You are on page 1of 56

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengenalan

Bab

ini

menjelaskan,

adalah
kajian

tinjauan
pustaka

pustaka,
yang

dalam

bahagian

kompherenshif

ini

akan

terhadap

studi

sebelumnya oleh para peneliti terdahulu yang berkaitan dengan judul


penelitian ini, yang diperoleh melalui pembacaan buku-buku, artikel, jurnal,
laporan studi, majalah saintifik dan lain-lain. Kajian pustaka dilakukan untuk
mengetahui dan memahami studi sebelumnya. Keaslian penelitian ini
kemudian diklarifikasi.

2.2

Energi Yang Terkandung (Embodied Energy)


Energi yang terkandung (Embodied Energy) adalah energi yang tertanam dalam

bahan bangunan selama semua proses produksi bahan dan produk, pembangunan di
lokasi, pembongkaran dan pembuangan akhir. Energi yang terkandung di definisikan
sebagai jumlah dari peggunaan energi (bahan bakar minyak/listrik, bahan, dan tenaga
manusia, dll) yang digunakan untuk membuat sesuatu produk. Energi yang terkandung
adalah suatu metode akutansi (Audit) energi yang bertujuan untuk mengetahui jumlah
keseluruhan energi yang diperlukan untuk sebuah siklus hidup produk. Siklus hidup ini
termasuk ekstraksi bahan mentah, pembuatan bahan, transportasi bahan, perakitan

bangunan, perawatan, renovasi, dan pembongkaran bangunan hingga pembuangan


akhir.(Pearce,JM,et.al.2007).
Energi yang terkandunng (Embodied Energy) diukur sebagai suatu volume
energi yang tidak boleh diperbaharui untuk setiap unit bahan, komponen atau sistem,
Sebagai contoh ia dinyatakan sebagai unit Megajoule (MJ) atau Gigajoule (GJ) setiap
unit berat (kg, m3, atau ton) atau kawasan (meter persegi). Proses penilaian energi yang
terkandung kompleks dan melibatkan berbagai sumber data. (Dixit MK,et al.2010 and,
Lenzen M.2001) tabel 2.1 menunjukkan contoh nilai angka energi yang terkandung
dalam berbagai bahan - bahan bangunan umum.
Tabel 2.1: Contoh nilai energi yang terkandung dalam bahan bangunan.

Bahan

MJ/kg

MJ/m3

Densiti kg/m3

Agregat Umum
Batu asli
Sungai
Pasir
Simen:
Jubin Seramik
Bata Glazed
Batu Bata
Konkrit:
Bata Konkrit
Bata Blok Konkrit
Konkrit Pre-cast
Konkrit Siapguna : 17.Mpa
Konkrit 20.Mpa
Konkrit 30.Mpa
Konkrit 40.Mpa
Besi/Keluli Asli
Besi/Keluli Kitar semula
Bumbung Zinc
Kayu Keras:
Air Dried Raugshawn
Klin Dried Raugshawn
Papan Lapis
MDF
Batu Bata
Kaca
Gipsump Plaster
Alluminium

0.10
0.04
0.02
7.8
2.5
7.2
2.5

150
53
36
232
15.210
5.250
14.760
5.170

2.240
2150
2275
1470
1125
2000
1750
1700

0.94
0.97
2.0
1.0
1.2
1.5
1.6
32
10.1
51.0
0.50
0.3
1.6
10.4
11.9
1.7
15.9
1.80
1.55

2115
2328
5000
2.350
2.400
3.180
3.890
251.200
37.210
364.140
388
388
880
1040
8.330
8.500
40.040
0.12
8.24

2250
2400
2500
2250
2300
2350
2400
7.800
7.800
7.850
700 - 800
700 - 800
700 - 800
700 - 800
650 - 860
800 - 950
2500
1120
2700

Sumber : (G Hammond & Craig Jones, 2011)


2.3 Kepentingan Energi Yang terkandung (Significan Embodied Energy)
Sebatas ini upaya besar untuk konservasi energi di asumsikan energi operasi
(Operating Energy) bangunan menjadi lebih tinggi daripada energi yang terkandung
dari sebuah bangunan. Akan tetapi penelitian saat ini telah menggugurkan asumsi ini
dan menemukan bahwa nilai energi yang terkandung proporsi yang sugnifikan dari
jumlah siklus hidup energi (Pulen.S.2006). Energi yang terkandung dikosumsi sekali
dalam tahap pembangunan awal bangunan, sementara energi operasi bangunan
dikonsumsi selama masa umur operasi bangunan.

Energi yang terkandung hanya boleh dikurangi dengan memilih


bahan-bahan intensif yang rendah energi. Penelitian dari Commonwealth
Sceintific Industry,Research Organitation (CSIRO) telah menunjukkan bahwa
rata-rata nilai angka energi yag terkandung dari sebuah rumah di Australia
hampir setara dengan lima belas tahun energi operasi (CSIRO.2005).
Penelitian yang di jalankan oleh (Crawford dan Treloar.2005) menunjukkan
bahwa, di Australia, energi yang terkandung dalam sebuah bangunan
adalah 20 hingga 50 kali dari energi operasi tahunan nasional yang
diperlukan untuk bangunan (Dixit.MK.et,al.2012).

Sebuah pengetahuan sederhana dan kesadaran energi yang terkandung dalam


bahan banguna dapat mendorong penggunaan tidak hanya produksi dan pengembangan
bahan energi yang rendah, tetapi juga preferensi mereka di antara desain konstruksi dan
industri untuk membatasi penggunaan energi dan pelepasan karbon dioksid
(Ding.G.2004). Bahan bangunan produk industri bertanggung jawab atas 20 % dari
penggunaan bahan bakar di dunia, oleh karena itu, energi yang terkandung (Embodied
Energy) hasil sangat penting untuk tujuan penghematan energi fosil untuk sektor
industri bahan banguna dan rencana strategis untuk energi nasional dan global saat ini
dan masa yang akan datang (Dixit.MK.et,al.2012; Piwari.T,2010).

2.4 Energi Yang Terkandung Dalam Bangunan

Bangunan yang dibangun dengan menggunakan berbagai bahan


bangunan dan pemasangan yang menggunakan energi semasa peringkat
siklus

hidup

mereka

seperti

pembuatan

pembongkarsan akhir. Jumlah energi

bahan,

penggunaan

dan

yang digunakan dalam tahap ini

dinamakan perhimpunan bahan atau energi yang terkandung (Dixit.


MK.et,al.,2015;

Vukotic

et,al.,

2010

Dixit.MK.et,al.,2010).

Seperti

pemasangan bahan atau pembangunan, setiap bangunan energi juga


dikonsumsi semasa tahap siklus hidup pembangunan, perawatan, renovasi,
dan pembongkaran bangunan.

Apabila bangunan itu dibangun, setiap sebelum pembanguan dan


tahap pembangunan melibatkan penggunaan bahan bangunan, perakitan,
dan peralatan. Tahap-tahap ini juga menggabungkan proses pembangunan,
pemasangan, pengangkutan, dan administrasi (Dixit,MK,et,al.,2015; Dixit.
MK.et,al.2013;Crawford.

2004

Treloar.1998).

Jumlah

energi

yang

terkandung dalam bahan bangunan dan proses yang digunakan dalam


pembangunan disebut energi yang terkandung permulaan (Initial Embodied
Energy). Setelah bangunan itu digunakan, dia ditetapkan, dan beberapa
komponen atau sistem digantikan sepanjang umur layanan.

Jumlah energi yang terkandung dalam bahan-bahan dan proses yang


digunakan dalam perawatan dan proses penggantian dikenali sebagai
energi yang terkandung berulang (Recuring Embodied Energy) (Dixit.MK,et
al.2014.b;Vukotic, et al.,2010). Pada tahap akhir-umur bangunan, apabila
bangunan

itu

dibongkar,

jumlah

energi

yang

digunakan

dalam

pembongkaran, sisa sorting, pengangkutan, dan perobohan dikenali sebagai


energi pembongkaran (Demolition Energy). Jumlah siklus hidup energi yang
terkandung (Life Cycle Embodied Energy) diperbuat daripada IEE, REE, dan
DE (Vukotic,et al,. 2010 ; Cole and Kernan., 1996).

Energi operasi dan siklus hidup energi yang terkandung bangunan


merupakan jumlah energi siklus hidup (Dixit.MK,etal.2010; Ding, 2004;
Crowther,1999).

Untuk

pengurangan

sistemik

dan

lengkap

dalam

membangun dan penggunaan energi menyebabkan pelepasan karbon,


mengurangkan jumlah siklus hidup energi adalah kritis. Sejak, energi
operasi (OE) dan siklus hidup energi yang terkandung adalah saling
bergantung, hanya berfokus pada energi operasi atau siklus hidup energi
yang terkandung, mungkin tidak berkesan sebagai mengoptimumkan
jumlah siklus hidup energi. Gambar 2.1 menunjukkan model energi siklus
hidup untuk bangunan.

Gambar 2.1: Model energi siklus hidup (LCE) untuk bangunan


(Sumber : Dixit.MK.et.al.2015)

2.5 Penggunaan Energi Dalam Bangunan


Bangunan mengkomsumsi hampir 40% dari energi global setiap tahun secara
berperingkat-peringkat siklus hidup mereka seperti, pembanguan, penggunaan,
perawatan, dan pembongkaran. Energi utama yang digunakan oleh bangunan secara
langsung atau tidak langsung dalam bentuk, gas asli, minyak atau listrik yang dikirim

(Dixit et al, 2010;.. Marszal et al, 2010). Di Negara-negara membangun, keadaan


penggunaan energi adalah kuburan. Di China, sektor bangunan rumah kediaman adalah
bertanggung jawab untuk 20 hingga 27% dari jumlah penggunaan energi di negara itu,
dan jika proses produksi bahan bangunan dan pembangunan dimasukkan, angka ini
mencapai hingga 37% (Xie, 2011).

Studi yang di jalankan Gupta (2009) telah mengungkapkan bahwa


energi yang digunakan dalam mengendalikan sebuah bangunan di United
Kingdom mewakili kira-kira 50% daripada energi negara. Angka ini untuk
sebuah negara yang pesat membangun seperti India akan menjadi kira-kira
30% dari jumlah penggunaan energi negara. Walau bagaimanapun, keadaan
dapat bertukar kuburan apabila persentase penduduk yang kini tinggal di
kawasan kota meningkat dari 28% kepada 40% pada akhir tahun 2020
(Gupta, 2009). Selain itu, industri pembangunan di India kini berkembang
pada angka 9.2% setiap tahun, iaitu hampir dua kali

lipat angka

pertumbuhan global sebanyak 5.5% (Gupta, 2009).

2.5.1 Komponen Siklus Hidup Energi : Energi yang terkandung dan Operasi
Jumlah energi yang digunakan oleh sebuah bangunan di umur layanan yang
dikenali sebagai siklus hidup energi. Jumlah energi siklus hidup terdiri kepada dua
komponen utama, energi operasi dan energi yang terkandung (Treloar, 1998;
Hegner,.2007). Semasa tahap penggunaan apabila bangunan itu digunakan, sumber
energi seperti listrik gas alam yang digunakan dalam proses penghawaan ruang dalam,
penerangan, dan menjalankan peralatan bangunan, ini sebahagian kecil daripada energi
disebut energi operasi (Crowther,.1999 ; Hegner,.2007 ; Dixit et al,.2010). Lisktrik dan
bahan bakar seperti minyak, gas alam, dan apabila batu bara juga digunakan bukan saja
bangunan, tetapi juga bahan-bahan konstituennya yang dihasilkan dan disuplai. Ini
sebahagian kecil daripada energi tetap tertanam dalam produk akhir, apabila produk
dikirim untuk kegunaan akhir. Jumlah energi yang tertanam dalam semua produk dan
proses yang digunakan dalam pembangunan bangunan dikenali sebagai energi yang

terkandung (Embodied Energy). Gambar 2.2 menunjukkan ilustrasi energi yang


terkandung dan siklus hidup karbon sebuah bangunan.

Gambar 2.2:Ilustrasi siklus hidup energi yang terkandung dan karbon


sebuah bangunan
2.5.2

Komponen Energi Yang Terkandung


Komponen energi yang terkandung bangunan ialah jumlah energi yang tertanam

dalam bahan-bahan bangunan atau bangunan, yang terdiri dari dua komponen utama,
pertama energi langsung dan kedua energi tidak langsung (Dixitl. MK,et al, 2013; Ding.
2004).
i.

Energi Lansunng (Direc Energy)


Energi langsung adalah energi yang digunakan secara langsung dalam proses

pembuatan utama bahan bangunan (Ding. 2004; Fay & Treloar. 1998). Dalam hal
bangunan, energi langsung adalah jumlah semua jenis energi yang digunakan dalam
pembuatan bangunan, yang melibatkan semua ksgiatan pembangunan, pembuatan,
pemasangan, pengangkutan, dan administrasi di lokasi dan di luar lokasi pembangunan.
Sumber energi seperti listrik, gas alam, dan diesel yang digunakan oleh peralatan
pembangunan, kenderaan, dan buruh akan dihitung sebagai energi langsung
(Dixit.MK,et al, 2013; Ding, 2004).
Energi langsung juga digunakan secara langsung dalam kegiatan seperti kegiatan
perawatan bangunan, penggantian, dan pembongkaran. Oleh karena itu, setiap
komponen energi yang terkandung adalah energi terkandung permulaan (IEE), energi

yang terkandung berulang (REE), dan energi pembongkaran (DE) terdiri daripada
penggunaan energi langsung (Dixit.MK.et,al.2015,and,Chen.et,al.2001). Apabila bahan
bangunan yang dihasilkan, kedua-dua energi dan bahan mentah dikosumsi langsung.
Oleh karena penggunaan energi itu sudah dihitung sebagai penggunaan langsung,
apabila energi yang terkandung dalam bahan mentah perlu dimasukkan dalam
perhitungan.
ii.

Energi Tidak Langsung (Indirec Energy)


Energi tidak langsung adalah jumlah energi yang terkandung dalam semua

bahan, produk, mesin, kendaraan, dan lain-lain yang digunakan dalam pembuatan bahan
(Dixit et al, 2014; Treloar, 1998). Jumlah energi tidak langsung dapat dihitung dengan
menggunakan selalu di berbagai tahapan. Energi tidak langsung adalah energi yang
dikonsumsi dalam pembuatan bahan bangunan, renovasi, perbaikan dan proses
pembongkaran bangunan. Ini termasuk energi yang terkandung permulaan, energi yang
terkandung berulang dan energi pembongkaran.
Energi yang terkandung awal dikonsumsi selama produksi bahan dan komponen,
termasuk penyediaan bahan baku, pembuatan bahan bangunan dan pengiriman produk
jadi (transportasi) ke lokasi pembanguna. Energi yang terkandung berulang digunakan
dalam berbagai proses pemeliharaan dan perbaikan selama masa manfaat bangunan.
Energi pembongkaran adalah energi yang dikeluarkan dalam proses dekonstruksi
bangunan dan pembuangan bahan bangunan. Bilamana energi operasi (Operating
Energy) adalah energi yang dikosumsi untuk keperluan operasi peralatan bangunan
dalam menjaga kenyamaan ruang dalam melalui proses seperti keperluan pemanasan
dan penyejukan ruang dalam, penerangan buatan dan keperluan operasi peralatan
bangunan lainnya.
2.5.3

Model Siklus Hidup Energi (Life Cycle Energy Model)


Jumlah energi siklus hidup yang digunakan oleh bangunan yang merangkumi

komponen langsung dan tidak langsung energi yang terkandung dan energi operasi, ini
menggunakan energi didistribusikan antara tiga tahap tingkat utama siklus hidup:
pembangunan, penggunaan, dan tingkat akhir hidup. Gambar 2.3 menunjukkan model
energi yang terkandung dan menggambarkan penggunaan energi yang berkaitan dengan
setiap satu daripada tiga peringkat. Energi yang digunakan dalam bahan bangunan,

pembuatan, pemasangan dan peralatan serta proses pembangunan, seperti perakitan,


pembangunan, transportasi, dan administrasi semasa peringkat pembangunan bangunan
ini secara kolektif disebut energi yang terkandung awal (IEE) (Dixit et al, 2013; Vukotic
et al, 2010; Dixit et al, 2010; Cole dan Wong ,1996).

Gambar 2.3 : Model energi yang terkandung untuk bangunan


Energi yang terkandung berulang termasuk energi yang digunakan dalam
kegiatan perawatan bangunan dan penggantian semasa tahap penggunaan fasilitas yang
dibangun. Pada akhir umur layanan, apabila fasilitas adalah bangunan yang dibongkar
dan bahan-bahan diangkut untuk digunakan kembali, daur ulang, dan penghancuran,
jumlah energi yang digunakan dikenali sebagai energi Perobohan (Demolition Energy)
(Dixit et al, 2013; Vukotic et al, 2010; Dixit et al, 2010 Cole, 1996; Cole dan Wong,
1996). Jumlah siklus hidup energi yang terkandung bangunan adalah jumlah energi
berulang, dan pembongkaran awal. Jumlah energi siklus hidup (LCE) fasilitas yang
dibangun termasuk siklus hidup energi yang terkandung (LCEE) dan energi operasi
(OE) (Dixit et al, 2013; Vukotic et al, 2010; Dixit et al, 2010 Cole, 1996; Cole dan
Wong, 1996).

i.

Energi Terkandug Awal (Initial Embodied Energy)


Energi yang terkandung awal terdiri dari jumlah energi yang digunakan semasa

tahap produksi bahan bangunan dan pembangunan bangunan (Dixit et al, 2013; Vukotic
et al, 2010; Dixit et al, 2010 Cole, 1996; Cole dan Wong, 1996). Dalam tahap produksi
bahan, proses hulu seperti pengekstrakan bahan mentah, pembuatan bahan, dan
transportasi ke unit produksi energi agak intensif. Proses utama produksi melibatkan
penggunaan kedua-dua bahan bakar dan energi listrik. Bahan bakar yang digunakan
sebagai sumber kedua-dua energi dan sebagai bahan baku. Dalam hiliran, energi yang
dibelanjakan apabila produk akhir yang dikirim ke lokasi pembangunan atau suplayer
bahan. Semasa tahap pembangunan, proses di lokasi dan luar lokasi seperti pengiriman
bahan, penyimpanan, pembangunan, administrasi, dan penjualan projek juga
menggunakan energi. Jumlah semua energi dihabiskan dalam menyampaikan bangunan
sebagai produk akhir dikenali sebagai energi yang terkandung berulang (Dixit et al,
2013; Vukotic et al, 2010; Dixit et al, 2010 Cole, 1996; Cole dan Wong, 1996).
ii.

Energi Yang Terkandung (Embodied Energy)


Selepas bangunan dihuni dan digunakan, proses perawatan, penggantian, dan

pengurusan menggunakan input energi dan juga bukan energi seperti bahan-bahan
bangunan, pemasangan dan peralatan. Juga jika dimana bahagian bangunan itu di
renovasi atau sistem yang dipasang, banyak energi dan bahan yang digunakan. Jumlah
energi yang digunakan secara langsung dan tidak langsung dalam tingkat perawatan,
penggunaan, penggantian, dan renovasi disebut energi berulang atau energi yang
terkandung berulang (Dixit et al, 2010); Vukotic et al, 2010; Khasreen et al, 2009;
Ding, 2007; Cole, 1996; Cole dan Wong, 1996
Pekerjaan perawatan bangunan dan penggantian yang berlaku secara berkala,
jumlah energi yang terkandung berulang terutamanya bergantung kepada umur layanan
bahan-bahan bangunan itu, dan sistem perakitan. Ia juga bergantung kepada keperluan
perawatan produk yang digunakan di dalam bangunan (Winistorfer et al, 2005; Chen et
al, 2001; Chau et al, 2000; Cole, 1996.). Sebagai contoh, jika kualitas cat digunakan
pada dinding untuk menghematkan biaya pembangunan awal, mengecat semula lebih

sering mungkin diperlukan mengakibatkan lebih banyak menggunakan bahan dan


energi. Sama dengan tingkat pembangunan, aktivitas perawatan dan penggantian
memerlukan sumber seperti bahan bangunan, tenaga kerja, dan peralatan. Proses
pembangunan (contoh perbaikan), pengangkutan dan administrasi juga diperlukan pada
tahap ini.
Menurut Cole dan Kernan (1996), bahan bangunan atau komponen diganti 100%
jatuh dalam kategori penggantian dan setiap penggantian kurang daripada 100%
dilindungi di bawah perawatan bangunan. Bahan-bahan bangunan dan komponen yang
mungkin tidak mempunyai umur layanan yang sama seperti bangunan, dan boleh
menghendaki satu atau beberapa penggantian ke atas umur layanan bangunan (Chau et
al, 2007; Winistorfer et al, 2005; Chen et al, 2001; Cole,1996). Penggantian ini, seperti
dalam tahap pembangunan, perakitan bangunan, melibatkan penggunaan bahan dan
proses pembangunan (Utama dan Gheewala, 2009). Setiap satu dari produk-produk dan
proses ini menyumbang kepada jumlah energi yang terkandung berulang (REE)
(Thormark, 2007; Ding, 2007; Chen et al, 2001; Pullen dan Perkins, 1995). Faktor
penggantian, yang merupakan rasio umur layanan bangunan untuk umur layanan ratarata bahan bangunan atau komponen adalah penting dalam menentukan jumlah energi
yang terkandung berulang (REE) (Chau et al,2007; Chen et al, 2001).

2.6 Batas Sistem Energi Yang Terkandung


Sebuah sempadan sistem dibatasi berbagai sistem produk dan proses yang
digunakan dalam pembuatan produk yang dikaji. Batas sistem juga menentukan jumlah
dan jenis input energi dan bahan sisa serta pelepasan output yang termasuk dalam
perhitungan energi di dalam badan (Peuportier, 2001; IFIAS, 1975). Sebuah batas
sistem yang dapat untuk produk terdiri daripada pengekstrakan bahan baku untuk
pembuatannya jauh ke hulu, untuk pembongkaran dan perobohan jauh di hiliran. Antara
batas sistem yang sama untuk bangunan dan produk banguna adalah "buaian ke
gerbang," "buaian ke lokasi," dan "buaian ke liang lahad." buaian ke batas sistem
gerbang termasuk proses hulu seperti pengekstrakan bahan mentah melalui titik dimana
produk siap meninggalkan pintu gerbang pabrik tidak termasuk transportasi bahan ke
lokasi (Goggins et al, 2010; Frey, 2008).

Diantara batas-batas sistem yang biasa untuk bangunan dan produk


bangunan dapat dibagi kepada empat ruang lingkup yaitu :
i. Buaian ke Kuburan (Cradle to Grave) : Ruang lingkup pada bagian ini bermula
dari bahan mentah (raw material) hingga pada pengoperasian produk.
ii. Buaian ke Gerbang (Cradle to Gate): Ruang lingkup pada analisis siklus hidup
dimulai dari bahan dasar (raw material) hingga ke gerbang sebelum proses
operasi.
iii. Gerbang ke Gerbang (Gate to Gate) : Merupakan ruang lingkup pada analisis
siklus hidup yang terpendek karena hanya meninjau aktifitas yang terdekat.
iv. Buaian ke Buaian (Cradle to Cradle) : Merupakan bahagian dari analisis siklus
hidup yang menunjukkan baras sistem dari bahan dasar hingga pada bahan kdaur
ulang.
Skema batas sistem energi yang terkandung ditunjukkan pada gambar. 2.4.

Gambar.2.4 : Batas sistem energi yang terkandung


Sumber: AIA Guide to Building Life Cycle Assessment in Practice (2010)
Buaian ke lokasi meliputi, sebagai tambahan kepada buaian hingga ke batas
gerbang, pengangkutan produk siap ke lokasi pembinaan, di lokasi pembinaan dan
proses pemasangan, pembongkaran, dan lain-lain (Hammond dan Jones, 2008). Buaian

dengan batas sistem kuburan memperkirakan juga tahap penggunaan dengan operasi
dan perawatan, renovasi dan perbaikan, dan kegiatan daur ulang. Untuk tahap akhir
hidup dengan proses seperti pembongkaran, sisa sorting dan daur ulang dan penggunaan
kembali, dan menghancurkan sisa dibuang ke lokasi daur ulang juga termasuk
(Hammond dan Jones, 2010; Hammond dan Jones, 2008). Buaian dengan batas kuburan
memberikan perspektif siklus hidup seumur hidup yang penting untuk penilaian
lingkungan yang lengkap dan tepat (Dixit.MK,et,al.2013; Vukotic et al, 2010;
Hammond dan Jones, 2010; Khasreen et al, 2009; Plank, 2008.). Ilustrasi berbagai
definisi batas sistem dibicarakan dalam literature. ditunjukkan oleh gambar 2. 5.

Gambar.2.5 : Batas sistem dan tahap siklus hidup bangunan.


(Sumber : Dixit,MK.et al.2013)

2.7 Tahap Siklus Hidup Energi yang Terkandung Bangunan


Energi yang terkandung dalam bangunan terdiri kepada lima peringkat atau
komponen. Peringkat yang berkaitan dengan semua bahan-bahan dan produk, bangunan

mesti melalui beberapa tahap dalam kehidupan mereka, tahap ini adalah pembuatan
bahan, transportasi, pembangunan, penggunaan, perawatan, dan pembongkaran akhir
selama

hidup

bangunan

(Dixit.MK.et.al.2013;

Bayer.et.al.2010)

Gambar

2.6.

menunjukkan tahap siklus hidup energi yang terkandung didefinisikan sbb :


i.

Tahap Pembuatan Bahan (Production) :

Bermula dari ekstraksi bahan mentah, transportasi untuk fasilitas


pembuatan, produksi bahan, perakitan produk, dan pemasangan
produk, dan termasuk transportasi untuk pengiriman dan pengedaran
produk bahan dari pabrik hingga ke lokasi pembangunan.

ii.

Tahap Pembangunan (Construction) :


Semua kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan bangunan
sebenarnya.

Ini termasuk transportasi bahan/produk ke lokasi,

penggunaan alat dan peralatan selama membangun bangunan itu,


pada perakitan dilokasi, dan energi yang diperlukan untuk pekerjaan
dilokasi. Apa saja dampak tetap terhadap lokasi bangunan juga
termasuk di dalam tahap ini.

iii.

Tahap Penggunaan (Operating Use):


Penggunaan energi dalam operasi pembangunan,dan penggunaan
bangunan.

iv.

Tahap Perawatan (Maintanace):


Penggantian dan pembaikan bahan-bahan bangunan, pemasangan,
dan sistem

yang diperlukan. Energi transportasi yang digunakan

dan juga penggunaan

energi

karena

kelengkapan

untuk

pembaikan pula termasuk dalam tahap ini.

v.

Tahap Pembongkaran Bangunan (Domolition & Disposal):


Energi

yang

digunakan

penghancuran bahan -

dari

pembongkaran

bahan

Pelaksanaan transportasi bahan-bahan

dan

untuk lokasi penghancuruan.


buangan

daur ulang dan penggunaan kembali apa bila data

2.7.1

bangunan

disertakan,

serta

adalah ada

Gambar 2.6 : Tahap siklus hidup energi yang terkandung


Energi Yang Terkandung Tahap Pembuatan Bahan (Production)
Proses pembuatan bahan bangunan dan produk menggunakan energi dan input

energi seperti energi listrik, bahan bakar, bahan mentah, dan air (Dixit et al, 2013;
Thormark, 2000.). Keseluruhan pembuatan menyelesaikan dalam tiga tahap utama:
Pembuatan utama, hulu dan hilir. Dalam tahap produksi utama, (input energi) langsung
dan energi tidak langsung (bukan input energi) kedua-duanya digunakan sebagai sumber
energi dan sebagai bahan - bahan baku (Ardente et al, 2008; Sartori dan Hestnes, 2007;
Trusty, 2006). Produksi petroleum seperti minyak dan gas alam digunakan bukan saja
untuk tujuan energi, tetapi juga sebagai bahan baku, misalnya dalam menghasilkan
petrokimia dan plastik. Semua transportasi di lokasi dan luar lokasi yang berkaitan
dengan pembuatan bahan juga dianggap sebagai input energi langsung (Dixit et al,
2013; Ding, 2004).
Pada peringkat huluan, proses pengekstrakan bahan mentah, rawatan,
pengendalian, penyimpanan,dan pengangkutan ke unit pembuatan juga menggunakan
sumber tenaga dan bukan tenaga yang juga dikira (Vukotic et al, 2010 ;Ding,.2004;
Cole,.1996). Di hiliran proses pengeluaran utama, apabila produk siap dibungkus,

dilabel, disimpan, dan diangkut ke tapak pembinaan atau pembekal bahan, tenaga
dimakan secara langsung dan tidak langsung (Dixit et al, 2013; Ding, 2004; Cole, 1996;
Cole dan Wong, 1996). Dalam beberapa kes, penghantaran bahan bangunan akhir ke
tujuan mereka dapat agak intensif energi bergantung kepada jarak dan jenis peralatan
pengangkutan yang digunakan (Ding, 2004).
Jumlah semua energi yang digunakan secara langsung dan tidak langsung dalam
produksi utama, proses hulu, dan hilir sehingga produk akhir mencapai tujuannya
dianggap sebagai energi produksi bahan-bahan bangunan. Energi produksi bahan
mewakili bahagian terbesar daripada jumlah siklus hidup energi yang terkandung
bangunan (Vukotic et al, 2010; Scheuer et al, 2003; Chen et al, 2001). Dalam studi
analisis dua bangunan kediaman bertingkat tinggi di Hong Kong, Chen et al. (2001)
membuat kesimpulan bahwa energi pembuatan bangunan terbilang sehingga 90 hingga
92 % daripada jumlah siklus hidup energi yang terkandung.
Begitu pula, Leckner & Zmeureanu (2011) mengkaji kes dasar dan versi energi
bersih sifar sebuah rumah dua tingkat di Canada dan mendapati bahagian bahan
bangunan 70% daripada jumlah siklus hidup energi yang terkandung ke atas hidup
layanan 40 tahun. Proporsi jumlah tenaga dalam pembuatan bahan dalam membina
yang dikira oleh Chen et al. (2001) dan Scheuer et al.(2003) adalah lebih tinggi
daripada yang dikira dengan (Leckner dan Zmeureanu .2011) dan Adalberth (1997b)
Nilai yang dikira oleh Scheuer et al.(2003) juga termasuk bahan binaan yang digunakan
semasa proses penggantian dan penyelenggaraan sepanjang hayat
perkhidmatan 75 tahun.
Kadar kandungan tenaga daripada bahan-bahan binaan umum seperti simen
(7.8MJ/kg), kaca (16 hingga17.MJ/kg), plastik (70.MJ/kg), dan bahan-bahan penebat
(16 hingga105.MJ/kg) agak intensif tenaga dan memberi sumbangan besar kepada
kandungan tenaga awal bangunan (Chen,et. al,2001; Dimoudi dan Tompa, 2008).
Tenaga intensif seperti bahan aluminium dan penebat polistiren mempunyai pelbagai
tenaga yang terkandung yang lebih tinggi masing-masing 130 hingga 379 MJ/kg dan 58
hingga 116 MJ/kg. Salah satu kandungan tenaga bahan yang paling banyak digunakan
seperti kayu balak, antara 1.7 hingga 22,6 MJ/kg. Menurut (Dixit et al. 2010), di dalam

badan tenaga kebanyakan bahan binaan berbeza di seluruh kajian walaupun dalam
lokasi geografi dan masa yang sama.
Energi yang terkandung dalam bahan bangunan juga bergantung kepada jenis
kerangka bangunan seperti kayu, besi, atau beton. Tabel 2.2 menunjukkan perbandingan
antara energi yang terkandung berbagai jenis pembangunan rumah kediaman di
lingkungan yang berbeda di seluruh dunia. Menurut studi yang dibentangkan dalam
tabel 2-6, pembangunan beton bertetulang dengan batu bata adalah energi pembangunan
yang paling intensif. Adalah penting untuk diambil perhatian bahwa di kawasan paling
banyak penduduk di Asia, jenis pembangunan konvensional adalah menggunakan
struktur beton bertetulang dengan batu bata (Ramesh et al., 2013).
Dalam berbagai analisis bangunan konvensional rumah kediaman keluarga di
India, Ramesh et al. (2013) mendapati bahwa penggunaan bahan besi (34%), semen
(25%), dan batu-bata (24%) menyumbang sebahagian besar daripada jumlah energi
yang terkandung dalam bangunan itu. Ia juga adalah menarik untuk diambil perhatian
bahwa tempat-tempat kediaman yang dibangun dalam gaya tradisional dan dengan
bahan-bahan setempat yang ada cenderung mempunyai nilai energi yang terkandung
yang lebih kecil. Kebanyakan bahan-bahan tradisional produk setempat melibatkan
lebih kepada tenaga buruh (manusia) daripada tenaga mekanikal.

2.8 Energi yang Terkandung Transportasi Bahan


Enenrgi yang terkandung transportasi adalah energi yang diperlukan untuk
keperluan keperluan proses produksi, pengiriman dan pengedaran produk bahan. Bahanbahan bangunan siap dikirim dari unit pembuatan kepada suplayer bahan atau kepada
lokasi pembangunan, yang boleh terdapat di negara yang sama atau di luar negara. Oleh
karena itu, bahan bangunan dapat di edarkan di pasar setempat, yang di import dari
negara asing, atau di eksport ke negara lain yang melibatkan berbagai jenis transportasi
dan mengkomsumsi berbagai sumber energi (Lucuik et al., 2006 ; Peuportier, 2001;
Chen et al, 2001; Miller, 2001).
Bahan-bahan bangunan atau produk dapat dikirim kepada titik mereka dengan
melalui transportasi jalan raya, kereta api, dan air (bot dan kapal), atau pengangkutan

udara, bergantung kepada tujuan (Peuportier,2001;Chen et al, 2001). Walaupun umur


bahan memberi tumpuan kepada gerbang ke gerbang, energi yang terkandung dalam
bahan-bahan bangunan adalah penting untuk diingat, bahwa sejumlah besar energi
kemudian diperlukan untuk keperluan mengangkut bahan-bahan bangunan tersebut ke
lokasi projek pembangunan. Untuk menangani isu energi yang terkandung yang
berkaitan dengan transportasi adalah dengan menghitung jarak dari mana sumber
bahan-bahan bangunan yang dihasilkan untuk diedarkan dan dikirim.
Menurut studi yang dijalankan oleh Fay (1999) menyimpulkan bahwa jumlah
energi transportasi bergantung kepada berbagai faktor seperti jarak perjalanan, jenis
kendaraan dan bahan bakar yang digunakan, jumlah perjalanan, muatan truk, keadaan
trafik, keadaan jalan raya, dan kecekapan pengemudi kenderaan. Menurut Vukotic et al.
(2010), energi transportasi untuk bahan-bahan seperti pasir dan batu dapat menjadi lebih
tinggi daripada produksi atau energi perolehan mereka. Vukotic et al. (2010). Merujuk
kepada studi yang dilakukan oleh Reddy dan Jagadish (2003), bahwa masalah yang
menentukan dalam beberapa bahan bangunan, energi transportasi adalah jauh lebih
tinggi. Gamabr 2.7 menunjukkan energi yang terkandung dalam produksi dan
transportasi beberapa bahan bangunan. Ia boleh dilihat bahwa untuk bahan-bahan
seperti pasir dan batu, energi yang terkandung dalam transportasi adalah lebih tinggi
daripada energi produksi. Bahan untuk batu bata tanah liat, energi transportasi 4%
hingga 8% dari energi pembuatannya.

Gambar 2.7 : Energi transportasi yang lebih tinggi dari beberapa bahan bangunan
Sumber : (Dixit.MK.2013)

2.9 Perhitungan Energi Yang Terkandung Transportasi


Untuk mengira nilai angka energi yang terkandung transportasi bahan,
perhitungan dapat merujuk kepada beberapa sumber standar koeffisien (Coefficien)
energi yang terkandung transportasi yang telah dibangukan oleh beberapa negara dan
diakui oleh lembaga penelitian internatinal seperti sumber DEFRA (Department For
Environment Food & Rural Affairs) UK. 2012. Dan sumber Argone National
Laboratory of Transportation (US.2010). Kosffisien energi yang terkandung
transportasi untuk berbagai peralatan transportasi seperti ditunjukkan oleh tabel 2.3

Tabel 2.3 : Koeffisien energi yang terkandung berbagai jenis transportasi


Angka Koeffisien Energi yang Terkandung Transportasi
Jenis Transportasi
MJ/tan-mile
MJ/tan- km
Kapal Terbang (Avture)
Mobil Truk 15 ton (Diesel)
Mobil Truk 35 ton (Diesel)
Coastal Shipping (Diesel)
Kerta Api (Diesel)
Ocean Sipping (Diesel)

9.49
2.19
1.37
0.39
0.37
0.23

6.5
1.5
0.94
0.27
0.25
0.18

Sumber : (Argone National Laboratory of Transportation USA.2010)


Studi yang dilakukan oleh Kim (2008) dalam analisis rumah modular, mendapati
bahwa energi yang digunakan dalam transportasi bahan domestik hampir 8% daripada
jumlah energi yang terkandung. Sedangkan studi yang dijalankan oleh Peuportier
(2001) mempersoalkan apakah perjalanan balik boleh dihitung dalam perhitungan,
terutamanya dalam hal pengiriman satu arah, karena ia adalah kemungkinan besar
bahwa kendaraan pengiriman seperti mobil truk dapat kembali kosong. Akhirnya, hanya
separuh dari jarak kembali telah dimasukkan. Dan sebagai peluang untuk kereta api dan
kapal kembali kosong adalah sangat tidak mungkin. Dalam studi yang dijalakan oleh
Miller (2001) menjelaskan bahwa jika jarak kembali transportasi dan infrastruktur jalan

adalah diperhitungkan, hal ini dapat meningkatkan secara drastis energi yang
terkandung dalam mengangkut bahan bangunan.
Persentase energi yang terkandung dalam transportasi bahan secara meluas
dijelaskan dalam literatur. Fay (1999) menerangkan bahwa energi transportasi yang
digunakan pada bangunan adalah lebih kurang 6% dari jumlah siklus hidup energi yang
terkandung. Kemudian, (Miller.,2001) mendapatkan bahwa energi transportasi adalah 1
hingga 1.5% dari pada energi yang terkandung jumlah siklus hidup (berdasarkan data
yang diterbitkan) dan ini boleh meningkat jika energi perjalanan pulang, pembuatan
kendaraan, pembangunan jalan raya, dan transportasi infrastruktur lain dimasukkan.
Sama saja untuk memasukkan pecahan energi tidak langsung yang berkaitan dengan
infrastruktur transportasi, produksi kendaraan, dan buruh dalam perhitungan energi
terkandung transportasi masih menjadi isu perbedaan.
Jika diambil perhatian, bahwa energi produksi batu bata tanah liat, dibakar atau
batu bata semen, dan besi adalah lebih tinggi. Satu lagi sebab untuk energi transportasi
berbeda adalah bahwa beberapa bahan-bahan seperti pasir, batu kerikil, batu asli, dan
batu-bata sumber setempat dapat menggunakan mobil truk dengan jarak 70 hingga 100
km, manakala bahan-bahan seperti aluminium, besi, dan penebat plastik dapat dikirim
dari jarak jauh, yang lama menggunakan pengangkutan kereta api hingga jarak 400-500
km. Kendaraan mobil truk menggunakan volume bahan minyak diesel untuk menarik
yang lebih kecil daripada kereta api biasanya mengambil lebih banyak energi untuk
setiap unit bahan dikirim (Reddy dan Jagdish, 2003). Energi transportasi dapat menjadi
lebih tinggi dalam kasus bahan daur ulang karena energi pembuatan bahan yang rendah
(Vukotic et al, 2010; Chen et al, 2001.). Chen et al. (2001) mendapatkan bahwa
sebahagian energi mengangkut besi daur ulang dan aluminium adalah lebih tinggi.tabel
2.4 menjelaskan rata-rata nilai energi transportasi dihitung dengan rencana yang
diterbitkan. Berbagai perbedaan nilai rata-rata 0,01 hingga 0,66 GJ/m2 dan dengan
standar deviasi 0.18.
Tabel 2.4: Nilai angka energi yang terkandung bahan-bahan sederhana dan
energi transportasi (GJ/m2)
Nilai Energi GJ/m2
Studi
Adalberth (1999b)
Satler % Sperb (2000)
Chen et al (2001)

Energi Terkandung
Bahan
3.00
1.21
4.48

Energi
Transportasi
0.13
0,07
0.51

Chulsukon et al (2002)
Thormark (2002)
Scheuer et al.(2003)
Almeida et al (2005)
Thormark (2006)
Johonson (2006)
Nessen et al (2007)
Thormark (2007)
Kim (2007)
John et al (2008)
Fridley et al (2008)
Utama & Gheewala (2009)
Shiu et al (2009)
Sobotka & Rolak (2009)
Vukotic et al (2010)
Lecner & Zmeureanu (2011)
Rameh et al (2013)
Rata-rata

2.10

3.04
5.17
5.40
7.59
3.85
0.77
3.10
3.85
3.84
2.98
8.64
0.88
3.11
0.74
2.49
3.30
6.94

0.17
0.20
0.31
0.66
0.21
0.20
0.65
0.26
0.19
0.11
0.05
0.01
0.12
0.22
0.19
0.06
0.27
0.23

Sumber : Dixit.MK (2013)


Metode Analisis Perhitugan Energi Terkandung

Antara metode perhitungan energi terkandung yang biasa digunakan


adalah analisis berasaskan proses, analisis berasaskan input - otput (I-O),
dan analisis hibrid (Treloar, 1998; Ding, 2004; Langston, 2006; Dixit.2015).
Terdapat

satu

lagi

metode

yang

disebut

analisis

statistik,

yang

menggunakan statistik negara untuk menghitung energi yang gterkandung


yang menggunakan jumlah energi yang disuplai kepada sektor industri
tertentu

dan

jumlah

produksinya

(Treloar,

1998;

Langston,

2006).

Sedangkan metode analisis terbaru mengunakan data base koeffiien seperti


sumber (Iventori Carbon dan Energy) (ICE). (Hammond dan Jones, 2010)
Jenis analisis ini adalah sama dengan analisis berdasarkan proses dengan
batas yang sama (Treloar, 1998; Langston, 2006), bahagian berikut
menjelaskan 4 metode yang biasa digunakan:

2.11.1

Analisis Berdasarkan Proses


Analisis berasaskan proses menyediakan lebih tepat (Ding, 2004) dan hasil

energi yang terkandung dapat dipercayai (Alcorn dan Baird, 1996; Pullen, 2000b).

Dalam kasus bahan bangunan, semua input energi langsung disuplai daripada pabrik
utama. Untuk memperhitungkan energi tidak langsung, input tidak langsung dampak di
hulu proses pembuatan utama. Dalam kasus sesuatu bangunan, semua input langsung
diukur menggunakan bill of kuantiti dan koeffisien energi yang terkandung bahanbahan.
Semua input tidak langsung dihitung dengan pergi ke hulu pembangunan
bangunan (Treloar, 1998; Alcorn dan Baird, 1996). Setelah tahap tertentu dalam hulu,
damapak input energi menjadi semakin sulit. Ini berlaku karena usaha yang meluas
yang diperlukan untuk mengetahui dan menghitungsetiap input proses huluan kompleks
(Alcorn dan Baird, 1996; Ding, 2004). Dalam kasus sedemikian, batas sistem ini
dipangkas

untuk

melengkapkan

perhitungan.

Pemangkasan

ini

batas

sistem

menyebabkan ralat pangkasan karena pengecualian input tertentu (Lenzen, 2000).


Analisis proses dianggap khas untuk studi tetapi tidak lengkap karena pemangkasan
batas (Ting, 2006; Khasreen et al, 2009;. Dixit et al, 2010; Dixit.2015).
2.11.2

Analisis Berdasarkan Input - Output


Analisis perhitungan berdasarkan analisis input-output menggunakan akaun

input- output negara, yang menunjukkan transaksi keuangan di kalangan pelbagai


sektor- industri ekonomi (Miller & Blair, 2009). Jika input diperoleh oleh sektor industri
diketahui menyediakan daripada sektor energi, itensitas sektor industri dapat diukur
menggunakan harga energi (Treloar, 1998; Dixit et al, 2014.; Dixit.2015). Akaun inputoutput negara termasuk keperluan matriks langsung, yang mencantumkan input secara
langsung diperlukan untuk menghasilkan satu unit output sektor industri (Miller dan
Blair, 2009).
Terdapat dua pendekatan untuk menghitung jumlah keperluan:(1) Metode
Leontiefs Inverse Matrix (LIM) dan (2) Metode Power Series Approximation (PSA).
Metode LIM boleh dihitung dengan mengurangkan keperluan matriks terus dari matriks
identitas. Jika metode PSA digunakan, keperluan tidak langsung berkaitan dengan setiap
tahap huluan dapat dihitung. (Treloar, 1998; Miller & Blair, 2009; Dixit, 2013;
Dixit.2015).

2.11.3

Analisis Hibrid
Analisis hibrid menyatukan manfaat metode berdasarkan proses dan berdasarkan

input- otput untuk menyediakan lebih lengkap, tepat, dan keputusan bahan khusus
(Treloar, 1998; Crawford, 2006; Acquaye, 2010; Dixit, 2013; Dixit.2015). Tujuannya
adalah kesempurnaan dan ke khususan, yang datang berdasarkan dari input-otput dan
rangka kerja masing-masing berasaskan proses. Terdapat dua jenis analisis hybrid : (1)
berasaskan proses dan (2) analisis hibrid yang berasaskan-imput-otput.

a)

Analisis Proses Berasaskan Hibrid:


Untuk meningkatkan kesempurnaan batas sistem daripada metode berdasarkan
proses, data Input-Output adalah disatukan ke dalam satu rangka kerja berdasarkan
proses (Treloar, 1998; Crawford, 2004; Dixit, 2013; Dixit.2015). Sebagai contoh,
apabila ia menjadi tidak praktis untuk mendeteksi input tenaga hulu, rangka kerja
berasaskan proses boleh dipenggal dan saldo input dapat dihitung dengan menggunakan
analisis Input-Output. Dalam kasus sesuatu bangunan, volume bahan yang digunakan
dalam pembangunan bangunan dapat diperoleh dan dikalikan dengan itensitas energi
bahan berdasarkan Input - Output (Dixit, 2013; Dixit, 2015).

b)

Analisis Input - Otput Berasaskan Hibrid:


Untuk meningkatkan keboleh percayaan hasil energi dalam badan, memproses
data penggunaan energi di masukkan ke dalam rangka kerja input-output (Treloar, 1998;
Langston, 2006). Penggunaan data energi langsung berdasarkan proses berasal untuk
semua sektor industri dalam ekonomi, data yang dapat menjadi mudah didapati. Datadata energi langsung berasaskan proses kemudiannya digabungkan dalam keperluan
matriks langsung jika memproses data dapat didapati untuk semua sektor industri. Ia
adalah dianggap bahawa lebih kemasukan untuk data penggunaan energi sebenarnya,
yang lebih dipercayai model hibrid (Dixit, 2013;. Dixit et al, 2014; Dixit, 2015). Jika
data proses tidak tersedia untuk semua sektor industri, mengintegrasikan mereka dalam
model IO ini dapat menghasilkan beberapa dampak tidak langsung.

2.11.4Koeffisien Energi yang Terkandung


Koeffissien energi yang terkandung adalah karya terbaharu oleh (Hammond dan
Jones 2008), data base koeffiksien energi terkandung dan karbon untuk berbagai jenis
bahan. Database ini memberikan nilai untuk energi yang terkandung per unit bahan
untuk situasi Inggris, dan karena itu dapat digunakan dalam perhitungan energi yang
terkandung dengan menggabungkan nilai-nilai dengan bill of kuantiti. (Hammond dan
Jones 2008b) menyatakan pentingnya penilaian siklus hidup ketika mempertimbangkan
energi terkandung, bagaimanapun, sebahagian besar data base mencakup materi buaian
untuk setiap gerbang pabrik, berarti bahwa dampak dari transportasi, konstruksi dan
akhir hidup setiap siklus hidup atau daur ulang harus dipertimbangkan secara terpisah
untuk mencapai penilaian siklus hidup.
Data base Inventori Carbon dan Energy (ICE) disusun dari berbagai sumber.
(Hammond dan Jones 2008) Untuk mengidentifikasi kesesuaian data itu dianggap
dalam hal metode perhitungan, batas sistem, usia data, negara asal dan input nilai
kandungan karbon. Meskipun metode detail yang digunakan untuk mengidentifikasi
nilai yang diberikan dinyatakan bahawa untuk banyak bahan termasuk data di luar
negara digunakan sebagai nilai-nilai yang tidak tersedia untuk Inggris. Data base hanya
mencakup nilai energi terkandung untuk bahan, tidak termasuk transportasi untuk
pengiriman produk dan kegiatan di lokasi pembangunan (Hammond dan Jones (2008b).
Contoh data base koeffisien energi yang terkandung dan karbon dalam bahan-bahan
bangunan sumber Iventory Carbon & Energy (ICE).siri V.02.2011) di tunjukkan pada
(Lampiran A).
Beberapa data base lain yang terssedia untuk energi yang terkandung seperti
yang diterbitkan oleh (Buchanan and Honey.1994), untuk Negara New Zeland. dan
beberapa perubahan akan diperlukan untuk membuat mereka sesuai dengan situasi
Inggris. Dalam perubahan tertentu dari campuran bahan bakar yang digunakan untuk
menghitung emissi karbon. Usia data juga berarti itu memerlukan beberapa perubahan.
Hammond dan Jones (2008b) menggambarkan akurasi metode ini dengan
mengevaluasi sejumlah studi kasus dan membandingkannya dengan nilai-nilai energi

terkandung kandungan lainnya untuk tempat tinggal, meskipun nilai-nilai berbeda dari
hasil sebelumnya untuk bangunan yang sama, perbandingan antara bangunan
keseluruhan untuk energi yang terkandung per meter persegi keluasan lantai
menunjukkan nilai yang diperoleh adalah dekat dengan mean. Keuntungan utama dari
metode ini adalah karena kecepatan dan dapat mengurangi biaya dengan menggunakan
data yang ada. Ini juga merupakan metode yang relatif mudah digunakan, memerlukan
sedikit pelatihan dan dapat di integrasikan dengan proses desain yang sudah ada dengan
sedikit usaha. Sebuah contoh dari integrasi tersebut dapat ditemukan dalam kalkulator
karbon badan lingkungan hidup, yang digunakan untuk menghitung energi yang
terkandung kerangka teknik sipil (Board Environment.UK.2008).

2.11

Variasi dan Tidak Konsisten dalam hasil pengukuran Energi Terkandung


Dixit MK.et,al.(2010) ; Langston, dan. Langston.(2008) ; Nassen,et.al. (2007) ;

Crwaford dan Treloar. (2005); Ding (2004); Horvath (2004) menyarankan bahwa hasil
energi yang terkandung dari pada perbedaan penelitian dalam nilai angka energi
terkandung, berasal dari informasi dari sumber yang berbeda dan negara negara yang
berlainan..(Dixit.MK.et,al.2010; Ding.2004) menjelaskan saat ini nilai angka energi
terkandung yang didapakan oleh berbagai penelitian menunjukkan variasi dalam nilai
angka energi terkandung unit khas rumah kediaman dan bangunan komersial seperti
ditunjukkan pada tabel 2.8.
Hasil nilai angka energi terkandung untuk satu meter persegi keluasan lantai
bangunan ialah berbeda-beda. Dalam bangunan rumah kediaman energi terkandung di
dalam badan bangunan untuk satu meter persegi keluasan lantai antara 3,6 hingga 8,76
GJ/m2, manakala untuk bangunan komersial kisaran adalah 3,4 hingga 19 GJ/m2.
Bangunan Universiti di Australia Selatan direkodkan sebagai 11 GJ/m2 yang berada
dalam kisaran pertengahan antara pembanguna rumah kediaman dan bangunan
komersial. Ini menunjukkan bahawa bangunan komersial menunjukkan dapat perbedaan
yang lebih besar dari pada unit rumah kediaman dari segi energi yang terkandung
seperti ditunjukkan gambar 2.11 dan 2.12.

Tabel. 2.6: Menunjukkan berbagai nilai energi yang terkandung mengikut unit GJ/m2
perbandingan keluasan lantai bangunan yang diperoleh dari berbagai sumber
Energi
Terkandun
g
(GJ/m2)

Jenis
Bangunan

Sumber

3.6
3.9
4.3 5.3
4.9
5.0
5.9
6.6
6.8
8.76
3.4 6.5

Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Komersial

Hill, 1978 (cited by Pullen, 2000b)


Edwards et al., 1994
D Cruz et al., 1990 (cited by Pullen, 2000b)
Pullen, 1995
Lawson, 1992 (cited by Pullen, 2000b)
Pullen, 2000b
Ballantyne et al., 2000 (cited by Pullen, 2000b)
Treloar 1998
Treloar 1996b
Buchanan and Honey,1992 (cited by Pullen, 2000c)

4.3 5.1
5.5
8.0 12.0
8.2
10.5
18.6
19.0

Komersial
Komersial
Komersial
Komersial
Komersial
Komersial
Komersial

Cole and Kernan, 1996


Oppenheim and Treloar, 1995
Oka et al., 1993 (cited by Pullen, 2000c)
Tucker and Treloar, 1994 (cited by Pullen, 2000c)
Yohanes and Norton, 2002
Stein et al., 1976 (cited by Pullen, 2000c)
Tucker et al., 1993 (cited by Treloar, 1996b)

Bandar
atau
Negara
Sidney
Canberra
Gold Coas
Daikin
Perth
Darwin
Tasmania
Adelaide
New Zeland
New
Zeland
Canada
Adelaide
Jepang
Australia
UK
Bejing
Hongkong

(Sumber : Ding .2004)


Studi analisis perbandingan energi yang terkandung dalam bahan-bahan
bangunan rumah teres di Malaysia yang dilakukan (Tamil Salvi Mari .2007)
mendapatkan nilai angka energi yang terkandung dalam bahan-bahan bangunan utama

yang digunakan terhadap lima unit rumah teres dua tingkat seperti bahan beton, besi,
kaca, kayu, multipleks, keramik, aluminium, batu bata dan atap genteng keramik. Hasil
studi menunjukkan rata-rata jumlah energi yang terkandung dalam bahan-bahan
bangunan

utama

rumah-rumah

ini

adalah

4.46.GJ/m2.

Bahan-bahan

seperti

aluminium,batu bata, beton, multipleks dan besi adalah penyumbang utama kepada
energi yang terkandung

yang tinggi. Metode yang digunakan dalam analisis

perhitungan energi yang terkandung dalam studi ini, menggunakan data base koeffisien
sumber Iventory Carbon & Energy (ICE) UK Siri V.10.(2005).

2.12

Analisis Siklus Hidup Energi (LCEA)

Analisis kitaran hayat tenaga adalah sebuah pendekatan yang menyumbang


semua input tenaga untuk bangunan dalam kitaran hayatnya. Sempadan sistem analisis
ini ditunjukkan pada Rajah. 2.13 termasuk penggunaan tenaga peringkat-peringkat
berikut: pembuatan, penggunaan, dan pembongkaran. Peringkat pembuatan termasuk
pengeluaran dan pengangkutan bahan dan instalasi teknis yang digunakan dalam
perakitan dan renovasi bangunan.(T.Rames.2010).
Peringkat operasi meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan
bangunan, selama masa hidupnya. Aktifitas ini meliputi menjaga kondisi kenyaman di
dalam bangunan, untuk keperluan menggerakkan peralatan elektrikal dan mekanikal
seperti peralatan pompa air bersih, penerangan dan menyalakan peralatan penyejukan
udara. Tahap akhir pembongkaran meliputi kerusakan bangunan dan pengangkutan
bahan dibongkar untuk lokasi pembuangan atau tanaman daur ulang.(T.Rames.2010)
Penggunaan energi di setiap tahap dibicarakan di bawah ini.

Gambar 2.12 : Batas sistem analisis siklus hidup energi

i.

Energi Terkandung

Energi yang terkandung adalah energi yang digunakan selama tahap pembuatan
bangunan. Ini adalah energi yang terkandung dari semua bahan yang digunakan dalam
bangunan dan instalasi teknis, dan energi yang dikonsumsi pada saat perakitan,
pembangunan dan renovasi bangunan. Energi yang terkandung bahan merujuk kepada
energi yang digunakan untuk memperoleh bahan metah (pertambangan), pembuatan
bahan dan pengangkutan ke lokasi pembangunan. Energi yang terkandung dibagi
kepada dua bahagian: Energi terkandung permulaan dan energi terkandung berulang.
(T.Rames,2010).

ii.

Energi Terkandung Awal

Energi terkandung awal bangunan adalah energi yang dikosumsi untuk


konstruksi permulaan bangunan. Hal ini dinyatakan sebagai:

EEi =

miMi+ Ec

(1)

Dimana:
Ei = Taraf energi terkandung bangunan
mi = Volume bahan bangunan (i)
Mi = Energi terkandung bahan (i) per satuan volume
Ec = Energi yang digunakan di lokasi untuk perakitan /konstruksi bangunan.

iii.

Energi Terkandung Berulang

Berbagai besar bahan yang digunakan dalam konstruksi bangunan. Beberapa


dari mereka mungkin kurang memiliki siklus hidup dari bangunan. Akibatnya, mereka
diganti untuk melakukan renovasi bangunan. Selain itu, bangunan memerlukan
beberapa perawatan rutin tahunan. Energi yang dikonsumsi untuk perbaikan tersebut
dan penggantian (rehabilitasi) harus di pertanggungjawabkan selama seluruh hidup
bangunan. Jumlah energi yang terkandung dalam bahan, digunakan dalam rehabilitasi
dan perawatan disebut energi terkandung berulang dan dapat dinyatakan sebagai:

EEr = mi Mi [(Lb/Lmi) 1]
Dimana :

EEr =
Lb

(2)

Energi terkandung berulang bangunan

= Rentang umur bangunan

Lmi = Rentang hidup dari bahan (1).


Energi terkandung sangat tergantung kepada jenis bahan yang digunakan,
sumber energi utama, dan proses penghematan konversi energi dalam membuat bahan
bangunan dan produk.

iv.

Energi Operasi

Energi operasi adalah energi yang diperlukan untuk keperluan kenyamanan


sehari-hari dan perawatan bangunan. Ini adalah energi untuk HVAC (pemanas, ventilasi
dan pendingin udara), air panas domestik, pencahayaan, dan untuk menjalankan
peralatan. Energi operasi sebahagian besar bervariasi pada tingkat kenyamanan yang
diperlukan, kondisi iklim dan jadual operasi. Energi operasi dalam rentang umur
bangunan dinyatakan sebagai:

OE = EOALb

(3)

Dimana :

OE = Energi operasi dalam rentang umur bangunan;


EOA = Energi operasi tahunan;
Lb

v.

= Rentang umur bangunan.

Energi Pembongkaran

Pada pelayanan akhir hidup bangunan, energi yang diperlukan untuk


menghancurkan bangunan dan pengangkutan bahan limbah ke lokasi pembuangan dan /
atau tanaman daur ulang. Energi ini disebut sebagai energi pembongkaran dan dinyatakan
sebagai:

DE = ED + Et
Dimana :

(4)

DE = Energi perobohan
ED = Energi yang dikeluarkan untuk dekonstrusi bangunan
Et = Energi yang digunakan untuk mengangkut bahan limbah.

2.13

Energi Siklus Hidup (LCE)

Energi siklus hidup bangunan adalah jumlah dari keseluruhan energi yang
dikkosumsi dalam siklus hidupnya. Energi siklus hidup dinyatakan sebagai:

LCE = EEi + EEr +OE + DE

(5)

Penghematan energi dari daur ulang dan menggunakan kembali pembongkaran


bahan bangunan tidak dianggap dalam perhitungan energi siklus hidup bangunan. Hal
ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa tidak ada kesepakatan bersama atas
menghubungkan energi pembongkaran tertanam untuk bangunan. Namun, akan lebih
tepat jika energi ini dari daur ulang atau menggunakan kembali yang tergabung dalam
perkiraan siklus hidup energi dalam arti keseluruhan (T.Rames 2010).
Studi tentang penggunaan energi siklus hidup bangunan yang diinginkan, untuk
mengevaluasi strategi untuk pengurangi keperluan energi bangunan. Dengan melakukan
analisis siklus hidup energi, tahap yang memiliki permintaan energi tertinggi dapat di
identifikasi dan ditargetkan untuk perbaikan. Siklus hidup energi, jika diukur dari segi
energi utama dapat memberikan indikasi yang bermanfaat dari emissi gas rumah kaca
disebabkan bangunan dan karena dampaknya terhadap lingkungan. Namun untuk analisis
dampak lingkungan yang lebih luas, penilaian siklus hidup (LCA) bangunan berguna.
(T.Rames 2010).

2.14

Bahan Api dan Pembakaran


Pembakaran di definisikan sebagai proses oksidasi senyawa, baik organik

maupun bukan organik, dengan adanya oksigen membentuk CO2 dan air (H2O). Tujuan
dari pembakaran adalah:
i. Mengurangi gas emissi
ii. Pengendalian terhadap bau
iii. Mengurangi resiko kebakaran dari bahan mudah terbakar.
Dalam proses pembakaran, terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan :
a. Bahan bakar, merupakan senyawa yang apabila dibakar akan melepaskan energi
yang berasal dari ikatan kimia yang pecah atau terurai, misalnya dalam hal ini

dianggap reaksi pembakaran sempurna, reaksi:


C8H18 + 12 O2 8 CO2+ 9 H2O
b. Oksigen (O2), proses pembakaran dapat dilakukan apabila terdapat oksigen
(O2). Sumber utama oksigen berasal dari udara ambien (sekitar 21% oksigen
terdapat diudara bebas).
c. Pengencer (dilusent), amumnya dalam proses pembakaran oksigen diambil dari
udara bebas, dimana diudara bebas ini terdapat gas-gas lain, misalnya N2 yang
besarnya sekitar 79% dari udara bebas. Udara pengencer ini tidak ikut dalam
proses pembakaran, tetapi beraksi sendiri (N2 membentuk gas NO)
Bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan
proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran energi.
Bahan bakar yang biasa digunakan adalah bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi).
Jenis - jenis bahan bakar yang digunakan pada kendaraan bermotor umumnya, antara
lain:
i. Petrol Gasolin Atau Premium
Petrol / bensin adalah bahan bakar minyak yang pada dasarnya merupakan
bahan bakar cair, yang diperoleh dari sumber alam dengan cara penambangan dan
melalui proses destilasi. Komponen bahan bakar minyak berbeda-beda dari suatu
penambangan dengan penambangan lainnya, tetapi pada umumnya mempunyai limit
komponen yang relative konstan, dengan parsentase karbon (C) sebesar 83-87% dan
persentase hydrogen CH sebesar 11-14%. (Boedi Santoso. 2002).
ii. Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar diesel atau minyak diesel dipakai untuk mengoperasikan mesin
diesel atau (compression ignition engine). Kualitasnya ditentukan oleh angka cetana,
makin tinggi angka cetana, makin tinggi kemampuan kerja yang diberikan oleh bahan
bakar diesel. Angka cetana adalah besarnya kadar volume cetana dalam campurannya
dengan metilnaphtalen (Arend, 1990).

2.15

Kandungan Energi (Energy Contents)


Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi contents (kandungan

energi) adalah perumpamaan yang digunakan untuk jumlah energi yang tersimpan
dalam sistem tertentu atau ruang wilayah per unit volume. Tabel.2,9 menunjukkan suatu
ukuran relative dari jumlah zat-zat yang dapat setara dalam pengeluaran hasil yang
diperlukan.
Tabel 2.7 : 4 Jenis kandungan energi (Energy Content)
Hydro

3,6

Noclear (Typical value)

11.6
2.33
37.23
18.36
25.23
27.7
27.7
18.8
14.4
22.2
33.62
34.66
38.68
38.68
41.73

MJ/kWh

Electicity
Steam
Natural Gas
Ethane (liquit)
Propane (liquit)
Coal

Petrolium products

Anthrancite
Bituminous
Sub - bituminous
Lignite
Average domestic use
Aviation gasoline
Motor gasoline
Disel
Ligh fuel oil (no.2)
Heavy fuel oil (no.6)

MJ/kWh
MJ/kg
MJ/m3
MJ/l
MJ/l
MJ/kg
MJ/kg
MJ/kg
MJ/kg
MJ/kg
MJ/l
MJ/l
MJ/l
MJ/l
MJ/l

Sumber : Aube, 2001 (CANMET Energy Diversification


Research Laboratory.(2001)

2.16

Energi Terkandung dan Kandungan Karbon

Energi terkandung adalah jumlah energi yang digunakan untuk proses


mengekstrak, memperbaiki, transportasi dan produksi bahan atau produk
(Cabeza. et,al. 2013b; Hammond dan Jones, 2008). Dalam prakteknya,
bergantung kepada batas sistem siklus hidup, sering diukur (Cradle to Gate)
dari buaian hingga gerbang (pabrik), (Cradle to Site) buaian ke lokasi
(penggunaan), (Cradle to Grave) atau buaiayan hingga liang kubur (akhir

hayat). Gambar 2.15 menunjukkan batas siklus hidup untuk mendefinisikan


energi terkandunng, demikian juga kandungan karbon adalah jumlah emissi
karbon dioksida (CO2) atau karbon dioksida ekuivalen (CO2e) emissi untuk
menghasilkan sesebuah bahan atau produk.

Gambar 2.14 : Batas siklus hidup energi

2.19.1Pengukuran Dampak Terkandung


Unit pengukuran khas energi terkandunng dan karbon adalah MJ/kg (Megajoule
energi yang diperlukan untk membuat sekilogram produk) dan tCO2/kg (Ton karbon
dioksida yang diciptakan oleh energi yang diperlukan untuk membuat satu kilo gram
produk). Konversi MJ untuk (tCO2 ) tidak mudah karena berbagai jenis energi seperti
(batu bara, minyak, gas, angin matahari dan nuklir) memacarkan jumlah dari karbon
dioksid yang berbeda, sehingga jumlah aktual karbon dioksida dipancarkan ketika
produk dibuat bergantung kepada jenis energi yang digunakan dalam proses
produksi/pembuatan bahan.
Dalam banyak penelitian, kandungan energi dan karbon berkaitan erat satu sama
lain dan sering dipertukarkan.Gonzalez dan Navarro (2006) menunjukkan bahwa bahan
bangunan yang memiliki kandungan energi yang tinggi mungkin dapat menghasilkan
lebih banyak emissi karbon dioksida dari bahan dengan kandungan energi yang rendah.
Bahkan, kandungan karbon adalah karbon yang terkait dengan penggunaan kandungan
energi dan masing-masing produksi kandungan energi bervariasi tergantung pada jenis
bahan bakar yang digunakan. Oleh karena itu, penting untuk membedakan antara

karbon dan energi ketika dampak kandungan suatu produk yang bertentangan dengan
dampak tenaga operasi. (Sam.C.M.Hui and MA.Tsz, Chang.2015).
Dixit.MK,et,al.,(2012) menjelaskan bahwa kesepakatan pengukuran kandungan
karbon dapat diterapkan untuk bangunan untuk membantu menilai dampak lingkungan.
Hal ini diyakini bahwa kandungan energi dan karbon merupakan jumlah yang cakup
dari keseluruhan energi dan karbon dari bangunan. Sartori dan Hestnes (2007)
menemukan bahwa untuk bangunan konvensional akun kandungan energi dapat untuk 2
hingga 38% dari keseluruhan energi siklus hidup dan untuk bangunan energi yang
rendah, ini dapat berkisar 9 - 46%. Penelitian lain oleh Thormark (2007) ditentukan
bahwa kandungan energi dari sebuah rumah rendah energi dapat sama dengan 40
hinggai 60% dari keseluruhan siklus hidup energi. (Jiao,YeLi dan.2011) menemukan
bahwa kandungan karbon dapat berkontribusi hingga 60% dari seluruh karbon
kehidupan. Cara praktis untuk mencapai pengurangan karbon di industri bangunan
memerlukan perhatian, harus dibayar untuk kandungan energi dan karbon, untuk
menilai dan terlibat rantai bekalan penuh (Sam.C.M.Hui.and MA.Tsz Chang.2015).

2.19.2

Metode Audit Energi Terkandung


Memperkirakan kandungan energi memerlukan metode akutansi (Audit) yang

bertujuan untuk menemukan jumlah keseluruhan energi yang diperlukan untuk seluruh
siklus hidup produk. Menentukan apa yang merupakan siklus hidup ini tuntutan menilai
relevansi dan tingkat kandungan energi ke ekstraksi bahan mentah, transportasi,
pembuatan, perakitan, pemasangan, perobohaan, dan dekonstruksi atau dekomposisi,
serta sumber energi sekunder (tenaga manusia).
Saat ini, metode yang berbeda menggunakan skala yang berbeda dari data yang
menghitung energi terkandung (Moncaster dan Song, 2012) ini akan menghasilkan
beragam pemahaman dari skala dan ruang lingkup aplikasi dan jenis nilai-nilai dan hasil
energi terkandung. Metode utama audit energi yang terkandung dampak dari ini berasal
dari model analisis input - output. Sam.C.M.Hui,and.MA.Tsz, Chang.2015 ;
Dixit,MK.et.al.2010 ; Nassen,et.al.2007 ; Lenzen.2000).

Biasanya, energi yang terkandung termasuk sumber terbaharukan dan tak


terbarukan dan tidak mempertimbangkan emissi karbon dioksida yang terkait dengan
produksi energi, yang penting itu adalah mengapa untuk memperkirakan kandungan
emisi karbon secara terpisah (Tingley dan Davison, 2011). Energi terkandungan dapat
dibagi menjadi dua kategori: energi terkandung permulan dan energi terkandung
berulang (Chau,Leung,and.Ng,2015).
Energi terkandung permulaan adalah jumlah energi yang diperlukan untuk
ekstraksi dan pembuatan bahan bersama-sama dengan energi yang diperlukan untuk
transportasi dari bahan yang digunakan untuk permulaan konstruksi. Energi terkandung
berulang merupakan jumlah keseluruhan dari kandungan energi karena dalam
penggunaan bahan, perawatan, renovasi, perbaikan atau penggantian selama masa kerja
komponen bangunan.
Jiao,and,Ye,Li,(2011) menunjukkan bahwa emissi karbon dari bahan bangunan
yang terdiri kepada emissi karbon langsung dan tidak langsung. (Cabeza, et.al.2013a)
menjelaskan bahawa emissi karbon dari bahan mentah dan proses pembuatan bahan
bangunan dua bahagian penting untuk mengevaluasi emissi karbon langsung.
Sebaliknya, emissi karbon tidak langsung dihasilkan dari penyusutan peralatan dan
bangunan, pengelolaan disetiap hubungan dan proses lingkungan dari transportasi dan
pengolahan sampah.

Hal ini diyakini bahwa pertimbangan energi terkandung dan

kandungan karbon projek bangunan dan produk bangunan akan memberikan informasi
pentingnya mengambil seluruh siklus hidup untuk pendekatan mencapai bangunan
berkelanjutan.

2.17

Perbedaan Energi Terkandung Dan Kandungan Karbon

Emissi CO2 yang dihasilkan oleh bangunan bersumber dari pada


penggunaan energi serta proses kimia yang terjadi pada masa proses
produksi bahan bangunan. Penggunaan energi yang dimaksud terdiri dari
pada penggunaan energi langsung, seperti proses pembakaran, dan
pengggunaan energi tidak langsung seperti transportasi dan penggunaan

energi yang digunakan oleh kegiatan perkantoran dari industri terkait.


(Calkins.2009).

Sejumlah energi yang digunakan ketika proses peroduksi bahan bangunan


dinyatakan sebagai energi terkandung. Contoh energi yang terkandung pada produksi
semen adalah sejumlah energi yang digunakan ketika proses pembakaran clinker, yaitu
proses pembakaran batu kapur/kalsium karbonat (Ca.CO3), pada proses pembakaran
tersebut menghasilkan emissi CO2 (ECeE) yang dihasilkan dari penggunaan energi.
Kalsium karbonat ketika dipanaskan akan terjadi reaksi kimia yang akan menguraikan
senyawa CaO (kapur) dan CO2 yang bersifat mengisi atmosfer, proses emissi CO2
tersebut dinyatakan sebagai kandungan karbon (Embodied Carbon) CO2.(Calkins.2008).
Perbedaan antara energi terkandung dan kandungan emissi karbon dapat
dijelaskan melalui persamaan (1) dan (2), yaitu, persamaan (1) energi terkandung tidak
memiliki perbedaan pengaruh pada jenis sumber energi, sedangkan persamaan (2)
kandungan karbon sangat dipengaruhi oleh jenis sumber energi yang digunakan.
Perbedaan energi terkandung dan kandungan karbon dijelaskan sebagai berikut.
Persamaan (1a) menjelaskan besarnya energi terkandung yaitu berdasarkan besarnya
energi yang diperlukan dalam proses produksi sebuah bahan bangunan. Indikator yang
digunakan dalam energi terkandung adalah besar daya api dan waktu produksi per unit
bahan (Calkins,2008).
Dimana:

EE = (P x H) .......................................

(1a)

Keterangan:
EE

: Energi Terkandung

: Daya api (watt,kilowatt)

: Waktu proses produksi bahan bangunan (jam)

(P x H): Energi (kWh)


Setiap unit energi akan menghasilkan emissi CO2, yang bergantung dari pada
jenis pembangkit energi bahan bakar yang digunakan. Pembangkit tenaga air setiap
kWh, menghasilkan Zero CO2 emissi. Pembangkit bahan bakar energi diesel
menghasilkan emissi CO2 sebesar 570 gr CO2 per kWh, sedangkan pembangkit listrik

tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara menghasilkan emissi CO2 sebesar
940 gr CO2 per kWh (Kementetian Lingkungan Hidup,RI.2009). Sehingga melalui
persamaan (1a) dan (1b) tersebut dapat dijelaskan besar kecilnya energi yang
terkandung tidak memiliki hubungan langsung dengan besar- kecilnya emissi CO2 dari
setiap jenis pembangkit energi bahan bakar. Besarnya emissi CO2 yang dihasilkan oleh
setiap pembangkit energi bahan bahan bakar bergantung dari besarnya CO2 yang
dikeluarkan oleh setiap bahan bakar yang digunakan untuk produksi energi
(Deni.K.2010).
Dimana: ECE + (EE x eE)
Keterangan

................................................

(1b)

ECE

: Kandungan karbon emissi CO2 per konsumsi energi

: Daya api (watt,kilowatt)

: waktu proses produksi bahan banguna (jam)

(p x H)

: Energi (kWh)

EE

: besarnya emissi CO2 yang dilepaskan dari setiap


kWh (kg CO2)

Berasaskan persamaan (1.a) dan (1b) setiap bahan bangunan akan menghasilkan
kandungan karbon, yang berasal dari emissi CO2 akibat dari penggunaan energi bahan
bakar (ece) maupun emissi CO2 yang dihasilkan dari proses kimia bahan banguan
tersebut memerhatikan kandungan energi pada persamaan tersebut, maka setiap jenis
bahan bangunan akan menghasilkan angka kandungan karbon emissi CO2 meskipun
energi yang digunakan pada produksi bahan bangnan tersebut menggunakan energi
yang terbarukan.
EmC = EmCe + enE ..............................................(1a)
EmC = ( EmE x e E) + enE ...................................(1b)
Dimana :

EmC: Kandungan karbon CO2


EmE: Energi terkandung
eE : Besarnya emissi CO2 yang dilepaskan dari setiap kWh (kg CO2)
enE : Emissi CO2 hasil reaksi kimia bahan dasar

Merujuk persamaan (2) bila dibandingkan dengan persamaan (1) maka besarnya
kandungan karbon tidak selalu memiliki korelasi langsung dengan besarnya kandungan
energi. Bila merujuk kepada penyebab dari kerusakan lingkungan secara langsung
disebabkan oleh konsentrasi gas CO2 di atmosfer yang melampaui batas, sehingga
mengakibatkan terjadi dampak gas rumah kaca yang mengakibatkan suhu permukaan
bumi meningkat. Nilai kandungan CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan
dasar (raw material) dan proses kimia yang terjadi pada bahan dasar tersebut
menghasilkan keseluruhan nilai kandungan emissi CO2 yang dinyatakan sebagai kadar
dasar emissi CO2 bahan bangunan.

2.18

Persedian Energi Terkandung


Semasa persediaan kandungan tenaga yang digunakan pada masa ini, kaedah

pengukuran kandungan tenaga data boleh dipercayai dan atau tidak boleh dipercayai
menentukan ukuran tenaga yang digunakan semasa pembuatan bahan binaan atau
komponen. Kaedah pengukuran mempunyai kebaikan dan keburukan. (Hammond dan
Jones.2006) Jabatan Kejuruteraan Mekanikal, University of Bath, United Kingdom,
prestasi analisis bahan-bahan binaan bagi mewujudkan persediaan karbon dan tenaga
untuk program bangunan wawasan karbon. Mereka telah menubuhkan senarai yang
paling baru, ini bukan sahaja keamatan tenaga pelbagai bahan-bahan binaan, tetapi juga
implikasi karbon masing-masing berkaitan dengan proses pengeluaran mereka. Mereka
telah menerima pakai pendekatan "buaian ke pintu", yang menganggap semua
penggunaan tenaga dari peringkat hulu seperti pengekstrakan bahan mentah ke
peringkat akhir sebagai produk akhir.
Beberapa pengiraan kandungan tenaga telah mengambilkira tenaga yang
digunakan semasa penghantaran produk, produk ini untuk pembinaan ditapak, dengan
sempadan sistem yang lebih luas; Walau bagaimanapun, ini adalah sedikit bilangannya.
(Alcorn dan Baird 1996) dalam Pusat Prestasi Bangunan dan Penyelidikan di Universiti
Victoria Wellington, New Zealand telah berkembang pekali pelepasan karbon dan
pangkalan data kandungan tenaga bahan-bahan binaan yang digunakan di negara New

Zeland. Beliau menganggap kaedah analisis hibrid berasaskan proses pengiraan untuk
mengelakkan tidak lengkap dan tidak boleh dipercayai. (Buchanan dan Honey 1994)
merujuk kepada data pekali tenaga dalam laporan yang disediakan oleh Baird dan Chan
(1983), untuk menyediakan satu senarai komprehensif tenaga dan data pengeluaran
karbon dioksida bagi menunjukkan implikasi aktiviti pembinaan. (Pullen.2000;
Adalberth 1996; Adalberth 1996; Lenzen et al. 2004; Crawford dan Treloar 2005) perlu
dibuat usaha diberi perhatian bagi menentukan jumlah tenaga yang tertanam dalam
bahan-bahan terpilih.

2.19

Pengenalan Pangkalan Data Iventory Carbon and Energy (ICE)

Persediaan karbon dan tenaga yang dikenali sebagai pangkalan data (Iventory
Carbon and Energy) (ICE). adalah sebuah pangkalan data bagi kandungan tenaga dan
karbon bahan binaan. Pengasas pangkalan data ini ialah, Craig Jones, dan Hammond
(2005) mencipta pangkalan data ICE dalam peranan sebagai penyelidik di University of
Bath, manakala untuk Profesor Geoff Hammond, bekerja pada kumpulan penyelidikan
tenaga lestari (SERT) UK. Pangkalan data ICE adalah sumber utama data di dunia bagi
kandungan tenaga dan karbon, yang boleh dirujuk dan didapati dari laman web ICE.
Secara keseluruhan pangkalan data ICE telah dimuat turun oleh lebih 17,000
profesional dari seluruh dunia dan dalam laporan yang tidak terkira banyaknya, jurnal,
buku, artikel, kalkulator kandungan tenaga dan kesan emissi karbon, dan banyak lagi. Ia
mengandungi lebih 200 data bahan-bahan, binaan yang dipecahkan lebih 30 kategori
bahan utama.
Bagi membina dan mewujudkan pangkalan data kandunngan tenaga dan karbon
ini, pangkalan data ICE telah dicipta daripada kajian literatur besar. Versi pertama telah
dikeluarkan pada tahun 2005 dan ia telah dikemaskini secara berkala. Versi kedua
dikeluarkan pada tahun 2011. Rajah 2.17 berikut ini menunjukkan bagaimana pangkalan
data telah dicipta. Berikut data persedian karbon dan tenaga (ICE) Versi 2.0.
ditunjukkan pada bahagian (Lampiran. A).

Rajah 2.16 : Proses penciptaan pangkalan data Iventory Carbon and Energy (ICE)
Sumber : (ICE.V.2.0. Univesity of Bath UK..2011)

2.20

Energi Yang Terkandung Dalam Bahan Bangunan


Berasaskan dengan judul studi dalam penelitian ini adalah energi terkandung

dalam bahan bangunan rumah kediaman di Sumatera Barat, terhadap delapan jenis
bahan-bahan bangunan utama dalam pembangunan rumah kediaman seperti: Semen,
Besi beton, Beton, Multipleks (Plywood), Kayu, Batu bata, Atap Zinc, dan keramik
lantai. Bahagian ini akan menjelaskan pendapat literatur tentang energi yang terkandung
dan kandungan karbon dalam bahan-bahan bangunan yang dikaji:

2.26.1

Semen

Sumber utama energi bahan bakar yang digunakan dalam produksi semen adalah
untuk pembakaran, biasanya menggunakan sumber bahan bakar, seperti:batu bara, dan
energi listrik, sedangkan untuk pemanasan permulaan digunakan bahan bakar Industrial
Diesel Oil (IDO), dan gas alam. Berdasarkan data dari laporan Kementerian

Perindustrian RI.(2010), untuk menghasilkan 1 ton semen di Indonesia memerlukan


energi sebesar 780 kilo kalori batu bara dan 120 kwh energi listrik (103.181,4 kilo
kalori) maka jumlah keseluruhan energi yang diperlukan untuk menghasilkan 1.ton
semen adalah 103,961 kilo kalori atau setara dengan 120,9 kwh/ton. Saat ini industri
semen di Indonesia menggunakan batu bara berkalori rendah sekitar 5100 kkal per 1 kg
batu bara (Kementerian Perindustrian RI.(2010),
Studi yang dijalankan (Praseda.KI; Ventakarama. BV and ; Monto Mani .2015)
memaparkan energi yang terkandung dari bahan semen portland biasa (OPC) untuk
India adalah 2.38 MJ hingga 3.72 MJ/kg. Energi yang terkandung dalam bahan semen
diperkirakan sebagai jumlah komponen energi tidak langsung dan energi langsung.
Komponen energi tidak langsung, terutamanya mewakili energi untuk produksi batu
kapur. Energi langsung merupakan energi untuk transportasi batu kapur dan bahan
mentah yang lain, dan energi proses termasuk energi yang dihabiskan untuk proses
pembuatan.
Merujuk kepada pangkalan data Iventory Carbon and Energy (ICE) V.2.0 UK.
(2011). Khusus untuk produksi bahan semen persentase penggunaan energi bahan bakar
dalam produksi semen adalah 63.4%, batu bara, Oil 1.4%, dan natural gas 2.4%., energi
listrik 32.8%. Sumber energi dan persentase pengunaan energi untuk produksi semen
ditunjukkan pada tabel 2.16.
Tabel 2.14 : Sumber energi dan % (EmE) produksi semen
No

Sumber Energi

1
2
3
4
5
6

Batu bara
LPG
Minyak
Gas Alam
Listrik
Lain-lain
Jumlah

% Energi yang Terkandug


Dari Sumber Energi
63.4%
0.0%
1.4%
2.4%
32.8%
0.0%
100.0 %

Sumber : Iventory Carbon and Energy (ICE) V.2.0 UK.(2011)


Merujuk kepada tabel statistik profil data base koeffisien energi terkandung dan
karbon yang tertanam dalam produksi bahan semen, dari sumber Iventory Carbon and
Energy (ICE).University of Bath. UK, Versi 2,0 (2011). Nilai energi terkandug dan

karbon dalam produksi semen dengan berbagai jenis semen seperti ditunjukkan oleh
tabel 2.17 berikut ini.
Tabel 2.15 : Koeffisien energi terkandung produksi semen
Bahan Semen
General UK Average
Rata -rata Portland Semen 94 % Clinker
6 - 20% Fly Ash
21 - 35% Fly Ash
36 - 65% GGBS
66 - 80% GGBS

Energi
Terkandung
(Mj/kg)
4.5
5.5
5.28 to 4.51
4.45 to 3.68
4.13 to 3.00
2.96 to 2.40

Sumber : Iventory Carbon and Energy (ICE) V.2.0.UK (2011)

2.26.2

Besi Beton
Merujuk kepada intensiti energi produksi pada industri besi beton di Indonesia

adalah sebesar 900 kwh/ton, artinya untuk menghasilkan 1 ton besi beton di Indonesia
memerlukan energi 900 kw/h. Angka intensiti ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan
India adalah sebesar 600 kwh/ton, dan negara Jepang sebesar 350 kwh/ton
(Kementerian Perindustrian RI.2012). Hal ini menujukkan bahwa penggunaan energi
untuk pembuatan besi dan baja di Indonesia belumlah sehemat

negara India dan

Jepang. Merujuk kepada proporsi dan komposisi jenis energi yang digunakan pada
industri besi dan baja di Indonesia pada tahun 2009, yaitu bahan bakar minyak (BBM)
25%, Batu bara 3 %, Gas alam 7%, dan Listrik 65% (BPS.2009).
Studi yang dilakukan Praseda.KI;Ventakarama. BV dan ; Monto Mani (2015),
menampilkan untuk India energi yang terkandung produksi besi adalah 32.24 MJ/kg,
energi panas 97%. Energi langsung dihabiskan untuk proses utama mewakili kira-kira
92.5% daripada jumlah energi yang terkandung. Menurut studi yang dijalankan oleh
Dixit.MK ,et .al,.2013);Cheu,CK,et,al.m,2007) nilai energi yang terkandung dalam
produksi bahan besi dan baja dapat dikurangi secara drastis jika strategi penggunaan
bahan daur ulang di gunakan. Nilai energi yang terkandung dalam bahan besi asli di
Amerika Serkat adalah (32.MJ/kg) dan bila dibandingkan dengan nilai energi yang
terkandung besi daur ulang nilai (10.MJ/kg) dan dapat menghemat hingga 70% dari

penggunaan energi. Merujuk kepada data base. sumber Ivetory Carbon & Energy (ICE)
UK.versi. V02 (2011). Nilai coeffisien energi yang terkandung dan karbon produksi,
untuk berbagai besi seperti ditunjukkan pada tabel 2.18 :
Tabel 2.16 : Koeffisien energi yang terkandung produksi besi
Bahan Besi
General Average Recycled Content
Asli (Virgin)
Daur Ulang (Recycled)
Bar and Ron Average Word Recycled Content 39%
Asli (Virgin)
Daur Ulang (Recycled) 100%

Energi
Terkandung
(Mj/kg)
20.10
35.40
9.40
17.40
29.20
8.80

Sumber : Iventory Carbon and Energy.(ICE) Versi V2.0 UK (2011)

2.26.3

Beton
Untuk pembuatan beton di Indonesia merujuk kepada Standard Nasional

Indonesia (SNI) No 3 tahun 2002 yang menampilkan beberapa standar seperti kekuatan,
jenis kualitas beton dan perbandingan campuran bahan-bahan beton, Secara teknis
kualitas beton untuk keperluan bangunan terdiri kepada tujuh karakteristik kualitas
sesuai dengan kemampatan, proporsi campuran (Mix design) dan kualitasnya di bagi
sesuai dengan nilai kekuatan tekan beton sesuai umur kekerasan dari beton setelah
penuangan dengan masa 28 hari dengan nilai unit Megapascal (Mpa) seperti
ditunjukkan pada tabel 2.19.

Jaual 2.17 : Kualitas beton dan perbandingan penggunaan bahan


Kualitas
Beton
7.4 Mpa (K.100)
9.8 Mpa (K.125)
12.2 Mpa (K.150)
14.5 Mpa (K.175)
16.9 Mpa (K.200)

Semen
(kg)
247
276
299
326
352

Pasir
(kg)
869
828
799
760
731

Kerikil
(kg)
999
1012
1017
1029
1031

Air
(Liter)
215
215
215
215
215

W/C
Nisbah
0.87
0.78
0.72
0.66
0.61

19.3 Mpa (K.225)


21.7 Mpa (K.250)
24.0 Mpa (K.275)
26.4 Mpa (K.300)
28.8 Mpa (K.325)
31.2 Mpa (K.350)

371
384
406
413
439
448

698
692
684
681
670
667

1047
1039
1026
1021
1006
1000

215
215
215
215
215
215

0.58
0.56
0.53
0.52
0.49
0.48

Sumber : SNI.03.2002. (Standard kualitas pekerjaan beton)


Oleh karena proses produksi beton readimix banyak menggunakan peralatan
seperti yang di jelaskan diatas, dan semua peralatan yang diperlukan akan memerlukan
energi, dan umumnya energi bahan bakar yang digunakan untuk produksi beton adalah
minyak disel dan energi listrik. Penggunaan energi bahan bakar minyak yang paling
banyak digunakan adalah untuk alat transportasi untuk menggerakkan peralatan seperti,
pengangkutan bahan baku, stoking dan handling bahan dasar beton, proses produksi di
bacthing plan, keperluan pengiriman beton ke lokasi pembangunan menggunakan mobil
truk mixer, serta peralatan untuk menaikkan beton untuk penuangan beton dengan
peralatan mobil truck beton pump.
Merujuk kepada data base Iventory Carbon and Energy (ICE) V.2.0 UK.(2011),
sesuai dengan tabel profil nilai energi yang terkandung dan emissi karbon produksi
beton siapguna adalah seperti ditunjukkan pada tabel 2.20 nilai energi yang terkandung
dan emissi karbon produksi berbagai kualitas bahan beton siapguna (Ready Mix).

Tabel 2.18 : Kualitas beton dan koeffisien energi yang terkandung


dan emisis karbon produksi beton siapguna
Jenis Kualitas
Beton
General 14.5 Mpa (K.175)
16/20 Mpa = ( K.200 - K.225)
20/25 Mpa = ( K.200 - K.275)
25/30 Mpa = ( K.275 - K.325)
32/35 Mpa = ( K.350 - K.400)
38/40 Mpa = ( K.400 - K.450)
40/50 Mpa = ( K.450 - K.500)

Energi Terkandung
(MJ/kg)
0.75
0.70
0.74
0.78
0.82
0.88
1.00

Sumber : Iventory Carbon and Energy.(ICE) V.2.0.UK (2011)

2.26.4

Multipleks (Plywood)
Multipleks dalam pembuatanya menggunakan bahan dasar kayu, produksi

multipleks diproses secara industri, menggunakan berbagai mesin-mesin proses industri


moderen yang banyak menggunakan energi. Kayu yang dapat digunakan untuk bahan
mentah antara lain ialah,kayu meranti, kamper, mersawa, mengkulang,mahony
,agathis,thembesi, dan sebagainya. Diameter log yang digunakan diatas 30 cm,tetapi
saat ini mesin-mesin yang lebih moderen dapat mengolah log dengan diameter yang
lebih kecil (Bowyer et al. 2003). dan (Arsadi, 2011)
Walaupun kayu merupakan bahan dari alam, tetapi untuk memanfaatkan kayu
untuk keperluan bahan bangunan dan produk bangunan melalui berbagai proses yang
panjang, dimulai dari pengolahan bahan dasar kayu untuk menjadi bahan setengah jadi,
hingga menjadi produk jadi. Sebagai contoh bahan multipleks merupakan produk bahan
bangunan yang di produksi memlaui proses produksi industri. Bahan-bahan ini banyak
digunakan untuk keperluan bahan-bahan dinding dan bahan interior dan perabot
termasuk bahan untuk keperluan pembentuk beton dll. Untuk pembuatan multipleks
memerlukan bahan dari kayu yang kering agar mendapatkan kualitas bahan yang
baik,bahan ini harus melalui proses pengeringan (Oven) yang keseluruhan proses
tersebut banyak memerlukan energi.
Merujuk kepada data base sumber Iventori Carbon and Enaergy (ICE) Versi,2.0
UK.(2011). Sumber energi dan persentase penggunaan energi untuk produksi berbagai
bahan-bahan kayu adalah, terbanyak menggunakan sumber energi bahan bakar minyak
83.9% dan % karbon terkandung dari sumber energi 86.3%. Sumber energi gas alam
1.5% dan % kandungan karbon dari sumber energi gas alam 1.1%. Berikut sumber
energi listrik 14.6% dan persentase kandungan karbon dari sumber energi 12.6%. Seperti
ditunjukkan oleh tabel 2.21. Sumber energi dan persentase penggunaan energi produksi
bahan kayu. Nilai energi yang terkandung prpduksi multipleks (plywood) adalah 15.00
MJ/kg. Energi yang terkandung produksi berbagai jenis bahan-bahan kayu dan

multipleks,seperti ditunjukkan pada tabel 2.22 berikut ini.


Tabel 2.19: Sumber energi % kandungan energi produksi kayu

No

Sumber Energi

1
2
3
4
5
6

Batu bara
LPG
Minyak Diesel
Gas Asli
Listrik
Lain- lain
Jumlah

% Kandungan Energi
dari
sumber energi
0.0%
0.0%
83.9%
1.5%
14.6%
0.0%
100.0 %

Sumber : Iventory Carbon and Energy.(ICE) V.2.0.UK (2011)


Tabel 2.20 : Koeffisien energi yang terkandung produksi kayu
Bahan Kayu
Umum (General)
Glue Laminated Timber
Hardboard
Laminated Venner Lumber
Papan Lapis (Plywood)
Kayu Keras (Sawn Hardwood)
Kayu Lunak (Sawn Softwood)

Kandungan
Energi
(MJ/kg)
10.00
12.00
16.00
9.50
15.00
10.40
7.40

Sumber : Iventory Carbon and Energy.(ICE) V.2.0.UK (2011)


2.26.5

Kayu
Sumber utama bahan kayu adalah dituai dari pohon kayu, baik dari sumber

hutan alam dan hutan industri. Kayu merupakan bahan alam yang paling
umumdigunakan untuk berbagai bahan bangunan dan produk bangunan, kayu log ukuran
besar sebelum digunakan harus melalui beberapa tahap proses di indusstri pengolahan
kayu untuk proses pemotongan dan penggergajian sesuai dengan ukuran kayu yang di
jual dipasaran. Bahan dasar kayu umumnya sebelum digunakan selalu memlalui proses
industri untuk dijadikan produk bahan bangunan.

Umumnya di industri konstruksi

seperti keperluan untuk membuat bigisting pembentuk cetakan beton. rangka atap,
rangka plafon, kusen pintu dan jendela,jendela, pintu dan keperluan lainnya.

Walaupun kayu merupakan bahan sumber dari alam, tetapi untuk memanfaatkan
kayu untuk keperluan bahan bangunan dan produk bangunan melalui berbagai proses
yang panjang, bermula dari pengolahan bahan dasar kayu untuk menjadi bahan setengah
jadi, hingga menjadi produk jadi siapguna. Merujuk kepada pangkalan data Iventory

Carbon and Enaergy (ICE) Versi, 2.0.UK.(2011).

Sumber energi dan persentase

penggunaan energi produksi bahan kayu adalah 10.40.MJ/kg, kandungan karbon 0.23
CO2/kg, seperti ditunjukkan pada tabel 2.21 dan tabel 2.22.
2.26.6

Batu Bata
Di Indonesia batu bata merupakan bahan bangunan utama yang digunakan

untuk bahan dinding dalam pembangunan rumah kediaman, dan bangunan komersil
lainnya, Produksi batu bata pada propinsi Sumatera Barat umumnya masih cara
tradisional. Batu bata tradisional terbuat dari bahan tanah liat yang umumnya banyak
ditemukan tersimpan dalam permukaan tanah yang dangkal.

Pabrik batu bata

tradisional selalunya dibuat berdekatan dengan sumber bahan, untuk menghemat biaya
pengangkutan. Batu bata diproses untuk diubah menjadi bahan bangunan yang berguna
melalui proses pembakaran dengan panas sekitar 500C - 600C, dengan waktu
pembakaran 2 hingga 3 hari bergantung dengan keadaan cuaca.
Sumber utama pengguaan energi dalam produksi batu bata tradisional di
Sumatera Barat adalah menggunakan kayu api dan kulit padi (sekam padi). Studi yang
dilakukan oleh (A.Utama,dan Shabbir.H Ghewala.2009) di kota Semarang Jawa Tengah
terhadap perhitungan energi yang terkandung fasade bangunan rumah kelas menengah
tipikal Indonesia, menyatakan bahwa energi yang terkandung produksi batu bata dengan
ukuran L,110 cm x P 23.cm x T 5,3.cm (60 pcs/m2) batu bata yang dibakar dengan
menggunakan bahan bakar kayu, nilai energi yang terkandung adalah 1.3 MJ/kg, atau
2.058.Mj/unit, dengan nilai karbon terkandung yang dihasilkan dari pembakaran batu
bata (EmC) 0.23 CO2/kg, dengan densiti batu bata 950/kg/m3.
Studi yang dijalankan Praseda.KI;Ventakarama.BV,and; MontoMani

untuk

India memiliki nilai energi terkandung dari 14 studi kasus dengan butiran industri batu
bata seperti jenis tanur, jenis bahan bakar dan jenis bata. dalam tabel 2.23 menunjukkan
penggunaan energi tertinggi untuk batu bata potong kawat (4.05 MJ/kg) dalam BTK dan
yang paling rendah untuk tabel batu bata dibentuk dalam tanur VSBK (1.2 MJ/kg).
Energi yang terkandung batu bata adalah dalam kisaran 1.2 4.05 MJ/kg dengan nilai
rata-rata 2.42 MJ/kg untuk berbagai jenis tanur di India. Penilaian energi yang
terkandung dari beberapa studi seperti ditunjukan pada tabel 2.23.berikut ini.

Tabel 2.21 : Nilai energi yang terkandung untuk batu bata tanah liat yang dibakar
No

Jenis tanur

Jenis Bahan Bakar

Jenis bata

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

BTK
BTK
BTK
BTK
Clamp
Clamp
BTK
Down-draught
Down-draught
Hoffmann
BTK
VSBK
Down-draught
BTK

Listrik dan kayu api


Listrik dan kayu api
Listrik dan kayu api
Listrik dan kayu api
Kayu api
Kayu api
Kayu api, batu bara, disel
Biomassa
Kayu api
Kayu api dan Disel
Batu bara
Listrik,batu bara
Batu bara
Listrik,batu bara

Table molded
Wirecut
Wirecut
Wirecut
Country brick
Country brick
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded

Energi
Terkandun
g (MJ/kg)
Listrik
0.12
0.003
0.08
0.044
0
0
0
0
0
0
0
0.001
0
0.01

Panas
1.15
2.485
2.88
4.006
2.9
1.67
2.22
3.36
3.48
2.94
1.99
1.199
1.88
1.5

Jumlah
1.27
2.5
3.96
4.05
2.9
1.67
2.22
3.36
3.48
3.94
1.99
1.20
1.88
1.51

Sumber : (Praseda.KI; Ventakarama.BV,and; Monto.Mani .2015)


Mayoritas kes studi, komponen energi tidak langsung iaitu, penggunan energi
untuk mengeluarkan tanah liat telah diabaikan sejak kerja kasar telah digunakan untuk
pengekstrakan. Untuk produksi batu bata dalam klem, penggunaan energi untuk
pengangkutan tanah ialah sifar sejak klem secara umumnya terletak dekat dengan
sumber tanah. Untuk jenis tanur lainya, beberapa jumlah energi dihabiskan untuk
pengangkutan

tanah

dari

tempat

pengekstrakan

untuk

industri,

yang

dipertanggungjawabkan sebagai energi pengangkutan bahan mentah dalam studi ini.


Energi proses mewakili lebih dari 96% dari pada energi yang terkandung untuk
kebanyakan industri. Beban energi untuk membakar batu bata mewakili sumbangan
tertinggi kepada energi proses.
Gambar 2.32, menunjukkan gambar rajah radar membandingkan nilai energi
yang terkandung (Embodied Eenergy) untuk batu bata, dari studi dan data literature (S.
Maithel, et al,2013). Berbagai energi yang terkandung (Embodied Energy) untuk batu
bata tanah liat dibakar dari literatur adalah 1,7 hingga 3,00 MJ/kg (G.P. Hammond, C.I.
Jones .(2008); B.V.V. Reddy, K.S. Jagadish (2003); A.H. Buchanan, B.G. Honey (1994).
seperti ditunjukkan oleh tabel 2.24.

Gambar 2.17 : Perbandingan energi yang terkandung batu bata tanah liat yang dibakar
dari studi literature
Sumber : Praseda.KI;Ventakarama.BV,and; Monto Mani (2015)

Tabel 2.22 : Energi yang terkandunng bata tanah liat dibakar untuk beberapa kes studi
Proses

Energi
(Mj/kg)

Jenis Tanur

Clamp

BTK

Down-draught

Hoffman

VSBK

No

Komponen energi tidak langsung

1.a

Produksi bahan baku

Komponen energi Langsung

2.a

Transportasi bahan baku

0.044

0.022

0,023

2.b

Energi Proses

2.9

2.18

3.46

2.92

Energi yang terkandung bata tanah


liat yang dibakar (MJ/kg)

2.0

2.22

3.48

2.94

Sumber : (Praseda.KI;Ventakarama.BV,and;Monto.Mani .2015)


Tabel 2.23 : Energi yang terkandung bahan bangunan studi saat ini vs data literature.

Bahan Binaan

Energi Terkandung
(Mj/kg)
Studi saat ini

Nilai
dari literature

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Untuk 1 kWj =3.6


MJ *
2.38 and 3.72
32.24
7.88
141.55
0.037
4.93
1.24.05
0.170.25
0.007
10.63
0.105
1.53

Semen
Besi beton
Kaca
Alluminium rol coil
Pasir dihasilkan
Clay jubin atap
Bata tanah liat dibakar
Blok beton pepejal
Blok batu laterit
Jubin keramik
Batu granit digilap papak
Batu marmar papak berkilat

Untuk 1 kWj = 11.22


MJ **
2.91 and 4.32
34.23
8.94
150.69
0.062
5.08
1.24.14
0.230.35
0.007
18.00
0.111
1.53

3.60 9.29
20.62 42.00
6.80 31.50
130.0 236.80
0.10 1.14
6.50
1.70 3.00
0.67 0.90
Tidak Tersedia
2.20 14.87
0.01 13.90
2.00

* Dari segi penggunaan akhir energi.


** Dari segi energi utama

Sumber : Praseda.KI;Ventakarama.BV,and; Monto Mani (2015)


2.26.7

Atap Zinc

Proses produksi atap zinc tidak bermula dari bahan mentah,


melainkan bermula dari dasar atau bahan mentah setengah jadi, berupa
zinc gulungan (Koil) yang bersumber dari pihak industri yang berbeza.
Untuk mengetahui energi yang terkandung dan karbon terkandung Atap
zinc, bahan dasar zinc gulungan (Koil) tersebut akan dihitung sebagai, nilai
energi yang terkandung dan karbon terkandung dalam produksi bahan zinc
yang bersumber dari besi/baja yang dicampur dengan alluminium dan zinc,
yang banyak mengunakan energi dalam proses produksinya termasuk
karbon yang dihasilkan pada proses produksi.

Sedangkan pada tahap pembentukan gelombang dan type bentuk


atap zinc lainnya tidak banyak memerlukan energi untuk menggrakkan
mesin pembentuk (Moulding) karena proses pembetukan bentuk dan
gelombang atap zinc tersebut hanya menggunakan mesin-mesin produksi
dengan

ukuran

biasa,

yang

digerakkan menggunakan

energi listrik.

Umumnya energi yang diperlukan dalam proses produksi atap zinc tidak
signifikan bila dibandingkan dengan penggunaan energi dalam proses
pembuatan bahan dasar zinc berupa bahan plat gulungan (Koil). Merujuk
kepada data base sumber Inventory Carbon and Ebergy (ICE) Versi.2,0 UK

(2011). Penggunaan energi dalam proses produksi bahan zinc, terdiri


kepada empat jenis sumber energi, seperti batu bara 9% minyak diesel
6.4%, gas alam 4% dan listrik 43.6% dan persentase nilai kandungan karbon
dari sumber energi batu bara 13.7% minyak disel 7.5%, gas alam 35.1%,
dan listrik 43.7% Energi yang terkandung dan karbon produksi berbagai
bahan zinc.ditujukkan pada tabel 2.26

Tabel 2.24 : Sumber energi dan persentase energi terkandung produksi atap
zinc

No
1
2
3
4
5
6

Sumber
Tenaga
Batu bara
LPG
Oil
Gas Alami
Listrik
Lain- lain
Jumlah

% Energi Terkandung
Dari sumber energi
9.0%
0.0%
6.4%
41.0%
43.6%
0.0%
100.0 %

% Kandungan Karbon
Dari sumber energi
13.7%
0.0%
7.5%
35.1%
43.7%
0.0%
100.0 %

Sumber : Iventory Carbon and Energy.(ICE) V.2.0.UK (2011)


Merujuk kepada data base (Inventory Carbon and Energy (ICE) siri.2.0 UK
(2011). Energi yang terkandung dalam produksi bahan atap zinc, terbagi kepada tiga
jenis,sumber bahan dasar seperti bahan umum (General), asli (virgin) dan daur ulag
(Recycled.) Energi yang terkandung pembuatan bahan zinc umum 53.10 MJ/kg, dengan
kandungan emissi karbon 2.88 CO2/kg, zinc asli energi terkandung 72.00 MJ/kg, dan
kandungan emissi karbon 3.90 CO2/kg. Sedangkan untuk bahan dasar zinc daur ulang
energi yang terkandung 9.00 MJ/kg, dan kandungan emissi karbon 0.49 CO 2/kg. Berikut
energi yang terkandung dan karbon produksi berbagai bahan zinc.ditujukkan oleh tabel
2.28
Tabel 2.25: Koeffisien energi yang terkandung produksi bahan zinc
Bahan Zinc
Umum (General)
Asli (Virgin )
Daur ulang (Recycled)

Energi Terkandung
(MJ/kg)
53.10
72.00
9.00

Sumber : (Iventory Carbon and Energy.(ICE) V.2.0.UK .2011)

2.26.8

Keramik Lantai
Industri pembuatan keramik lantai menggunakan banyak energi untuk produksi,

dia juga dikenali sebagai penyumbang terbanyak peggunaan energi dalam keseluruhan
biaya produksi. Di Indonesia industri pembuatan keramik lantai menggunakan dua
sumber energi yaitu gas dan listrik. Gas digunakan untuk keperluan pembakaran dan
pengeringan

keramik,

sedangkan

energi

listrik

digunakan

untuk

keperluan

menggerakkan peralatan mesin-mesin proses produksi lainnya seperti peralatan


conveyor.
Merujuk laporan Kementerian Perindustrian RI,(2011) berdasarkan data historis
tahun (2010). Penggunaan energi pada industri keramik di Indonesia di dominasi oleh
energi gas alam dan energi listrik.

Produksi satu ton keramik lantai, rata-rata

memerlukan energi sebesar 347 kWh/ton. (Kementeria Peridustrian RI.2011). Merujuk


kepada data base sumber (ICE) Versi.02 (2011), jenis energi yang digunakan dalam
produksi keramik lantai menggunakan dua jenis sumber energi, seperti gas alam 51.1%
dan listrik 42.9% seperti ditunjukkan pada tabel 2.29, sedangkan nilai energi yang
terkandung untuk produksi keramik umum 10 MJ/kg dan nilai karbon produksi keramik
0.66 CO.2/kg seperti ditunjukkan pada tabel 2.30.
Tabel 2.26 : Sumber energi dan % energi yang terkandungan produksi keramik

No
1
2
3
4
5
6

Sumber Energi
Batu bara (Coal)
LPG
Minyak
Gas Alam
Listrik
Lain- lain
Jumlah

% Energi yang Terkandung


Dari sumber energi
0.0%
0.0%
0.0%
57.1%
42.9%
0.0%
100.0 %

% Kandungan Karbon
Dari sumber energi
0.0%
0.0%
0.0%
41.8%
36.8%
21.4%
100.0 %

Sumber : Iventory Carbon and Energy.(ICE) V.2.0.UK (2011)

Tabel 2 27 : Koeffisien energi yang terkandung produksi keramik

Bahan
Keramik
Umum (General)
Sambungan (Fittings)
Produk Sanitary (Sanitary Produc)
Lantai dan Dinding (Tile & Cladding)

Energi
Terkandung
(MJ/kg)
10.00
20.00
29.00
12.00

Sumber : Iventory Carbon and Energy.(ICE) V.2.0.UK (2011)

2.21

Analisis Energi Terkandung


Scheckel (2005) mendefinasikan energi terkandung sebagai ukuran semua input

energi yang masuk ke dalam menghasilkan produk akhir. Pada dasarnya, ada dua
metode dasar untuk menentukan energi terkandung terkait dengan produksi produk
seperti bangunan. Ini adalah analisis proses industri berbasis input-output yang berbasis
analisis ekonomi (Masters, 2001 dan Munksgaard, 2000). Dua metode dasar tersebut
dapat digabungkan menjadi sebuah metode ketiga; metode hybrid. Analisis energi
terkandung merupakan bahagian penting dari analisis siklus hidup energi. Sedangkan
energi terkandung adalah sangat peduli dengan energi terkandung yang masuk ke
produksi produk, analisis silus hidp energi mengevaluasi energi yang berkaitan dengan
produk di seluruh siklus hidup produk, tetapi keduanya didasarkan kerangka yang sama.
2.27.1

Kerangka Analisis Energi Terkandungan


Kerangka untuk analisis energi terkandung didasarkan pada ISO 14000 standar

pengelolaan lingkungan yang dikembangkan oleh International Standar Organitation


dan berbagai organisasi seperti Program Lingkungan Hidup Nasional USA (Sonnemann
et.al.2004) dan Society for Environmental Toksikologi dan Kimia (Horne et al,2009)
sebagai proses sistematis untuk mengidentifikasi, mengukur dan menilai dampak
lingkugan di seluruh siklus hidup dari produk, proses atau kegiatan. ISO1 4040 dan
ISO14044 khusus menyediakan prinsip, kerangka, persyaratan dan panduan untuk
melakukan penilaian energi yang terkandung (Organisasi Standar Internasional, 2006).
Konsep berpikir dari analisis energi terkandung menganggap penggunaan energi dan
emissi karbon dilepaskan ke lingkungan dalam pembuatan produk.

Standard ISO 14040 menggambarkan prinsip-prinsip dan kerangka kerja untuk


penilaian siklus hidup (LCA) dan dirancang untuk memberikan panduan pada aplikasi
dan keterbatasan dan definisi tetapi tidak menentukan metode untuk berbeda tahap
LCA. Hal ini agak umum mengingat bahwa panduan ini dirancang untuk berbagai
industri. Namun hal itu memberikan pendekatan untuk diperiksa dan lampiran
menggambarkan penerapan LCA. Standard ISO 14.044 menentukan persyaratan dan
memberikan panduan untuk LCA. Piawai ini juga dirancang untuk memberikan
panduan untuk persiapan, pelaksanaan dan tinjauan kritis dari analisis iventori,
penilaian dampak dan hasil interpretasi.

Gambar 2.18 : Analisis energi terkandung dan CO2 Framework (ISO 2006)
(Sumber: Diunduh dari www.vtt.fi)
Menurut standard ISO 14040 dan 14044 (Organisasi Standar Internasional,
2006), kerangka penilaian siklus hidup tradisional terdiri daripada empat tahap : tujuan
dan ruang lingkup, definisi; analisis iventori; penilaian dampak; dan interpretasi hasil.
Analisis energi terkandung dapat digunakan sebagai bentuk ramping dari LCA (LCA
biasanya membahas parameter ligkungan lebih luas) di mana parameter lingkungan dan
tahap siklus hidup terbatas.

2.22

Ringkasan Bab

Dalam Bab.2 telah membincarakan penelitian saat ini dalam aspek energi yang
terkandung dan emissi karbon dalam bahan bangunan dan bangunan. Kajian Pustaka
mengungkapkan beberapa kesenjangan penelitian energi terkandung saat ini, dan bidang
penelitian energi yang terkandung tidak mempunyai metode standard. Energi yang
terkandung produksi bahan tidak termasuk energi untuk transportasi bahan. Isu utama
yang perlu diberi perhatian didalam perhitungan energi yang terkandung, yang penting
untuk diperhitungkan dalam pengiraan ialah. Pertama berkaitan dengan batas sistem
pengiraan. Kedua dikaitkan tahap pengiraan siklus hidup energi yang terkandung.
Ketiga memperkirakan parameter pegiraan energi yang terkandung yang dilaksanakan.
Keempat memastikan metode analisis pengiraan energi yang terkandungan yang
digunakan.

You might also like