Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pati adalah polisakarida alami dengan bobot molekul tinggi yang terdiri
dari unit-unit glukosa. Umumnya pati mengandung dua tipe polimer glukosa,
mengandung lebih dari 6000 unit glukosa yang dihubungkan dengan ikatan -
antara lain tablet, glukosa, dekstrosa, sirup fruktosa, permen, dan lain-lain.
Dalam perdagangan dikenal dua macam pati yaitu pati yang belum
dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati yang belum dimodifikasi
atau pati alami adalah semua jenis pati yang dihasilkan dari pabrik pengolahan
dasar misalnya pati jagung. Sedangkan pati termodifikasi adalah pati yang
gugus hidroksinya telah diubah atau diberi perlakuan tertentu misalnya dengan
2008). Amilum jagung berupa serbuk halus, memiliki luas permukaan yang
besar. Amilum alami bersifat adhesif sehingga sifat alirnya kurang baik. Oleh
karena itu diperlukan modifikasi untuk kelemahan dari amilum jagung tersebut.
Modifikasi pati dapat dilakukan dengan dua cara yaitu lewat suatu reaksi kimia
1
(esterifikasi, sterifikasi, dan oksidasi) dan diubah lewat merubah struktur fisika
menjadi pati pragelatinasi dengan cara memanaskan susupensi pati hingga suhu
mencapai 60oC.
Natrium diklofenak berbentuk hablur kecil, berwarna putih, tidak berasa dan
granulasi basah?
2
1.3 Hipotesis
basah.
b. Untuk mengetahui konsentrasi pati jagung pragelatinasi yang paling
BAB II
3
METODE PENELITIAN
2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik (Dj-
lemari pengering, alat sudut diam, alat uji waktu alir, pencetak tablet single
magnetic stirer, spektrofotometer UV-Vis (UV Mini 1240 Shimadzu) dan alat-
2.3 Bahan
diklofenak (PT. Dexa Medica), pati jagung alami, pati jagung pragelatinasi,
sampai dingin dan tidak boleh menyerap CO2 di udara ( Ditjen POM, 1995).
4
Dilarutkan 4 gram NaOH dalam aqua bebas CO2 secukupnya hingga
tentukur 200 ml, kemudian ditambahkan dengan NaOH 0,2 N sebanyak 22,4
ml lalu diencerkan dengan aqua bebas CO2 hingga 200 ml ( Ditjen POM,
1995).
diperoleh massa seperti bubur. Lalu diperas dengan menggunakan kain blacu
berwarna putih dan bersih. Filtrat direndam lebih kurang selama 24 jam, lalu
cairan atas dibuang dan dilakukan pencucian dengan cara menambahkan air
suling secara berulangulang sampai diperoleh pati yang putih. Pati yang
5
2.5.2 Pembuatan pati jagung pragelatinasi
Dibuat suspensi pati jagung dalam air dengan konsentrasi 16,6% b/v
dikeringkan dalam lemari pengering di atas porselin dengan suhu 60C selama
satu malam, maka akan terbentuk slug (lembaran padatan) dari amilum
40, mesh 70 dan mesh 100. Dimana pati jagung alami dan pati jagung
pragelatinasi disaring dengan ayakan mesh 40, 70 dan 100 (Voight, 1994).
kecepatan 3000 rpm. Kenaikan volume atau pengembangan pati dalam kedua
TSA TSE
Daya pengembang: x100%
TSE
Keterangan:
6
TSE = Volume endapan dalam etanol
2.6.3 Kelarutan
dalam air.
dilihat volume awal. Lalu gelas ukur di tapp sebanyak 15 kali setelah itu dilihat
BJ: Volume/berat
BJ 2 BJ 1
Bobot jenis = x100%
BJ 2
2.6.5 Mikroskopik
lalu ditutup dengan dek glass. Lalu diamati bentuk hillus, lamela dari amilum
Formula:
7
R/ Na. Diklofenak 50 mg
Mg stearat 1%
Talkum 1%
Laktosa ad q.s
Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)
Tablet dibuat dengan metoda granulasi basah, dimana zat aktif (natrium
8
demi sedikit sampai diperoleh massa lembab yang dapat dikepal. Lalu sisa
selama 2 jam. Granul kering kemudian dilewatkan pada ayakan mesh 14 lalu
biarkan granul mengalir sampai habis. Tinggi kerucut yang terbentuk diukur.
tg = 2h/D
D = diameter
Persyaratan: Uji dikatakan memenuhi syarat apabila berada pada 200 < > 400
(Cartensen, 1977).
Uji waktu alir dilakukan menurut metode yang dibuat oleh Cartensen
(1977). Granul sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam corong yang telah
9
dirangkai, kemudian permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka
telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya. Menurut Guyot (1978),
waktu alir yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk mengalir harus lebih
Kedalam gelas ukur 100 ml, dimasukkan sejumlah granul hingga 100
ml. Ditap dengan alat yang dimodifikasi sampai konstan. Setelah hentakan,
I= x 100%
Granul akan mempunyai sifat alir yang baik jika mempunyai indeks tap 20%.
tersedia pada alat tersebut dengan posisi tidur, alat diatur kemudian tombol
ditekan. Pada saat tablet pecah, angka yang terbaca pada layar digital dicatat.
10
Cara: Sebanyak 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang (a),
rpm selama 4 menit. Setelah 4 menit tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari
ab
% kerapuhan = x100%
a
suhu 37o 2oC sebagai medium. Dimasukkan 1 tablet pada masing masing
tabung dari keranjang. Kemudian alat dijalankan dengan frekuensi naik dan
turun keranjang 30 kali per menit. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera
pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus
hancur sempurna.
15 menit.
dalam labu tentukur 100 ml. Ditambahkan NaOH 0,1 N dikocok sampai larut,
lalu dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda, konsentrasi teoritis
adalah 500 mcg/ml (LIB I). Selanjutnya dipipet sebanyak 10 ml dari LIB I lalu
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu dicukupkan dengan NaOH 0,1
11
N sampai garis tanda, kemudian dikocok hingga homogen, sehingga diperoleh
Dipipet LIB II sebanyak 2 ml, 2,5 ml, 3 ml, 3,5 ml dan 4 ml, masing-
0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan
NaOH 0,1 N sampai garis tanda, konsentrasi teoritis 500 mcg/ml. Saring
Dari larutan ini pipet 1,2 ml, masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml,
encerkan dengan NaOH 0.1 N sampai garis tanda. Kemudian ukur serapannya
12
pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, menggunakan NaOH 0,1
N sebagai blanko.
NaOH 0,1 N sampai garis tanda, pipet 1,2 ml dimasukkan ke dalam labu
dalam labu tentukur 100 ml. Ditambahkan larutan dapar phosphat pH 6,8
dikocok sampai larut, lalu dicukupkan dengan larutan dapar phosphat sampai
garis tanda, konsentrasi teoritis adalah 500 mcg/ml (LIB I). Selanjutnya dipipet
Dipipet LIB II sebanyak 3,5 ml, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur
13
teoritis 14 mcg/ml. Diukur pada panjang gelombang 200400 nm dan sebagai
Dipipet LIB II sebanyak 2.5 ml, 3 ml, 3,5 ml, 4 ml dan 4.5 ml, masing-
Dissolution Tester.
Alat : tipe- 1
Waktu : 2 Jam
Cara kerja:
5, 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120 menit, larutan dipipet sebanyak 2,5 ml dan
posphat pH 6,8 sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang
14
medium disolusi diusahakan tetap dengan menambahkan dapar phosphat
Syarat: Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q)
Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari
sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi
persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil
pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Kriteria penerimaan zat aktif yang larut
Tahap
J Jumlah Yang Diuji Kriteria Penerimaan
S1 6 Tiap Unit sediaan tidak kurang dri Q + 5%
Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2 ) adalah sama
dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu
S2 6
unit sediaan yang yang lebih kecil dari Q-
15%
Rata-rata dari 24 unit adalah sama dengan
atau lebih besar dari Q tidak lebih dari 2 unit
S3 12
sediaan yang lebih kecil dari Q-15% dan
tidak 1 unit pun kurang dari Q-25%
15
BAB III
dari pengayakan dengan ayakan bertingkat yaitu mesh 40, 70 dan 100.
Sehingga didapatkan masing- masing berat dari ukuran partikel mesh 40, 70,
dan 100. Hasil data ukuran partikel dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data ukuran partikel pati jagung alami dan jagung pragelatinasi
Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar 1 dapat dilihat bahwa pati jagung
alami lebih banyak melewati ayakan mesh 100 yaitu 59,26%. Sedangkan pati
16
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa ukuran partikel pati jagung
= 200%
3.1.3 Kelarutan
dan pati jagung pragelatinasi didalam air. Hasil data kelarutan pati jagung
Tabel 3.2 Data kelarutan pati jagung alami dan pati jagung pragelatinasi
Pati Jagung Keterangan
Alami Tidak larut
Pragelatinasi Sedikit larut
Berdasarkan data dari Tabel 3.2 di atas dapat dijelaskan bahwa pati
jagung pragelatinasi lebih mudah larut di dalam air dibandingkan dengan pati
jagung alami. Hal ini dikarenakan pati jagung pragelatinasi memiliki sifat
17
3.1.4 Bobot jenis
Berat jenis pati pragelatinasi awal sebelum ditap adalah 0,531 g/ml,
sedangkan berat jenis akhir pati pragelatinasi setelah ditap adalah 0,631 g/ml.
0,631 0,531
Bobot jenis = x100%
0,631
= 17,43%
pragelatinasi sebesar 17,43%. Menurut Aulton (1988), pati yang memiliki nilai
bobot jenis kurang dari 18% biasanya memberikan sifat alir yang baik.
3.1.6 Mikroskopik
(i) (ii)
Gambar 3.2 Mikroskopik pati jagung alami dan pati jagung pragelatinasi (i)
pati jagung alami (ii) pati jagung pragelatinasi
Pada uji mikroskopik, amilum jagung alami memiliki bentuk bulat dan
bersudut, tidak memiliki lamella, dan memiliki hillus yang terletak ditengah,
18
hal ini sesuai dengan Farmakope Indonesia IV. Amilum jagung pragelatinasi
memiliki bentuk dan letak hilus yang sama dengan amilum jagung alami serta
yang berbeda yaitu bergerombol serta memiliki ukuran yang lebih besar.
kelayakan pencetakan suatu tablet. Pada Tabel 3.3 berikut ini adalah tabel hasil
Formula Waktu Alir (detik) Sudut diam (o) Indeks Tap (%)
F1 1,57 21,20 13,56
F2 1,73 24,94 10,91
F3 1,64 23,88 12,32
F4 1,74 24,71 15,21
F5 1,83 22,52 14,75
F6 3,74 26,37 18,75
F7 2,05 29,98 17,19
Persyaratan < 10 detik 20 < <40o
o
I 20%
Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)
3.2.1 Uji waktu alir
19
Berdasarkan Tabel 3.3 dan Gambar 3, dapat dilihat bahwa pada formula
alir 3,74 detik, dan pada formula F7 (blanko) menunjukkan waktu alir 2,05
detik. Dari data di atas formula F6 menunjukkan waktu alir yang lebih besarr
sifat alir yang buruk, sedangkan amilum jagung pragelatinasi memiliki sifat alir
yang baik yaitu memiliki waktu alir lebih besar dari 10 gram/detik (Aulton,
1988).
jagung pragelatinasi memiliki ukuran partikel yang lebih besar. Semakin kecil
ukuran partikel maka akan mengurangi kecepatan alirnya sehingga sudut diam
20
3.2.2 Sudut diam
Berdasarkan Tabel 3.3 dan Gambar 4, dapat dilihat bahwa pada formula
menunjukkan sudut diam rata- rata 23,52o, sedangkan pada formula F6 dengan
menunjukkan sudut diam 26,37o dan 29,98o. Sudut diam pada formula F6 dan
yang lebih tinggi dari pada menggunakan pati jagung alami, karena pati jagung
jagung alami. Semakin kecil ukuran partikel maka sudut diam yang terbentuk
tapp dari masing masing formula F1 memiliki indeks tap sebesar 13,56%,
21
F7 sebesar 17,19%. Dari data di atas formula F6 menunjukkan indeks tap yang
terbesar dibandingkan formula yang lain. Hal ini dikarenakan pati jagung alami
yang bersifat mengalir bebas adalah partikel yang memiliki indeks tap 20%.
Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat penting dalam hal daya tahan
granul terhadap daya kompresi yang diberikan oleh alat pencetak tablet.
Semakin rendah presentase indeks tap menunjukkan kualitas yang lebih baik
dari sifat fisis massa granul yang akan diformulasikan ke dalam bentuk tablet.
tablet, waktu hancur, keseragaman kandungan, penetapan kadar dan uji disolusi
tablet. Pada Tabel 3.4 berikut ini adalah tabel hasil uji evaluasi tablet dari
22
Formula Kekerasan Tablet Waktu Hancur Friabilitas
(kg) (menit,detik) (%)
F1 6,32 08,37 0,79
F2 5,56 07,32 0,72
F3 5,12 07,08 0,77
F4 4,71 08,06 0,61
F5 5,30 07,36 0,76
F6 5,22 08,45 0,56
F7 6,17 09,23 0,42
Persyaratan 4 8 Kg < 15 menit < 0,8%
Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)
batas 4 8 kg. Dari Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa kekerasan tablet formula F1
sampai F7 berkisar 4 6 kg. Hal ini dapat dilihat bahwa kekerasan tablet dari
sebesar 6,32 kg, F2 sebesar 5,56 kg, F3 sebesar 5,12 kg, F4 sebesar 4,71 kg, F5
23
sebesar 5,30 kg, F6 sebesar 5,22 kg, F7 sebesar 6,17 kg. Hal ini dapat dilihat
beberapa faktor seperti tekanan kompresi yang diberikan atau perbedaan massa
granul yang mengisis die pada saat pencetakan tablet. Selain itu, berbedanya
nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan
Berdasarka data dari Tabel 3.4, maka hasil pengujian waktu hancur
untuk formula F1 sampai F7 berkisar 7- 10 menit. Dari data di atas formula F1-
waktu hancur yang lebih cepat dibandingkan formula F6 dan F7. Hal ini
kemampuan untuk menyerap air sehingga air akan mudah masuk ke dalam
tablet dan semakin cepat waktu yang diperlukan tablet untuk hancur. Semakin
besar konsentrasi yang diberikan, maka waktu hancurnya akan semakin cepat.
24
menit, F4 sebesar 08,06 menit, F5 sebesar 07,36 menit, F6 sebesar 08,45 menit,
F7 sebesar 09,23 menit. Hal ini dapat dilihat bahwa waktu hancur tablet
Waktu hancur yang semakin cepat maka akan semakin cepat pula
pelarutan dari bahan berkhasiat sehingga akan cepat berkhasiat dalam tubuh
(Murni, 2008).
Berdasarkan data dari Tabel 3.4, maka hasil pengujian friabilitas untuk
0,55% dan F7 (blanko) 0,47%. Pada formula F1-F5 yang menggunakan pati
pati jagung alami sehingga tablet yang dihasilkan lebih rapuh. Hasil friabilitas
25
Gambar 8. Friabilitas tablet dengan presentase bahan pengembang berbeda
sebesar 0,76%, F6 sebesar 0,56%, dan F7 sebesar 0,42%. Hal ini dapat dilihat
Semakin kecil harga friabilitas maka semakin kecil angka kerapuhan tablet.
Friabilitas suatu tablet dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan tablet
(Lachman, dkk.,1994).
maksimum dalam pelarut basa pada panjang gelombang 275 nm. Dari hasil
maksimum yang sama dengan literatur yaitu 275 nm. Gambar kurva dan data
serapan natrium diklofenak baku pembanding (PT. Dexa Medica) dapat dilihat
pada Gambar 9.
26
Gambar 9 Kurva dan Data Serapan Natrium Diklofenak Baku Pembanding
Konsentrasi 12 g/ml dalam pelarut NaOH 0,1 N.
NaOH 0,1 N dilakukan pada rentang konsentrasi 0,00 16,00 g/ml. Dari hasil
terdapat hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dan dari hasil
kurva kalibrasi natrium diklofenak baku pembanding (PT. Dexa Medica) dapat
27
Gambar 10 Kurva kalibrasi Natrium Diklofenak Baku Pembanding dalam
Pelarut NaOH 0,1 N pada Panjang Gelombang 275nm.
pada panjang gelombang 275 nm, ini sesuai dengan identifikasi spektrum
diperoleh panjang gelombang maksimum yang sama dengan literatur yaitu 275
nm. Hasil penentuan kadar natrium diklofenak dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Berdasarkan data dari Tabel 3.5, hasil penetapan kadar tablet natrium
28
Kadar natrium diklofenak yang didapat sesuai dengan persyaratan yaitu tidak
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 110,0% (USP 30, 2007).
Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)
melebihi dari batasan yang ditetapkan yaitu tidak kurang dari 85,0% dan tidak
lebih dari 115,0% dengan simpangan baku relatif (RSD) kurang dari 6,0%.
106
n
a n
m a 104
a gn ) 102
ga u %
re dn
(
100
se a
K K 98
96
F1 F2 F329 F4 F5 F6 F7
Formula
Gambar 11. Keseragaman Kandungan tablet dengan presentase bahan
pengembang berbeda
beda.
jumlah pengisian bahan obat kedalam ruang cetak yang dipengaruhi oleh sifat
alir granul sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai kandungan obat yang
berbeda- beda.
panjang gelombang maksimum yaitu 275,5 nm. Gambar kurva dan data
serapan natrium diklofenak baku pembanding (PT. Dexa Medica) dapat dilihat
30
Gambar 12 Kurva dan Data Serapan Natrium Diklofenak Baku Pembanding
Konsentrasi 12 g/ml dalam Dapar Phosphat pH 6,8
phosphat pH 6,8 dilakukan pada rentang konsentrasi 0,00 18,00 g/ml. Dari
bahwa terdapat hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dan dari
31
Dari hasil uji disolusi tablet yang dapat dilihat pada Tabel 3.7 dapat
pati jagung alami. Dari Tabel 3.7 juga terlihat bahwa semakin besar konsentrasi
pati jagung pragelatinasi maka akan mempercepat waktu larut tablet sampai
pada konsentrasi optimum yaitu 5%. Bila konsentrasi optimum ini dilewati,
maka waktu larut tablet akan diperlambat. Hal ini dapat disebabkan karena
bahan obat dimana ada konsentrasi yang optimal dari bahan penghancur
menutup pori antara bahan pengembang dengan bahan tambahan yang lain
sehingga waktu hancurnya semakin besar dan waktu larutnya semakin lama
(Murni, 2008).
32
Waktu Presentase Kumulatif Na. Diklofenak yang terlepas (%)
(Menit) F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7
Keterangan:
F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 1%
F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 2,5%
F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung pragelatinasi 5%
F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 7,5 %
F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati jagung pragelatinasi 10 %
F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung alami 5%
F7 : Formula tablet tanpa pati jagung pragelatinasi (blanko)
33
Gambar 14. Grafik Persen Kumulatif vs Waktu Disolusi Tablet Na-
Diklofenak
sebesar 16,69% dan F7 sebesar 8,11%. Dari data di atas dapat diketahui bahwa
kelarutan yang lebih besar dibandingkan formula F6 dan F7. Hal ini
Dari data pada Tabel 3.7 dan Gambar 14, menunjukkan bahwa formula
dengan pati jagung pragelatinasi maupun formula dengan pati jagung alami
larut tidak kurang dari 75% (Q ) C14H10Cl2NaNO2, dari jumlah yang tertera
pada etiket.
34
Pengaruh disolusi tablet natrium diklofenak menggunakan pati jagung
kumulatif zar terlarut yang berbeda. Semakin besar konsentrasi pati jagung
pragelatinasi maka zat aktif yang terlarut semakin besar. Semakin cepat tablet
hancur maka semakin cepat pula pelarutan dari bahan berkhasiat sehingga akan
35
Waktu Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
5 menit Between 6.444 6 1.074 45.28 .000
Groups 5
Within .332 14 .024
Groups
Total 6.776 20
15 menit Between 5.509 6 .918 3.397 .028
Groups
Within 3.784 14 .270
Groups
Total 9.293 20
30 menit Between 3.538 6 .590 2.552 .049
Groups
Within 3.235 14 .231
Groups
Total 6.773 20
45 menit Between 5.402 6 .900 4.518 .009
Groups
Within 2.790 14 .199
Groups
Total 8.191 20
60 menit Between 5.312 6 .885 3.824 .018
Groups
Within 3.241 14 .231
Groups
Total 8.553 20
75 menit Between 3.790 6 .632 2.913 .047
Groups
Within 3.036 14 .217
Groups
Total 6.825 20
90 menit Between 1.784 6 .297 1.293 .322
Groups
Within 3.219 14 .230
Groups
Total 5.004 20
105 menit Between 1.375 6 .229 2.155 .111
Groups
Within 1.489 14 .106
36
Dari hasil uji statistik anova pada Tabel 3.8 dapat diketahui hasil
disolusi natrium diklofenak pada menit ke- 5, 15, 30, 45, 60, 75 menunjukkan
F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7 karena nilai p < 0,05. Di mana pada menit ke-5 nilai
p = 0,00, menit ke-15 nilai p = 0,028, menit ke-30 nilai p = 0,049, menit ke-45
nilai p = 0,009, menit ke-60 nilai p = 0,018, menit ke-75 nilai p = 0,047.
Sedangkan pada menit ke- 90, 105 dan 120 tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara tablet natrium diklofenak formula F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7
karena nilai p > 0,05. Di mana pada menit ke-90 nilai p = 0,322, menit ke-105
3.4.1 Hasil uji duncan formula tablet natrium diklofenak menit ke-5
Hasil uji Duncan tablet natrium diklofenak dapat dilihat pada Tabel 3.9.
37
Melalui Tabel 3.9 diketahui bahwa persen kumulatif antara formula F7
(blanko) dengan keenam formula lainnya pada menit ke-5 terdapat perbedaan
signifikan.
Hasil uji Duncan disolusi tablet natrium diklofenak pada menit ke-15
formula F1, F4, F5 dan F6 tidak ada perbedaan bermakna atau signifikan.
Hasil uji Duncan disolusi tablet natrium diklofenak menit ke-30 dapat
38
Tabel 3.11 Hasil uji duncan disolusi menit ke-30
formula F4 dengan formula F1, F2, F5, F6, F7 tidak ada perbedaan yang
Hasil uji Duncan disolusi tablet natrium diklofenak pada menit ke-45
39
Melalui Tabel 3.12 diketahui bahwa persen kumulatif antara formula F7
formula F7 dengan formula F1, F4, F5 dan F6 tidak ada perbedaan yang
3.4.5 Hasil uji duncan disolusi tablet natrium diklofenak menit ke-60
Hasil uji Duncan disolusi tablet natrium diklofenak pada menit ke-60
formula F1, F4, F5, dan F6 tidak terdapat perbedaan bermakna atau signifikan.
40
BAB IV
4.1 Kesimpulan
41
4.2 Saran
modifikasi pati jagung dengan asam organik sebagai pengembang pada tablet.
42