Professional Documents
Culture Documents
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Menurut P. Siagian.
Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan suatu
kegiatan. Menurut James A. OBrien.
Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian/pengawasan sumberdaya organisasi.Menurut
Richard L. Draft
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan, pengorganisasian,
pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut henry L.Silk
kesimpulan dari para pakar/ahli manajemen diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pemberian bimbingan.
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian
tujuan dalam batas batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan
bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari
benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Peran Manajer
Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi faktor lain yang
mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi.
Secara umum peran manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf.
Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat
terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tuga professional
sebagaimana dibahas sebelumnya (Nursalam, 2002).
Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama dalam kepuasan kerja yaitu: input, hubungan
manajer dengan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan yang cukup, diskriminasi,
kepuasan kerja, penghargaan penampilan, klarifikasi kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan, mendapatkan
kesempatan, pengambilan keputusan, dan gaya manajer.
20. Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan.
21. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
22. Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien
kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.
23. Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
24. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
1. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap
uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
2. Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi
pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan
peralatan perawatan serta obat obatan secara efektif dan efisien.
3. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan
lain di ruang rawat.
Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana.
Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat
pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien
mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara langsung atau tidak
langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai:
a. Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry
(2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar
fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk
mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan
klien.
c. Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan
perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai
komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi
dengan klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas.
Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan
pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lainlain
tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
d. Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar
sembuh dan berfungsi normal.
Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan,
atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari
mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan
gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005).
Berdasar penelitian Arnawilis dkk (2010), Kepemimpinan Kepala ruangan dalam kinerja
perawat menujukan berpengaruh yang positif atau baik kerena pemimpin yang baik akan
meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian itu adalah
diharapkan kepada kepala ruangan dapat merubah gaya dan karakteristik pemimpin kearah yang
lebih baik dan untuk kinerja perawat diharapakan dapat mempertahankan kinerja kearah yang lebih
baik lagi dan terus meningkatkan pelayanan kepada pasien sedangkan pengaruh kepemimpinan
kepala ruangan terhadap kinerja sangat berpengaruh yang positif atau baik karena pemimpin yang
baik akan memperhatikan perawat-perawatnya (Arnawilis dkk, 2010).
Rumah sakit sebagai Institusi Pelayanan Kesehatan haruslah memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat. Oleh karena itulah untuk memenuhi hal tersebut maka Rumah Sakit
harus melakukan proses Penetapan Kelas, Perizinan, Registrasi dan Juga Akreditasi (KemKes RI,
2010). Hal ini juga sejalan dengan menjelangnya era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free
Trade Assosiation) dimana untuk menghadapinya diperlukan kesiapan yang mantap dari semua
sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada
saat ini mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen
Kesehatan RI, 1990). Dan secara Legal Hukum-pun, undang-undang pun telah mengaturnya
melalui Undang-Undang Kesehatan no 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 yang menyatakan bahwa
bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara
berkala minimal 3 tahun sekali (UU No.44 tahun 2009).
Perawat sendiri sebenarnya memiliki peran penting dalam suksesnya Akredtiasi ini, karena
sebagai tulang punggung pelayanan kesehatan di rumah sakit, mereka harus selalu siaga selama
24 jam untuk menghadapi tugas-tugas rutin dan menghadapi berbagai situasi darurat seperti kondisi
kesehatan pasien yang kritis dan sebagainya (Widyarini, 2005). Perawat memiliki peran penting
bagi suatu rumah sakit (RS) dalam memenuhi standar pelayanan internasional. Guna memberikan
pelayanan yang baik, perawat harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint
Commision International (JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien.
Akreditasi dan Akreditasi JCI
Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI (2010), Akreditasi adalah Suatu pengakuan yang
diberikan oleh pemerintah kepada Rumah Sakit karena telah memenuhi standart yang telah
ditentukan. Sedangkan menurut American Nurse Association, Akreditasi adalah sebuah proses
pengakuan secara sukarela yang mana sebuah institusi, organisasi atau agensi memasukkan
sebuah analisis yang mendalam untuk menentukan kapasitas dari orhanisasi untuk menyediakan
dan/atau menyetujui kualitas kegiatan pendidikan berkelanjutan dalam keperawatan dalam sebuah
waktu tertentu (ANA, 1996, p.5). Akreditasi JCI atau JCI merupakan suatu lembaga independen
Luar Negeri yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan sebagai pelaksana Akreditasi
Internasional. Standar Akreditasi Nasional terangkum dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit,
sedangkan Standar Akreditasi Internasional terangkum pada edisi ke 4 Joint Commission
International Accreditation Standars for Hospital. Akreditasi JCI adalah sebuah inisiati variatif yang
didesain untuk merespon pertumbuhan permintaan seluruh dunia untuk evaluasi standart di
pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menawatkan komunitas international sebuah
standart based, sebuah proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan. Hasil
yang ingin dicapai dari program ini adalah untuk menstimulasi demonstrasi dari keberlangsungan,
perkembangan yang terus menerus pada organisasi pelayanan kesehatan dengan menerapkan
standart konsensus internasional, Internasional Pasien Saety, dan suport pengukuran data (JCI,
2011).
Semua Akreditasi JCI dan Sertifikasinya memiliki karakteristik sebagai berikut (JCI, 2011) :
1).Standart Konsensus Internasional, dikembangkan dan dipertahankan oleh gugus kerja
internasional dan diakui oleh Internasinal Board sebagai dasar dari program akreditasi
ini;2).Philosophy yang mendasari dari standart adalah berdasar kepada prinsip managemen kualitas
dan perbaikan yang terus menerus; 3).Proses Akreditasi didesain untuk mengakomodasi aspek
legal, religious dan budaya dari perawatan pasien didalam sebuah negara; 4).Tim Survey on-site
dan agendanya akan bervariasi bergantung dari ukuran dan tipe pelayanan. Sebagai contoh
organisasi besar yang banyak spesialisasinya akan memerlukan empat hingga lima hari survey oleh
Dokter, perawat dan administrasi; 5).Akrediasi JCI didesain untuk menajdi Valid, reliable dan
Objective. Berdasar dari analisis dan temuan survey, keputusan Final Akreditasi akan diambil oleh
Komite Internasional.