You are on page 1of 10

Pengertian manajemen

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Menurut P. Siagian.
Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan suatu
kegiatan. Menurut James A. OBrien.
Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian/pengawasan sumberdaya organisasi.Menurut
Richard L. Draft
Manajemen adalah pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan, pengorganisasian,
pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut henry L.Silk
kesimpulan dari para pakar/ahli manajemen diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu
proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pemberian bimbingan.
Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian
tujuan dalam batas batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan
bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari
benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.

2. Pengertian Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 1989).
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber
sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif
baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.
Fungsi Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :
1. Gambaran apa yang akan dicapai
2. Persiapan pencapaian tujuan
3. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4. Persiapan tindakan tindakan
5. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
6. Tiap tiap organisasi perlu perencanaan
b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas
pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat alat, keuangan dan fasilitas.
c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan
hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.
d. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana, apakah orang orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil hasil pekerjaan yang seharusnya
dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan
pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
3. Prinsip Prinsip Manajemen
Prinsip prinsip manajemen menurut Fayol adalah
a. Division of work (pembagian pekerjaan)
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
c. Dicipline (disiplin)
d. Unity of command (kesatuan komando)
e. Unity of direction (kesatuan arah)
f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum)
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
h. Centralization (sentralisasi)
i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j. Order (ketertiban)
k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
l. Equity (keadilan)
m. Inisiative (prakarsa)
n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)

4. Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing masing
komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem
maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses
dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke
perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset.
Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan,
evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan
finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

5. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Prinsip prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan
dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang
menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang
terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat
manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari
seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk
mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,
koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi
kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat perawat pelaksana menduduki
posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana
yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama sama
dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.

6. Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya
kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan
kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat
didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal
ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam
proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial,
yaitu:
1. Manajemen puncak
2. Manajemen menengah
3. Manajemen bawah
b. Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang
perlu dimiliki oleh orang orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor faktor tersebut adalah
1. Kemampuan menerapkan pengetahuan
2. Ketrampilan kepemimpinan
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
c. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep
konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.

7. Persyaratan Ruangan Menjalankan MPKP


Syarat-syarat Ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:
1. Memiliki fasilitas perawatan yang memadai.
2. Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada.
3. Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi
4. Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer.

Peran Manajer
Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi faktor lain yang
mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi.
Secara umum peran manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf.
Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat
terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tuga professional
sebagaimana dibahas sebelumnya (Nursalam, 2002).
Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama dalam kepuasan kerja yaitu: input, hubungan
manajer dengan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan yang cukup, diskriminasi,
kepuasan kerja, penghargaan penampilan, klarifikasi kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan, mendapatkan
kesempatan, pengambilan keputusan, dan gaya manajer.

Peran Kepala Ruangan


Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran kepala ruangan harus lebih
peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari
pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari
kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan unit yang
menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya
mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan
keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman
staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2005).

Fungsi Kepala Ruangan


Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:
1. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan peraturan :
membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
2. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan
unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan dengan tepat.
3. Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan orientasi dari staf baru,
penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
4. Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk
semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan
professional. Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari sehari akan bergerak dalam
berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain lain.

Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan


Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes (1994), adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan.
2. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
3. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan
pasien.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
1. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.
2. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan /
peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).
3. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.
4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai
standart.
5. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat.
6. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal.
7. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.
8. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.
9. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib
ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
11. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan mencatat program.
12. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non
injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan.
13. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan
serta membantu memecahkan masalah berlangsung.
14. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam batas wewenangnya.
16. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
17. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakuakan secara tepat dan benar.
18. Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala
instansi, dan kepala UPF di Rumah Sakit.
19. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi
ketenangan.

20. Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan.
21. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
22. Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien
kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.
23. Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
24. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
1. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap
uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
2. Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi
pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan
peralatan perawatan serta obat obatan secara efektif dan efisien.
3. Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan
lain di ruang rawat.
Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana.
Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat
pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien
mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara langsung atau tidak
langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai:
a. Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry
(2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar
fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk
mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan
klien.

b. Protector dan Advocat


Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam
pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan.
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari
suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi hak dan
kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hakhaknya bila
dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak hak klien melalui caracara yang umum dengan penolakan aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak hak klien.

c. Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan
perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai
komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi
dengan klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas.
Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan
pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lainlain
tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.

d. Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar
sembuh dan berfungsi normal.
Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan,
atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari
mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan
gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005).
Berdasar penelitian Arnawilis dkk (2010), Kepemimpinan Kepala ruangan dalam kinerja
perawat menujukan berpengaruh yang positif atau baik kerena pemimpin yang baik akan
meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian itu adalah
diharapkan kepada kepala ruangan dapat merubah gaya dan karakteristik pemimpin kearah yang
lebih baik dan untuk kinerja perawat diharapakan dapat mempertahankan kinerja kearah yang lebih
baik lagi dan terus meningkatkan pelayanan kepada pasien sedangkan pengaruh kepemimpinan
kepala ruangan terhadap kinerja sangat berpengaruh yang positif atau baik karena pemimpin yang
baik akan memperhatikan perawat-perawatnya (Arnawilis dkk, 2010).
Rumah sakit sebagai Institusi Pelayanan Kesehatan haruslah memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat. Oleh karena itulah untuk memenuhi hal tersebut maka Rumah Sakit
harus melakukan proses Penetapan Kelas, Perizinan, Registrasi dan Juga Akreditasi (KemKes RI,
2010). Hal ini juga sejalan dengan menjelangnya era pasar bebas atau dikenal AFTA (Asean Free
Trade Assosiation) dimana untuk menghadapinya diperlukan kesiapan yang mantap dari semua
sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya adalah akreditasi rumah sakit yang ada
saat ini mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit (Departemen
Kesehatan RI, 1990). Dan secara Legal Hukum-pun, undang-undang pun telah mengaturnya
melalui Undang-Undang Kesehatan no 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 yang menyatakan bahwa
bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara
berkala minimal 3 tahun sekali (UU No.44 tahun 2009).

Perawat sendiri sebenarnya memiliki peran penting dalam suksesnya Akredtiasi ini, karena
sebagai tulang punggung pelayanan kesehatan di rumah sakit, mereka harus selalu siaga selama
24 jam untuk menghadapi tugas-tugas rutin dan menghadapi berbagai situasi darurat seperti kondisi
kesehatan pasien yang kritis dan sebagainya (Widyarini, 2005). Perawat memiliki peran penting
bagi suatu rumah sakit (RS) dalam memenuhi standar pelayanan internasional. Guna memberikan
pelayanan yang baik, perawat harus memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint
Commision International (JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien.
Akreditasi dan Akreditasi JCI
Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI (2010), Akreditasi adalah Suatu pengakuan yang
diberikan oleh pemerintah kepada Rumah Sakit karena telah memenuhi standart yang telah
ditentukan. Sedangkan menurut American Nurse Association, Akreditasi adalah sebuah proses
pengakuan secara sukarela yang mana sebuah institusi, organisasi atau agensi memasukkan
sebuah analisis yang mendalam untuk menentukan kapasitas dari orhanisasi untuk menyediakan
dan/atau menyetujui kualitas kegiatan pendidikan berkelanjutan dalam keperawatan dalam sebuah
waktu tertentu (ANA, 1996, p.5). Akreditasi JCI atau JCI merupakan suatu lembaga independen
Luar Negeri yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan sebagai pelaksana Akreditasi
Internasional. Standar Akreditasi Nasional terangkum dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit,
sedangkan Standar Akreditasi Internasional terangkum pada edisi ke 4 Joint Commission
International Accreditation Standars for Hospital. Akreditasi JCI adalah sebuah inisiati variatif yang
didesain untuk merespon pertumbuhan permintaan seluruh dunia untuk evaluasi standart di
pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menawatkan komunitas international sebuah
standart based, sebuah proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan. Hasil
yang ingin dicapai dari program ini adalah untuk menstimulasi demonstrasi dari keberlangsungan,
perkembangan yang terus menerus pada organisasi pelayanan kesehatan dengan menerapkan
standart konsensus internasional, Internasional Pasien Saety, dan suport pengukuran data (JCI,
2011).
Semua Akreditasi JCI dan Sertifikasinya memiliki karakteristik sebagai berikut (JCI, 2011) :
1).Standart Konsensus Internasional, dikembangkan dan dipertahankan oleh gugus kerja
internasional dan diakui oleh Internasinal Board sebagai dasar dari program akreditasi
ini;2).Philosophy yang mendasari dari standart adalah berdasar kepada prinsip managemen kualitas
dan perbaikan yang terus menerus; 3).Proses Akreditasi didesain untuk mengakomodasi aspek
legal, religious dan budaya dari perawatan pasien didalam sebuah negara; 4).Tim Survey on-site
dan agendanya akan bervariasi bergantung dari ukuran dan tipe pelayanan. Sebagai contoh
organisasi besar yang banyak spesialisasinya akan memerlukan empat hingga lima hari survey oleh
Dokter, perawat dan administrasi; 5).Akrediasi JCI didesain untuk menajdi Valid, reliable dan
Objective. Berdasar dari analisis dan temuan survey, keputusan Final Akreditasi akan diambil oleh
Komite Internasional.

Kepemimpin dalam Akreditasi JCI


Menurut Wiriadihardja (1987), leadership (kepemimpinan) adalah kemampuan seseorang
yang dengan cara apapun mampu mempengaruhi pihak lain, untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu, sehingga berhasil mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Kata kepemimpinan digunakan dalam dua hal mendasar dalam percakapan sehari-hari:
(1) mengacu pada proses gerakan suatu kelompok (atau beberapa kelompok) orang dalam arah
yang sama tanpa paksaan dan (2) mengacu pada orang yang memainkan peran di mana
kepemimpinan (dalam definisi pertama) diharapkan (Siagian, 1999). Dalam organisasi publik,
bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan tidak memiliki kemampuan
memimpin, maka tugas tugas yang sangat kompleks tidak dapat dikerjakan dengan baik. Apabila
manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut
dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang
mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak buahnya (Alimuddin, 2002).
Hal ini menunjukkan pentingnya peran seorang pemimpin dalam kesuksesan sebuah akreditasi
dimana Pemimpin yang tidak efektif dapat membawa kegagalam pemberian pelayanan yang
berkualitas dan sebaliknya.
Di dalam sebuah akreditasi, maka diperlukan sebuah pemenuhan akan standart yang
dipersyaratkan melalui perubahan-perubahan yang dilakukan. Perubahan mulai dari visi-misi hingga
pelayanan kepada pasien akan diperlukan agar Rumah Sakit tersebut dapat berhasil dalam proses
akreditasi. Oleh karena itu diperlukan pemimpin yang mampu merubah atau pemimpin
Transformasional karena tipe pemimpin inilah yang dapat membawa perubahan. Secara konseptual,
kepemimpinan transformasional di definisikan (Bass dalam Gibson, 2000), sebagai kemampuan
pemimpin mengubah lingkungan kerja, motivasi kerja, dan pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang
dipersepsikan bawahan sehingga mereka lebih mampu mengoptimalkan kinerja untuk mencapai
tujuan organisasi. Berarti, sebuah proses transformasional terjadi dalam hubungan kepemimpinan
manakala pemimpin membangun kesadaran bawahan akan pentingnya nilai kerja, memperluas dan
meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi serta mendorong perubahan tersebut ke arah
kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi (Bass dalam Gibson, 2000). Perubahan-
perubahan yang dibawa oleh pemimpin Transformasional ini anntinya diharapkan dapat membawa
kualitas pelayana kepada tingkat yang memenuhi standard akreditasi JCI yang lebih terfokus pada
aspek patien-safety dan kualitas pelayanan kesehatan.
Daftar pustaka

Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC


Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

You might also like