak akan dicapai walaupun tekanannya diperbesar
sedangkan pada isoterm Langmuir mengemukan asumsi yang lebih baik.
Karena adsorpsi pada Langmuir bersifat homogen maka lebih memuaskan
dibandingkan dengan pada isoterm Freundlich yang bersifat heterogen.
2.4 Grafik

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

C
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

f(x) = 0.38x - 0.46


R = 0.83

C
Linear (C)

Grafik 2.4.1 Hubungan antara Hubungan x/m terhadap C pada CH3COOH

Log C
0.4
0.2
0

f(x) = 0.27x - 1.15


R = 0.98

-0.2

Log C
Linear (Log C)

-0.4
-0.6
-0.8
-1

Grafik 2.4.2. Hubungan log x/m terhadap log C pada CH3COOH


Y =ax+b

Y =0,270 x1,153

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

log K=b=1, 153


K=antilog b=antilog1.153=0,8517

1
=a=0.27
n
1
1
n= =
=3,0737
a 0.27

III.

Simpulan
Berdasarkan data yang di peroleh setelah praktikum maka dapat disimpulkan
bahwa percobaan ini adalah proses adsorpsi fisika, dimana molekul-molekul zat
terikat pada permukaan oleh gaya-gaya fisis yang ditimbulkan oleh gaya van der
waals dan gaya ikatnya tidak terlalu kuat sehingga perlu diperhatikan dalam
pengocokan agar tidak terlalu kuat atau tidak lama supaya molekul zat yang
terikat tidak lepas. Serta diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan atau
adsorbatnya maka semakin tinggi daya adsorpsinya dan semakin banyak juga zat
yang teradsorpsi dan begitu juga sebaliknya

IV.

Saran
Saran dalam praktikum ini adalah penggantian bahan lain dari bahan yang
sebelumnya untuk percobaan selanjutnya dimaksudkan agar menambah wawasan
praktikan tentang bahan bahan kimia. Misalkan penggantian karbon aktif sebagai
adsorben, dan juga penggantian larutan asam.

V.
Daftar Pustaka
Rusmiati, Iis., Rahardian, Renan., Ananda, Azni. 2015. Top Pocket Master Book
Biologi & Kimia SMA/MA Kelas X, XI, & XII. Bintang wahyu. Jakarta.
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Edisi 4 Penerjeman : Kartohadiprojo. Erlangga.
Jakarta
Sukardjo, 1990. Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta
Mahatmanti, F.W., Sumarni, W. 2003. Kajian Termodinamika Penyerapan Zat Warna
Indikator Metil Oranye (Mo) Dalam Larutan Air oleh Adsorben Kitosan. Vol
VI (2).
Marilyn. L.E, 2012, Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu+ Pada Zeolit-H,
Riset Geologi dan Pertambangan. Vol. 22 (2) : 115-129.

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

Roring, S.H., Pitoi, M.M., Abidjulu, J.2013. Isoterm Adsorpsi Rhodamin B Pada
Arang Aktif Kayu Linggua. Jurnal MIPA Unsrat. Vol. 2 (1) :40-43.

DWIKI RAMADHAN (D1121151006)

ADSORPSI ISOTERM

You might also like