Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengenalan
Bab
ini
menjelaskan,
adalah
kajian
tinjauan
pustaka
pustaka,
yang
dalam
bahagian
kompherenshif
ini
akan
terhadap
studi
2.2
bahan bangunan selama semua proses produksi bahan dan produk, pembangunan di
lokasi, pembongkaran dan pembuangan akhir. Energi yang terkandung di definisikan
sebagai jumlah dari peggunaan energi (bahan bakar minyak/listrik, bahan, dan tenaga
manusia, dll) yang digunakan untuk membuat sesuatu produk. Energi yang terkandung
adalah suatu metode akutansi (Audit) energi yang bertujuan untuk mengetahui jumlah
keseluruhan energi yang diperlukan untuk sebuah siklus hidup produk. Siklus hidup ini
termasuk ekstraksi bahan mentah, pembuatan bahan, transportasi bahan, perakitan
Bahan
MJ/kg
MJ/m3
Densiti kg/m3
Agregat Umum
Batu asli
Sungai
Pasir
Simen:
Jubin Seramik
Bata Glazed
Batu Bata
Konkrit:
Bata Konkrit
Bata Blok Konkrit
Konkrit Pre-cast
Konkrit Siapguna : 17.Mpa
Konkrit 20.Mpa
Konkrit 30.Mpa
Konkrit 40.Mpa
Besi/Keluli Asli
Besi/Keluli Kitar semula
Bumbung Zinc
Kayu Keras:
Air Dried Raugshawn
Klin Dried Raugshawn
Papan Lapis
MDF
Batu Bata
Kaca
Gipsump Plaster
Alluminium
0.10
0.04
0.02
7.8
2.5
7.2
2.5
150
53
36
232
15.210
5.250
14.760
5.170
2.240
2150
2275
1470
1125
2000
1750
1700
0.94
0.97
2.0
1.0
1.2
1.5
1.6
32
10.1
51.0
0.50
0.3
1.6
10.4
11.9
1.7
15.9
1.80
1.55
2115
2328
5000
2.350
2.400
3.180
3.890
251.200
37.210
364.140
388
388
880
1040
8.330
8.500
40.040
0.12
8.24
2250
2400
2500
2250
2300
2350
2400
7.800
7.800
7.850
700 - 800
700 - 800
700 - 800
700 - 800
650 - 860
800 - 950
2500
1120
2700
hidup
mereka
seperti
pembuatan
bahan,
penggunaan
dan
Vukotic
et,al.,
2010
Dixit.MK.et,al.,2010).
Seperti
2004
Treloar.1998).
Jumlah
energi
yang
itu
dibongkar,
jumlah
energi
yang
digunakan
dalam
Untuk
pengurangan
sistemik
dan
lengkap
dalam
lipat angka
2.5.1 Komponen Siklus Hidup Energi : Energi yang terkandung dan Operasi
Jumlah energi yang digunakan oleh sebuah bangunan di umur layanan yang
dikenali sebagai siklus hidup energi. Jumlah energi siklus hidup terdiri kepada dua
komponen utama, energi operasi dan energi yang terkandung (Treloar, 1998;
Hegner,.2007). Semasa tahap penggunaan apabila bangunan itu digunakan, sumber
energi seperti listrik gas alam yang digunakan dalam proses penghawaan ruang dalam,
penerangan, dan menjalankan peralatan bangunan, ini sebahagian kecil daripada energi
disebut energi operasi (Crowther,.1999 ; Hegner,.2007 ; Dixit et al,.2010). Lisktrik dan
bahan bakar seperti minyak, gas alam, dan apabila batu bara juga digunakan bukan saja
bangunan, tetapi juga bahan-bahan konstituennya yang dihasilkan dan disuplai. Ini
sebahagian kecil daripada energi tetap tertanam dalam produk akhir, apabila produk
dikirim untuk kegunaan akhir. Jumlah energi yang tertanam dalam semua produk dan
proses yang digunakan dalam pembangunan bangunan dikenali sebagai energi yang
dalam bahan-bahan bangunan atau bangunan, yang terdiri dari dua komponen utama,
pertama energi langsung dan kedua energi tidak langsung (Dixitl. MK,et al, 2013; Ding.
2004).
i.
pembuatan utama bahan bangunan (Ding. 2004; Fay & Treloar. 1998). Dalam hal
bangunan, energi langsung adalah jumlah semua jenis energi yang digunakan dalam
pembuatan bangunan, yang melibatkan semua ksgiatan pembangunan, pembuatan,
pemasangan, pengangkutan, dan administrasi di lokasi dan di luar lokasi pembangunan.
Sumber energi seperti listrik, gas alam, dan diesel yang digunakan oleh peralatan
pembangunan, kenderaan, dan buruh akan dihitung sebagai energi langsung
(Dixit.MK,et al, 2013; Ding, 2004).
Energi langsung juga digunakan secara langsung dalam kegiatan seperti kegiatan
perawatan bangunan, penggantian, dan pembongkaran. Oleh karena itu, setiap
komponen energi yang terkandung adalah energi terkandung permulaan (IEE), energi
yang terkandung berulang (REE), dan energi pembongkaran (DE) terdiri daripada
penggunaan energi langsung (Dixit.MK.et,al.2015,and,Chen.et,al.2001). Apabila bahan
bangunan yang dihasilkan, kedua-dua energi dan bahan mentah dikosumsi langsung.
Oleh karena penggunaan energi itu sudah dihitung sebagai penggunaan langsung,
apabila energi yang terkandung dalam bahan mentah perlu dimasukkan dalam
perhitungan.
ii.
bahan, produk, mesin, kendaraan, dan lain-lain yang digunakan dalam pembuatan bahan
(Dixit et al, 2014; Treloar, 1998). Jumlah energi tidak langsung dapat dihitung dengan
menggunakan selalu di berbagai tahapan. Energi tidak langsung adalah energi yang
dikonsumsi dalam pembuatan bahan bangunan, renovasi, perbaikan dan proses
pembongkaran bangunan. Ini termasuk energi yang terkandung permulaan, energi yang
terkandung berulang dan energi pembongkaran.
Energi yang terkandung awal dikonsumsi selama produksi bahan dan komponen,
termasuk penyediaan bahan baku, pembuatan bahan bangunan dan pengiriman produk
jadi (transportasi) ke lokasi pembanguna. Energi yang terkandung berulang digunakan
dalam berbagai proses pemeliharaan dan perbaikan selama masa manfaat bangunan.
Energi pembongkaran adalah energi yang dikeluarkan dalam proses dekonstruksi
bangunan dan pembuangan bahan bangunan. Bilamana energi operasi (Operating
Energy) adalah energi yang dikosumsi untuk keperluan operasi peralatan bangunan
dalam menjaga kenyamaan ruang dalam melalui proses seperti keperluan pemanasan
dan penyejukan ruang dalam, penerangan buatan dan keperluan operasi peralatan
bangunan lainnya.
2.5.3
komponen langsung dan tidak langsung energi yang terkandung dan energi operasi, ini
menggunakan energi didistribusikan antara tiga tahap tingkat utama siklus hidup:
pembangunan, penggunaan, dan tingkat akhir hidup. Gambar 2.3 menunjukkan model
energi yang terkandung dan menggambarkan penggunaan energi yang berkaitan dengan
setiap satu daripada tiga peringkat. Energi yang digunakan dalam bahan bangunan,
i.
tahap produksi bahan bangunan dan pembangunan bangunan (Dixit et al, 2013; Vukotic
et al, 2010; Dixit et al, 2010 Cole, 1996; Cole dan Wong, 1996). Dalam tahap produksi
bahan, proses hulu seperti pengekstrakan bahan mentah, pembuatan bahan, dan
transportasi ke unit produksi energi agak intensif. Proses utama produksi melibatkan
penggunaan kedua-dua bahan bakar dan energi listrik. Bahan bakar yang digunakan
sebagai sumber kedua-dua energi dan sebagai bahan baku. Dalam hiliran, energi yang
dibelanjakan apabila produk akhir yang dikirim ke lokasi pembangunan atau suplayer
bahan. Semasa tahap pembangunan, proses di lokasi dan luar lokasi seperti pengiriman
bahan, penyimpanan, pembangunan, administrasi, dan penjualan projek juga
menggunakan energi. Jumlah semua energi dihabiskan dalam menyampaikan bangunan
sebagai produk akhir dikenali sebagai energi yang terkandung berulang (Dixit et al,
2013; Vukotic et al, 2010; Dixit et al, 2010 Cole, 1996; Cole dan Wong, 1996).
ii.
pengurusan menggunakan input energi dan juga bukan energi seperti bahan-bahan
bangunan, pemasangan dan peralatan. Juga jika dimana bahagian bangunan itu di
renovasi atau sistem yang dipasang, banyak energi dan bahan yang digunakan. Jumlah
energi yang digunakan secara langsung dan tidak langsung dalam tingkat perawatan,
penggunaan, penggantian, dan renovasi disebut energi berulang atau energi yang
terkandung berulang (Dixit et al, 2010); Vukotic et al, 2010; Khasreen et al, 2009;
Ding, 2007; Cole, 1996; Cole dan Wong, 1996
Pekerjaan perawatan bangunan dan penggantian yang berlaku secara berkala,
jumlah energi yang terkandung berulang terutamanya bergantung kepada umur layanan
bahan-bahan bangunan itu, dan sistem perakitan. Ia juga bergantung kepada keperluan
perawatan produk yang digunakan di dalam bangunan (Winistorfer et al, 2005; Chen et
al, 2001; Chau et al, 2000; Cole, 1996.). Sebagai contoh, jika kualitas cat digunakan
pada dinding untuk menghematkan biaya pembangunan awal, mengecat semula lebih
dengan batas sistem kuburan memperkirakan juga tahap penggunaan dengan operasi
dan perawatan, renovasi dan perbaikan, dan kegiatan daur ulang. Untuk tahap akhir
hidup dengan proses seperti pembongkaran, sisa sorting dan daur ulang dan penggunaan
kembali, dan menghancurkan sisa dibuang ke lokasi daur ulang juga termasuk
(Hammond dan Jones, 2010; Hammond dan Jones, 2008). Buaian dengan batas kuburan
memberikan perspektif siklus hidup seumur hidup yang penting untuk penilaian
lingkungan yang lengkap dan tepat (Dixit.MK,et,al.2013; Vukotic et al, 2010;
Hammond dan Jones, 2010; Khasreen et al, 2009; Plank, 2008.). Ilustrasi berbagai
definisi batas sistem dibicarakan dalam literature. ditunjukkan oleh gambar 2. 5.
mesti melalui beberapa tahap dalam kehidupan mereka, tahap ini adalah pembuatan
bahan, transportasi, pembangunan, penggunaan, perawatan, dan pembongkaran akhir
selama
hidup
bangunan
(Dixit.MK.et.al.2013;
Bayer.et.al.2010)
Gambar
2.6.
ii.
iii.
iv.
energi
karena
kelengkapan
untuk
v.
yang
digunakan
penghancuran bahan -
dari
pembongkaran
bahan
dan
2.7.1
bangunan
disertakan,
serta
adalah ada
energi seperti energi listrik, bahan bakar, bahan mentah, dan air (Dixit et al, 2013;
Thormark, 2000.). Keseluruhan pembuatan menyelesaikan dalam tiga tahap utama:
Pembuatan utama, hulu dan hilir. Dalam tahap produksi utama, (input energi) langsung
dan energi tidak langsung (bukan input energi) kedua-duanya digunakan sebagai sumber
energi dan sebagai bahan - bahan baku (Ardente et al, 2008; Sartori dan Hestnes, 2007;
Trusty, 2006). Produksi petroleum seperti minyak dan gas alam digunakan bukan saja
untuk tujuan energi, tetapi juga sebagai bahan baku, misalnya dalam menghasilkan
petrokimia dan plastik. Semua transportasi di lokasi dan luar lokasi yang berkaitan
dengan pembuatan bahan juga dianggap sebagai input energi langsung (Dixit et al,
2013; Ding, 2004).
Pada peringkat huluan, proses pengekstrakan bahan mentah, rawatan,
pengendalian, penyimpanan,dan pengangkutan ke unit pembuatan juga menggunakan
sumber tenaga dan bukan tenaga yang juga dikira (Vukotic et al, 2010 ;Ding,.2004;
Cole,.1996). Di hiliran proses pengeluaran utama, apabila produk siap dibungkus,
dilabel, disimpan, dan diangkut ke tapak pembinaan atau pembekal bahan, tenaga
dimakan secara langsung dan tidak langsung (Dixit et al, 2013; Ding, 2004; Cole, 1996;
Cole dan Wong, 1996). Dalam beberapa kes, penghantaran bahan bangunan akhir ke
tujuan mereka dapat agak intensif energi bergantung kepada jarak dan jenis peralatan
pengangkutan yang digunakan (Ding, 2004).
Jumlah semua energi yang digunakan secara langsung dan tidak langsung dalam
produksi utama, proses hulu, dan hilir sehingga produk akhir mencapai tujuannya
dianggap sebagai energi produksi bahan-bahan bangunan. Energi produksi bahan
mewakili bahagian terbesar daripada jumlah siklus hidup energi yang terkandung
bangunan (Vukotic et al, 2010; Scheuer et al, 2003; Chen et al, 2001). Dalam studi
analisis dua bangunan kediaman bertingkat tinggi di Hong Kong, Chen et al. (2001)
membuat kesimpulan bahwa energi pembuatan bangunan terbilang sehingga 90 hingga
92 % daripada jumlah siklus hidup energi yang terkandung.
Begitu pula, Leckner & Zmeureanu (2011) mengkaji kes dasar dan versi energi
bersih sifar sebuah rumah dua tingkat di Canada dan mendapati bahagian bahan
bangunan 70% daripada jumlah siklus hidup energi yang terkandung ke atas hidup
layanan 40 tahun. Proporsi jumlah tenaga dalam pembuatan bahan dalam membina
yang dikira oleh Chen et al. (2001) dan Scheuer et al.(2003) adalah lebih tinggi
daripada yang dikira dengan (Leckner dan Zmeureanu .2011) dan Adalberth (1997b)
Nilai yang dikira oleh Scheuer et al.(2003) juga termasuk bahan binaan yang digunakan
semasa proses penggantian dan penyelenggaraan sepanjang hayat
perkhidmatan 75 tahun.
Kadar kandungan tenaga daripada bahan-bahan binaan umum seperti simen
(7.8MJ/kg), kaca (16 hingga17.MJ/kg), plastik (70.MJ/kg), dan bahan-bahan penebat
(16 hingga105.MJ/kg) agak intensif tenaga dan memberi sumbangan besar kepada
kandungan tenaga awal bangunan (Chen,et. al,2001; Dimoudi dan Tompa, 2008).
Tenaga intensif seperti bahan aluminium dan penebat polistiren mempunyai pelbagai
tenaga yang terkandung yang lebih tinggi masing-masing 130 hingga 379 MJ/kg dan 58
hingga 116 MJ/kg. Salah satu kandungan tenaga bahan yang paling banyak digunakan
seperti kayu balak, antara 1.7 hingga 22,6 MJ/kg. Menurut (Dixit et al. 2010), di dalam
badan tenaga kebanyakan bahan binaan berbeza di seluruh kajian walaupun dalam
lokasi geografi dan masa yang sama.
Energi yang terkandung dalam bahan bangunan juga bergantung kepada jenis
kerangka bangunan seperti kayu, besi, atau beton. Tabel 2.2 menunjukkan perbandingan
antara energi yang terkandung berbagai jenis pembangunan rumah kediaman di
lingkungan yang berbeda di seluruh dunia. Menurut studi yang dibentangkan dalam
tabel 2-6, pembangunan beton bertetulang dengan batu bata adalah energi pembangunan
yang paling intensif. Adalah penting untuk diambil perhatian bahwa di kawasan paling
banyak penduduk di Asia, jenis pembangunan konvensional adalah menggunakan
struktur beton bertetulang dengan batu bata (Ramesh et al., 2013).
Dalam berbagai analisis bangunan konvensional rumah kediaman keluarga di
India, Ramesh et al. (2013) mendapati bahwa penggunaan bahan besi (34%), semen
(25%), dan batu-bata (24%) menyumbang sebahagian besar daripada jumlah energi
yang terkandung dalam bangunan itu. Ia juga adalah menarik untuk diambil perhatian
bahwa tempat-tempat kediaman yang dibangun dalam gaya tradisional dan dengan
bahan-bahan setempat yang ada cenderung mempunyai nilai energi yang terkandung
yang lebih kecil. Kebanyakan bahan-bahan tradisional produk setempat melibatkan
lebih kepada tenaga buruh (manusia) daripada tenaga mekanikal.
Gambar 2.7 : Energi transportasi yang lebih tinggi dari beberapa bahan bangunan
Sumber : (Dixit.MK.2013)
9.49
2.19
1.37
0.39
0.37
0.23
6.5
1.5
0.94
0.27
0.25
0.18
adalah diperhitungkan, hal ini dapat meningkatkan secara drastis energi yang
terkandung dalam mengangkut bahan bangunan.
Persentase energi yang terkandung dalam transportasi bahan secara meluas
dijelaskan dalam literatur. Fay (1999) menerangkan bahwa energi transportasi yang
digunakan pada bangunan adalah lebih kurang 6% dari jumlah siklus hidup energi yang
terkandung. Kemudian, (Miller.,2001) mendapatkan bahwa energi transportasi adalah 1
hingga 1.5% dari pada energi yang terkandung jumlah siklus hidup (berdasarkan data
yang diterbitkan) dan ini boleh meningkat jika energi perjalanan pulang, pembuatan
kendaraan, pembangunan jalan raya, dan transportasi infrastruktur lain dimasukkan.
Sama saja untuk memasukkan pecahan energi tidak langsung yang berkaitan dengan
infrastruktur transportasi, produksi kendaraan, dan buruh dalam perhitungan energi
terkandung transportasi masih menjadi isu perbedaan.
Jika diambil perhatian, bahwa energi produksi batu bata tanah liat, dibakar atau
batu bata semen, dan besi adalah lebih tinggi. Satu lagi sebab untuk energi transportasi
berbeda adalah bahwa beberapa bahan-bahan seperti pasir, batu kerikil, batu asli, dan
batu-bata sumber setempat dapat menggunakan mobil truk dengan jarak 70 hingga 100
km, manakala bahan-bahan seperti aluminium, besi, dan penebat plastik dapat dikirim
dari jarak jauh, yang lama menggunakan pengangkutan kereta api hingga jarak 400-500
km. Kendaraan mobil truk menggunakan volume bahan minyak diesel untuk menarik
yang lebih kecil daripada kereta api biasanya mengambil lebih banyak energi untuk
setiap unit bahan dikirim (Reddy dan Jagdish, 2003). Energi transportasi dapat menjadi
lebih tinggi dalam kasus bahan daur ulang karena energi pembuatan bahan yang rendah
(Vukotic et al, 2010; Chen et al, 2001.). Chen et al. (2001) mendapatkan bahwa
sebahagian energi mengangkut besi daur ulang dan aluminium adalah lebih tinggi.tabel
2.4 menjelaskan rata-rata nilai energi transportasi dihitung dengan rencana yang
diterbitkan. Berbagai perbedaan nilai rata-rata 0,01 hingga 0,66 GJ/m2 dan dengan
standar deviasi 0.18.
Tabel 2.4: Nilai angka energi yang terkandung bahan-bahan sederhana dan
energi transportasi (GJ/m2)
Nilai Energi GJ/m2
Studi
Adalberth (1999b)
Satler % Sperb (2000)
Chen et al (2001)
Energi Terkandung
Bahan
3.00
1.21
4.48
Energi
Transportasi
0.13
0,07
0.51
Chulsukon et al (2002)
Thormark (2002)
Scheuer et al.(2003)
Almeida et al (2005)
Thormark (2006)
Johonson (2006)
Nessen et al (2007)
Thormark (2007)
Kim (2007)
John et al (2008)
Fridley et al (2008)
Utama & Gheewala (2009)
Shiu et al (2009)
Sobotka & Rolak (2009)
Vukotic et al (2010)
Lecner & Zmeureanu (2011)
Rameh et al (2013)
Rata-rata
2.10
3.04
5.17
5.40
7.59
3.85
0.77
3.10
3.85
3.84
2.98
8.64
0.88
3.11
0.74
2.49
3.30
6.94
0.17
0.20
0.31
0.66
0.21
0.20
0.65
0.26
0.19
0.11
0.05
0.01
0.12
0.22
0.19
0.06
0.27
0.23
satu
lagi
metode
yang
disebut
analisis
statistik,
yang
dan
jumlah
produksinya
(Treloar,
1998;
Langston,
2006).
2.11.1
energi yang terkandung dapat dipercayai (Alcorn dan Baird, 1996; Pullen, 2000b).
Dalam kasus bahan bangunan, semua input energi langsung disuplai daripada pabrik
utama. Untuk memperhitungkan energi tidak langsung, input tidak langsung dampak di
hulu proses pembuatan utama. Dalam kasus sesuatu bangunan, semua input langsung
diukur menggunakan bill of kuantiti dan koeffisien energi yang terkandung bahanbahan.
Semua input tidak langsung dihitung dengan pergi ke hulu pembangunan
bangunan (Treloar, 1998; Alcorn dan Baird, 1996). Setelah tahap tertentu dalam hulu,
damapak input energi menjadi semakin sulit. Ini berlaku karena usaha yang meluas
yang diperlukan untuk mengetahui dan menghitungsetiap input proses huluan kompleks
(Alcorn dan Baird, 1996; Ding, 2004). Dalam kasus sedemikian, batas sistem ini
dipangkas
untuk
melengkapkan
perhitungan.
Pemangkasan
ini
batas
sistem
2.11.3
Analisis Hibrid
Analisis hibrid menyatukan manfaat metode berdasarkan proses dan berdasarkan
input- otput untuk menyediakan lebih lengkap, tepat, dan keputusan bahan khusus
(Treloar, 1998; Crawford, 2006; Acquaye, 2010; Dixit, 2013; Dixit.2015). Tujuannya
adalah kesempurnaan dan ke khususan, yang datang berdasarkan dari input-otput dan
rangka kerja masing-masing berasaskan proses. Terdapat dua jenis analisis hybrid : (1)
berasaskan proses dan (2) analisis hibrid yang berasaskan-imput-otput.
a)
b)
terkandung kandungan lainnya untuk tempat tinggal, meskipun nilai-nilai berbeda dari
hasil sebelumnya untuk bangunan yang sama, perbandingan antara bangunan
keseluruhan untuk energi yang terkandung per meter persegi keluasan lantai
menunjukkan nilai yang diperoleh adalah dekat dengan mean. Keuntungan utama dari
metode ini adalah karena kecepatan dan dapat mengurangi biaya dengan menggunakan
data yang ada. Ini juga merupakan metode yang relatif mudah digunakan, memerlukan
sedikit pelatihan dan dapat di integrasikan dengan proses desain yang sudah ada dengan
sedikit usaha. Sebuah contoh dari integrasi tersebut dapat ditemukan dalam kalkulator
karbon badan lingkungan hidup, yang digunakan untuk menghitung energi yang
terkandung kerangka teknik sipil (Board Environment.UK.2008).
2.11
Crwaford dan Treloar. (2005); Ding (2004); Horvath (2004) menyarankan bahwa hasil
energi yang terkandung dari pada perbedaan penelitian dalam nilai angka energi
terkandung, berasal dari informasi dari sumber yang berbeda dan negara negara yang
berlainan..(Dixit.MK.et,al.2010; Ding.2004) menjelaskan saat ini nilai angka energi
terkandung yang didapakan oleh berbagai penelitian menunjukkan variasi dalam nilai
angka energi terkandung unit khas rumah kediaman dan bangunan komersial seperti
ditunjukkan pada tabel 2.8.
Hasil nilai angka energi terkandung untuk satu meter persegi keluasan lantai
bangunan ialah berbeda-beda. Dalam bangunan rumah kediaman energi terkandung di
dalam badan bangunan untuk satu meter persegi keluasan lantai antara 3,6 hingga 8,76
GJ/m2, manakala untuk bangunan komersial kisaran adalah 3,4 hingga 19 GJ/m2.
Bangunan Universiti di Australia Selatan direkodkan sebagai 11 GJ/m2 yang berada
dalam kisaran pertengahan antara pembanguna rumah kediaman dan bangunan
komersial. Ini menunjukkan bahawa bangunan komersial menunjukkan dapat perbedaan
yang lebih besar dari pada unit rumah kediaman dari segi energi yang terkandung
seperti ditunjukkan gambar 2.11 dan 2.12.
Tabel. 2.6: Menunjukkan berbagai nilai energi yang terkandung mengikut unit GJ/m2
perbandingan keluasan lantai bangunan yang diperoleh dari berbagai sumber
Energi
Terkandun
g
(GJ/m2)
Jenis
Bangunan
Sumber
3.6
3.9
4.3 5.3
4.9
5.0
5.9
6.6
6.8
8.76
3.4 6.5
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Kediaman
Komersial
4.3 5.1
5.5
8.0 12.0
8.2
10.5
18.6
19.0
Komersial
Komersial
Komersial
Komersial
Komersial
Komersial
Komersial
Bandar
atau
Negara
Sidney
Canberra
Gold Coas
Daikin
Perth
Darwin
Tasmania
Adelaide
New Zeland
New
Zeland
Canada
Adelaide
Jepang
Australia
UK
Bejing
Hongkong
yang digunakan terhadap lima unit rumah teres dua tingkat seperti bahan beton, besi,
kaca, kayu, multipleks, keramik, aluminium, batu bata dan atap genteng keramik. Hasil
studi menunjukkan rata-rata jumlah energi yang terkandung dalam bahan-bahan
bangunan
utama
rumah-rumah
ini
adalah
4.46.GJ/m2.
Bahan-bahan
seperti
aluminium,batu bata, beton, multipleks dan besi adalah penyumbang utama kepada
energi yang terkandung
perhitungan energi yang terkandung dalam studi ini, menggunakan data base koeffisien
sumber Iventory Carbon & Energy (ICE) UK Siri V.10.(2005).
2.12
i.
Energi Terkandung
Energi yang terkandung adalah energi yang digunakan selama tahap pembuatan
bangunan. Ini adalah energi yang terkandung dari semua bahan yang digunakan dalam
bangunan dan instalasi teknis, dan energi yang dikonsumsi pada saat perakitan,
pembangunan dan renovasi bangunan. Energi yang terkandung bahan merujuk kepada
energi yang digunakan untuk memperoleh bahan metah (pertambangan), pembuatan
bahan dan pengangkutan ke lokasi pembangunan. Energi yang terkandung dibagi
kepada dua bahagian: Energi terkandung permulaan dan energi terkandung berulang.
(T.Rames,2010).
ii.
EEi =
miMi+ Ec
(1)
Dimana:
Ei = Taraf energi terkandung bangunan
mi = Volume bahan bangunan (i)
Mi = Energi terkandung bahan (i) per satuan volume
Ec = Energi yang digunakan di lokasi untuk perakitan /konstruksi bangunan.
iii.
EEr = mi Mi [(Lb/Lmi) 1]
Dimana :
EEr =
Lb
(2)
iv.
Energi Operasi
OE = EOALb
(3)
Dimana :
v.
Energi Pembongkaran
DE = ED + Et
Dimana :
(4)
DE = Energi perobohan
ED = Energi yang dikeluarkan untuk dekonstrusi bangunan
Et = Energi yang digunakan untuk mengangkut bahan limbah.
2.13
Energi siklus hidup bangunan adalah jumlah dari keseluruhan energi yang
dikkosumsi dalam siklus hidupnya. Energi siklus hidup dinyatakan sebagai:
(5)
2.14
maupun bukan organik, dengan adanya oksigen membentuk CO2 dan air (H2O). Tujuan
dari pembakaran adalah:
i. Mengurangi gas emissi
ii. Pengendalian terhadap bau
iii. Mengurangi resiko kebakaran dari bahan mudah terbakar.
Dalam proses pembakaran, terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan :
a. Bahan bakar, merupakan senyawa yang apabila dibakar akan melepaskan energi
yang berasal dari ikatan kimia yang pecah atau terurai, misalnya dalam hal ini
2.15
energi) adalah perumpamaan yang digunakan untuk jumlah energi yang tersimpan
dalam sistem tertentu atau ruang wilayah per unit volume. Tabel.2,9 menunjukkan suatu
ukuran relative dari jumlah zat-zat yang dapat setara dalam pengeluaran hasil yang
diperlukan.
Tabel 2.7 : 4 Jenis kandungan energi (Energy Content)
Hydro
3,6
11.6
2.33
37.23
18.36
25.23
27.7
27.7
18.8
14.4
22.2
33.62
34.66
38.68
38.68
41.73
MJ/kWh
Electicity
Steam
Natural Gas
Ethane (liquit)
Propane (liquit)
Coal
Petrolium products
Anthrancite
Bituminous
Sub - bituminous
Lignite
Average domestic use
Aviation gasoline
Motor gasoline
Disel
Ligh fuel oil (no.2)
Heavy fuel oil (no.6)
MJ/kWh
MJ/kg
MJ/m3
MJ/l
MJ/l
MJ/kg
MJ/kg
MJ/kg
MJ/kg
MJ/kg
MJ/l
MJ/l
MJ/l
MJ/l
MJ/l
2.16
karbon dan energi ketika dampak kandungan suatu produk yang bertentangan dengan
dampak tenaga operasi. (Sam.C.M.Hui and MA.Tsz, Chang.2015).
Dixit.MK,et,al.,(2012) menjelaskan bahwa kesepakatan pengukuran kandungan
karbon dapat diterapkan untuk bangunan untuk membantu menilai dampak lingkungan.
Hal ini diyakini bahwa kandungan energi dan karbon merupakan jumlah yang cakup
dari keseluruhan energi dan karbon dari bangunan. Sartori dan Hestnes (2007)
menemukan bahwa untuk bangunan konvensional akun kandungan energi dapat untuk 2
hingga 38% dari keseluruhan energi siklus hidup dan untuk bangunan energi yang
rendah, ini dapat berkisar 9 - 46%. Penelitian lain oleh Thormark (2007) ditentukan
bahwa kandungan energi dari sebuah rumah rendah energi dapat sama dengan 40
hinggai 60% dari keseluruhan siklus hidup energi. (Jiao,YeLi dan.2011) menemukan
bahwa kandungan karbon dapat berkontribusi hingga 60% dari seluruh karbon
kehidupan. Cara praktis untuk mencapai pengurangan karbon di industri bangunan
memerlukan perhatian, harus dibayar untuk kandungan energi dan karbon, untuk
menilai dan terlibat rantai bekalan penuh (Sam.C.M.Hui.and MA.Tsz Chang.2015).
2.19.2
bertujuan untuk menemukan jumlah keseluruhan energi yang diperlukan untuk seluruh
siklus hidup produk. Menentukan apa yang merupakan siklus hidup ini tuntutan menilai
relevansi dan tingkat kandungan energi ke ekstraksi bahan mentah, transportasi,
pembuatan, perakitan, pemasangan, perobohaan, dan dekonstruksi atau dekomposisi,
serta sumber energi sekunder (tenaga manusia).
Saat ini, metode yang berbeda menggunakan skala yang berbeda dari data yang
menghitung energi terkandung (Moncaster dan Song, 2012) ini akan menghasilkan
beragam pemahaman dari skala dan ruang lingkup aplikasi dan jenis nilai-nilai dan hasil
energi terkandung. Metode utama audit energi yang terkandung dampak dari ini berasal
dari model analisis input - output. Sam.C.M.Hui,and.MA.Tsz, Chang.2015 ;
Dixit,MK.et.al.2010 ; Nassen,et.al.2007 ; Lenzen.2000).
kandungan karbon projek bangunan dan produk bangunan akan memberikan informasi
pentingnya mengambil seluruh siklus hidup untuk pendekatan mencapai bangunan
berkelanjutan.
2.17
EE = (P x H) .......................................
(1a)
Keterangan:
EE
: Energi Terkandung
tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara menghasilkan emissi CO2 sebesar
940 gr CO2 per kWh (Kementetian Lingkungan Hidup,RI.2009). Sehingga melalui
persamaan (1a) dan (1b) tersebut dapat dijelaskan besar kecilnya energi yang
terkandung tidak memiliki hubungan langsung dengan besar- kecilnya emissi CO2 dari
setiap jenis pembangkit energi bahan bakar. Besarnya emissi CO2 yang dihasilkan oleh
setiap pembangkit energi bahan bahan bakar bergantung dari besarnya CO2 yang
dikeluarkan oleh setiap bahan bakar yang digunakan untuk produksi energi
(Deni.K.2010).
Dimana: ECE + (EE x eE)
Keterangan
................................................
(1b)
ECE
(p x H)
: Energi (kWh)
EE
Berasaskan persamaan (1.a) dan (1b) setiap bahan bangunan akan menghasilkan
kandungan karbon, yang berasal dari emissi CO2 akibat dari penggunaan energi bahan
bakar (ece) maupun emissi CO2 yang dihasilkan dari proses kimia bahan banguan
tersebut memerhatikan kandungan energi pada persamaan tersebut, maka setiap jenis
bahan bangunan akan menghasilkan angka kandungan karbon emissi CO2 meskipun
energi yang digunakan pada produksi bahan bangnan tersebut menggunakan energi
yang terbarukan.
EmC = EmCe + enE ..............................................(1a)
EmC = ( EmE x e E) + enE ...................................(1b)
Dimana :
Merujuk persamaan (2) bila dibandingkan dengan persamaan (1) maka besarnya
kandungan karbon tidak selalu memiliki korelasi langsung dengan besarnya kandungan
energi. Bila merujuk kepada penyebab dari kerusakan lingkungan secara langsung
disebabkan oleh konsentrasi gas CO2 di atmosfer yang melampaui batas, sehingga
mengakibatkan terjadi dampak gas rumah kaca yang mengakibatkan suhu permukaan
bumi meningkat. Nilai kandungan CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan
dasar (raw material) dan proses kimia yang terjadi pada bahan dasar tersebut
menghasilkan keseluruhan nilai kandungan emissi CO2 yang dinyatakan sebagai kadar
dasar emissi CO2 bahan bangunan.
2.18
pengukuran kandungan tenaga data boleh dipercayai dan atau tidak boleh dipercayai
menentukan ukuran tenaga yang digunakan semasa pembuatan bahan binaan atau
komponen. Kaedah pengukuran mempunyai kebaikan dan keburukan. (Hammond dan
Jones.2006) Jabatan Kejuruteraan Mekanikal, University of Bath, United Kingdom,
prestasi analisis bahan-bahan binaan bagi mewujudkan persediaan karbon dan tenaga
untuk program bangunan wawasan karbon. Mereka telah menubuhkan senarai yang
paling baru, ini bukan sahaja keamatan tenaga pelbagai bahan-bahan binaan, tetapi juga
implikasi karbon masing-masing berkaitan dengan proses pengeluaran mereka. Mereka
telah menerima pakai pendekatan "buaian ke pintu", yang menganggap semua
penggunaan tenaga dari peringkat hulu seperti pengekstrakan bahan mentah ke
peringkat akhir sebagai produk akhir.
Beberapa pengiraan kandungan tenaga telah mengambilkira tenaga yang
digunakan semasa penghantaran produk, produk ini untuk pembinaan ditapak, dengan
sempadan sistem yang lebih luas; Walau bagaimanapun, ini adalah sedikit bilangannya.
(Alcorn dan Baird 1996) dalam Pusat Prestasi Bangunan dan Penyelidikan di Universiti
Victoria Wellington, New Zealand telah berkembang pekali pelepasan karbon dan
pangkalan data kandungan tenaga bahan-bahan binaan yang digunakan di negara New
Zeland. Beliau menganggap kaedah analisis hibrid berasaskan proses pengiraan untuk
mengelakkan tidak lengkap dan tidak boleh dipercayai. (Buchanan dan Honey 1994)
merujuk kepada data pekali tenaga dalam laporan yang disediakan oleh Baird dan Chan
(1983), untuk menyediakan satu senarai komprehensif tenaga dan data pengeluaran
karbon dioksida bagi menunjukkan implikasi aktiviti pembinaan. (Pullen.2000;
Adalberth 1996; Adalberth 1996; Lenzen et al. 2004; Crawford dan Treloar 2005) perlu
dibuat usaha diberi perhatian bagi menentukan jumlah tenaga yang tertanam dalam
bahan-bahan terpilih.
2.19
Persediaan karbon dan tenaga yang dikenali sebagai pangkalan data (Iventory
Carbon and Energy) (ICE). adalah sebuah pangkalan data bagi kandungan tenaga dan
karbon bahan binaan. Pengasas pangkalan data ini ialah, Craig Jones, dan Hammond
(2005) mencipta pangkalan data ICE dalam peranan sebagai penyelidik di University of
Bath, manakala untuk Profesor Geoff Hammond, bekerja pada kumpulan penyelidikan
tenaga lestari (SERT) UK. Pangkalan data ICE adalah sumber utama data di dunia bagi
kandungan tenaga dan karbon, yang boleh dirujuk dan didapati dari laman web ICE.
Secara keseluruhan pangkalan data ICE telah dimuat turun oleh lebih 17,000
profesional dari seluruh dunia dan dalam laporan yang tidak terkira banyaknya, jurnal,
buku, artikel, kalkulator kandungan tenaga dan kesan emissi karbon, dan banyak lagi. Ia
mengandungi lebih 200 data bahan-bahan, binaan yang dipecahkan lebih 30 kategori
bahan utama.
Bagi membina dan mewujudkan pangkalan data kandunngan tenaga dan karbon
ini, pangkalan data ICE telah dicipta daripada kajian literatur besar. Versi pertama telah
dikeluarkan pada tahun 2005 dan ia telah dikemaskini secara berkala. Versi kedua
dikeluarkan pada tahun 2011. Rajah 2.17 berikut ini menunjukkan bagaimana pangkalan
data telah dicipta. Berikut data persedian karbon dan tenaga (ICE) Versi 2.0.
ditunjukkan pada bahagian (Lampiran. A).
Rajah 2.16 : Proses penciptaan pangkalan data Iventory Carbon and Energy (ICE)
Sumber : (ICE.V.2.0. Univesity of Bath UK..2011)
2.20
dalam bahan bangunan rumah kediaman di Sumatera Barat, terhadap delapan jenis
bahan-bahan bangunan utama dalam pembangunan rumah kediaman seperti: Semen,
Besi beton, Beton, Multipleks (Plywood), Kayu, Batu bata, Atap Zinc, dan keramik
lantai. Bahagian ini akan menjelaskan pendapat literatur tentang energi yang terkandung
dan kandungan karbon dalam bahan-bahan bangunan yang dikaji:
2.26.1
Semen
Sumber utama energi bahan bakar yang digunakan dalam produksi semen adalah
untuk pembakaran, biasanya menggunakan sumber bahan bakar, seperti:batu bara, dan
energi listrik, sedangkan untuk pemanasan permulaan digunakan bahan bakar Industrial
Diesel Oil (IDO), dan gas alam. Berdasarkan data dari laporan Kementerian
Sumber Energi
1
2
3
4
5
6
Batu bara
LPG
Minyak
Gas Alam
Listrik
Lain-lain
Jumlah
karbon dalam produksi semen dengan berbagai jenis semen seperti ditunjukkan oleh
tabel 2.17 berikut ini.
Tabel 2.15 : Koeffisien energi terkandung produksi semen
Bahan Semen
General UK Average
Rata -rata Portland Semen 94 % Clinker
6 - 20% Fly Ash
21 - 35% Fly Ash
36 - 65% GGBS
66 - 80% GGBS
Energi
Terkandung
(Mj/kg)
4.5
5.5
5.28 to 4.51
4.45 to 3.68
4.13 to 3.00
2.96 to 2.40
2.26.2
Besi Beton
Merujuk kepada intensiti energi produksi pada industri besi beton di Indonesia
adalah sebesar 900 kwh/ton, artinya untuk menghasilkan 1 ton besi beton di Indonesia
memerlukan energi 900 kw/h. Angka intensiti ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan
India adalah sebesar 600 kwh/ton, dan negara Jepang sebesar 350 kwh/ton
(Kementerian Perindustrian RI.2012). Hal ini menujukkan bahwa penggunaan energi
untuk pembuatan besi dan baja di Indonesia belumlah sehemat
Jepang. Merujuk kepada proporsi dan komposisi jenis energi yang digunakan pada
industri besi dan baja di Indonesia pada tahun 2009, yaitu bahan bakar minyak (BBM)
25%, Batu bara 3 %, Gas alam 7%, dan Listrik 65% (BPS.2009).
Studi yang dilakukan Praseda.KI;Ventakarama. BV dan ; Monto Mani (2015),
menampilkan untuk India energi yang terkandung produksi besi adalah 32.24 MJ/kg,
energi panas 97%. Energi langsung dihabiskan untuk proses utama mewakili kira-kira
92.5% daripada jumlah energi yang terkandung. Menurut studi yang dijalankan oleh
Dixit.MK ,et .al,.2013);Cheu,CK,et,al.m,2007) nilai energi yang terkandung dalam
produksi bahan besi dan baja dapat dikurangi secara drastis jika strategi penggunaan
bahan daur ulang di gunakan. Nilai energi yang terkandung dalam bahan besi asli di
Amerika Serkat adalah (32.MJ/kg) dan bila dibandingkan dengan nilai energi yang
terkandung besi daur ulang nilai (10.MJ/kg) dan dapat menghemat hingga 70% dari
penggunaan energi. Merujuk kepada data base. sumber Ivetory Carbon & Energy (ICE)
UK.versi. V02 (2011). Nilai coeffisien energi yang terkandung dan karbon produksi,
untuk berbagai besi seperti ditunjukkan pada tabel 2.18 :
Tabel 2.16 : Koeffisien energi yang terkandung produksi besi
Bahan Besi
General Average Recycled Content
Asli (Virgin)
Daur Ulang (Recycled)
Bar and Ron Average Word Recycled Content 39%
Asli (Virgin)
Daur Ulang (Recycled) 100%
Energi
Terkandung
(Mj/kg)
20.10
35.40
9.40
17.40
29.20
8.80
2.26.3
Beton
Untuk pembuatan beton di Indonesia merujuk kepada Standard Nasional
Indonesia (SNI) No 3 tahun 2002 yang menampilkan beberapa standar seperti kekuatan,
jenis kualitas beton dan perbandingan campuran bahan-bahan beton, Secara teknis
kualitas beton untuk keperluan bangunan terdiri kepada tujuh karakteristik kualitas
sesuai dengan kemampatan, proporsi campuran (Mix design) dan kualitasnya di bagi
sesuai dengan nilai kekuatan tekan beton sesuai umur kekerasan dari beton setelah
penuangan dengan masa 28 hari dengan nilai unit Megapascal (Mpa) seperti
ditunjukkan pada tabel 2.19.
Semen
(kg)
247
276
299
326
352
Pasir
(kg)
869
828
799
760
731
Kerikil
(kg)
999
1012
1017
1029
1031
Air
(Liter)
215
215
215
215
215
W/C
Nisbah
0.87
0.78
0.72
0.66
0.61
371
384
406
413
439
448
698
692
684
681
670
667
1047
1039
1026
1021
1006
1000
215
215
215
215
215
215
0.58
0.56
0.53
0.52
0.49
0.48
Energi Terkandung
(MJ/kg)
0.75
0.70
0.74
0.78
0.82
0.88
1.00
2.26.4
Multipleks (Plywood)
Multipleks dalam pembuatanya menggunakan bahan dasar kayu, produksi
No
Sumber Energi
1
2
3
4
5
6
Batu bara
LPG
Minyak Diesel
Gas Asli
Listrik
Lain- lain
Jumlah
% Kandungan Energi
dari
sumber energi
0.0%
0.0%
83.9%
1.5%
14.6%
0.0%
100.0 %
Kandungan
Energi
(MJ/kg)
10.00
12.00
16.00
9.50
15.00
10.40
7.40
Kayu
Sumber utama bahan kayu adalah dituai dari pohon kayu, baik dari sumber
hutan alam dan hutan industri. Kayu merupakan bahan alam yang paling
umumdigunakan untuk berbagai bahan bangunan dan produk bangunan, kayu log ukuran
besar sebelum digunakan harus melalui beberapa tahap proses di indusstri pengolahan
kayu untuk proses pemotongan dan penggergajian sesuai dengan ukuran kayu yang di
jual dipasaran. Bahan dasar kayu umumnya sebelum digunakan selalu memlalui proses
industri untuk dijadikan produk bahan bangunan.
seperti keperluan untuk membuat bigisting pembentuk cetakan beton. rangka atap,
rangka plafon, kusen pintu dan jendela,jendela, pintu dan keperluan lainnya.
Walaupun kayu merupakan bahan sumber dari alam, tetapi untuk memanfaatkan
kayu untuk keperluan bahan bangunan dan produk bangunan melalui berbagai proses
yang panjang, bermula dari pengolahan bahan dasar kayu untuk menjadi bahan setengah
jadi, hingga menjadi produk jadi siapguna. Merujuk kepada pangkalan data Iventory
penggunaan energi produksi bahan kayu adalah 10.40.MJ/kg, kandungan karbon 0.23
CO2/kg, seperti ditunjukkan pada tabel 2.21 dan tabel 2.22.
2.26.6
Batu Bata
Di Indonesia batu bata merupakan bahan bangunan utama yang digunakan
untuk bahan dinding dalam pembangunan rumah kediaman, dan bangunan komersil
lainnya, Produksi batu bata pada propinsi Sumatera Barat umumnya masih cara
tradisional. Batu bata tradisional terbuat dari bahan tanah liat yang umumnya banyak
ditemukan tersimpan dalam permukaan tanah yang dangkal.
tradisional selalunya dibuat berdekatan dengan sumber bahan, untuk menghemat biaya
pengangkutan. Batu bata diproses untuk diubah menjadi bahan bangunan yang berguna
melalui proses pembakaran dengan panas sekitar 500C - 600C, dengan waktu
pembakaran 2 hingga 3 hari bergantung dengan keadaan cuaca.
Sumber utama pengguaan energi dalam produksi batu bata tradisional di
Sumatera Barat adalah menggunakan kayu api dan kulit padi (sekam padi). Studi yang
dilakukan oleh (A.Utama,dan Shabbir.H Ghewala.2009) di kota Semarang Jawa Tengah
terhadap perhitungan energi yang terkandung fasade bangunan rumah kelas menengah
tipikal Indonesia, menyatakan bahwa energi yang terkandung produksi batu bata dengan
ukuran L,110 cm x P 23.cm x T 5,3.cm (60 pcs/m2) batu bata yang dibakar dengan
menggunakan bahan bakar kayu, nilai energi yang terkandung adalah 1.3 MJ/kg, atau
2.058.Mj/unit, dengan nilai karbon terkandung yang dihasilkan dari pembakaran batu
bata (EmC) 0.23 CO2/kg, dengan densiti batu bata 950/kg/m3.
Studi yang dijalankan Praseda.KI;Ventakarama.BV,and; MontoMani
untuk
India memiliki nilai energi terkandung dari 14 studi kasus dengan butiran industri batu
bata seperti jenis tanur, jenis bahan bakar dan jenis bata. dalam tabel 2.23 menunjukkan
penggunaan energi tertinggi untuk batu bata potong kawat (4.05 MJ/kg) dalam BTK dan
yang paling rendah untuk tabel batu bata dibentuk dalam tanur VSBK (1.2 MJ/kg).
Energi yang terkandung batu bata adalah dalam kisaran 1.2 4.05 MJ/kg dengan nilai
rata-rata 2.42 MJ/kg untuk berbagai jenis tanur di India. Penilaian energi yang
terkandung dari beberapa studi seperti ditunjukan pada tabel 2.23.berikut ini.
Tabel 2.21 : Nilai energi yang terkandung untuk batu bata tanah liat yang dibakar
No
Jenis tanur
Jenis bata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
BTK
BTK
BTK
BTK
Clamp
Clamp
BTK
Down-draught
Down-draught
Hoffmann
BTK
VSBK
Down-draught
BTK
Table molded
Wirecut
Wirecut
Wirecut
Country brick
Country brick
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Table molded
Energi
Terkandun
g (MJ/kg)
Listrik
0.12
0.003
0.08
0.044
0
0
0
0
0
0
0
0.001
0
0.01
Panas
1.15
2.485
2.88
4.006
2.9
1.67
2.22
3.36
3.48
2.94
1.99
1.199
1.88
1.5
Jumlah
1.27
2.5
3.96
4.05
2.9
1.67
2.22
3.36
3.48
3.94
1.99
1.20
1.88
1.51
tanah
dari
tempat
pengekstrakan
untuk
industri,
yang
Gambar 2.17 : Perbandingan energi yang terkandung batu bata tanah liat yang dibakar
dari studi literature
Sumber : Praseda.KI;Ventakarama.BV,and; Monto Mani (2015)
Tabel 2.22 : Energi yang terkandunng bata tanah liat dibakar untuk beberapa kes studi
Proses
Energi
(Mj/kg)
Jenis Tanur
Clamp
BTK
Down-draught
Hoffman
VSBK
No
1.a
2.a
0.044
0.022
0,023
2.b
Energi Proses
2.9
2.18
3.46
2.92
2.0
2.22
3.48
2.94
Bahan Binaan
Energi Terkandung
(Mj/kg)
Studi saat ini
Nilai
dari literature
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Semen
Besi beton
Kaca
Alluminium rol coil
Pasir dihasilkan
Clay jubin atap
Bata tanah liat dibakar
Blok beton pepejal
Blok batu laterit
Jubin keramik
Batu granit digilap papak
Batu marmar papak berkilat
3.60 9.29
20.62 42.00
6.80 31.50
130.0 236.80
0.10 1.14
6.50
1.70 3.00
0.67 0.90
Tidak Tersedia
2.20 14.87
0.01 13.90
2.00
Atap Zinc
ukuran
biasa,
yang
digerakkan menggunakan
energi listrik.
Umumnya energi yang diperlukan dalam proses produksi atap zinc tidak
signifikan bila dibandingkan dengan penggunaan energi dalam proses
pembuatan bahan dasar zinc berupa bahan plat gulungan (Koil). Merujuk
kepada data base sumber Inventory Carbon and Ebergy (ICE) Versi.2,0 UK
Tabel 2.24 : Sumber energi dan persentase energi terkandung produksi atap
zinc
No
1
2
3
4
5
6
Sumber
Tenaga
Batu bara
LPG
Oil
Gas Alami
Listrik
Lain- lain
Jumlah
% Energi Terkandung
Dari sumber energi
9.0%
0.0%
6.4%
41.0%
43.6%
0.0%
100.0 %
% Kandungan Karbon
Dari sumber energi
13.7%
0.0%
7.5%
35.1%
43.7%
0.0%
100.0 %
Energi Terkandung
(MJ/kg)
53.10
72.00
9.00
2.26.8
Keramik Lantai
Industri pembuatan keramik lantai menggunakan banyak energi untuk produksi,
dia juga dikenali sebagai penyumbang terbanyak peggunaan energi dalam keseluruhan
biaya produksi. Di Indonesia industri pembuatan keramik lantai menggunakan dua
sumber energi yaitu gas dan listrik. Gas digunakan untuk keperluan pembakaran dan
pengeringan
keramik,
sedangkan
energi
listrik
digunakan
untuk
keperluan
No
1
2
3
4
5
6
Sumber Energi
Batu bara (Coal)
LPG
Minyak
Gas Alam
Listrik
Lain- lain
Jumlah
% Kandungan Karbon
Dari sumber energi
0.0%
0.0%
0.0%
41.8%
36.8%
21.4%
100.0 %
Bahan
Keramik
Umum (General)
Sambungan (Fittings)
Produk Sanitary (Sanitary Produc)
Lantai dan Dinding (Tile & Cladding)
Energi
Terkandung
(MJ/kg)
10.00
20.00
29.00
12.00
2.21
energi yang masuk ke dalam menghasilkan produk akhir. Pada dasarnya, ada dua
metode dasar untuk menentukan energi terkandung terkait dengan produksi produk
seperti bangunan. Ini adalah analisis proses industri berbasis input-output yang berbasis
analisis ekonomi (Masters, 2001 dan Munksgaard, 2000). Dua metode dasar tersebut
dapat digabungkan menjadi sebuah metode ketiga; metode hybrid. Analisis energi
terkandung merupakan bahagian penting dari analisis siklus hidup energi. Sedangkan
energi terkandung adalah sangat peduli dengan energi terkandung yang masuk ke
produksi produk, analisis silus hidp energi mengevaluasi energi yang berkaitan dengan
produk di seluruh siklus hidup produk, tetapi keduanya didasarkan kerangka yang sama.
2.27.1
Gambar 2.18 : Analisis energi terkandung dan CO2 Framework (ISO 2006)
(Sumber: Diunduh dari www.vtt.fi)
Menurut standard ISO 14040 dan 14044 (Organisasi Standar Internasional,
2006), kerangka penilaian siklus hidup tradisional terdiri daripada empat tahap : tujuan
dan ruang lingkup, definisi; analisis iventori; penilaian dampak; dan interpretasi hasil.
Analisis energi terkandung dapat digunakan sebagai bentuk ramping dari LCA (LCA
biasanya membahas parameter ligkungan lebih luas) di mana parameter lingkungan dan
tahap siklus hidup terbatas.
2.22
Ringkasan Bab
Dalam Bab.2 telah membincarakan penelitian saat ini dalam aspek energi yang
terkandung dan emissi karbon dalam bahan bangunan dan bangunan. Kajian Pustaka
mengungkapkan beberapa kesenjangan penelitian energi terkandung saat ini, dan bidang
penelitian energi yang terkandung tidak mempunyai metode standard. Energi yang
terkandung produksi bahan tidak termasuk energi untuk transportasi bahan. Isu utama
yang perlu diberi perhatian didalam perhitungan energi yang terkandung, yang penting
untuk diperhitungkan dalam pengiraan ialah. Pertama berkaitan dengan batas sistem
pengiraan. Kedua dikaitkan tahap pengiraan siklus hidup energi yang terkandung.
Ketiga memperkirakan parameter pegiraan energi yang terkandung yang dilaksanakan.
Keempat memastikan metode analisis pengiraan energi yang terkandungan yang
digunakan.