Professional Documents
Culture Documents
Bab 6
Kaligrafi ARAB
orang yang mampu tulis baca, bahkan sebagian besar penduduk Hijaz
masih buta huruf. Kepandaian tulis baca waktu itu hanya dimiliki oleh
segolongan kecil antara lain rahib-rahib yang beragama Nasrani.
Kedatangan agama Islam-lah yang membawa perubahan besar
terhadap tulisan Arab. Perubahan besar ini terjadi karena Kitab Suci
Al-Quran ditulis dengan tulisan Arab jenis tulisan Kufi. Sejak itu pula
kedudukan dan peranan tulisan Arab bertambah penting. Perubahan itu
diperkuat lagi bahkan dengan turunnya ayat pertama dari Al-Quran
yang isinya tak lain sebagai pembuka kesadaran akan pentingnya mata
rantai aksara-tulisan-baca-kecerdasan.
Berkenaan dengan silsilah itulah maka bisa difahami jika agama
Islam di seluruh dunia mengadopsi aksara Arab. Kemudian di berb-
agai daerah budaya itu bertemu dan bercampur dengan kebudayaan-
kebudayaan lokalnya.
Pada perkembangan berikutnya, tentulah tulisan Arab kian banyak
digunakan secara luas hingga sekarang ini, tidak hanya oleh agama Islam,
melainkan juga untuk dunia pendidikan, sistem komunikasi, hubungan
antar-bangsa dan lain sebagainya. Bersama perkembangan baru, serta
perkembangan-perkembangan sebelumnya, tulisan Arab bersama agama
Islam memberikan sumbangan besar bagi perkembangan kaligrafi sebagai
media kesenian.
Mengapa Islam memberikan dorongan kuat dalam mengembang
kan kaligrafi? Jawabannya, tentu, tidaklah sederhana. Dalam satu sisi,
Al-Quran sendiri dalam penulisannya (bukan isinya) mengalami perkem
bangan dan penyempurnaan, sesuai dengan perkembangan tulisan Arab
yang berlangsung terus menerus hingga sekarang. Tulisan Arab pada
permulaan Islam tidaklah seperti yang kita lihat sekarang, pada awalnya
cenderung tak bisa dibaca kecuali oleh pengguna bahasa Arab dan mer-
eka yang telah mempelajari tulisan Arab klasik. Bentuk tulisannya masih
bersahaja, tidak memakai titik, harakat, maad, dan tanda-tanda lainnya.
Sebagai contoh kata jumadi ( ) ditulis ( ) sehingga bisa saja terbaca
menjadi hamad, humad bahkan hmad atau hamdun karena aksara jim, ha,
ditulis sama ( ) tanpa titik, sementara ma tidak memakai tanda alif-maad
serta tidak pula ditutup dengan aksara ya ( ) sebagai penunjuk bunyi i.
Dari sistem penulisan yang sederhana itu, bersama perjalanan
waktu dan terutama tuntutan agar tidak terjadi salah baca terhadap Al-
Quran, maka pemimpin-pemimpin Islam kala itu berupaya mengatasi
nya. Penyempurnaan tulisan (khat) Arab pertama kalinya dilakukan
oleh Abul Aswad ad-Dualy (wafat 69 H) atas perintah Khalifah Ali bin
Abi Thalib. Abul Aswad ad-Dualy mulai menerapkan tanda titik untuk
aksara yang serupa seperti aksara jika diberi satu titik di bawahnya
menjadi ( ) ba dan jika diberi dua titik di atasnya menjadi ( ) ta dan
KALIGRAFI ARAB 59
jika diberi tiga titik di atasnya menjadi ( ) tsa. Beliau pun menciptakan
harakat atau syakal yang berbentuk titik juga, tapi pencantumannya ba-
rulah pada aksara-aksara terakhir setiap kata sehingga masih mungkin
menimbulkan salah baca.
Perubahan berikutnya dilakukan oleh Al-Khalil ibnu Ahmad (wafat
170 H), seorang ahli Nahwu (syntaxis). Ia menentukan bunyi aksara-aksara
dengan memakai tanda-tanda yang diambilkan dari aksara-aksara yang
menjadi sumber bunyi-bunyi tersebut, misalnya alif sebagai sumber bunyi
a, aksara ya sumber dari i dan wau sumber dari u. Temuannya inilah yang
menjadi dasar untuk tanda-tanda dalam tulisan Arab sampai sekarang.
Khat Kufi yang sejak abad pertama Hijriyah telah lazim dipakai
untuk penulisan Al-Quran pun kian berkembang dengan berbagai va-
riasinya sehingga lahirlah berbagai jenis khat yang terkenal seperti khat
Murabba, khat Mugharrar, khat Musyajjar, khat Mudawwar, dan lain-
lain. Pada perkembangan berikutnya khat Murraba menimbulkan khat
Gbr. 6-1: Gubahan khat (kaligrafi) Arab yang menghiasi dinding sebuah
mesjid di kota Shanghai, tampak adanya persentuhan antara khat Arab
dengan gaya tulis Cina.
60 SISTEM TULISAN DAN KALIGRAFI
aksara yang sama, tetapi bisa mencapai bentuk yang sangat beragam.
Pada tataran inilah keahlian kaligraf menjadi sangat penting.
Bagi seniman kaligrafi, tentu memiliki keyakinan bahwa kaligrafi
itu sendiri adalah seni. Bahkan berkeyakinan sebagai seni yang berhu
bungan langsung dengan kepentingan mengamalkan agama Islam karena
kaligrafi pada umumnya dan sejak awalnya memang dilakukan untuk
penulisan Al Quran. Berdasarkan kenyataan itulah kreativitas menulis
Al Quran terus menerus muncul dan berkembang sejak masa lalu hingga
sekarang. Sebagai contoh di bawah ini adalah Al Quran hasil tulisan
tangan dari abad 14 dan 16. Sekalipun kedua gaya ini dihasilkan dengan
Gbr. 6-5: Kaligrafi berbentuk burung merak. Gbr. 6-6: Kaligrafi dengan bentuk buah pir.
64 SISTEM TULISAN DAN KALIGRAFI
cara yang berbeda tapi tetap mempunyai tujuan sama, yaitu menuliskan
Al Quran seindah mungkin.
Tiga gambar yang pertama adalah tulisan yang dikembangkan pada
abad 14, sedangkan dua yang terakhir ditulis pada abad 16. Tidak bisa
dipungkiri keahlian dalam menorehkan seni aksara Arab sangat berperan
dalam menghasilkan keberagaman bentuk. Inilah landasan yang paling
berperan dalam perkembangan seni kaligrafi Arab dan Islam.
6.5 Konteks Kaligrafi
Kaligrafi juga berkembang untuk berbagai kepentingan di luar Al
tinta atau dawat. Namun tinta tidak bisa ditorehkan di atas bejana tem-
baga, karena akan luntur, sehingga diperlukan peralatan dan teknik lain.
Kaligrafi menjadi media utama untuk menghiasi berbagai arsitektur
Islam: mesjid, bangunan umum, pintu, hingga makam. Cara menuliskan
kaligrafi pada bangunan juga berbeda-beda. Ada yang ditulis di atas
keramik, diukir pada kayu, dan sebagainya. Ciri khas lain yang menon
jol dalam kaligrafi bangunan adalah pewarnaan yang menambah nuansa
keindahan. Bentuk penulisan khas kaligrafi di atas kertas dengan memakai
dawat (tinta) kurang diberi sentuhan pewarna. Sedangkan penggunaan
warna pada kaligrafi yang digunakan pada arsitektur menjadi elemen
yang dominan dan penting. Kaligrafi juga digunakan untuk menghiasi
berbagai bangunan termasuk mesjid. Pada mihrab, yang terbuat dari
bahan keramik, berasal dari mesjid Maidan di Kashan, aksara Arab di-
Gbr. 6-13: Tabung terbuat dari gading dari Medina Al Zahra (968).
Gbr. 6-14: Mihrab masjid Cordoba (Spanyol) sejak perluasan Gbr.6-15: Mihrab yang terbuat dari keramik berasal
oleh Al Hakam II (th 962-966). dari Masjid Maidan di Kashan.
KALIGRAFI ARAB 67
b c
c
68 SISTEM TULISAN DAN KALIGRAFI
Gbr. 6-18: Gambaran anatomi binatang (kuda) karya Ibnu Al Ahnaf, Bagdad, 1210.
KALIGRAFI ARAB 71
aksara yang ditel dan teliti. Coba kita perhatihan kaligrafi yang meng
gambarkan binatang, manusia, dan bejana pada contoh berikut.
Manusia yang sedang memanah binatang buruan dibangun dari
aksara. Bentuk tubuh secara lebih detail juga digambarkan memakai
aksara. Bentuk manusia dan bagian tubuhnya yang dibangun dengan
aksara tidaklah berkarakter seperti manusia yang realistik, apalagi yang
tergambar seperti hasil fotografi. Namun kita tetap mengetahui bentuk
yang dihasilkan oleh kaligrafi tersebut adalah bagian muka/wajah manu
sia, seluruh badan, atau bisa juga dengan porsi tubuh yang tidak natural.
Semua ini memungkinkan kreativitas melalui kaligrafi. Kalau kita mampu
membaca bagian-bagian aksara di dalamnya maka akan muncul pesan
melalui aksara, jadi gambar memberikan dua makna: visual keseluruhan
sebagai sebuah kesatuan dan pesan ditel dari bagian-bagian aksara.
Keterkaitan antara pesan aksara yang menurun tingkat keterbacaannya,
tapi di sisi lain menunjukkan bentuk yang mudah dikenali. Inilah yang
menjadi ciri khas dari kaligrafi.
6.7 Kaligrafi dan Lukisan
Kaligrafi juga terus mengalami perkembangan, searah dengan perkem
Gbr. 6-19: Kaligrafi bentuk kuda, karya Husain Ali, Persia 1848
72 SISTEM TULISAN DAN KALIGRAFI
Gbr. 6-23: Kaligrafi dari masa Ottoman abad 19. Gbr. 6-24: Kaligrafi dengan bentuk wajah dari Turki.
KALIGRAFI ARAB 73
Gbr. 6-27: Kaligrafi berbentuk Daun dari Turki. Gbr. 6-28: Kaligrafi berbentuk muka dari Turki.
74 SISTEM TULISAN DAN KALIGRAFI
Gbr. 6-32: Kufah Persegi, dari interior Kuburan di Isfahan Iran, 1303.
Gbr. 6-34: Kaligrafi gaya Kufah Persegi dari mesjid dekat isfahan, Iran (1300)
Kaligrafi bentuk figur pada metal.
figur wayang yang berasal dari India dibangun bentuknya dengan aksara
Arab. Ada juga bentuk figur wayang itu sendiri menggunakan kaligrafi,
digabung dengan gambar realistik berupa hewan sapi. Figur wayang yang
berdiri merupakan bagian dari kaligrafi. Namun wayang yang berdiri di
atas sapi (bentuk realistik) yang sedang tertidur merupakan ciri yang unik
dari lukisan relalistik (lihat gambar 6-22 sampai dengan 6-26).