Professional Documents
Culture Documents
Suwardi Endraswara
FBS Universitas Negeri Yogyakarta
email: suwardi_endraswara@yahoo.com
Abstrak: Penulisan ini bertujuan (1) mendeskripsikan nilai budi luhur dan memayu hayuning bawana
dalam teks sastra mistik penghayat kepercayaan (SMPK) kaitannya dengan pendidikan karakter; dan
(2) memberikan pemahaman pragmatik sastra ke arah eksistensi ritual mistik kejawen modern. Teks
SMPK terdiri dari banyak metrum puisi yang dijadikan bacaan pada saat melaksanakan ritual mistik
kejawen sebagai upaya pendekatan diri kepada Tuhan. Data diambil teks-teks sastra mistik SMPK
yang dibaca secara heuristik dan hermeneutik. Hasil kajian menunjukkan bahwa teks mistik memuat
budi luhur ke arah memayu hayuning bawana yang merupakan upaya mencapai harmoni kosmos
sebagai tanda keselamatan dunia. Selain itu, juga ditemukan tiga arah sifat hubungan budi luhur,
yaitu (1) hubungan antara manusia dan Tuhan yang diwujudkan ke dalam perilaku manembah; (2)
hubungan manusia dengan sesama yang memuat perilaku harus menyenangkan hati sesama; dan (3)
hubungan manusia dengan diri sendiri yang intinya harus mengekang hawa nafsu.
Kata Kunci: budi luhur, memayu hayuning bawana, penghayat kepercayaan, sastra mistik, pendidikan karakter
Abstract: The aims of this paper are: (1) to describe the value of noble characters and memayu hayuning
bawana in mystical literature texts of believers in terms of character education; and (2) to provide
pragmatic understanding of literatures focusing on the existence of modern Javanese beliefs mystical
ritual. The mystical literature texts of believers consist of many poetry metrums created to be an
incantation when conducting Javanese beliefs mystical rituals as an approaching effort to the God.
These mystical literature texts are utilized as data and they are read heuristically and hermeneutically.
The results show that the mystical texts contain the noble characters focus on memayu hayuning bawana
as an effort to achieve a harmonious cosmos as a sign of salvation of the world. It is also found three
directions of the noble characters relationship, such as (1) the relationship between human being and
God; (2) the relationship among human beings; and (3) the relationship between human being and
himself.
Keywords: noble character, memayu hayuning bawana, believers, mystical literature, character education
225
226
melainkan perlu implementasi dalam kehi- SMPK adalah teks sastra yang amat ber-
dupan nyata. harga, penuh muatan nilai, dan wawasan
SMPK termasuk jenis sastra niti (ajar- budi luhur dan memayu hayuning bawana
an) yang amat rahasia (sinengker) sebab yang bertujuan memanusiakan manusia.
awalnya hanya berlaku intern bagi warga Pengungkapan aspek pragmatik
penghayat tertentu yang memuat nilai-nilai SMPK akan menangkap nilai budi luhur
moral kejawen. Nilai moral kejawen itu te- dan memayu hayuning bawana di kalangan
rangkum dalam konsep nilai budi luhur penghayat kepercayaan yang selama ini
dan memayu hayuning bawana. Konsep ini ti- mengalami posisi marginalisasi. Padahal
dak jauh berbeda dengan wawasan Madya sisi-sisi kehidupan spiritual yang tertuang
(2010) tentang nilai pendidikan karakter melalui SMPK kemungkinan besar juga se-
berbasis kearifan lokal. Kedua konsep nilai jajar dengan komunitas lain. Melalui kajian
moral tersebut merupakan inti kearifan lo- atas kandungan nilai budi luhur dan me-
kal Jawa. Hal ini menandai bahwa sastra mayu hayuning bawana dalam SMPK akan
mistik yang memuat nilai budi luhur dan memberikan wawasan pendidikan karak-
memayu hayuning bawana merupakan ben- ter bagi bangsa. Lebih dari itu, SMPK tidak
tuk ajaran kearifan lokal orang Jawa. akan dianggap sebagai karya yang sekedar
SMPK umumnya dijadikan pedoman teoritis, melainkan dapat diterapkan dalam
hidup bagi anggota penghayat kepercaya- kehidupan sehari-hari secara pragmatis.
an agar karakter mereka sejalan dengan ke- Berdasarkan hal tersebut; tulisan ini hen-
hendak Tuhan. Atas dasar asumsi ini tentu dak mengkaji dua hal. (1) Bagaimanakah
ada makna luhur yang terkandung dalam wujud nilai budi luhur dan memayu hayu-
SMPK yang patut diketahui oleh banyak ning bawana dalam SMPK? (2) Bagaimana
pihak. Gagasan demikian cukup beralasan makna dan fungsi (pragmatik) budi luhur
sebab menurut Soedarjono (1999:5) karya dan memayu hayuning bawana SMPK dalam
besar SMPK banyak memuat aneka ragam kehidupan?. Melalui pengkajian nilai budi
sastra lisan, ajaran mistik, mitos, agama Ja- luhur dan memayu hayuning bawana dalam
wa, adat tatacara, dan lain-lain yang dapat SMPK akan diperoleh manfaat teoretik dan
dijadikan pedoman penghayat berbakti ke- praktis. Secara teoretik, pengkajian akan
pada TYME. Dengan berpedoman SMPK memberikan gambaran bagaimana mene-
tersebut penghayat akan semakin terarah rapkan kajian teks secara pragmatik. Secara
menjalankan hidupnya. praktis, penelitian ini akan membantu para
Itulah sebabnya pemilihan bahan ka- pembaca teks SMPK agar terpahami wu-
jian berupa SMPK, sejalan dengan gagasan jud, makna, dan fungsinya bagi kehidupan.
Levere bahwa karya sastra yang dapat Untuk menelusuri aspek-aspek prag-
menjadi objek studi sastra adalah karya matik SMPK diperlukan pembacaan secara
yang bernilai. Artinya, karya tersebut mes- mendalam. Pembacaan dilakukan dengan
kipun sederhana, tetapi dapat mengung- memanfaatkan gagasan Riffaterre (1978:5-
kapkan beragam nilai yang membimbing 6), yaitu pembacaan heuristik dan herme-
manusia baik individu maupun sosial. neutik. Pembacaan heuristik adalah pem-
Nilai-nilai yang dimaksud berkaitan de- bacaan teks SMPK berdasarkan struktur pe-
ngan pendidikan karakter agar pengguna maknaan teks. Pembacaan heuristik SMPK
SMPK lebih bersikap humanis. Dari pan- berdasarkan konvensi kesastraan dan ke-
dangan ini, dapat dikemukakan bahwa budayaan (Jawa), untuk memperoleh
kejelasan tentang nilai budi luhur dan ajaran moral penghayat kepercayaan ke-
memayu hayuning bawana. Pembacaan dila- jawen. Ajaran termaksud disampaikan me-
kukan berulang-ulang (retroaktif) pada lalui sastra mistik. Sastra mistik adalah
teks untuk menemukan makna dan fungsi karya yang berkaitan dengan proses upaya
budi luhur dalam SMPK. Penafsiran mak- penyatuan diri manusia kepada Tuhan.
na dilakukan secara hermeneutik, yaitu un- Penghayat juga dikenal sebagai pelaku
tuk mencermati simbol baik yang tersurat mistik kebatinan Jawa yang setia. Kesetia-
maupun tersirat. an ini dalam pandangan Hadiwijono (Per-
Hasil pemaknaan simbolik dikaitkan madi, 1995:23) nampak pada sikap hidup
secara pragmatik untuk memperoleh ke- kebatinan yang berupaya mencapai perse-
utuhan dan kegunaan teks sastra. Dari sisi kutuan hamba dengan Tuhannya, serta
pragmatik, kajian diarahkan ke aspek eks- berusaha merealisasikan persekutuan itu
traestetik agar terungkap seberapa peran dalam hidupnya. Pernyataan ini menun-
SMPK dalam kehidupan penghayat keper- jukkan bahwa kebatinan Jawa tidak seke-
cayaan. Yang dimaksud pragmatik dalam dar mencanangkan konsep budi luhur da-
konteks SMPK terkait dengan tafsiran lam batin saja, melainkan ke arah aktua-
fungsi teks bagi pendukungnya. Pendu- lisasi konsep tersebut dalam kehidupan
kung teks adalah para penghayat keperca- nyata.
yaan. Jika Abrams (1979:6-7) berpendapat Penghayatan konsep tersebut menu-
bahwa kajian pragmatik adalah upaya me- rut Hardjowirogo (1989:64) didorong oleh
mahami nilai-nilai dan fungsi-fungsi yang pernyataan bahwa pelaku mistik kebatinan
berkaitan erat dengan faktor pembaca, ka- Jawa yang mampu mengaktualisasikan
jian pragmatik SMPK ini juga hendak me- budi luhur dalam hidup sehari-hari akan
nelusuri nilai budi luhur dan memayu ha- menjadi manusia utama (jalma pinilih). Ter-
yuning bawana serta kegunaannya bagi lebih lagi, jika penghayat mampu melak-
penghayat dalam kehidupan sehari- sanakan budi luhur dalam kehidupan masa
hari. Hal ini untuk menegaskan kembali kini yang kompleks, berarti juga akan ter-
gagasan Horace (Wellek dan Warren, 1989: golong sebagai manusia utama. Tingkatan
30; Teeuw,1984:51) yang mengatakan bah- penghayat semacam ini dalam babon mistik
wa fungsi sastra adalah gabungan dari kejawen berjudul Serat Wirid Hidayat Jati
dulce "manis, menyenangkan" dan utile karya R Ng Ranggawarsito dinamakan
"berguna, bermanfaat". Kajian SMPK ini waskitha (Simuh, 1988:282), yakni orang
cenderung mengarah kepada fungsi utile, yang mampu melakukan penghayatan
bukan dulce. Fungsi teks SMPK dikait- mistik kejawen sampai tingkat manunggaling
kan dengna kehidupan penghayat se- kawula-Gusti, sehingga menjadi manusia
bagai pedoman hidup. sempurna.
Untuk mencapai kesempurnaan hi-
BUDI LUHUR, SASTRA MISTIK, DAN dup (perfection of life), penghayat sering
PENGHAYAT KEPERCAYAAN menerapkan ngelmu makrifat (gnostic know-
Keterkaitan antara budi luhur, me- ledge) dalam bentuk mistik kejawen. Ngelmu
mayu hayuning bawana, sastra mistik, dan makrifat tersebut oleh penghayat digubah
penghayat kepercayaan adalah tiga hal ke dalam sastra mistik. Penghayat yang
yang sulit dilepaskan. Budi luhur adalah mampu mencapai pengalaman spiritual
pandangan hidup yang memuat nilai dengan menghayati sastra mistik tersebut
Aspek Budi Luhur dan Memayu Hayuning Bawana dalam Sastra Mistik Penghayat Kepercayaan
228
baik secara individu maupun kolektif di- paham keagamaan sering sublim dengan
pandang mampu mengaktualisasikan budi kultur seseorang. Antara dakwah dengan
luhur dalam hidupnya. Aktualisasi budi ajaran budi luhur juga sering berdamping-
luhur dalam hidup sehari-hari tampaknya an sehingga memunculkan wacana dan ge-
dibingkai oleh sistem nilai luhur yang taran baru dalam kehidupan spiritual. Da-
disebut budi pekerti. Budi pekerti merupa- lam pandangan lain. Dinyatakan juga bah-
kan norma ideal yang harus ditaati agar wa mistisisme murni, bertujuan memba-
penghayat mampu bertindak mulia. Budi ngunkan dorongan-dorongan terdalam
pekerti tidak lain merupakan endapan pen- manusia, yaitu dorongan untuk mereali-
didikan karakter, yang dapat menuntun sasikan diri secara menyeluruh sebagai
hidup semakin baik. Budi pekerti ini me- makhluk yang secara hakiki bersifat ke-
nurut Suseno (1984:147) dan Mulder (2001: rohanian dan kekal. Lebih dari sekedar
59) merupakan perisai penuntun kebatinan esoterik, ganjil, dan khayali, ia justru sub-
Jawa agar mampu menjalankan sikap inti lim, universal dan benar-benar praktis.
kejawen yang disebut memayu hayuning ba- Gagasan demikian memberikan gam-
wana. Itulah sebabnya, nilai budi luhur, baran tegas bahwa sastra mistik termasuk
budi pekerti, dan memayu hayuning bawana SMPK tentu merupakan ekspresi kerohani-
adalah tigal hal yang tidak dapat dipisah- an Jawa yang diyakini sebagai pedoman
kan. Ketiganya merupakan ungkapan nor- hidup khusus. Meskipun di satu sisi sering
ma ideal yang banyak mewarnai sastra ada yang menganggap ganjil pada komu-
mistik. nitas penghayat kepercayaan, namun atas
Sastra mistik adalah karya yang me- dasar SMPK mereka justru memiliki pe-
muat ajaran Ketuhanan secara kompre- gangan kuat untuk bertindak secara prag-
hensif. Maksudnya, karya tersebut memuat matis. Tindakan real mereka justru memi-
bagaimana manusia berupaya mendekatan liki acuan kerohanian yang mendasar.
diri dan atau manunggal dengan Tuhan. SMPK memang banyak memuat do-
Karya sastra mistik tidak jauh berbeda de- ngeng-dongeng yang pernah terjadi pada
ngan sastra sufistik, yaitu karya yang me- masa lampau. Dongeng-dongeng tadi di-
muat paham-paham, keyakinan, dan sifat- ungkapkan ke dalam beberapa bagian kar-
sifat Ketuhanan (Sudardi, 2003:2). Dalam ya bagi pendukungnya. Dalam SMPK juga
karya demikian, biasanya memuat aspek- memuat bagian nilai budi luhur yang telah
aspek transendental. Hakikatnya sastra terangkum dalam Serat Mursidajati, Sastra
mistik di kalangan penghayat kepercayaan Jendra Hayuning Rat, Serat Baboning Urip,
mirip dengan sastra suluk. Karya SMPK dan sebagainya. Ada juga karya SMPK
termaksud tentu memiliki nuansa mistik yang berupa nukilan, wangsit, dan peng-
yang khas seiring dengan kehidupan peng- galian hasil dari proses ngraga suskma yang
hayat kepercayaan. Karya SMPK merupa- belum diberi nama (judul), namun tetap
kan ajaran baik berupa puisi maupun pro- memiliki peranan penting dalam kehidup-
sa yang sarat dengan religiusitas. an penghayat kepercayaan.
Akumulasi ajaran budi luhur dalam Budi luhur yang terpantul dalam
SMPK memang sulit terelakkan sebab me- SMPK masih memerlukan pemahaman
nurut Salad (2000:71) dalam SMPK me- lebih dalam. Oleh karena itu, tidak sedikit
mang amat mungkin terjadi identitas teo- gambaran budi luhur yang masih berupa
logis dan kultural. Antara teologi atau tebaran ceritera dan ungkapan filosofi yang
Aspek Budi Luhur dan Memayu Hayuning Bawana dalam Sastra Mistik Penghayat Kepercayaan
230
Paling tidak, dari lagu itu terkandung tun ke arah hidup selamat. Termasuk wa-
pesan bila hendak meningkatkan derajat take eling adalah kemampuan mengikuti
pangkat, perlu diingat untung ruginya. aturan. Jika hal ini dilakukan secara sek-
Derajat dan pangkat manusia adalah ama- sama dalam kehidupan akan menjadi jalan
nah. Derajat dan pangakat adalah anuge- mendapatkan keselamatan dan kebahagia-
rah Tuhan. Oleh sebab itu, agar lebih ber- an selama-lamanya. Dengan demikian, ke-
manfaat, perlu memperhatikan petunjuk wajiban hidup itu diperlukan aturan main,
leluhur, yaitu agar sebelum menjalankan jika aturan itu perlu ditaati maka jalan hi-
tugas, penghayat bersikap waspada. Was- dupnya tidak keliru. Orang yang taat atur-
pada adalah pendidikan karakter yang ber- an tergolong berbuat ke arah memayu hayu-
upaya melatih diri selalu berhati-hati da- ning bawana. Dalam kaitan ini Mulder
lam bertindak. Kewaspadaan akan menum- (2001:59) memberikan pengertian bahwa
buhkan hidup yang selamat. Lebih lanjut, memayu hayuning bawana adalah norma
pada lagu di bawah ini watak ingat (eling) ideal menuju kehidupan nyata. Hal ini se-
selalu harus dipegang oleh penghayat. cara rinci dapat dipahami lewat pada beri-
kut.
Eling-eling wajib dipun eling
Tumindaka alus sarwi aris,
Marang angger-anggering bebrayan
Aywa kongsi gancang dadi pincang,
Tan kena tininggalake
Kesusu lali temahe,
Lamun datan maelu
Rendhe-rendhe ya luput,
Bakal nampa kuciwa yekti
Waspadakna kanthi permati,
Prayoga lakonana
Pikir tinalar dawa,
Udinen mrih runtut
Aja grusa grusu,
Iku dadya marganira
Dadya janma sabar drana,
Kasembadan mrih bisa tulus basuki
Olah rasa ginulang saliraning batin,
Bagya mulya slaminya
Bisa mungkasi karya.
(SMPK, Dhandhanggula, bait: 3)
(SMPK, Dhandhanggula, bait: 7)
Terjemahan:
Terjemahan:
ketahuilah yang wajib diingat
bertindaklah serba penuh pertimbangan
bagimu jika hidup berkeluarga
jangan sampai goncang akan rugi
tidak boleh ditinggalkan
tergesa-gesa akhirnya lupa
jika tidak mengindahkan
terlalu pelan juga keliru
akan mendapat kekecewaan
waspadalah dengan cermat
sebaiknya lakukanlah
pikirkan dengan nalar panjang
upayakan agar runtut
jangan tanpa perhitungan
itu menjadi wahanamu
jadilah manusia yang sabar
tercapailah keselamatan
olah rasa diupayakan sampai batiniah
kebahagiaan selamanya
agar mampu menyelesaikan pekerjaan
nuh perhitungan. Sebaliknya, jika bertindak luhur yang terkait dengan watak peng-
terlalu cepat acapkali kurang perhitungan. hayat memayu hayuning bawana tercermin di
Akibatnya manusia bisa jatuh ke mara- dalamnya. Hal ini berarti lagu itu diformat
bahaya. Lebih dari orang yang bertindak untuk membuka batin dan mengingatkan
tergesa-gesa biasanya mudah lupa. Oleh penghayat agar dapat menjalankan peri-
karena itu, kewaspadaan, memanfaatkan laku sesuai dengan harapan Tuhan.
penalaran, tidak asal-asalan, bersikap sabar, Inti dari lagu demikian memberikan
dan seluruh hal dilakukan dengan olah rasa, arah agar penghayat bersikap dan bertin-
maka seluruh hal akan terselesaikan dengan dak mendahulukan orang lain. Berkaitan
baik. dengan hal ini, maka disarankan agar peng-
Kedua, budi luhur tentang hubungan hayat bertindak: (1) sopan santun atau
antara manusia dan manusia. Hal ini dapat unggah-ungguh harus dijaga baik-baik da-
dicermati melalui puisi bermetrum Dhan- lam hubungan sosial; (2) menghormati
dhanggula sebagai berikut. orang yang lebih tua; (3) menghargai se-
sama; (4) membina persaudaraan; (5) ber-
Marsudiya memanising jalmi
Manut ing reh wewarah utama
tindak tepa salira; dan (6) dilarang banyak
Amrih mantep grahitane mencela, iri hati, tamak, dan sombong.
Subasita ywa kantun Pada dasarnya, ajaran ini merupakan tun-
Mring asepuh tansah ngajeni tunan yang berupa anjuran dan larangan.
Sumrambah mitra rowang Kedua hal ini merupakan bingkai etik
Rumaket nyedulur penghayat agar bertindak berdasarkan budi
Yen tumindak tepa awak
luhur, yaitu akhlak yang terpuji.
Ora nganti dahwen apa drengki srei
Jika hal ini dilakukan berarti sese-
Cubriya sesongaran
(SMPK, dhandhanggula, bait: 8) orang mampu berbuat sesuai dengan dasar
hati. Hubungan sosial dalam keluarga, ma-
Terjemahan: syarakat, dan bernegara membutuhkan
berupayalah jadi manusia yang manis watak membuat lestari (memayu). Seluruh
patuh pada perintah utama aktivitas yang dilandasi moralitas luhur
agar paham terhadap isyarat akan mengarah pada tindakan karyenak
tatakrama jangan dilupakan tyasing sesama, artinya membuat pihak lain
menghargai orang yang lebih tua nyaman. Akan lebih jelas lagi beberapa
serta pada sahabat
aturan etik yang memuat pesan memayu
rukun dengan saudara
hayuning bawana dapat dicermati pada
bertindak dengan tepa selira
tidak cemburu dan sombong
kidung paguyuban Trisoka. Kidung ini ada
beberapa metrum, namun yang secara ha-
Puisi tersebut berasal dari paguyub- kiki menampilkan konsep termasud ada-
an penghayat Sapta Darma. Puisi ini sering lah metrum Sinom sebagai berikut.
digunakan sebagai syair pembuka ritual Sun babar ing pawiyatan,
kolektif. Ritual dilaksanakan di Sanggar Tata carane ngupadi,
Sapta Rengga Surakarsan Yogyakarta. Sebe- Gegayuhan urip ira,
lum ritual mulai, lantunan syair secara Subur makmur lair batin,
Katon tentrem lestari,
langsung oleh salah satu penghayat diper-
Kasinungan budi luhur,
dengarkan. Ternyata, puisi pembuka itu
Asih marang sapadha,
memiliki nilai spiritual yang dalam. Budi Sepuh anem ageng alit,
Aspek Budi Luhur dan Memayu Hayuning Bawana dalam Sastra Mistik Penghayat Kepercayaan
232
Gusti allah ya peparing ngelmi, pamrih rame ing gawe, yakni keadaan du-
Marang janma kang nindakake tapa, nia yang selamat, sejahtera, dan bahagia,
Siji tan ana bedane,
manusia bekerja tidak lagi didorang oleh
Jer suci trus manekung,
kepentinganku, tetapi sepenuhnya dido-
Tekat antep wani angudi,
Welas asih sapadha, rong oleh kepentingan bersama.
Eklas kang binangun, Makna tersebut diwujudkan dalam
Ngedohi angkara murka, sikap dan perilaku aktif berbuat kebaik-
Ngilangana watak jail srei dhengki, an kepada siapapun dan apapun, terma-
Dadya urip sampurna. suk di dalamnya membangun dan me-
(SMPK, Dhandhanggula, bait: 10) melihara lingkungan hidup yang sehat,
Terjemahan: asri, indah, dan lestari, sehingga menjadi
Tuhan yang memberikan ilmu sumber daya alam yang selalu mampu
kepada manusia yang bertapa meningkatkan harkat dan martabat ma-
pertama tak ada bedanya nusia. Sikap dan perilaku tersebut dite-
asal suci terus bertapa rapkan dalam hubungan seseorang de-
tekad mantap terus berupaya
ngan dirinya, orang lain, dan masyara-
belas kasihan terhadap sesama
kat. Selain itu, ada petunjuk memayu hayu-
membangun watak ikhlas
ning bawana yang dapat dijadikan pegang-
menjauhi angkara murka
menghilangan ingin menang sendiri an hidup terdiri dari lima hal sebagai beri-
Jadilah hidup sempurna kut.
Sepisan tekate lega,
Cukup jelas bahwa bait puisi tersebut
Loro antep jroning batin,
adalah pancaran hidup bersama yang diji- Katelu wani sembada,
wai sifat Tuhan. Hidup yang luhur se- Papat eklas jroning ati,
harusnya mau bersikap perihatin dengan Lima resik sesuci,
jalan tapa. Dalam konsep kehidupan orang Dadiya lekasing laku,
Jawa jelas dikenal dengan sebutan tapa Nuli niyat amurba,
ngrame, artinya menolong sesama tanpa Anyenyadhang jroning kapti,
Manjing lampah wonten sanggar tapa brata.
pamrih. Tapa ngarame jelas merupakan peng-
(SMPK, Sinom, bait: 5)
hargaan terhadap sesama. Hal ini semua
Terjemahan:
perlu dilatih terus-menerus, dengan jalan pertama harus puas
menjauhi angkara murka. Dengan cara se- kedua mantap dalam batin
macam ini, akan berkurang watak iri, ingin ketiga dapat mewujudkan
mencelakakan orang lain, bersikap tamak, keempat ikhlas dalam hati
dan sejenisnya. Watak yang tercela ini ha- kelima harus suci
nya akan menjadi kerikil hidup. Sebaliknya itu jadi awal tindakan
manakala manusia mampu menjauhi watak lalu berniat sungguh-sungguh
buruk itu hidup akan sempurna lahir batin. memohon dalam hati
menjalankan tapa brata
Ketuhanan memang telah implisit
pengertian budi luhur secara totalitas. Itu- Tanda-tanda orang berbudi luhur pa-
lah sebabnya, memayu itu tidak bisa le- da puisi itu menghendaki agar manusia
pas dari sisi religiusitas. Memayu hayu- selalu ingat hakikat hidup. Hidup sebe-
ning bawana, juga didasari prinsip kehi- narnya atas pancaran cahaya Tuhan. Oleh
dupan penghayat yang disebut sepi ing sebab itu, manusia wajib bertindak yang
Aspek Budi Luhur dan Memayu Hayuning Bawana dalam Sastra Mistik Penghayat Kepercayaan
234
Aspek Budi Luhur dan Memayu Hayuning Bawana dalam Sastra Mistik Penghayat Kepercayaan
236
nergik harmonis. Saya memandang him- oleh laku-laku mistik yang mementingkan
punan makna ini sudah cukup handal. kehidupan bersama, bukan kepentingan
Paling tidak, konsep memayu termaksud pribadi. Kunci dari seluruh aktivitas mistik
memiliki cakupan pribadi, orang lain, memayu hayuning bawana ini pada konsepsi
dan dunia lain. tapa ngrame dan sepi ing pamrih. Akibatnya,
Atas dasar hal tersebut, menarik di- penghayat akan mencapai keseimbangan
simak uraian mistis bahwa mamayu ayuning hidup, baik sebagai makhluk sosial maupun
bawana hendaklah dimengerti menurut arti pribadi. Kedekatan dengan Tuhan melalui
`menghiasi dunia'. Penghiasan tersebut aktivitas hidup yang memperhatikan sesa-
dilakukan oleh manusia, wakil Tuhan ma akan memupuk jiwa sosial.
dengan menjalankan kewajibannya dengan
teliti sehingga dengan demikian kesejah- PENUTUP
teraan bumi (Indonesia) tercapai. Senada Berdasakan pembahasan di atas, da-
dengan itu, Suseno (1980: 150) menyatakan pat disimpulkan bahwa wujud budi luhur
mamayu hayuning bawana berarti memper- dalam SMPK menuju ke arah memayu ha-
indah dunia dan dengan demikian mem- yuning bawana, yang terkait dengan pene-
benarkan kesadaran kosmos. Sebaliknya, rapan doktrin terhadap kehidupan diri
mengejar kepentingan-kepentingan egois sendiri, sesama, dan ketuhanan. Budi luhur
harus ditegur karena mengacaukan kese- menjadi kunci pencapaian cita-cita luhur
larasan masyarakat dan kosmos. Lebih tegas penghayat kepercayaan, yaitu manungga-
lagi Mulder (1983: 40) menjelaskan mamayu ling kawula-Gusti, ketika manusia harus
hayuning bawana, berarti menghiasi dunia. kembali ke sangkan paraning dumadi. Jika
Pendapat-pendapat demikian, intinya me- budi luhur yang tersurat dan tersirat dalam
nukik pada perilaku orang Jawa yang pe- puisi di atas diimplementasikan dalam ke-
duli kosmos. Menjaga atau melestarikan hidupan, maka akan tercapai kesempurna-
adalah kunci tercapainya bawana indah. an hidup.
Dalam konteks bawana, memang ter- Memayu hayuning bawana adalah ke-
kandung istilah sarira (pribadi), bangsa, dan arifan lokal Jawa memang amat spiritual.
negara. Totalitas menghiasi dunia ini tidak Orang yang menguasai memayu hayuning
bisa dilepaskan satu dengan yang lain. bawana dengan sendirinya akan bijak da-
Siapa pun yang menjadi pelaku (penghias), lam hidup. Dalam pemikiran Sayuti (2010:
semestinya memperhatikan kosmos secara 4), sesungguhnya kearifan lokal pada gilir-
proporsional. Jika salah satu unsur terabai- annya akan meniscayakan fungsi yang
kan, maka harmoni bawana juga sulit terca- strategis bagi pembentukan karakter dan
pai. Bayangkan, ketika gempa besar me- identitas. Itulah sebabnya ketaatan peng-
landa di belahan bumi Indonesia, mungkin hayat kepercayaan dalam memanfaatkan
sekali tatanan kosmos kita kurang baik. Kita pedoman hidup memayu hayuning bawana
telah melupakan aspek memayu hayuning akan menjadi pijakan dalam meraih ka-
bawana, hingga alam melakukan perla- rakter dan identitas diri yang selamat dari
wanan. berbagai godaan. Mereka akan hidup pe-
Dengan demikian, budi luhur yang nuh perhitungan, penuh keselamatan, dan
berbasis pada konteks mistik telah mengan- tidak gegabah (grusa-grusu), dan bahkan
tarkan penghayat kepercayaan semakin kemrungsung. Orang yang arif dengan sen-
dekat dengan Tuhan. Kedekatan dibangun dirinya akan memahami hidup harus
bagaimana. Artinya, dia tahu cita-cita hi- wasan dan pemahaman, terutama dalam
dup dan kemana hidup harus berada. rangka mengkaji teks-teks mistis SMPK.
Penerapan konsep tersebut ternyata
dalam hidup sehari-hari tetap terasa. Mak- DAFTAR PUSTAKA
na dan fungsi tiga wujud budi luhur tadi Abrams, MH. 1976. The Mirror and the
antara lain: (1) sebagai pedoman hidup Lamp. Oxford University Press.
penghayat; (2) wahana penghayatan mis-
Danandjaja, James. 1971. Penelitian Budi
tik, untuk mencapai perfection of life. Pada
Luhur Sampai Tahun 1971. Yogyakar-
umumnya, penghayat hidup secara men-
ta: Javanologi.
dalam, penuh laku, yaitu untuk memangun
karyenak tyasing sesama. Mengenakkan hati Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan
sesama adalah kearifan lokal yang menjadi Yang Maha Esa. 2001. Himpunan Pi-
bagian terpenting dari memayu hayuning tutur Luhur. Jakarta: Dirjen Nilai Bu-
bawana. Jika bertumpu pada pemikiran Nu- daya Seni dan Film.
groho (2010:16), ungkapan kearifan lokal
demikian merupakan bentuk nilai-nilai Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan
profetik yang dapat membentuk karakter Yang Maha Esa. 2003. Pedoman Teknis
Pemberdayaan Penghayat Kepercayaan
seseorang. Ketika nilai profetik itu diinte-
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jakar-
grasikan dalam hidup sehari-hari, pemben-
ta: Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film.
tukan karakter manusia akan semakin pa-
ripurna. Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan
Tingkat puncak yang hendak dicapai Yang Maha Esa. 2006. Ensiklopedi Ke-
dengan wujud dan makna budi luhur percayaan terhadap Tuhan Yang Maha
SMPK adalah ketentraman hidup. Keten- Esa. Jakarta: Dirjen Nilai Budaya Seni
traman dapat diraih manakala harmoni ke- dan Film.
hidupan terlaksana secara proporsional.
Kehidupan lahir batin, makrokosmos-mi- Hamengkubuwana, Sri Sultan. 2011. Re-
krokosmos, dan pengendalian diri dipusat- vitalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa d-
kan pada upaya memelihara dunia, me- alam Membentuk Generasi Berkarak-
nyatukan kehendak Tuhan dan manusia, ter. Yogyakarta: Makalah Keynote
dan memahami ke mana dan dari mana Speech, Seminar Nasional, FIP UNY,
manusia hidup. Pemahaman atas kunci 23 Juli.
spiritualitas kejawen ini menjadi titik tolak
Hardjowirogo, Marbangun. 1989. Manusia
sastra mistik yang intinya bahwa hidup Jawa. Jakarta: CV Haji Masagung.
seharusnya bertindak terpuji agar kelak
menjadi manusia utama. Istiasih. 2001. Himpunan Pitutur Luhur. Ja-
karta: Departemen Pariwisata dan
UCAPAN TERIMA KASIH Kebudayaan.
Ucapan terima kasih disampaikan
Madya, Suwarsih. 2010. Pendidikan Ka-
kepada sejawat dan berbagai pihak yang
rakter Berbasis Kearifan Lokal untuk
telah memberikan bantuan pemikiran, baik
Menghadapi Tantangan Global.
lewat forum formal maupun nonformal
Yogyakarta: Makalah Seminar Nasio-
yang kesemuanya dapat menambah wa-
nal dalam Rangka Dies Natalis ke-46
UNY, Mei 2010.
Aspek Budi Luhur dan Memayu Hayuning Bawana dalam Sastra Mistik Penghayat Kepercayaan
238
Mulder, Niels. 2001. Mistisisme Jawa. Yog- Soesilo. 2000. Sekilas tentang Ajaran Kejawen.
yakarta: LKIS. Jakarta: CV Medayung.
Nugroho, Triyanto Puspito. 2010. Inte- Sudardi, Bani. 2003. Sastra Sufistik. Solo: Ti-
grasi Nilai Profetik dalam Pendidik- ga Serangkai.
an Karakter Yogyakarta: Makalah Se-
Suryo, Djoko. 2011. Pendidikan Karakter
minar Nasional Dies Natalis ke-46
Berbasis Budaya dan Tradisi Jawa.
UNY, Mei.
Yogyakarta: Makalah Keynote Speech,
Permadi, K. 1995. Persepsi tentang Tuhan Seminar Nasional, FIP UNY, 23 Juli.
dan Kehidupan. Jakarta: Direktorat
Suseno, Franz Magnis. 1984. Etika Jawa.
Pembinaan Penghayat Terhadap Tu-
Jakarta: Gramedia.
han Yang Maha Esa.
Suwito, Yuwono Sri. 2011. Implementasi
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotic of Poetry.
Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam Pen-
Bloomington & London: Indiana Uni-
didikan Karakter. Yogyakarta: Ma-
versity Press.
kalah Keynote Speech, Seminar Na-
Salad, Hamdi. 2000. Agama Seni. Yogyakar- sional, FIP UNY, 23 Juli.
ta: Semesta.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Ja-
Sayuti, Suminto A. 2010. Kearifan Lokal karta: Pustaka Jaya.
dalam Konteks Pendidikan Karak-
Wahab, Rochmat. 2011. UNY Mengede-
ter. Yogyakarta: Makalah Seminar
pankan Pendidikan Karakter dalam
Nasional Dies Natalis ke-46 UNY,
Darmiyati Zuchdi (ed.) Pendidikan
Mei.
Karakter; dalam Perspektif Teori dan
Simuh. 1988. Mistik Islam Kejawen Raden Praktik. Yogyakarta: UNY Press.
Ngabehi Ranggawarsita. Jakarta: UI
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989.
Press.
Teori Kesusasteraan. Terjemahan Mela-
Soedarjono, Hardjo. 1999. Eksistensi Ke- ni Budianto. Jakarta: Gramedia.
percayaan terhadap TYME sebagai
Perwujudan Budaya Spiritual, Ma-
kalah Seminar Ditbinyat Depdikbud
Yogyakarta.