Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Dany Poltak Marisi (P052160241)
Nunik Iriyanti Ramadhan (P052160441)
Ida Bagus Made Baskara (P052160531)
PROGRAM STUDI
PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
2 PEMBAHASAN 2
3 SIMPULAN DAN SARAN 10
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Banyak dampak yang ditimbulkan dari adanya perubahan iklim dalam masyarat.
Pengaruh perubahan iklim dalam pembangunan ekonomi dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Memiliki pengaruh langsung ketika aktifitas ekonomi tersebut banyak bergantung pada
iklim dan cuaca seperti pertanian tadah hujan dan aktifitas nelayan di laut. Dan pengaruh tidak
langsung terjadi ketika bencana akibat perubahan iklim itu menyebabkan terganggunya aktifitas
ekonomi.
Sektor pertanian akhir-akhir ini petani mulai mengeluh akan ketidakjelasannya musim
tanam dan musim panen dikarenakan faktor iklim yang sulit diprediksi, musim kemarau yang
kadang datang lebih awal atau musim hujan yang melewati batas normal menjadi penyebab.
Bahkan banjir dan kekeringan di sejumlah wilayah menjadi penyebab gagal panen, sehingga
bertambah lagi bencana bagi petani akibat perubahan iklim yang terjadi.
Bukan hanya petani saja ternyata yang mendapatkan efek langsung dari perubahan iklim.
Dari sektor kelautan dan peikanan nelayan juga mengalami hal yang demikian, pendapatan ikan
mereka menurun lantaran ikan-ikan semakin menjauh dari tepi laut yang sudah semakin panas
sehingga ikan-ikan mencari habitat yang lebih dalam. Jika ingin mendapatkan ikan yang lebih
banyak mereka harus menambah biaya berlayar.
Hal ini tidak saja meningkatkan biaya produksi, tetapi juga bahkan dapat menyebabkan
kelangkaan. Apabila kita mengaitkannya saja dengan salah satu logika ekonomi, apabila
penawaran menurun sementara permintaan tetap atau bahkan meningkat akan menyebabkan
harga komoditas naik, dan itu yang terjadi dengan harga beras serta harga ikan yang terus
mengalami kenaikan. Terutama di saat-saat cuaca sedang meningkat.
Di sektor kehutanan, perubahan iklim terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan
fauna. Kenaikan suhu akan menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu
beradaptasi akan bertahan dan, bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan pesat.
Sedangkan spesies yang tidak mampu beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Adanya
kebakaran hutan yang terjadi merupakan akibat dari peningkatan suhu disekitar hutan.
Pembakaran yang dilakukan oleh aktivitas manusia untuk pembukaan lahan kian memperparah
keadaan. Selain itu, kebakaran hutan menyebabkan punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
Anggaran negara akan semakin bertambah untuk menanggulangi kerusakan hutan yang sudah
terjadi.
Upaya adaptasi perubahan iklim tidak akan berjalan baik apabila kelompok masyarakat
yang menjadi target untuk rencana aksi tidak ditempatkan sebagai subyek. Upaya menjaring
permasalahan agar aksi adaptasi nasional dapat efektif dan tidak lepas harus melibatkan profesi
rentan atau masyarakat lokal yang hidup di kawasan yang rawan terkena dampak perubahan
iklim. Isu perubahan iklim terkadang terlalu ilmiah untuk dipahami masyarakat pada umumnya.
Maka membangun kesadaran akan dampak perubahan iklim perlu menggunakan cara-cara yang
sederhana yaitu menggali potensi kearifan lokal.
Sudah terlalu lama, kearifan lokal dianggap hanya sekedar mitos bahkan tidak
ditempatkan sama selayaknya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap memiliki nilai
kebenaran, sementara kearifan lokal dianggap hanya suatu hal yang terjadi secara kebetulan.
Sebaliknya para ilmuwan lokal tidak berupaya mempopulerkan kearifan lokal.
Selayaknya, ilmuwan perlu untuk menggali kearifan lokal sebagai upaya untuk berkomunikasi
dan memahami filofosi yang dijunjung oleh masyarakat lokal. Karena itu perlu upaya untuk
mendokumentasikan kearifan lokal yang tersebar di seluruh nusantara. (Wulansari, 2015)
Masyarakat adat merupakan kontributor terkecil pada perubahan iklim, namun merekalah
yang pertama menderita karena dampak-dampaknya. Musim kering yang
berkepanjangan, badai dan topan yang lebih menghancurkan, es yang mencair, banjir,
peningkatan permukaan air laut, peningkatan penyebaran dan keganasan penyakitpenyakit
menular, di antaranya, telah mempengaruhi cara hidup, kesehatan, mata
pencaharian, tanah, sumber daya dan wilayah mereka secara mengkhawatirkan.
Menghadapi semua ini, masyarakat adat telah dipaksa untuk beradaptasi, menggunakan
pengetahuan tradisional, inovasi dan praktik mereka, dengan menyesuaikan diri terhadap
kondisi-kondisi yang berubah secara sangat cepat ini. Di bawah ini sejumlah studi kasus
dan contoh langkah-langkah adaptasi inovatif dalam wilayah-wilayah yang berbeda yang
terdokumentasi, memakai pengetahuan tradisional mereka, dalam menghadapi
perubahan iklim (SUNPII,2007)
Adaptasi perubahan iklim dapat diartikan sebagai bentuk response penyesuaian yang
dilakukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim baik yang memperingan perusakan maupun
mengeksploitasi peluang-peluang yang menguntungkan sebagai reaksi terhadap iklim yang
sedang terjadi atau yang akan terjadi yang terkait dengan perubahan (UNISDR, UNDP, 2012).
Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan proses yang terjadi secara alamiah yang
dilakukan oleh manusia dan makhluk hidup lain dalam habitat dan ekosistemnya sebagai sebuah
reaksi atas perubahan yang terjadi. Menurut definisi UNDP yang dikutip UNEP (2008), adaptasi
adalah a process by which strategies aiming to moderate, cope with, and take advantage of the
consequences of climate events are enhanced, developed and implemented. Di dalam laporan
tersebut juga menyertakan 4 prinsip dalam proses adaptasi perubahan iklim yaitu; menempatkan
adaptasi dalam konteks pembangunan, membangun pengalaman beradaptasi untuk
mengantisipasi variabilitas perubahan iklim, memahami bahwa adaptasi berlangsung dalam level
yang berbeda, terkhusus di level lokal dan memahami bahwa adaptasi adalah proses yang terus
berjalan.
Lebih lanjut, menurut UNEP (2008), untuk mencapai tujuan dari adaptasi di atas, perlu
langkah-langkah strategies sehingga tepat sasaran dan meminimalkan kerugian dari perubahan
iklim. Langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan iklim tersebut meliputi:
1. Mendapatkan orang dan pihak yang tepat untuk terlibat dalam proses partisipatif. Hal ini
didasari pada adaptasi perubahan iklim yang yang harus dilakukan secara terintegrasi
dalam rencana dan program pembangunan. Dengan demikian, orang dan pihak yang
terlibat; misalnya pemerintah, industri, masyarakat adat, masyarakat pesisir, NGOs; perlu
duduk bersama membicarakan langkah-langkah yang ditempuh untuk beradaptasi dengan
perubahan iklim dan menghasilkan keputusan melalui proses yang konprehensif.
2. Mengidentifikasi kerentanan, meliputi risiko saat ini dan risiko potensial yang mungkin
ditimbulkan. Setelah menentukan orang dan pihak terkait, langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi risiko dan ancaman perubahan iklim, baik risiko saat ini maupun risiko
jangka panjang.
3. Penilaian kapasitas adaptasi. Hal ini berkaitan dengan properti yang dimiliki oleh pihak-
pihak terkait dalam proses adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
Penilaian kapasitas adaptasi ini penting untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim.
6. Implementasi. Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan pilihan adaptasi yang telah
diputuskan untuk diambil dalam menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
7. Monitor dan mengevaluasi adaptasi. Tahap terakhir adalah monitor pelaksanaan
implementasi dan melakukan evaluasi atas pilihan adaptasi. Karena proses adaptasi
adalah proses yang terus berjalan, dipenuhi dengan variabilitas dan cost yang ditimbulkan
sulit untuk diperhitungkan/diprediksi, maka monitor dan evaluasi pilihan adaptasi perlu
dilakukan.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan bahari yang
sangat melimpah serta produksi di sektor pertanian yang tinggi. Namun, kekayaan tersebut saat
ini menghadapi tantangan dengan adanya perubahan iklim yang mengancam para petani, nelayan
dan masyarakat yang tinggal di daerah yang rawan bencana, seperti mereka yang tinggal di
pesisir dan pulau-pulau kecil, sebab mata pencaharian mereka tergantung pada sektor pertanian
dan perikanan yang peka terhadap iklim. Hal ini karena perubahan iklim telah mengakibatkan
terjadinya perubahan cuaca dan musim dan naiknya permukaan air laut sehingga memberikan
ancaman bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup. Jika tidak segera diantisipasi,
sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengandalkan aktivitas penghidupan dari sektor-
sektor yang rentan terhadap iklim seperti pertanian dan perikanan akan sangat terpukul dan
merasakan dampak perubahan iklim yang signifikan.
Biaya yang ditimbulkan atas perubahan iklim memang belum bisa dikalkulasikan secara
tepat. Namun yang pasti, melihat fakta-fakta perubahan iklim yang sudah nyata dan dampaknya
yang mulai dirasakan, perlu segera diambil tindakan beradaptasi dengan perubahan iklim.
Mengingat dampak perubahan iklim yang sudah nyata, misalnya kejadian cuaca yang lebih
ekstrem, kenaikan permukaan air laut, kenaikan suhu air laut dan kenaikan suhu udara,
pemerintah bersama dengan segenap pihak terkait perlu segera bertindak untuk meminimalkan
dampak yang ditimbulkan atau bencana yang mungkin terjadi.
Dengan memerhatikan sektor-sektor yang potensial terkena dampak perubahan iklim, ada
beberapa hal yang perlu segera dilakukan untuk beradaptasi. Sesuai dengan kerangka adaptasi
yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, cara, metode dan opsi adaptasi perlu
diimplementasikan dan diintegrasikan dengan rencana pembangunan, dengan tujuan melindungi
dan masyarakat yang terkena dampak langsung perubahan iklim. Oleh karena itu, menyadari
Indonesia rentan terhadap dampak perubahan iklim, pemerintah lantas menyusun Rencana Aksi
Nasional untuk Adaptasi Perubahan Iklim. Upaya-upaya adaptasi tersebut berguna sebagai dasar
pembuatan rencana antisipasi, mulai dari penyebarluasan informasi, tindakan dan penanganan,
hingga pelibatan masyarakat.
Tindakan adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim dalam berbagai bidang yang dilakukan
masyarakat di Indonesia yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
UNISDR, UNDP, 2012: Disaster Risk Reduction and Climate Change Adaptation in the Pacific:
An Institutional and Policy Analysis. Suva, Fiji: UNISDR, UNDP, 76pp
UNISDR. 2006. Changing perceptions and practices in risk management:Climate Field Schools.
UNISDR INFORMS. (2): 2006
Suparmoko, M. 2008.konomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis).
Yogyakarta; BPFE.
Tompkins, Heather. Climate Change and Extreme Weather Events: Is There Connection. 2002,
http://222.cicero.uio.no/media/1862.pdf