Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima Simpanan, Giro, Tabungan dan Deposito. Kemudian Bank dikenal juga sebagai
tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping
itu bank juga dikenal untuk menukar uang, atau menerima segala bentuk pembayaran
seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan sebagainya.
Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masayarakat serta memberikan
jasanya dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada tiga fungsi utama Bank yaitu:
Sejalan dengan tugas pokok dan peran Bank Indonesia serta arahan umum kebijakan di
bidang perbankan yang telah disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia pada awal tahun
2010, selama tahun 2010 telah dilaksanakan berbagai kegiatan terkait dengan penelitian,
pengembangan, pengaturan dan pengawasan perbankan syariah. Pelaksanaan kebijakan
dibidang perbankan syariah selain mengacu kepada kebijakan umum dibidang perbankan
juga memperhatikan arahan dan kebijakan khusus terkait dengan perbankan syariah yang
merupakan sub-sektor perbankan yang masih perlu didorong agar dapat bertumbuh lebih
cepat agar peran dan konstribusinya dalam mencapai sasaran kebijakan dibidang
perbankan dan kebijakan Bank Indonesia secara umum dapat lebih besar.
Dalam tahun 2010, secara umum Bank Indonesia telah menetapkan sejumlah arah
kebijakan dibidang perbankan dengan pendekatan insentif dan disinsentif. Hal ini antara
lain mencakup peningkatan ketahanan sistem perbankan yang perlu ditempuh melalui
penguatan pengaturan, pemantapan sistem pengawasan bank, penataan kembali tingkat
kompetisi di industri perbankan Indonesia, serta pendalaman pasar keuangan. Selain itu
upaya untuk mendorong peningkatan intermediasi perbankan melalui penyempurnaan
peraturan dan penyediaan infrastruktur pendukung. Secara spesifik kebijakan untuk
perbankan syariah dalam tahun 2010 diarahkan untuk meningkatkan peran perbankan
syariah terhadap perekonomian nasional dan penguatan ketahanannya. Kebijakan untuk
perbankan syariah ini diupayakan dengan meningkatkan insentif untuk mendorong
peningkatan modal, memfasilitasi pengembangan unit usaha syariah dan anak
perusahaannya, serta memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM perbankan syariah yang
kompeten.
Sejumlah kegiatan yang merupakan implementasi arah kebijakan tahun 2010 dibidang
perbankan syariah dilaksanakan oleh Bank Indonesia, khususnya Direktorat Perbankan
Syariah dengan mencakup berbagai kegiatan dalam bidang penelitian, pengaturan dan
pengembangan, perizinan, dan pengawasan perbankan syariah sebagaimana dijelaskan
secara ringkas pada bagian dibawah ini. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan sebagai satu
kesatuan dalam upaya mengembangkan perbankan syariah yang efisien, prudent dan
sejalan dengan prinsip syariah.
Ini berarti, negara turut bertanggung jawab dalam upaya mengangkat harkat dan martabat
manusia yang merupakan perwujudan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
Dalam konteks demikian, Hadjon menulis bahwa :Prinsip perlindungan hukum bagi
rakyat terhadap tindak pemerintahan bertumpu dan bersumber dari konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Hal itu, dapat ditelusuri
melalui sejarahnya di Barat, di mana lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan
dan peletakan kewajiban pada masyarakat dan pemerintah.1 Kaitannya dengan
perlindungan terhadap korban kejahatan ekonomi di bidang perbankan, pada dasarnya,
merupakan bagian dari perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia secara
keseluruhan(universal). Munculnya kecenderungan
B. Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur atau system dalam perbankan ?
C. Tujuan penulisan
Agar kita dapat mengerti dan memahami tujuan dan fungsi dalam dunia perbankan untuk
lebih memahami permasalahan-permasalahan dalam perbankan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank.
Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank ialah semua badan usaha yang bertujuan untuk menyediakan jasa-jasanya
jika terdapat permintaan atau penawaran akan kredit.
Pengertian bank pada awal di kenalnya adalah meja tempat menukar uang. Lalu
pengertian berkembang penyimpan uang dan seterusnya. Pengertian ini tidaklah salah,
karena pengertian pada saat itu sesuai dengan kegiatan bank pada saat itu. Namun
semakin modernnya perkembangnya dunia perbankan, maka pengertian bank pun
berubah pula.
Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Jika jumlah tabungan nasabah nilainya di bawah 500 juta rupiah, Bank Indonesia
bersedia melakukan mediasi. Tapi, untuk permasalahan nasabah yang jumlah
tabungannya lebih dari itu, Bank Indonesia tak bisa memediasi dan harus ditangani
oleh lembaga lain seperti pengadilan. Pihak nasabah dan pihak bank sebaiknya
menyelesaikan sengketanya terlebih dahulu. Tapi, bila nasabah merasa kurang puas,
pihak pengadilan akan menentukan kebenaran surat kuasa palsu tersebut. Dalam dunia
perbankan di Indonesia, pihak nasabah masih ditempatkan dalam posisi yang lemah.
Hal ini wajar karena klausul-klausul dalam industri perbankan Indonesia belum
memihak kepada nasabah sebagai penabung. Masalah Perbankan Muncul karena
Minimnya Edukasi Masyarakat Benarkah minimnya edukasi masyarakat tentang dunia
perbakan menjadi penyebab munculnya masalah dunia perbankan?
Ya, minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap lembaga jasa keuangan
atau perbankan menjadi penyebab menjamurnya permasalahan yang terjadi di dunia
perbankan. Oleh sebab itu, pemberian edukasi seputar perbankan kepada masyarakat
diharapkan akan menekan tejadinya krisis di sektor keuangan. Jika edukasi didorong
dan dilakukan secara intens, dispute atau pengaduan di perbankan akan berkurang.
Bahkan, pemahaman persoalan seputar keuangan akan membuat kegiatan layanan
keuangan menjadi lebih terbuka. Permasalahan di perbankan yang dialami oleh
masyarakat terjadi karena kurangnya edukasi. Bila distatistikkan, kelemahan ini
menjadi yang utama dan pertama. Tapi, dengan semakin meningkatnya pengetahuan
masyarakat seputar lembaga jasa keuangan, maka semakin membaik pula dunia
perbankan. Hal ini karena ruang pengaduan masyarakat atau dispute akan semakin
berkurang. Untuk meningkatkan edukasi masyarakat tentang dunia perbankan, OJK
(Otoritas Jasa Keuangan) akan membuat sejumlah program.
Bahkan, akan dibentuk pula dewan komisioner yang bertugas memimpin komite
edukasi dan perlindungan konsumen. Komiter perlindungan konsumen ini melibatkan
banyak pihak. Pada intinya, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) akan membangun postur
edukasi serta perlindungan konsumen sebaik-baiknya. Masalah Perbankan - Perbankan
Harus Miliki Divisi Khusus Pengaduan Nasabah Masalah dunia perbankan kini
semakin menjadi perhatian khusus pemerintah. Walaupun di dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tidak disebutkan spesifikasi jasa atau produk
tertentu, selama ini masalah dunia perbankan terus diproses BPKN (Badan
Perlindungan Konsumen Nasional).
Meskipun tak ada spesifikasi tertentu, permasalahan perbankan yang diadukan
oleh konsumen selalu direspons dengan memberi rekomendasi kepada pemerintah
sebagai pemegang kewenangan. Berdasarkan penjelasan para konsumen, mereka
sangat mengeluhkan pelayanan perbankan yang berkaitan dengan pengaduan nasabah.
Para konsumen perbankan atau nasabah merasa kesulitan mendapat solusi yang sesuai
dengan harapan. Para nasabah sering sekali mengeluhkan kurangnya perhatian dari
lembaga penyedia jasa perbankan tentang pengaduan masalah yang tengah dialami.
Tak tersedianya loket khusus pelayanan pengaduan nasabah telah membuat para
konsumen merasa kecewa. Itulah masalah-masalah perbankan yang sering muncul di
Indonesia.
Tentunya permasalahan ini bisa diatasi jika pihak bank mau lebih menyeleksi dan
memberikan layanan terbaiknya kepada para nasabah. Konsumen atau nasabah adalah
aspek utama dalam keberhasilan sebuah bank. Oleh karena itu, berikan fasilitas pada
konsumen, serta selesaikan segala masalah nasabah dengan cepat agar mereka tidak
komplain (permasalahan perbankan paling banyak). Tak jarang para nasabah sulit
menyampaikan masalah dan sulit mendapat solusi dari masalah yang dialami. Untuk
itu, perbankan juga seharusnya memiliki divisi khusus pengaduan nasabah sehingga
masalah ini dapat teratasi
Pergeseran fungsi vital perbankan atau lumpuhnya fungsi vital perbankan tentu
disebabkan oleh berbagai alasan yang kompleks, salah satunya adalah isu kemajuan
teknologi yang membahayakan bagi pengembangan sektor perbankan. Dengan kata
lain, kemajuan teknologi telah menjadi bumerang bagi kemajuan sektor perbankan itu
sendiri. Dalam konteks ini, kemunduran pengembangan teknologi bagi perbankan
berkaitan dengan implementasi manajemen resiko yang menitik beratkan pada analisis
komputer berbasis teknologi informasi, serta kecenderungan untuk melakukkan
transaksi keuangan (investasi dalam instrumen keuangan di pasar saham, uang atau
transaksi derivatif) yang secara biaya transaksi sangat rendah dengan adanya
kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi juga telah banyak menciptakan efisiensi dalam sistem
pembayaran. Disisi lain, dengan adanya kemajuan teknologi, perbankan juga semakin
dimudahkan dalam mendukung operasional kerjanya. Menciptaan biaya transaksi yang
semakin murah dalam sistem pembayaran.
Contoh sederhana, tentang biaya transaksi mesin ATM (Automated Teller
Machine) yang mampu menciptakan biaya transaksi hanya sebesar $ 0.27, jauh lebih
murah dibandingkan dengan biaya transaksi dengan teller/kasir bank yang mencapai $
1.07. Selain itu, sistem RTGS (Real Time Gross and Settlement) yang telah
dikembangkan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa perkembangan terkini
dalam sistem pembayaran tidak lekang dari kemajuan dan inovasi teknologi.
G. Dampak Globalisasi
Pendirian bank campuran dibatasi maksimal 85% dan pembelian saham melalui
bursa maksimal 49% dari saham yang dicatatkan. Berdasarkan kesepakatan IMF
pembatasan-pembatasan di atas harus dihapuskan sehingga pihak asing diperbolehkan
menguasai seluruh saham. Sehingga tidak dikenal lagi jenis bank campuran. Di pasar
modal asing boleh membeli seluruh saham yang dicatatkan.
K. Pengaruh AFTA
Salah satu kendala yang dihadapi oleh perbankan adalah, dimulainya
AFTA ( Asia Free Trade Area). Pada intinya AFTA akan membantu Negara-negara
ASEAN mengalami peningkatan dari nilai expornya ke daerah didalam wilayah
ASEAN. AFTA memiliki dampak yang signifikan. Perbankan Indonesia harus siap
bersaing dengan bank lain di kawasan Asia, dan adanya kompetisi memperebutkan
pasar yang menjadi semakin ketatat
AFTA yang jadwalnya dipercepat, membuat perbankan Indonesia
harus siap untuk mencapai suatu titik agar dapat dibandingkan dengan perbankan
Negara lain. Masalah AFTA yang dihadapi adalah bank Singapura, Malaysia,
ataupun Thailand, dengan suku bunga kredit yang jauh lebih murah bila
dibandingkan dengan perbankan nasional.
Industri perbankan nasional masih sulit bersaing dalam
AFTA. Pembenahan yang dilakukan memerlukan waktu yang relatif lama, karena
persoalan yang dihadapi bank cukup sulit. Tetapi dengan pembenahan diri dan
kinerja yang efisien, seiring dengan waktu perbankan siap bertanding dalam
AFTA.Ada tiga hal yang harus dilakukan perbankan indonesia, yakni memperkuat
permodalan, meningkatkan kualitas SDM, dan pelaksanaan risk management.
Perbankan Indonesia harus mengikuti perkembangan bisnis dan perdagangan
ASEAN. Harus ada keberpihakan dan fasilitas pemerintah yang membantu
mempersiapkan bank nasional menghadapi AFTA, agar bank Indonesia juga dapat
membuka kantor cabang diluar Indonesia. Dengan meningkatkan dan
mempersiapkan infrastruktur manajemen risiko, teknologi, serta sumber daya
manusia.Dengan adanya AFTA, perbankan juga memiliki tanggung jawab lebih
dalam membantu UKM(Usaha Kecil Menengah). BI telah menyusun empat
kebijakan utama dalam persiapan menghadapi AFTA yaitu, peningkatan ketahanan
sistem perbankan, peningkatan intermediasi perbankan, peningkatan peran
perbankan syariah, serta peningkatan peran bank perkreditan rakyat dalam
pembiayaan keuangan mikro dan penguatan ketahanannya.
L. Pengaruh Bank Asing
Segala bentuk usaha selalu memiliki competitor, tidak terkecuali dalam bidang
perbankan. Bank-bank dalam negeri berusaha untuk terus bersaing dengan bank
asing yang terus masuk ke Indonesia. Bank-bank dalam negeri berusaha menarik
simpati para deposan agar tertarik menempatkan dananya pada bank dalam negeri.
Bank asing yang masuk ke Indonesia antara lain, HSBC (Hongkong and Shanghai
Banking Corporation), CityBank (Amerika), Commonwealth, DBS (Singapore),
RBS (Scotland), ANZ (Australia Newzealand), dan masih banyak yang lainnya.
Bank asing juga berupaya untuk menarik perhatian dari para deposan dalam negeri,
oleh karena itu bank dalam negeri harus pandai mengatur strategi yang digunakan
agar tidak kalah dengan bank asing. Kebanyakan bank asing menerapkan suatu
system yang berbeda dengan bank dalam negeri. Bank asing cenderung pada
priority banking, dimana nasabah yang diambil adalah nasabah pilihan. Jumlah
penimpanan juga memiliki standart minimum sendiri, tergantung dari kebijakan
bank itu sendiri. Bank asing juga memiliki standart pelayanan yang lebih baik
terhadap para nasabahnya.
Dengan memberikan fasilitas lounge, internet banking, system pemasaran dimana
nasabah tidak perlu dating kekantor tersebut melainkan orang marketing yang akan
mendatangi nasabah untuk membuka rekening, tidak perlu antri terlalu banyak
karena semua dapat dilakukan secara online Selain itu dengan banyaknya program
hadiah dan suku bunga yang cukup menarik yang disertai dengan nama besar bank
tersebut maka bank asing akan lebih mudah mendapatkan dana dari pihak ke tiga.
Ini yang menjadi penghambat dari bank lokal untuk dapat berkembang. Pemberian
fasilitas kartu kredit kepada para nasabah juga menjadi suatu program yang dapat
diunggulkan oleh para bank asing. Dalam kartu kredit bank asing juga cenderung
lebih banyak menggandeng merchant-merchant ternama untuk memberikan promo
yang menarik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN