You are on page 1of 10

SIFAT KIMIA BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq)

BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN DAN KEDALAMAN BATANG


Chemical Properties of Oil Palm Trunk (Elaeis guinensis Jacq) Based on Height
and Depth of Trunk
Asep Hermawan, Farah Diba, Yeni Mariani, Dina Setyawati, Nurhaida
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
e-mail : aseprct@gmail.com

ABSTRACT
Research aimed to measure the chemical compound in oil palm stem (Elaeis guinensis Jacq)
based on height (base, middle, top) and depth (side, medium and core). Chemical properties
studied are hot water soluble extractives content, solubility in 1% NaOH, benzene-soluble
alcohol, holocellulosa, alpha - cellulose and lignin content. The procedure based on ASTM D
1110 56. Result of research showed that the average value of the levels of extractive
substances in hot water ranged from 11,963% -15.032%, the average value of extractive
substances soluble in 1% NaOH was range from 16.639% -18.027% and the average value of
the levels extractive soluble substances of alcohol benzene ranged from 8.552% -10.693%.
Meanwhile the average of holocellulose levels ranged from 82.534% -88.328% and the average
value of alpha cellulose content ranged from 11.243% -68.761%. The average value of the
lignin content ranges between 6.213% -33.702%. Analysis of variance showed that height and
depth of stem was not significance to the levels of extractive substances in hot water, extractive
substances soluble in 1% NaOH, extractive soluble substances of alcohol benzene, and
holocellulose content. Meanwhile for alpha cellulose was significant. The height of stem was
highly significant effect to lignin content, meanwhile depth of stem was not significant. This
result showed that stem of oil palm can be used for composite board, particle board and other
wood product.
Keywords: Oil palm stem, extractives, lignin, cellulose, stem height, stem depth

PENDAHULUAN gunaan kayu, misalnya dengan mening-


Dewasa ini industri perkayuan katkan efesiensi pemanfaatan kayu, diver-
Indonesia sedang mengalami kekurangan sifikasi jenis dengan memanfaatkan kayu-
bahan baku. Berkurangnya kemampuan kayu yang kurang dikenal atau bahan
hutan untuk menyediakan kebutuhan berlignoselulosa selain kayu yang
bahan baku merupakan salah satu bukti memiliki potensi cukup besar tetapi
bahwa hutan sudah mengalami kerusakan belum dimanfaatkan dengan baik. Salah
yang serius. Laju pertumbuhan penduduk satu sumber lignoselulosa yang peman-
menyebabkan kebutuhan akan bahan faatannnya masih terbatas dan belum
baku kayu semakin meningkat dan di maksimal yaitu kelapa sawit (Elaeis
sisi lain ketersediaan kayu semakin guinensis Jacq).
berkurang, dengan demikian terjadi Data Dinas Perkebunan Provinsi
kesenjangan antara kebutuhan kayu Kalimantan Barat Tahun 2013 menun-
dengan produksi hutan khususnya jenis- jukkan luas perkebunan kelapa sawit terus
jenis kayu bermutu tinggi. mengalami peningkatan setiap tahun yang
Menanggulangi masalah ini perlu tersebar di seluruh Kabupaten yang ada di
dilakukan tindakan-tindakan yang mampu Provinsi Kalimantan Barat, Kabupatan
memberikan dampak berkurangnya peng- Ketapang memiliki areal kelapa sawit

472
terluas, yaitu 278.525 ha kemudian tetapi khususnya di Provinsi Kalimantan
Kabupaten Sanggau 220.231 ha dan Barat kelapa sawit yang berasal dari
terendah di Kabupaten Singkawang perkebunan PTPN XIII Kecamatan
dengan luas sekitar 6.117 ha. Total luas Ngabang Kabupaten Landak, masih
areal perkebunan kelapa sawit yang sudah belum ada informasi tentang sifat dasar
terealisasi di Provinsi Kalimantan Barat kimia batang keapa sawit sehingga perlu
sekitar 1.060.251 ha. dilakukan penelitian. Dengan mengetahui
Perkebunan kelapa sawit PTPN XIII sifat kimia batang kelapa sawit, maka
Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak tidak menutup kemungkinan akan adanya
memiliki luas areal tanaman 3.714 ha. penelitian-penelitian lanjutan untuk
Jenis kelapa sawit yang ditanam adalah memberikan nilai ekonomis yang tinggi
kelapa sawit (E. guinensis Jacq) yang untuk batang kelapa sawit yang umumnya
merupakan tanaman monokotil tergolong masih dianggap sebagai limbah.
ke dalam famili Palmacea yang termasuk Pengetahuan sifat kimia yang dimiliki
tanaman yang tingginya mencapai 24 oleh batang kelapa sawit dapat
meter, memiliki batas umur produktif memberikan rekomendasi tujuan
relatif pendek 25 30 tahun dan setelah pemanfaatan batang kelapa sawit secara
mencapai umur daur harus dilakukan optimal dan proses modifikasi yang
peremajaan dengan tanaman muda. Kelapa memadai untuk menigkatkan kualitas
sawit merupakan komoditas unggulan produk yang dihasilkan.Tujuan penelitian
yang mempunyai kontribusi penting dalam adalah untuk mengetahui kualitas sifat
pembangunan ekonomi pada umumnya, kimia batang kelapa sawit yang meliputi
dan dalam pembangunan agroindustri di kandungan zat ekstraktif, selulosa,
Indonesia pada khususnya. Setelah ter- holoselulosa, lignin, dan kelarutan dalam
bukti perkebunan kelapa sawit menghasil- NaOH 1 % berdasarkan letak ketinggian
kan keuntungan yang cukup tinggi sekitar dan kedalaman batang kelapa sawit.
17.317.295 ton, banyak perusahaan asing
ingin berinvestasi di bidang perkebunan METODE PENELITIAN
kelapa sawit. Limbah batang sawit yang Penelitian dilaksanakan di laborato-
selama ini menjadi persoalan serius bagi rium di lingkungan Fakultas Kehutanan
pengelola kebun ternyata bisa diman- Universitas Tanjungpura yang meliputi
faatkan sebagai bahan baku furnitur dan Bengkel perkayuan (Wood Workshop)
kayu pertukangan. Limbah yang tidak untuk pembuatan sampel, Laboraturium
pernah diperhitungkan sebelumnya bisa Pengolahan Kayu untuk menentukan
dijadikan bahan baku alternatif di tengah kadar air sampel dan Laboratorium
kondisi kelangkaan bahan baku kayu. Teknologi Hasil Hutan untuk analisa
Batang sawit juga dapat dimanfaatkan kandungan kimia batang kelapa sawit.
untuk pembuatan panel kayu lapis dengan Sampel diperoleh dari tiga batang
menggunakan fasilitas konvensional yang kelapa sawit yang sudah tidak produktif
terdapat pada industri kayu lapis. berumur 25 tahun dari perkebunan
Saat ini ada beberapa penelitian PTPN XIII Kabupaten Landak dengan
mengenai sifat dasar batang kelapa sawit, diameter masing-masing batang A : 37cm,

473
batang B : 36cm, dan batang C : 30cm. melalui pelarutan dalam pelarut netral,
Selanjutnya batang yang dipotong seperti alkohol, benzene, eter, aseton,
berdasarkan pada posisi ketinggian batang bensin, air atau uap air (Meulonhoff,
sawit (pangkal, tengah, ujung) dan 1967 dalam Mayasari 2009).
kedalaman batang (tepi, tengah, pusat). Komponen yang terlarut dalam air
Contoh uji berupa papan dengan panjang dingin adalah tanin, gum, gula dan
50 cm, lebar 10 dan tebal 2 cm. Kemudian pigmen, sedangkan yang terlarut dalam
contoh uji dibuat menjadi serbuk ukuran air panas adalah sama dengan yang
lolos 40 mesh dan tertahan 60 mesh. terlarut dalam air dingin ditambah dengan
Penentuan komposisi kimia kayu komponen pati (Fengel dan Wagener,
batang kelapa sawit didahului dengan 1995). Hasil penelitian menunjukkan
mengukur kadar air serbuk. Komponen kadar zat ekstraktif dalam batang sawit
kimia kayu dianalisis secara kuantitatif termasuk tinggi yaitu sebesar 13,511%.
mengacu pada ASTM (1976), meliputi Kadar zat ektraktif larut air panas hasil
kelarutan zat ekstraktif larut dalam air penelitian ini kurang lebih sama dengan
panas (ASTM D 1110 56), kelarutan hasil penelitian Nurwayan, dkk (2011)
dalam NaOH 1% (ASTM D 1109 56), dengan rerata sebesar 15,89%, Rahayu
kelarutan zat ekstraktif dalam alkohol ben- (2001) dengan rerata sebesar 16,18%,
zen (ASTM D 1107 56), alpha selulosa dan Bakar et al (1998) dengan rerata
(ASTM D1103 60), holoselulosa sebesar 15,32%.
(ASTM D1104 56), lignin (ASTM Kadar Zat Ekstraktif Larut Dalam
D1106 56). Analisis komponen kimia NaOH 1%
tersebut dilakukan dengan 3 (tiga) kali Nilai zat ekstraktif yang larut dalam
ulangan. Penelitian ini menggunakan NaOH 1% sebesar 16,639% -18,027%.
rancangan acak lengkap dengan metode Kadar kelarutan dalam NaOH 1%
faktorial. menurut Casey (1980) merupakan suatu
uji yang dilakukan untuk mengetahui
HASIL DAN PEMBAHASAN tingkat degradasi selulosa dari bahan
Kadar Zat Ekstraktif Larut Dalam baku pulp. Selain itu pada uji kelarutan
Air Panas dalam NaOH 1%, tidak hanya selulosa
Nilai rerata kadar zat ekstaktif dalam yang larut tetapi juga lignin, pentosan,
air panas berkisar antara 11,963%- heksosa dan sejumlah resin dan tanin.
15,032%. Faktor ketinggian batang dan Ditambahkan oleh Sridach (2010), kadar
kedalaman batang tidak berpengaruh kelarutan dalam NaOH 1% juga meng-
nyata terhadap kadar zat ekstraktif larut indikasikan tingkat degradasi dari serat
air panas. Kadar zat ekstraktif cenderung yang berlangsung selama proses pulping
menurun dari bagian tepi ke bagian alkali berlangsung yang mengakibatkan
medium dan mengalami sedikit rendemen yang dihasilkan rendah.
peningkatan ke arah bagian pusat. Zat Kelarutan dalam NaOH ini dapat
ekstraktif adalah sejumlah besar jenis memberikan gambaran adanya kerusakan
senyawa-senyawa organik yang terdapat komponen kimia dinding sel kayu yang
dalam kayu yang dapat dipisahkan diakibatkan oleh serangan jamur pelapuk

474
kayu atau terdegradasi oleh cahaya, panas alkohol benzena adalah lemak, resin,
dan oksidasi. Jadi semakin tinggi bahan-bahan larut pelarut organik tidak
kelarutan dalam NaOH 1%, maka polar atau sedikit memiliki polaritas
semakin tinggi tingkat kerusakan kayu. (Anonim, 1995).
Faktor ketinggian batang dan Faktor ketinggian dan kedalaman
kedalaman batang tidak berpengaruh batang tidak berpengaruh nyata terhadap
nyata terhadap kadar kelarutan dalam variasi kadar zat ekstraktif larut alkohol
NaOH 1%. Nilai rerata ekstraktif larut benzen. Perbedaan kadar zat ekstraktif
NaOH 1% dari bagian tepi, bagian larut alkohol benzen tidak begitu besar
medium, kebagian pusat hampir sama, antara bagian tepi dengan medium, dan
walaupun terjadi variasi yang tidak begitu pada bagian pusat perbedaannya tidak
besar. Rerata kelarutan dalam NaOH ini besar. Marlina (2003) menyatakan bahwa
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan zat ekstraktif yang terdapat
kelarutan dalam air panas. Hal ini sesuai pada kayu jati tertinggi pada bagian
dengan pernyataan Sjostrom (1995), tengah dan terendah pada bagian pangkal.
bahwa NaOH dapat melarutkan lebih Sementara menurut Trisnawati (1996)
banyak zat ekstraktif dibandingkan air menjelaskan bahwa konsentrasi bahan
panas dan air dingin sehingga nilai ekstraktif yang terdapat dalam kayu gubal
kelarutannya tinggi. lebih rendah dibandingkan yang terdapat
Kadar zat ekstraktif larut dalam pada kayu teras lebih tinggi. Kadar zat
NaOH 1% pada hasil penelitian termasuk ekstraktif pada batang yang dekat
tinggi yaitu sebesar 17,174%. Nilai ini dengan dengan bagian akar adalah yang
lebih rendah dari yang diperoleh oleh paling tinggi. Panshin dan de Zeuw
penelitian Nurwayan, et al. (2011) dengan (1980) mengemukakan bahwa penyeba-
rerata sebesar 23,62%, dan Rahayu ran kandungan resin secara vertikal di
(2006) dengan rerata sebesar 19,81%. dalam batang tergantung dengan jenis
kandungan resin dan tanamannya.
Kadar Zat Ekstraktif Larut Alkohol
Benzena Hasil penelitian kadar zat ekstraktif
Rerata kadar zat ekstraktif larut alkohol benzene kurang lebih sama
alkohol benzen berkisar antara 8,552%- dengan yang diperoleh penelitian
10,693%. Zat ekstraktif terkonsentrasi Rahayu (2001) dengan rerata sebesar
dalam saluran resin dan sel-sel parenkim 9,12%, dan Bakar et al (1998) rata-rata
jari-jari dengan jumlah yang rendah 10,21%. Zat ekstraktif merupakan hal
dalam lamela tengah, interseluler, dinding yang perlu dipertimbangkan dalam
sel trakeid dan serabut libriform (Fengel pengelolaannya, misal pada industri pulp
dan Wegener 1995). Senyawa-senyawa dan kertas, kayu lapis, papan serat, dan
organik yang terdapat dalam zat ekstraktif papan partikel, sehingga perlu dilakukan
antara lain terpene, lignan, stilbene, perlakuan awal pada bahan baku untuk
flavonoid, aromatik lain, lemak, lilin, menurunkan kandungan zat ekstraktif
asam lemak, alkohol, steroid dan yang tinggi tersebut. Zat ekstraktif yang
hidrokarbon tinggi (Fengel dan Wegener memiliki pengaruh yang kurang baik
1995). Komponen yang terlarut dalam terhadap proses pulping dan kualitas

475
kertas yang dihasilkan. Zat ekstraktif, sebagai holoselulosa yang merupakan
terutama yang berupa minyak dan lemak komponen utama dari kayu.
akan dapat mengurangi kekuatan ikatan Kadar holoselulosa hasil penelitian
antar serat, memperbesar konsumsi alkali ini kurang lebih sama dengan hasil
sehingga proses pemasakan menjadi penelitian Rahayu (2001) dengan rerata
kurang sempurna serta memperlambat sebesar 67,94%. Holoselulosa dalam
proses delignifikasi (Fatriasari dan kayu umumnya 65-70% berdasarkan berat
Hermiati, 2006), selain itu kandungan kering (Rowell, 2005). Kadar holoselulosa
ekstraktif yang tinggi akan menyebabkan yang tinggi menggambarkan bahwa
timbulnya noda hitam (pitch) pada kertas. rendemen pulp yang diperoleh dari proses
pemasakan kayu akan tinggi pula. Distri-
Kadar Holoselulosa
busi holoselulosa pada batang kelapa
Nilai rerata kadar holoselulosa
sawit, baik secara aksial dan radial mem-
berkisar antara 82,534%-88,328%. Faktor
punyai kecenderungan untuk menurun.
ketinggian batang dan kedalaman batang
Hal ini diduga disebabkan karena adanya
tidak berpengaruh nyata terhadap nilai
pertumbuhan meninggi yang ditentukan
holoselulosa. Kadar holoselulosa menga-
oleh jaringan meristem, sedangkan untuk
lami penurunan dari bagian pangkal,
arah radial disebabkan karena pengaruh
tengah, ke bagian ujung, yang nilainya
pertumbuhan sekunder (Panshin dan de
secara berturut 74,566%, 73,899%, dan
Zeuw (1980).
74,416%. Demikian pula pada kedalaman
Tingginya angka holoselulosa
batang nilainya mengala-mi penurunan
umumnya karena terdiri selulosa dan
dari tepi, bagian medium, kebagian pusat,
hemiselulosa (Sudrajat, 1979). Peningka-
secara berturut-turut sebesar 75,698%,
tan kadar holoselulosa pada bagian
74,803%, dan 72,380%.
pangkal karena rendahnya kadar alpha
Ritter dan Kurth (1993) dalam
selulosa pada bagian ini dan tingginya
Mayasari (2009) adalah menyatakan
holoselulosa adalah produk yang diha- kadar hemiselulosa. Menurut Panshin dan
De Zeew (1980) mengatakan bahwa kadar
silkan setelah lignin dihilangkan dari
hemiselulosa dari pangkal ke ujung
kayu. Menurut Meulenhoff (1967) dalam
menurun. Berdasarkan persyaratan sifat
Mayasari (2009) mengemukakan bahwa
kayu untuk bahan baku pulp FAO 1980
komponen-komponen kayu yang terdiri
dalam Syafii dan Siregar (2006), batang
dari fraksi karbohidrat, selulosa dan
kelapa sawit termasuk dalam kriteria baik
hemiselulosa dinamakan holoselu-losa.
sebagai bahan baku pulp dengan kadar
Rowell (1984) dalam Mayasari (2009)
holoselulosa lebih dari 60%. Holoselulosa
mengatakan bahwa holoselulosa adalah
merupakan kombinasi selulosa (40-45%)
total polisakarida yang dikandung oleh
dan hemiselulosa (15-25%).
kayu dan metode untuk menentukannya
adalah dengan menghilangkan semua Kadar Alpha Selulosa
lignin dari kayu tanpa merusak karbohi- Nilai rerata kadar alpha selulosa
drat. Semua karbohidrat (selulosa, hemise- berkisar antara 11,243%-68,761%.
lulosa dan pektin) dalam kayu dikenal Faktor interaksi antara letak ketinggian
dan kedalaman batang menunjukkan

476
pengaruh nyata terhadap nilai alpha selulosa merupakan penentu utama dari
selulosa. Nilai alpha selulosa hasil pene- sifat-sifat pulp dan kertas, terutama sifat
litian ini kurang lebih sama dengan hasil kekuatan akhir serat, ikatan serat serta
penelitian Bakar et al. (1998) dengan karakteristik lembarannya. Fengel dan
rerata sebesar 42,89% dan Rahayu (2001) Wegener (1995) mengemukakan bahwa
dengan nilai rerata 40,26%. sifat mekanik lembaran pulp atau kertas
Alpha selulosa adalah selulosa yang ditentukan oleh ikatan serat dan ikatan
tidak larut dalam larutan NaOH 17,5%, hidrogen (gugus OH-) pada selulosa yang
bahan dasar alpha selulosa adalah glukosa. melakukan interaksi satu dengan yang lain
Molekul glukosa bersambung satu dengan atau dengan gugus O-,N-,S-. Berdasarkan
yang lainnya membentuk rantai molekul hasil penelitian, batang ke-lapa sawit
selulosa (Dumanauw, 1984). Fengel dan memiliki potensi yang besar untuk
Wegeneer (1995) menyatakan bahwa dijadikan bahan baku pulp dan kertas, hal
umumnya alpha selulosa yang dihasilkan ini dikarenakan kadar -selu-losa yang
tergantung pada spesies kayu dan teru- dimilikinya lebih besar dari 34%
tama pada proses isolasi dan penentuan. (Nieschlag et al., 2004 dalam Khalil et
Kemurnian dari selulosa dinyatakan al., 2006).
melalui parameter persentase alpha-
Kadar Lignin
selulosa. Semakin tinggi kadar selulosa Nilai rerata kadar lignin berkisar
semakin baik mutu bahan, walaupun antara 6,213%-33,702%. Faktor keting-
bukan selulosa murni (Achmadi, 1990). gian batang menunjukkan pengaruh
Kandungan alphaselulosa diperlukan sangat nyata terhadap variasi kadar lig-
untuk membuat kertas saring whatman nin. Nilai lignin mengalami pening-
dari kemurnian selulosa. Produk lain yang katan dari pangkal, bagian tengah, dan
membutuhkan derajat kemurnian selulosa mengalami penurunan kebagian ujung,
seperti selulosa nitrit, karboksil metil yang nilainya secara berturut-turut sebe-
selulosa dan selulosa xantat (Fengel dan sar 25,591%, 27,197%, dan 9,248%.
Wegener, 1995). Menurut Syafii dan Sementara itu faktor kedalaman batang
Siregar (2006), kandungan selulosa dalam tidak berpengaruh nyata terhadap
kayu dapat digunakan untuk memperkira- variasi kadar lignin. Nilai lignin menga-
kan besarnya rendemen pulp yang lami penurunan dari bagian tepi, bagian
dihasilkan dalam proses pulping, dimana medium, kebagian pusat, tetapi pada
semakin besar kadar selulosa dalam kayu bagian medium, kebagian pusat menga-
maka semakin besar pula rendemen pulp lami peningkatan yang nilainya sebesar
yang dihasilkan. Kadar selulosa berban- 22,379%, 18,563%, dan 21,095%.
ding lurus dengan rendemen pulp, daya Lignin merupakan senyawa poli-
afinitas terhadap larutan dan warna pulp aromatik banyak terdapat dilamela tengah
yang dihasilkan. pada dinding sel, berfungsi sebagai
Pada proses pulping, terutama pul- perekat serat dan memberikan kekuatan
ping kimia, selulosa merupakan kompo- pada batang pohon (Mc donald dan
nen kimia utama yang tersisa dan terda- Franklin, dalam Mayasari, 2009). Lignin
pat pada serat-serat. Oleh karena itu, merupakan komponen kimia kayu yang

477
selalu bergabung dengan selulosa dan bagian ujung dengan medium dan
bukan merupakan karbohidrat, melainkan menurun dengan interaksi bagian ujung
didominasi oleh gugus aromatis berupa dengan bagian pusat.
fenilpropana. Di dalam kayu, lignin Faktor interaksi antara letak keting-
terutama terdapat dalam lamella tengah gian dan kedalaman batang menunjuk-
dan dinding sel primer (Tsoumis, 1991; kan pengaruh nyata terhadap variasi
Fengel dan Wegener, 1995; Sjostrom, kadar lignin. Sehingga dapat dikatakan
1998). Meulonhoff (1967) dalam kadar lignin interaksi antara letak
Mayasari (2009) menyatakan bila dari ketinggian batang dan letak kedalaman
kayu dikeluarkan bagian selulosa, holo- batang hampir sama, walaupun terjadi
selulosa, polisakarida, garam organik, variasi tidak terlalu besar. Sesuai
lemak, resin, tanin dan zat eks-traktif pendapat Panshin dan De Zeew (1980)
lainnya, maka bagian yang tertinggal yang mengemukakan bahwa pada kayu
yaitu kira-kira 20-30 % adalah lignin. variabitas lignin dalam batang arah
Penurunan kadar lignin terjadi dari radial dan vertikal terhadap sumbu
bagian tepi, kebagian medium ke bagian batang hanya sedikit bervariasi.
ujung, sedangkan dari bagian medium Hasil penelitian menunjukkan kadar
ke bagian ujung mengalami sedikit lignin dalam batang sawit termasuk
peningkatan. Menurut Haygreen dan sedang yaitu sebesar 20,679%. Hal ini
Bowyer (1996) bahwa pada fase pembe- diduga terjadi karena sel-sel yang
lahan dan pemesaran dinding sel primer, terdapat pada bagian pangkal dan tepi
terjadi proses pembesaran dinding sel batang telah mengalami lignifikasi
menjadi dinding sekunder dan bersa- sehingga lignin tidak saja terdapat pada
maan dengan ini terjadi pula lignifikasi lamella tengah tetapi juga pada dinding
yang membedakan serat kayu dan sel primer dan sekunder. Dinding sel
daerah antar sel lainnya yang disebut yang belum berlignifikasi akan mengke-
lamela tengah, dengan kata lain lignin rut lebih besar dibandingkan dinding sel
yang dibuat oleh sel mulai merembes yang telah delignifikasi (Tsoumis, 1991).
dan mengeraskan seluruh jaringan kayu. Secara visual ini dapat dilihat dari warna
Interaksi bagian pangkal dengan bagian ikatan pembuluh pada bagian tersebut
tepi sedikit menurun kebagian interaksi yang lebih gelap dengan pembuluh yang
bagian pangkal dengan bagian medium, lebih kecil dibandingkan ikatan pembuluh
tetapi mengalami peningkatan dengan pada bagian atas dan dalam batang.
interaksi bagian pangkal dengan bagian Kadar lignin batang kelapa sawit
pusat. Interaksi bagian tengah dengan lebih rendah dengan yang dilakukan
bagian tepi mengalami penuruna dengan penelitian Nurwayan, et al. (2011)
interaksi bagian tengah dengan bagian rerata sebesar 22,20%, tetapi sama-sama
medium, tetapi cenderung mengalami termasuk katagori sedang. Data ini
peningkatan dengan interaksi bagian menunjukkan bahwa kimia batang
tengah dengan bagian pusat. Interaksi kelapa sawit yang diteliti cukup baik
bagian ujung dengan bagian tepi untuk bahan baku pulp. Seperti halnya
mengalami penurunan dengan interaksi selulosa, kandungan lignin dalam kayu

478
juga dapat digunakan untuk mempre- Saran
diksi sifat-sifat pulp yang dihasilkan, 1. Berdasarkan penelitian yang telah
pada umumnya kandungan lignin yang dilakukan terhadap sifat kimia batang
tinggi dalam kayu akan menyebabkan kelapa sawit, kelapa sawit dapat dijadi-
tingginya akan konsumsi alkali yang kan sebagai bahan baku substitusi kayu
akan diikuti oleh tingginya bilangan dalam menghasilkan produk seperti
kappa, demikian pula sebaliknya (Syafii papan partikel, arang aktif dan briket.
dan Siregar, 2006). 2. Tingginya kandungan zat ekstraktif
merupakan hal yang perlu dipertim-
KESIMPULAN DAN SARAN bangkan dalam pengolahannya,
Kesimpulan sehingga perlu dilakukan perlakuan
1. Berdasarkan ketinggian batang cen- awal pada bahan baku untuk menu-
derung terjadi peningkatan dari runkan kandungan zat ekstraktif yang
bagian pangkal ke bagian ujung ter- tinggi.
hadap kadar zat ekstraktif larut da-
lam air panas, tetapi terjadi penu- DAFTAR PUSTAKA
runan pada kelarutan NaOH 1%, ka- Achmadi, S. S. 1990. Kimia Kayu.
dar zat ekstraktif larut alkohol ben- Pusat Antar Universitan Institut
zen, holoselulosa dan alpha selulosa, Pertanian Bogor. Bogor.
sedangkan untuk lignin mengalami ______. 1995. Annual book of ASTM
peningkatan dari bagian pangkal ke- Standards. Volume 04.10 wood.
bagian tengah dan mengalami penu- Section 4. Philadelphia.
runan kebagian ujung. ASTM Standard. 1976. Annual book of
2. Berdasarkan kedalaman batang cende- ASTM standard, Philadelphia.
rung terjadi peningkatan dari bagian
Bakar E.S., O. Rachman, D.
pangkal ke bagian ujung terhadap kadar Hermawan, L. Karlinasari dan
zat ekstraktif larut dalam air panas, N. Rosdiana. 1998. Pemanfaatan
kelarutan NaOH 1%, kadar zat ekstrak- batang kelapa sawit sebagai
tif larut alkohol benzen. Sementara bahan bangunan dan furniture.
terjadi penurunan pada holoselulosa, Jurnal Teknologi Hasil Hutan
alpha selulosa dan lignin. Vol. XI (1) pp. 1-12. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian
3. Mengacu pada kandungan alpha
Bogor. Bogor.
selulosa dan hemiselulosa yang tinggi,
maka batang kelapa sawit dapat Dumanauw, JF. 1984. Mengenal Kayu.
Kanisius, Yogyakarta.
digunakan sebagai bahan baku pulp dan
kertas, sedangkan kandungan lignin Fengel, D., Wegeneer. 1995. Kayu
yang sedang dapat digunakan sebagai Kimia dan Ultrastruktur Reksi-
Reksi. Diterjemahkan Oleh
bahan kontruksi seperti papan buatan
Hardjono Sastrohamidjojo.
(lamina), papan komposit, dan papan Gajahmada Universitas Perss.
partikel. Yogyakarta.

479
Khalil, A.H.P.S., M.S., Alwani, Rahayu, I.S., 2006. Sifat Fisis, Mekanik
A.K.M., Omar. 2006. Chemical Serta Keawetan Batang Kelapa
Composition, Anatomy, Lignin Hibrida. Program Studi Ilmu
Distribution and Cell Wall Pengetahuan Kehutanan,
Structure of Malaysian Plant Fakultas IPB. Bogor.
Waste Fibers. BioResouces Dipublikasikan.
Journal 1 (2), 220 232. Rowell, R. 1984. The Chemistry of
Marlina, Y. 2003. Analisa Kandungan Solid Wood. American
Komponen Kimia Kayu Jati Chemical Society. Washington,
(Tectona Grandis L.F). Skripsi D. C.
Fakultas Kehutanan Universitas Rowell, R.M., 2005. Handbook of wood
Tanjungpura: Pontianak. Tidak chemistry and wood composites.
Dipublikasikan. USDA Forest Service, Forest
Mayasari, R., 2009. Analisa Kandungan Product Laboratory Madison.
Komponen Kimia Kayu Balakba- Siregar F.A. 2009. Metode Baru Dalam
lak (Sympocos sp) Berdasarkan Pemisahan Ikatan pembuluh
Letak Ketinggian Pada Batang. Pada Limbah Batang Kelapa
Skripsi Fakultas Kehutanan Uni- Sawit [skripsi]. Medan;
versitas Tanjungpura Pontianak. Universitas Sumatera Utara.
Tidak Dipublikasikan. Dipublikasikan.
Nurwayan, A., A. Dalimunthe., Saragih, Sjostrom E. 1995. Kimia Kayu, Dasar-
R. N., 2011. Sifat Fisik dan Kimia dasar dan Penggunaan, Edisi
Ikatan Pembuluh Pada Batang Kedua. GajahMada University
Kelapa Sawit. Studi Kehutanan Press. Yogyakarta.
Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara. Dipublikasikan. Sjostrom, E., 1998. Kimia Kayu, Dasar-
Dasar Penggunaan (Terjemahan).
Panshin, A.J, Cart De Zeuw. 1980. Text Gajahmada Universitas Perss.
Book of Wood Technologi. Mc. Yogyakarta.
Graw-Hill Book Company: New
York. Sridach, W,. 2010. Pulping and Paper
Properties of Palmyra Palm Fruit
Pasaribu, G., Sipayung B., dan Pari, G. Fibers. Songklanakarin Journal
2007. Analisis Komponen Kimia of Science and Technology.
Empat Jenis Kayu Asal Suma-tera
Utara. Jurnal Penelitian Hasil Sudrajat. 1979. Analisis Kimia
Hutan Vol. 25 (4) : 327-333. Beberapa Jenis Kayu Indonesia.
Lembaga Penelitian Hasil
Rahayu, I.S., 2001. Sifat Dasar Vascular Hutan; Bogor.
Bundle dan Parenchyme Batang
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Syachri, T. N. dan M. Syachri. 1986.
Jacq) Dalam Kaitannya Dengan Sifat Kimia Kayu, Pusat
Sifat Fisis, Mekanis serta Keawe- Penelitian dan Pengembangan
tan (Tesis). Program Studi Ilmu Hasil Hutan, Badan Penelitian
Pengetahuan Kehutanan, Fakultas dan Pengembangan Kehutanan,
IPB. Bogor. Dipublikasikan. Departemen Kehutanan, Bogor.

480
Trisnawati, G.N. 1996. Analisa Sifat Tsoumis,G. 1991. Science and
Kimia Pada Berbagai Posisi Technology of Wood; Structure,
Batang Pohon Kayu Melur Properties. Utilization. Van
(Podocarpus Motleyi). Skripsi nonstrard Reinhold. Newyork.
Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura: Pontianak. Tidak
Dipublikasikan.

481

You might also like