You are on page 1of 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pati adalah polisakarida alami dengan bobot molekul tinggi yang terdiri

dari unit-unit glukosa. Umumnya pati mengandung dua tipe polimer glukosa,

yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah polimer rantai lurus

mengandung lebih dari 6000 unit glukosa yang dihubungkan dengan ikatan -

1,4 glikosidik (Suarni dan Sarsutha, 2002).

Pati memegang peranan penting dalam industri pengolahan pangan

antara lain tablet, glukosa, dekstrosa, sirup fruktosa, permen, dan lain-lain.

Dalam perdagangan dikenal dua macam pati yaitu pati yang belum

dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati yang belum dimodifikasi

atau pati alami adalah semua jenis pati yang dihasilkan dari pabrik pengolahan

dasar misalnya pati jagung. Sedangkan pati termodifikasi adalah pati yang

gugus hidroksinya telah diubah atau diberi perlakuan tertentu misalnya dengan

pemanasan (Fahn, 1992).

Salah satu pati yang digunakan sebagai bahan pengembang adalah

amilum jagung. Amilum jagung mudah diperoleh dan harganya terjangkau.

Amilum jagung mengandung 28% amilosa dan 72% amilopektin (Wicaksono,

2008). Amilum jagung berupa serbuk halus, memiliki luas permukaan yang

besar. Amilum alami bersifat adhesif sehingga sifat alirnya kurang baik. Oleh

karena itu diperlukan modifikasi untuk kelemahan dari amilum jagung tersebut.

Modifikasi pati dapat dilakukan dengan dua cara yaitu lewat suatu reaksi kimia

1
(esterifikasi, sterifikasi, dan oksidasi) dan diubah lewat merubah struktur fisika

(pragelatinasi). Amilum pragelatinasi merupakan pati amilum yang telah dibuat

menjadi pati pragelatinasi dengan cara memanaskan susupensi pati hingga suhu

mencapai 60oC.

Tablet natrium diklofenak digunakan sebagai obat antiinflamasi.

Natrium diklofenak berbentuk hablur kecil, berwarna putih, tidak berasa dan

merupakan obat yang sukar larut dalam air.

Berdasarkan hal di atas, maka akan dilakukan penelitian yaitu

memodifikasi pati jagung (Amylum maydis) secara fisika (pragelatinasi)

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengembang pada tablet natrium

diklofenak secara granulasi basah. Penggunaan amilum pragelatinasi sebagai

bahan pengembang diharapkan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas

dalam pembuatan tablet natrium diklofenak secara granulasi basah. Tujuan

pembuatan tablet secara granulasi basah adalah untuk mendapatkan massa

yang mempunyai kekompakan dan sifat aliran yang baik.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah pati jagung pragelatinasi dapat digunakan sebagai bahan

pengembang pada pembuatan tablet natrium diklofenak secara

granulasi basah?

b. Berapakah konsentrasi pati jagung pragelatinasi yang optimal yang

dapat digunakan sebagai pengembang pada formulasi tablet?

2
1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

a. Pati jagung pragelatinasi dapat digunakan sebagai bahan pengembang

pada pembuatan tablet natrium diklofenak secara granulasi basah.

b. Pati jagung pragelatinasi dapat digunakan sebagai pengembang yang

optimal dalam konsentrasi tertentu.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah:

a. Untuk dapat menggunakan pati jagung pragelatinasi sebagai bahan

pengembang pada pembuatan tablet natrium diklofenak secara granulasi

basah.
b. Untuk mengetahui konsentrasi pati jagung pragelatinasi yang paling

baik digunakan sebagai bahan pengembang pada pembuatan tablet

natrium diklofenak secara granulasi basah.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penggunaan pati

jagung pragelatinasi sebagai bahan pengembang pada pembuatan tablet

natrium diklofenak secara granulasi basah.

BAB II

3
METODE PENELITIAN

2.1 Metode Pembuatan

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi isolasi

pati jagung, pembuatan pati jagung pragelatinasi, karakterisasi pati jagung

pragelatinasi, uji preformulasi, pencetakan tablet dan evaluasi tablet.

2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik (Dj-

Series), penangas air, termometer, stopwatch, mortar dan stamfer, ayakan,

lemari pengering, alat sudut diam, alat uji waktu alir, pencetak tablet single

punch, strong cobb hardness tester, disintegration tester, disolution tester,

magnetic stirer, spektrofotometer UV-Vis (UV Mini 1240 Shimadzu) dan alat-

alat gelas laboratorium.

2.3 Bahan

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium

diklofenak (PT. Dexa Medica), pati jagung alami, pati jagung pragelatinasi,

laktosa, mg stearat, talkum, amilum manihot, aquades, NaOH, etanol, aquades,

kalium dihidrogen phosphat.

2.4 Pembuatan pereaksi

2.4.1 Pembuatan aqua bebas CO2

Aquades yang telah dididihkan 5 menit atau lebih dan didiamkan

sampai dingin dan tidak boleh menyerap CO2 di udara ( Ditjen POM, 1995).

2.4.2 Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N

4
Dilarutkan 4 gram NaOH dalam aqua bebas CO2 secukupnya hingga

1000ml ( Ditjen POM, 1995).

2.4.3 Pembuatan natrium hidroksida (NaOH) 0,2 N

Dilarutkan 8 gram NaOH dalam aqua bebas CO2 secukupnya hingga

1000ml ( Ditjen POM, 1995).

2.4.4 Kalium dihidrogen phosphat (KH2PO4) 0,2 M

Larutkan 27,218 g kalium dihidrogen phosphat dalam aqua bebas

karbon dioksida dan encerkan sampai 1000 ml ( Ditjen POM, 1995).

2.4.5 Dapar phosphat pH 6.8

Dimasukkan 50,0 ml kalium dihidrogen phosphat 0,2 M ke dalam labu

tentukur 200 ml, kemudian ditambahkan dengan NaOH 0,2 N sebanyak 22,4

ml lalu diencerkan dengan aqua bebas CO2 hingga 200 ml ( Ditjen POM,

1995).

2.5 Pembuatan Pati Jagung Pragelatinasi

2.5.1 Prosedur isolasi pati jagung

Pati jagung diperoleh dengan cara memisahkan biji jagung dari

tungkulnya. Ditimbang sebanyak 5 kg jagung pipil dan dicuci. Jagung pipil

ditambahkan air dan dihaluskan dengan menggunakan blender sampai

diperoleh massa seperti bubur. Lalu diperas dengan menggunakan kain blacu

berwarna putih dan bersih. Filtrat direndam lebih kurang selama 24 jam, lalu

cairan atas dibuang dan dilakukan pencucian dengan cara menambahkan air

suling secara berulangulang sampai diperoleh pati yang putih. Pati yang

diperoleh selanjutnya dikeringkan dibawah sinar matahari.

5
2.5.2 Pembuatan pati jagung pragelatinasi

Dibuat suspensi pati jagung dalam air dengan konsentrasi 16,6% b/v

lalu dipanaskan di atas penangas air aduk perlahanlahan agar amilum

terdispersi merata. Suhu dibiarkan naik perlahan-lahan hingga 60C sampai

kental, kemudian didinginkan. Suspensi setelah mencapai suhu kamar

dikeringkan dalam lemari pengering di atas porselin dengan suhu 60C selama

satu malam, maka akan terbentuk slug (lembaran padatan) dari amilum

pregelatinasi, kemudian pati kering dipecah-pecah dan diblender menggunakan

blender tepung. Hasilnya di timbang.

2.6 Pemeriksaan karakteristik pati jagung pragelatinasi

2.6.1 Distribusi ukuran partikel

Distribusi ukuran partikel ditentukan dengan ayakan bertingkat mesh

40, mesh 70 dan mesh 100. Dimana pati jagung alami dan pati jagung

pragelatinasi disaring dengan ayakan mesh 40, 70 dan 100 (Voight, 1994).

2.6.2 Daya pengembangan (swelling test)

Pati sebanyak 200 mg dimasukkan masing-masing ke dalam tabung

reaksi berskala yang masing-masing berisi 10 ml aquades dan alkohol.

Campuran tersebut didiamkan selama 1 jam, sentrifus selama 15 menit dengan

kecepatan 3000 rpm. Kenaikan volume atau pengembangan pati dalam kedua

tabung reaksi dihitung.

TSA TSE
Daya pengembang: x100%
TSE

Keterangan:

TSA = Volume endapan dalam air

6
TSE = Volume endapan dalam etanol

2.6.3 Kelarutan

Kelarutan pati jagung alami dan pati jagung pragelatinasi diukur di

dalam air.

2.6.4 Bobot jenis

Pati jagung pragelatinasi dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml lalu

dilihat volume awal. Lalu gelas ukur di tapp sebanyak 15 kali setelah itu dilihat

volumenya. Kemuadian pati pragelatinasi ditimbang (Aulton, 1988). Lalu berat

jenis dihitung dengan rumus:

BJ: Volume/berat

Lalu dihitung bobot jenis dengan rumus:

BJ 2 BJ 1
Bobot jenis = x100%
BJ 2

Keterangan: BJ = Berat Jenis

2.6.5 Mikroskopik

Pati diletakkan di atas objek glass lalu ditambahkan 2 tetes aquades,

lalu ditutup dengan dek glass. Lalu diamati bentuk hillus, lamela dari amilum

jagung di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x10.

2.7 Pembuatan tablet

Formula:

7
R/ Na. Diklofenak 50 mg

Mucilago amily 15%

Mg stearat 1%

Talkum 1%

Pati jagung pragelatinasi (% bervariasi )

Laktosa ad q.s

m.f. tab. dtd. No C

Tabel 2.1 Formula tablet natrium diklofenak

Komposisi % b/v Formulasi


F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7
Na. Diklofenak 5 5 5 5 5 5 5
(g)
Pati jagung 0,3 0.75 1,5 2,25 3 - -
pragelatinasi (g)
Pati jagung alami - - - - - 1,5 -
(g)
Mucilago amyli 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0,45 0,45
(g)
Laktosa (g) 23,65 23,2 22,45 21,7 20,95 22,45 23,9
5
Mg stearat (g) 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0,3 0,3
Talkum (g) 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0,3 0,3
Bobot (g) 30 30 30 30 30 30 30

Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)

Tablet dibuat dengan metoda granulasi basah, dimana zat aktif (natrium

diklofenak), laktosa dicampur. Lalu pati jagung pragelatinasi ditambahkan

sebagai pengembang dalam, lalu digerus. Tambahkan mucilago amily sedikit

8
demi sedikit sampai diperoleh massa lembab yang dapat dikepal. Lalu sisa

pengikat di timbang. Massa lembab dilewatkan ke ayakan mesh 12 untuk

membentuk granul. Granul yang terbentuk dikeringkan pada temperatur 60 C

selama 2 jam. Granul kering kemudian dilewatkan pada ayakan mesh 14 lalu

dicampur dengan sisa pati jagung pragelatinasi sebagai pengembang luar,

magnesium stearat dan talkum, lalu diaduk sampai homogen.

2.8 Uji Preformulasi

2.8.1 Sudut diam

Massa granul sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam corong yang

telah dirangkai, permukaannya diratakan. Lalu penutup bawah corong dibuka,

biarkan granul mengalir sampai habis. Tinggi kerucut yang terbentuk diukur.

Sudut diam diukur dengan rumus:

tg = 2h/D

Keterangan : = sudut diam

D = diameter

h= tinggi kerucut (cm)

Persyaratan: Uji dikatakan memenuhi syarat apabila berada pada 200 < > 400

(Cartensen, 1977).

2.8.2 Waktu alir

Uji waktu alir dilakukan menurut metode yang dibuat oleh Cartensen

(1977). Granul sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam corong yang telah

9
dirangkai, kemudian permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka

dan secara serentak stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan saat granul

telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya. Menurut Guyot (1978),

waktu alir yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk mengalir harus lebih

singkat dari 10 detik.

2.8.3 Indeks tap

Kedalam gelas ukur 100 ml, dimasukkan sejumlah granul hingga 100

ml. Ditap dengan alat yang dimodifikasi sampai konstan. Setelah hentakan,

volumenya dihitung dengan rumus:

I= x 100%

Dimana: V1 = Volume sebelum ketukan/ mampet

V2 = Volume setelah ketukan/ mampet

Granul akan mempunyai sifat alir yang baik jika mempunyai indeks tap 20%.

2.9 Evaluasi Tablet

2.9.1 Uji kekerasan tablet

Alat: Hardness Tester (Copley)

Cara: Diambil 3 5 tablet masing masing diletakkan pada tempat yang

tersedia pada alat tersebut dengan posisi tidur, alat diatur kemudian tombol

ditekan. Pada saat tablet pecah, angka yang terbaca pada layar digital dicatat.

persyaratan: Kekerasan tablet antara 4-8 kg (Soekemi, dkk, 1987).

2.9.2 Uji kerapuhan/friabilitas

Alat: Friabilator (Copley)

10
Cara: Sebanyak 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang (a),

kemudian kerapuhannya diuji di dalam alat friabilator tester dengan putaran 25

rpm selama 4 menit. Setelah 4 menit tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari

debu. Bobot akhir ditimbang (b).

ab
% kerapuhan = x100%
a

2.9.3 Uji waktu hancur

Alat: Desintegration Tester (Copley)

Cara: Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Digunakan 800 ml air dengan

suhu 37o 2oC sebagai medium. Dimasukkan 1 tablet pada masing masing

tabung dari keranjang. Kemudian alat dijalankan dengan frekuensi naik dan

turun keranjang 30 kali per menit. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera

pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus

hancur sempurna.

Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet kurang dari

15 menit.

2.9.4 Penetapan kadar

2.9.4.1 Pembuatan larutan induk baku dalam NaOH 0,1 N

Ditimbang 50 mg bahan baku natrium diklofenak, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 100 ml. Ditambahkan NaOH 0,1 N dikocok sampai larut,

lalu dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda, konsentrasi teoritis

adalah 500 mcg/ml (LIB I). Selanjutnya dipipet sebanyak 10 ml dari LIB I lalu

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu dicukupkan dengan NaOH 0,1

11
N sampai garis tanda, kemudian dikocok hingga homogen, sehingga diperoleh

larutan dengan konsentrasi teoritis 50 mcg/ml (LIB II).

2.9.4.2 Pembuatan kurva serapan dalam NaOH 0,1 N

Dipipet LIB II sebanyak 3 ml, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur

25 ml dan ditambahkan larutan NaOH 0,1 N hingga garis tanda, kemudian

dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teoritis 12

mcg/ml. Diukur pada panjang gelombang 200400 nm dan sebagai blanko

digunakan NaOH 0,1 N.

2.9.4.3 Pembuatan kurva kalibrasi

Dipipet LIB II sebanyak 2 ml, 2,5 ml, 3 ml, 3,5 ml dan 4 ml, masing-

masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan NaOH

0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan

konsentrasi 8 mcg/ml, 10 mcg/ml, 12 mcg/ml, 14 mcg/ml, 16 mcg/ml. Diukur

serapannya pada panjang gelombang maksimum.

2.9.4.4 Penetapan kadar natrium diklofenak

Ditimbang 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai

homogen. Ditimbang sejumlah serbuk setara dengan 50 mg natrium

diklofenak, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan

NaOH 0,1 N sampai garis tanda, konsentrasi teoritis 500 mcg/ml. Saring

dengan kertas saring, filtrat pertama dibuang 10 ml.

Dari larutan ini pipet 1,2 ml, masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml,

encerkan dengan NaOH 0.1 N sampai garis tanda. Kemudian ukur serapannya

12
pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, menggunakan NaOH 0,1

N sebagai blanko.

2.9.5 Keseragaman kandungan

Timbang 10 tablet satu persatu, digerus setiap tablet ditimbang setara

50 mg. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu ditambahkan dengan

NaOH 0,1 N sampai garis tanda, pipet 1,2 ml dimasukkan ke dalam labu

tentukur 50 ml lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda.

Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang

diperoleh, menggunakan NaOH 0,1 N sebagai blanko.

2.9.6 Uji disolusi

2.9.6.1 Pembuatan larutan induk baku dalam dapar phosphat

Ditimbang 50 mg bahan baku natrium diklofenak, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 100 ml. Ditambahkan larutan dapar phosphat pH 6,8

dikocok sampai larut, lalu dicukupkan dengan larutan dapar phosphat sampai

garis tanda, konsentrasi teoritis adalah 500 mcg/ml (LIB I). Selanjutnya dipipet

sebanyak 10 ml dari LIB I lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml lalu

dicukupkan dengan larutan dapar phosphat sampai garis tanda, kemudian

dikocok hingga homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi

teoritis 100 mcg/ml (LIB II).

2.9.6.2 Pembuatan kurva serapan dalam dapar phosphat pH 6.8

Dipipet LIB II sebanyak 3,5 ml, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur

50 ml dan ditambahkan larutan dapar phosphat pH 6,8 hingga garis tanda,

kemudian dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi

13
teoritis 14 mcg/ml. Diukur pada panjang gelombang 200400 nm dan sebagai

blanko digunakan dapar phosphat pH 6,8.

2.9.6.3 Pembuatan kurva kalibrasi

Dipipet LIB II sebanyak 2.5 ml, 3 ml, 3,5 ml, 4 ml dan 4.5 ml, masing-

masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan dapar

phosphat pH 6,8 sampai garis tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh

larutan dengan konsentrasi 10 mcg/ml, 12 mcg/ml, 14 mcg/ml, 16 mcg/ml, 18

mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.

2.9.6.4 Pengujian disolusi tablet

Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat

Dissolution Tester.

Medium : 900 ml larutan dapar posphat pH 6.8

Alat : tipe- 1

Kecepatan putaran : 50 rpm

Waktu : 2 Jam

Cara kerja:

Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi, suhu 37oC 0,5oC.

Kemudian keranjang diputar dengan kecepatan 50 rpm. Dalam interval waktu

5, 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120 menit, larutan dipipet sebanyak 2,5 ml dan

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml lalu diencerkan dengan dapar

posphat pH 6,8 sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang

maksimum dengan menggunakan dapar posphat sebagai blanko. Volume

14
medium disolusi diusahakan tetap dengan menambahkan dapar phosphat

dengan jumlah yang sama dengan yang diambil.

Syarat: Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q)

C14H10Cl2NNaO2 dari jumlah yang tertera pada etiket (USP, 2007).

Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari

sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi

persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil

pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Kriteria penerimaan zat aktif yang larut

dengan disolusi dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kriteria penerimaan uji disolusi

Tahap
J Jumlah Yang Diuji Kriteria Penerimaan
S1 6 Tiap Unit sediaan tidak kurang dri Q + 5%
Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2 ) adalah sama
dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu
S2 6
unit sediaan yang yang lebih kecil dari Q-
15%
Rata-rata dari 24 unit adalah sama dengan
atau lebih besar dari Q tidak lebih dari 2 unit
S3 12
sediaan yang lebih kecil dari Q-15% dan
tidak 1 unit pun kurang dari Q-25%

2.10 Uji Statistik Terhadap Evaluasi Disolusi

Evaluasi dari sediaan tablet natrium diklofenak dibandingkan secara in

vitro. Data dibandingkan menggunakan uji anova dengan signifikansi (p <

0,05). Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 16.0.

15
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pati Jagung Pragelatinasi

3.1.1 Distribusi ukuran partikel

Ukuran partikel pati jagung alami dan jagung pragelatinasi diperoleh

dari pengayakan dengan ayakan bertingkat yaitu mesh 40, 70 dan 100.

Sehingga didapatkan masing- masing berat dari ukuran partikel mesh 40, 70,

dan 100. Hasil data ukuran partikel dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Data ukuran partikel pati jagung alami dan jagung pragelatinasi

Ukuran partikel Pati Jagung Alami Pati Jagung


(%) Pragelatinasi (%)
Mesh 40 1,41 1,721
Mesh 70 39,33 72,41
Mesh 100 59,26 25,87
Total 100 100

Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar 1 dapat dilihat bahwa pati jagung

alami lebih banyak melewati ayakan mesh 100 yaitu 59,26%. Sedangkan pati

jagung pragelatinasi distribusi ukuran partikelnya terpusat pada ayakan mesh

70 sebanyak 72,41%. Pati jagung alami menunjukkan distribusi ukuran partikel

yang lebih sempit dibandingkan dengan pati jagung pragelatinasi.

Gambar 1. Presentase ukuran partikel pati jagung pragelatinasi

16
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa ukuran partikel pati jagung

pragelatinasi mesh 70 lebih besar presentasenya dibandingkan dengan ukuran

partikel dengan mesh 40 dan mesh 100.

3.1.2 Daya pengembang

Kenaikan volume atau pengembang pati jagung pragelatinasi adalah:

TSA (Volume Endapan dalam Air) : 2,1 ml

TSE (Volume Endapan dalam Etanol) : 0,7 ml

Daya pengembang = 2,1- 0,7 / 0,7 x 100%

= 200%

Berdasarkan perhitungan di atas didapat bahwa daya pengembang pati

jagung pragelatinasi sebesar 200%. Menurut Leach dan Cowenn (2001)

persyaratan pati dikatakan sebagai pengembang yang baik apabila memiliki

daya pengembang sampai 200%.

3.1.3 Kelarutan

Uji kelarutan dilakukan untuk mengetahui kelarutan pati jagung alami

dan pati jagung pragelatinasi didalam air. Hasil data kelarutan pati jagung

pragelatinasi dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data kelarutan pati jagung alami dan pati jagung pragelatinasi
Pati Jagung Keterangan
Alami Tidak larut
Pragelatinasi Sedikit larut

Berdasarkan data dari Tabel 3.2 di atas dapat dijelaskan bahwa pati

jagung pragelatinasi lebih mudah larut di dalam air dibandingkan dengan pati

jagung alami. Hal ini dikarenakan pati jagung pragelatinasi memiliki sifat

umum yaitu terdispersi di dalam air (Winarno, 1995).

17
3.1.4 Bobot jenis

Berat jenis pati pragelatinasi awal sebelum ditap adalah 0,531 g/ml,

sedangkan berat jenis akhir pati pragelatinasi setelah ditap adalah 0,631 g/ml.

0,631 0,531
Bobot jenis = x100%
0,631

= 17,43%

Berdasarkan perhitungan di atas didapat bahwa bobot jenis pati jagung

pragelatinasi sebesar 17,43%. Menurut Aulton (1988), pati yang memiliki nilai

bobot jenis kurang dari 18% biasanya memberikan sifat alir yang baik.

3.1.6 Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan untuk mengetahui bentuk hilus dan lamella

amilum di bawah mikroskop perbesaran 40x10. Hasil Mikroskopik dapat

dilihat pada Gambar 3.2.

(i) (ii)

Gambar 3.2 Mikroskopik pati jagung alami dan pati jagung pragelatinasi (i)
pati jagung alami (ii) pati jagung pragelatinasi

Pada uji mikroskopik, amilum jagung alami memiliki bentuk bulat dan

bersudut, tidak memiliki lamella, dan memiliki hillus yang terletak ditengah,

18
hal ini sesuai dengan Farmakope Indonesia IV. Amilum jagung pragelatinasi

memiliki bentuk dan letak hilus yang sama dengan amilum jagung alami serta

tidak memiliki lamella, hanya saja amilum pragelatinasi memiliki susunan

yang berbeda yaitu bergerombol serta memiliki ukuran yang lebih besar.

Ukuran partikelnya yang lebih besar dibandingkan amilum alami diakibatkan

oleh mengembangnya amilum pada proses gelatinasi.

3.2 Hasil Uji Preformulasi Terhadap Massa Granul

Sebelum massa granul di cetak menjadi tablet umumnya harus melalui

serangkaian uji preformulasi. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui

kelayakan pencetakan suatu tablet. Pada Tabel 3.3 berikut ini adalah tabel hasil

uji preformulasi berbagai formula yang dibuat.

Tabel 3.3 Data uji preformulasi massa granul formula tablet

Formula Waktu Alir (detik) Sudut diam (o) Indeks Tap (%)
F1 1,57 21,20 13,56
F2 1,73 24,94 10,91
F3 1,64 23,88 12,32
F4 1,74 24,71 15,21
F5 1,83 22,52 14,75
F6 3,74 26,37 18,75
F7 2,05 29,98 17,19
Persyaratan < 10 detik 20 < <40o
o
I 20%

Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)
3.2.1 Uji waktu alir

19
Berdasarkan Tabel 3.3 dan Gambar 3, dapat dilihat bahwa pada formula

F1 sampai dengan F5 menggunakan pati jagung pragelatinasi sebagai

pengembang menunjukkan waktu alir rata-rata 1,7 detik, sedangkan pada

formula F6 menggunakan pati alami sebagai pengembang menunjukkan waktu

alir 3,74 detik, dan pada formula F7 (blanko) menunjukkan waktu alir 2,05

detik. Dari data di atas formula F6 menunjukkan waktu alir yang lebih besarr

dibandingkan formula lainnya. Hal ini dikarenakan amilum jagung memiliki

sifat alir yang buruk, sedangkan amilum jagung pragelatinasi memiliki sifat alir

yang baik yaitu memiliki waktu alir lebih besar dari 10 gram/detik (Aulton,

1988).

Gambar 3. Waktu alir massa granul dengan persentase bahan pangembang


yang berbeda

Amilum jagung alami memiliki ukuran partikel yang kecil, kohesivitas

antar partikelnya meningkat sehingga sulit untuk mengalir. Sedangkan amilum

jagung pragelatinasi memiliki ukuran partikel yang lebih besar. Semakin kecil

ukuran partikel maka akan mengurangi kecepatan alirnya sehingga sudut diam

yang terbentuk semakin besar (Voigt, 1995).

3.2.2 Uji sudut diam

20
3.2.2 Sudut diam

Berdasarkan Tabel 3.3 dan Gambar 4, dapat dilihat bahwa pada formula

F1 sampai F5 dengan adanya pati jagung pragelatinasi sebagai pengembang

menunjukkan sudut diam rata- rata 23,52o, sedangkan pada formula F6 dengan

konsentrasi pati jagung alami 5% dan F7 tanpa adanya pengembang

menunjukkan sudut diam 26,37o dan 29,98o. Sudut diam pada formula F6 dan

F7 lebih besar dibandingkan dengan formula lainnya. Hal ini menunjukkan

bahwa pati jagung pragelatinasi sebagai bahan pengembang memilik efisiensi

yang lebih tinggi dari pada menggunakan pati jagung alami, karena pati jagung

pragelatinasi memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan pati

jagung alami. Semakin kecil ukuran partikel maka sudut diam yang terbentuk

semakin besar (Voigt, 1955).

Gambar 4. Sudut Diam massa granul dengan presentase bahan pengembang


yang berbeda

3.2.3 Indeks tap

Berdasarkan Tabel 3.3 dan Gambar 5, menjelaskan besarnya indeks

tapp dari masing masing formula F1 memiliki indeks tap sebesar 13,56%,

formula F2 sebesar 10,9%, formula F3 sebesar 12,3%, formula F4 sebesar

15,2%, formula F5 sebesar 14,75%, formula F6 sebesar 18,75%, dan formula

21
F7 sebesar 17,19%. Dari data di atas formula F6 menunjukkan indeks tap yang

terbesar dibandingkan formula yang lain. Hal ini dikarenakan pati jagung alami

sebagai pengembang memiliki efisiensi yang kurang baik dibandingkan dengan

pati jagung yang dimodifikasi (pragelatinasi). Menurut Guyot (1978), granul

yang bersifat mengalir bebas adalah partikel yang memiliki indeks tap 20%.

Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat penting dalam hal daya tahan

granul terhadap daya kompresi yang diberikan oleh alat pencetak tablet.

Semakin rendah presentase indeks tap menunjukkan kualitas yang lebih baik

dari sifat fisis massa granul yang akan diformulasikan ke dalam bentuk tablet.

Gambar 5. Indeks Tap massa granul dengan presentase bahan pengembang


yang berbeda

3.3 Hasil Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet natrium diklofenak yang dilakukan adalah uji kekerasan

tablet, waktu hancur, keseragaman kandungan, penetapan kadar dan uji disolusi

tablet. Pada Tabel 3.4 berikut ini adalah tabel hasil uji evaluasi tablet dari

berbagai formula yang dibuat.

Tabel 3.4 Data hasil evaluasi tablet natrium diklofenak

22
Formula Kekerasan Tablet Waktu Hancur Friabilitas
(kg) (menit,detik) (%)
F1 6,32 08,37 0,79
F2 5,56 07,32 0,72
F3 5,12 07,08 0,77
F4 4,71 08,06 0,61
F5 5,30 07,36 0,76
F6 5,22 08,45 0,56
F7 6,17 09,23 0,42
Persyaratan 4 8 Kg < 15 menit < 0,8%

Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)

3.3.1 Uji kekerasan tablet

Kekerasan tablet yang didapat semua memenuhi persyaratan dalam

batas 4 8 kg. Dari Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa kekerasan tablet formula F1

sampai F7 berkisar 4 6 kg. Hal ini dapat dilihat bahwa kekerasan tablet dari

F1 sampai F7 terjadi optimal. Kekerasan tablet dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kekerasan tablet dapat dilihat dengan presentase jenis bahan


pengembang yang berbeda
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa kekerasan tablet, di mana F1

sebesar 6,32 kg, F2 sebesar 5,56 kg, F3 sebesar 5,12 kg, F4 sebesar 4,71 kg, F5

23
sebesar 5,30 kg, F6 sebesar 5,22 kg, F7 sebesar 6,17 kg. Hal ini dapat dilihat

bahwa kekerasan tablet dari F1 sampai F7 memenuhi persyaratan.

Menurut Lachman (1994), perbedaan kekerasan dapat terjadi karena

beberapa faktor seperti tekanan kompresi yang diberikan atau perbedaan massa

granul yang mengisis die pada saat pencetakan tablet. Selain itu, berbedanya

nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan

tambahan yang digunakan pada formulasi.

3.3.2 Waktu hancur

Berdasarka data dari Tabel 3.4, maka hasil pengujian waktu hancur

untuk formula F1 sampai F7 berkisar 7- 10 menit. Dari data di atas formula F1-

F5 yang menggunakan pati jagung pragelatinasi sebagai pengembang memiliki

waktu hancur yang lebih cepat dibandingkan formula F6 dan F7. Hal ini

dikarenakan amilum jagung pragelatinasi yang digunakan mempunyai

kemampuan untuk menyerap air sehingga air akan mudah masuk ke dalam

tablet dan semakin cepat waktu yang diperlukan tablet untuk hancur. Semakin

besar konsentrasi yang diberikan, maka waktu hancurnya akan semakin cepat.

Gambar 7. Waktu hancur tablet dengan presentase bahan pengembang


Dari Gambar 7 dapat diketahui hasil pengujian waktu hancur untuk

formula F1 sebesar 08,37 menit, F2 sebesar 07,32 menit, F3 sebesar 07,38

24
menit, F4 sebesar 08,06 menit, F5 sebesar 07,36 menit, F6 sebesar 08,45 menit,

F7 sebesar 09,23 menit. Hal ini dapat dilihat bahwa waktu hancur tablet

memenuhi persyaratan. Dari data di atas formula dengan pengembang pati

jagung pragelatinasi waktu hancurnya lebih cepat dibandingkan dengan

formula yang menggunakan pati jagung alami.

Waktu hancur yang semakin cepat maka akan semakin cepat pula

pelarutan dari bahan berkhasiat sehingga akan cepat berkhasiat dalam tubuh

(Murni, 2008).

3.3.3. Uji friabilitas

Berdasarkan data dari Tabel 3.4, maka hasil pengujian friabilitas untuk

formula F1-F5 berkisar 0,6-0,79%. Sedangkan hasil friabilitas pada formula F6

0,55% dan F7 (blanko) 0,47%. Pada formula F1-F5 yang menggunakan pati

jagung pragelatinasi sebagai pengembang memiliki nilai friabilitas yang lebih

besar dibandingkan formula F6 dan F7 yang tidak menggunakan pati jagung

pragelatinasi. Hal ini disebabkan oleh bahan pengembang yang digunakan.

Pada formula F1F5 menggunakan pati jagung pragelatinasi sebagai

pengembang. Bahan pengembang yang digunakan lebih efektif dibandingkan

pati jagung alami sehingga tablet yang dihasilkan lebih rapuh. Hasil friabilitas

yang didapat memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995)

yaitu di bawah 0,8%.

25
Gambar 8. Friabilitas tablet dengan presentase bahan pengembang berbeda

Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa nilai friabilitas untuk formula F1

sebesar 0,79%, F2 sebesar 0,72%, F3 sebesar 0,77%, F4 sebesar 0,61%, F5

sebesar 0,76%, F6 sebesar 0,56%, dan F7 sebesar 0,42%. Hal ini dapat dilihat

bahwa friabilitas tablet dari formula F1 sampai F7 memenuhi persyaratan.

Tablet dikatakan baik apabila memiliki nilai friabilitas di bawah 0,8%,

dimana uji friabilitas dilakukan untuk mengetahui keutuhan tablet, karena

selama transfortasi, tablet mengalami benturan dengan dinding wadahnya.

Semakin kecil harga friabilitas maka semakin kecil angka kerapuhan tablet.

Friabilitas suatu tablet dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan tablet

(Lachman, dkk.,1994).

3.3.4 Hasil Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Natrium

Diklofenak Serta Penetapan Kadar Tablet Natrium Diklofenak

3.3.4.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dalam NaOH 0,1N

Menurut Moffat (2005), natrium diklofenak memberikan serapan

maksimum dalam pelarut basa pada panjang gelombang 275 nm. Dari hasil

penentuan panjang gelombang maksimum diperoleh pada panjang gelombang

maksimum yang sama dengan literatur yaitu 275 nm. Gambar kurva dan data

serapan natrium diklofenak baku pembanding (PT. Dexa Medica) dapat dilihat

pada Gambar 9.

26
Gambar 9 Kurva dan Data Serapan Natrium Diklofenak Baku Pembanding
Konsentrasi 12 g/ml dalam pelarut NaOH 0,1 N.

3.3.4.2 Hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi dalam NaOH 0,1 N

Penentuan linieritas kurva kalibrasi natrium diklofenak dalam pelarut

NaOH 0,1 N dilakukan pada rentang konsentrasi 0,00 16,00 g/ml. Dari hasil

perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,9999, ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dan dari hasil

perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 0.033782x + 0.001031. Gambar

kurva kalibrasi natrium diklofenak baku pembanding (PT. Dexa Medica) dapat

dilihat pada Gambar 10.

27
Gambar 10 Kurva kalibrasi Natrium Diklofenak Baku Pembanding dalam
Pelarut NaOH 0,1 N pada Panjang Gelombang 275nm.

3.3.5 Penentuan kadar natrium diklofenak

Hasil pengukuran kadar natrium diklofenak secara spektrofotometri

ultraviolet dalam pelarut NaOH 0,1 N. Di mana diperoleh serapan maksimum

pada panjang gelombang 275 nm, ini sesuai dengan identifikasi spektrum

ultraviolet larutan natrium diklofenak dalam panjang gelombang 200 400 nm

diperoleh panjang gelombang maksimum yang sama dengan literatur yaitu 275

nm. Hasil penentuan kadar natrium diklofenak dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil penetapan kadar tablet natrium diklofenak


No Formula Kadar Rata-Rata (%)
1 F1 99,29 0,676
2 F2 100,59 1,436
3 F3 99,98 0,564
4 F4 100,26 1,298
5 F5 100,57 0,888
6 F6 100,38 1,066
7 F7 100,63 0,675
Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)

Berdasarkan data dari Tabel 3.5, hasil penetapan kadar tablet natrium

diklofenak pada formula F1 sampai F7 berkisar antara 99,24 100,86 %.

28
Kadar natrium diklofenak yang didapat sesuai dengan persyaratan yaitu tidak

kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 110,0% (USP 30, 2007).

3.3.6 Keseragaman kandungan

Keseragaman kandungan yang dihasilkan dari formula F1 sampai F7

seluruhnya memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV. Hasil

keseragaman kandungan dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil keseragaman kandungan tablet natrium diklofenak


No Formula Keseragaman RSD (%)
Kandungan (%)
1 F1 99,04 0,46
2 F2 103,17 0,54
3 F3 102,34 0,61
4 F4 104,59 1,20
5 F5 104,63 3,80
6 F6 104,04 0,38
7 F7 104,87 4,96

Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)

Berdasarkan data dari Tabel 3.6, hasil keseragaman kandungan tablet

natrium diklofenak dari formula F1 sampai formula F7 seluruhnya memenuhi

persyaratan dimana keseragaman kandungan tablet natrium diklofenak tidak

melebihi dari batasan yang ditetapkan yaitu tidak kurang dari 85,0% dan tidak

lebih dari 115,0% dengan simpangan baku relatif (RSD) kurang dari 6,0%.
106
n
a n
m a 104
a gn ) 102
ga u %
re dn
(
100
se a
K K 98
96
F1 F2 F329 F4 F5 F6 F7

Formula
Gambar 11. Keseragaman Kandungan tablet dengan presentase bahan
pengembang berbeda

Dari Gambar 11 dapat diketahui bahwa hasil keseragaman kandungan

untuk formula F1 sebesar 99,04%, F2 sebesar 103,17%, F3 sebesar 102,34%,

F4 sebesar 104,59%, F5 sebesar 104,63%, F6 sebesar 104,04%, F7 sebesar

104,87%. Hasil keseragaman kandungan dari formula F1 sampai F7 berbeda

beda.

Perbedaan keseragaman kandungan tablet terjadi karena perbedaan

jumlah pengisian bahan obat kedalam ruang cetak yang dipengaruhi oleh sifat

alir granul sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai kandungan obat yang

berbeda- beda.

3.3.7 Uji disolusi


3.3.7.1 Hasil pembuatan kurva serapan dan kurva kalibrasi natrium
diklofenak dalam pelarut dapar phosphat pH 6,8
3.3.7.1.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum natrium
diklofenak dalam dapar phosphat pH 6,8

Dari hasil penentuan panjang gelombang maksimum diperoleh pada

panjang gelombang maksimum yaitu 275,5 nm. Gambar kurva dan data

serapan natrium diklofenak baku pembanding (PT. Dexa Medica) dapat dilihat

pada Gambar 12.

30
Gambar 12 Kurva dan Data Serapan Natrium Diklofenak Baku Pembanding
Konsentrasi 12 g/ml dalam Dapar Phosphat pH 6,8

3.3.7.1.2 Hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi natrium diklofenak


baku pembanding (PT. Dexa Medica) dalam dapar phosphat pH
6,8
Penentuan linieritas kurva kalibrasi natrium diklofenak dalam dafar

phosphat pH 6,8 dilakukan pada rentang konsentrasi 0,00 18,00 g/ml. Dari

hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,9986, ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dan dari

hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 0.0344430x + 0.000830.

Gambar kurva kalibrasi natrium diklofenak baku pembanding (PT. Dexa

Medica) dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak Baku Pembanding


konsentrasi 12 g/ml dalam Dapar Phosphat pH 6,8

3.3.7.2 Hasil uji disolusi natrium diklofenak dalam sediaan tablet

31
Dari hasil uji disolusi tablet yang dapat dilihat pada Tabel 3.7 dapat

diketahui bahwa persen kumulatif puncak natrium diklofenak terlarut pada

batas menit ke-120 dimana untuk formula F1 sebesar 104,24%; formula F2

sebesar 104,60%; formula F3 sebesar 108,54% ; formula F4 sebesar 105,02%;

formula F5 sebesar 103,47%; formula F6 sebesar 105,86%; dan formula F7

sebesar 101,36%. Ini menunjukkan bahwa formula dengan pati jagung

pragelatinasi kelarutan zat aktifnya lebih besar dibandingkan formula dengan

pati jagung alami. Dari Tabel 3.7 juga terlihat bahwa semakin besar konsentrasi

pati jagung pragelatinasi maka akan mempercepat waktu larut tablet sampai

pada konsentrasi optimum yaitu 5%. Bila konsentrasi optimum ini dilewati,

maka waktu larut tablet akan diperlambat. Hal ini dapat disebabkan karena

konsentrasi bahan pengembang berpengaruh terhadap pelepasan dan pelarutan

bahan obat dimana ada konsentrasi yang optimal dari bahan penghancur

sehingga bahan akan mengembang maksimal di dalam medium yang

konsentrasinya tidak boleh melebihi nilai optimal tersebut. Bila

pengembangannya terlalu besar maka akan mengakibatkan terjadinya tutup

menutup pori antara bahan pengembang dengan bahan tambahan yang lain

sehingga waktu hancurnya semakin besar dan waktu larutnya semakin lama

(Murni, 2008).

Tabel 3.7 Hasil uji disolusi tablet natrium diklofenak

32
Waktu Presentase Kumulatif Na. Diklofenak yang terlepas (%)
(Menit) F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

5 20,82 35,005 38,72 29,61 29,87 16,69 8,11

15 64,38 74,71 80,05 53,22 61,09 56,73 50,92

30 71,57 80,34 86,63 68,91 67,81 70,82 67,67

45 82,72 83,57 87,73 82,28 84,07 87,47 81,13

60 83,58 87,35 91,29 82,68 89,17 91,01 82,94

75 86,11 91,08 97,52 89,03 92,96 99,77 86,73

90 92,85 97,36 99,63 104,05 94,85 100,73 97,15

105 97,31 100,41 103,93 104,46 101,21 103,77 100,25

120 104,24 104,60 108,54 105,02 103,47 105,86 101,36

Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)

33
Gambar 14. Grafik Persen Kumulatif vs Waktu Disolusi Tablet Na-

Diklofenak

Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa persen kumulatif natrium

diklofenak pada menit ke-5 untuk formula F1 sebesar 20,82%, F2 sebesar

35,01%, F3 sebesar 38,72%, F4 sebesar 29,61%, F5 sebesar 29,87%, F6

sebesar 16,69% dan F7 sebesar 8,11%. Dari data di atas dapat diketahui bahwa

formula F1 sampai F5 yang menggunakan pati jagung pragelatinasi memiliki

kelarutan yang lebih besar dibandingkan formula F6 dan F7. Hal ini

dikarenakan daya pengembang pati jagung pragelatinasi lebih besar

dibandingkan dengan daya pengembang pati jagung alami. Dari Gambar 14

dapat diketahui juga bahwa persen kumulatif puncak natrium diklofenak

formula F1 sampai F7 terlarut pada batas menit ke-120.

Dari data pada Tabel 3.7 dan Gambar 14, menunjukkan bahwa formula

dengan pati jagung pragelatinasi maupun formula dengan pati jagung alami

memenuhi persyaratan USP 30 (2007), dimana dalam waktu 45 menit harus

larut tidak kurang dari 75% (Q ) C14H10Cl2NaNO2, dari jumlah yang tertera

pada etiket.

34
Pengaruh disolusi tablet natrium diklofenak menggunakan pati jagung

pragelatinasi dengan konsentrasi yang berbeda memberikan presentase

kumulatif zar terlarut yang berbeda. Semakin besar konsentrasi pati jagung

pragelatinasi maka zat aktif yang terlarut semakin besar. Semakin cepat tablet

hancur maka semakin cepat pula pelarutan dari bahan berkhasiat sehingga akan

lebih cepat diabsorpsi dalam tubuh (Murni, 2008).

3.4 Hasil Uji ANOVA Tablet Natrium Diklofenak

Tabel 3.8 Hasil uji ANOVA tablet natrium diklofenak

35
Waktu Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
5 menit Between 6.444 6 1.074 45.28 .000
Groups 5
Within .332 14 .024
Groups
Total 6.776 20
15 menit Between 5.509 6 .918 3.397 .028
Groups
Within 3.784 14 .270
Groups
Total 9.293 20
30 menit Between 3.538 6 .590 2.552 .049
Groups
Within 3.235 14 .231
Groups
Total 6.773 20
45 menit Between 5.402 6 .900 4.518 .009
Groups
Within 2.790 14 .199
Groups
Total 8.191 20
60 menit Between 5.312 6 .885 3.824 .018
Groups
Within 3.241 14 .231
Groups
Total 8.553 20
75 menit Between 3.790 6 .632 2.913 .047
Groups
Within 3.036 14 .217
Groups
Total 6.825 20
90 menit Between 1.784 6 .297 1.293 .322
Groups
Within 3.219 14 .230
Groups
Total 5.004 20
105 menit Between 1.375 6 .229 2.155 .111
Groups
Within 1.489 14 .106

36
Dari hasil uji statistik anova pada Tabel 3.8 dapat diketahui hasil

disolusi natrium diklofenak pada menit ke- 5, 15, 30, 45, 60, 75 menunjukkan

terdapat perbedaan yang signifikan antara tablet natrium diklofenak formula

F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7 karena nilai p < 0,05. Di mana pada menit ke-5 nilai

p = 0,00, menit ke-15 nilai p = 0,028, menit ke-30 nilai p = 0,049, menit ke-45

nilai p = 0,009, menit ke-60 nilai p = 0,018, menit ke-75 nilai p = 0,047.

Sedangkan pada menit ke- 90, 105 dan 120 tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara tablet natrium diklofenak formula F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7

karena nilai p > 0,05. Di mana pada menit ke-90 nilai p = 0,322, menit ke-105

nilai p = 0,111, menit ke-120 nilai p = 0,868.

Untuk mengetahui dimanakah letak perbedaan bermakna/signifikan dari

formula maka dilakukan uji duncan.

3.4.1 Hasil uji duncan formula tablet natrium diklofenak menit ke-5

Hasil uji Duncan tablet natrium diklofenak dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Hasil uji duncan disolusi menit ke-5

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2 3 4
formula 7 3 .446100
formula 6 3 .888033
formula 1 3 1.151567
formula 5 3 1.657233
formula 4 3 1.693867
formula 2 3 1.848667
formula 3 3 2.148767
Sig. 1.000 .055 .170 1.000

37
Melalui Tabel 3.9 diketahui bahwa persen kumulatif antara formula F7

(blanko) dengan keenam formula lainnya pada menit ke-5 terdapat perbedaan

bermakna, begitu pula dengan formula F3 dengan formula lainnya, sedangkan

untuk formula F5 dengan F2 dan F4 tidak ada perbedaan bermakna atau

signifikan.

3.4.2 Hasil uji duncan formula natrium diklofenak menit ke-15

Hasil uji Duncan disolusi tablet natrium diklofenak pada menit ke-15

dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Hasil uji duncan disolusi menit ke-15

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2 3
formula 7 3 2.821100
formula 4 3 3.003067 3.003067
formula 6 3 3.423667 3.423667
formula 5 3 3.518233 3.518233 3.518233
formula 1 3 3.569000 3.569000 3.569000
formula 2 3 4.001500 4.001500
formula 3 3 4.436333
Sig. .132 .050 .065

Dari Tabel 3.10 diketahui bahwa antara formula F7 dengan F2 dan F3

terdapat perbedaan yang bermakna, sedangkan antara formula F7 dengan

formula F1, F4, F5 dan F6 tidak ada perbedaan bermakna atau signifikan.

3.4.3 Hasil uji duncan tablet natrium diklofenak menit ke-30

Hasil uji Duncan disolusi tablet natrium diklofenak menit ke-30 dapat

dilihat pada Tabel 3.11.

38
Tabel 3.11 Hasil uji duncan disolusi menit ke-30

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2
formula 4 3 3.596233
formula 7 3 3.748667
formula 6 3 3.752200
formula 5 3 3.798267
formula 1 3 3.963700 3.963700
formula 2 3 4.465833 4.465833
formula 3 3 4.796700
Sig. .066 .062

Dari Tabel 3.11 diketahui bahwa persen kumulatif antara formula F4

dengan formula F3 terdapat perbedaan yang bermakna, sedangkan antara

formula F4 dengan formula F1, F2, F5, F6, F7 tidak ada perbedaan yang

bermakna atau signifikan.

3.4.4 Hasil uji duncan tablet natrium diklofenak menit ke-45

Hasil uji Duncan disolusi tablet natrium diklofenak pada menit ke-45

dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Hasil uji duncan disolusi menit ke-45

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2 3
formula 7 3 3.909333
formula 4 3 3.915233
formula 5 3 3.968400
formula 6 3 4.250800 4.250800
formula 1 3 4.374867 4.374867
formula 3 3 4.854600 4.854600
formula 2 3 5.355567
Sig. .265 .137 .191

39
Melalui Tabel 3.12 diketahui bahwa persen kumulatif antara formula F7

dengan formula F2 dan F3 terdapat perbedaan bermakna, sedangkan antara

formula F7 dengan formula F1, F4, F5 dan F6 tidak ada perbedaan yang

bermakna atau signifikan.

3.4.5 Hasil uji duncan disolusi tablet natrium diklofenak menit ke-60

Hasil uji Duncan disolusi tablet natrium diklofenak pada menit ke-60

dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Hasil uji duncan disolusi menit ke-60

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2 3
formula 7 3 4.000333
formula 4 3 4.198833 4.198833
formula 5 3 4.217733 4.217733
formula 6 3 4.524933 4.524933
formula 1 3 4.625367 4.625367
formula 3 3 5.050767 5.050767
formula 2 3 5.545833
Sig. .170 .068 .228

Dari Tabel 3.13 diketahui bahwa antara formula F7 dengan F2 dan F3

terdapat perbedaan yang bermakna, sedangkan antara formula F7 dengan

formula F1, F4, F5, dan F6 tidak terdapat perbedaan bermakna atau signifikan.

40
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah :

a. Pati jagung pragelatinasi dapat digunakan sebagai bahan pengembang

pada pembuatan tablet natrium diklofenak secara granulasi basah.

b. Konsentrasi pati jagung pragelatinasi yang paling baik digunakan

sebagai bahan pengembang pada pembuatan tablet natrium diklofenak

secara granulasi basah adalah pada formula F2 dengan konsentrasi pati

jagung pragelatinasi 2,5% dan formula F3 dengan konsentrasi pati

jagung pragelatinasi 5%.

41
4.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti pati jagung dengan

modifikasi yang lain sebagai pengembang pada tablet. Misalnya menggunakan

modifikasi pati jagung dengan asam organik sebagai pengembang pada tablet.

42

You might also like