You are on page 1of 8

Histology Sistem Respirasi

1. Hidung
a. Cavum nasi (rongga hidung)
Masing-masing cavum nasi disusun oleh dinding kaku terdiri atas tulang
dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang dindingnya disusun oleh
jaringan ikat fibrosa serta tulang rawan, dan bentuknya dapat berubah-ubah
karena adanya gerakan otot. (1)
Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga
hidung. Kulit luar hidung memasuki nares (cuping hidung) dan berlanjut ke
dalam vestibulum. Disekitar permukaan dalam nares, terdapat banyak kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat, selain rambut pendek tebal, atau vibrisa yang
menyaring partikel-partikel besar dari udara inspirasi. Epitelnya tidak berlapis
bertantuk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.
(2)

Sel terbanyak kedua pada epitel respirasi adalah sel goblet mukosa. Bagian
apikal sel-sel ini mengandung droplet mukus yang terdiri atas glikoprotein. Sel
silindris selebihnya dikenal sebagai sel sikat karena banyaknya mikrovili pada
permukaan apikalnya. Sel sikat mempunyai saraf efferen pada permukaannya
basalnya dan dipandang sebagai reseptor sensorik. Sel basal (pendek) adalah sel
bulat kecil yangterletak diatas lamina basal namun tidak meluas sampai
permukaan lumen epitel. Sel-sel ini diduga merupakan sel induk generatif yang
mengalami mitosis dan kemudian berkembang menjadi jenis sel lain. Jenis sel
terakhir adalah sel granul kecil, yang mirip dengan sel basal kecuali bahwa sel
ini memiliki banyak granul berdiameter 100-300 nm dengan bagian pusat yang
padat. (2)
Gambar I. Fotomikrograf yang menggambarfkan komponen utama dari
epitel respirasi. Pulasan pararonasilin-biru toloidin (PT).
Pembesaran kuat.

Selain itu, pada cavum nasi terdapat concha nasalis superior, medius, dan
inferior. Konka nasalis inferior merupakan yang terbesar dan di lapisi oleh lapisan
mukosa yang lebih tebal. Permukaan selaput lendir (mukosa) tetap basah karena
adanya sekret mukosa dan serosa. (1)

Konka superior ditutupi epitel olfaktorius khusus. Didalam lamina propria


konka terdapat pleksus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (sweel
bodies). Kemoreseptor olfaktorius terletak pada epitel olfaktorius, yaitu daerah
khusus membran mukosa konka superior yang terletak pada palatum durum. (2)

Sel penyokong (supporting cell) memiliki apeks silsindris yang lebar dan
basis yang lebih sempit. Pada permukaan terdapat mikrovili, yang terendam dalam
selapis cairan. Sel-sel basal (basal cell) berukuran kecil; bentuknya bulat atau
kerucut dan membentuk suatu lapisan pada basis epitel. Diantara sel-sel basal dan sel
penyokong terdapat sel-se olfaktorius neuron bipolar yang dapat dibedakan dari
sel-sel penyokong oleh letak intinya, yang terletak didaerah meninggi dan melebar,
tempat sampai 6-8 sillia berasal. (2)

Lamina propria di epitel olfaktorius memiliki kelenjar Bowman. Sekretnya


menghasilkan suatu medium cair disekitar sel-sel olfaktorius yang mampu
membersihkan silia, yang memudahkan akses zat pembau yang baru. (2)

Gambar II. Mukosa olfaktorius memperlihatkan tiga jenis sel (penyokong,


olfaktorius, dan basal) dan sebuah kelenjar Bowman.

2. Laring
Laring adalah tabung tak teratur yang menghubungkan faring dengan
trakea. Didalam lamina propria, terdapat sejumlah tulang rawan laring.
Tulang rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid dan kebanyakan
aritenoid)merupakan tulang rawan hialin. (2)
Epiglotis, yang terjulur keluar dari tepian laring, meluas ke
dalam faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Dibawah
epiglotis, mukosanya membentuk 2 pasang lipatan yang meluas ke
dalam lumen laring. Pasangan atas membentuk pita suara palsu yang
ditutupi epitel respirasi yang dibawahnya terdapat banyak kelenjar
(2)
serosa lamina propria. Pasangan lipatan bawah membentuk pita
suara sejati. Berkas-berkas besar serat elastin yang berjalan paralel
yang membentuk ligamentum vokalis, berada dalm pita suara, yang
ditutupi epitel berlapis gepeng.(2)

Gambar III. Laring

3. Trakea
Di dalam lamina propria, terdapat cincin tulang rawan hialin berbentuk
C yang menjaga agar lumen trakea tetap terbuka dan terdapat banyak kelenjar
seromukaosa yang menghasilkan mukus yang lebih cair. (2)
Gambar IV. Trakea

4. Bronkus
Bronkus memperlihatkan epitel respirasi dengan sel goblet dan sel-sel
silindris bersilia. Jaringan ikat lamina propria mengandung mengandung
kelenjar serosa dan otot polos. Lamina propria banyak mengandung serat
elastin dan memilki banyak kelenjar serosa dan mukosa, dengan saluran yang
bermuara dalam lumen bronkus. Banyak limfosit yang berada didalam
lamina propria dan diantara sel-sel epitel. Terdapat kelenjar getah bening dan
terutama banyak dijumpai ditempat percabangan bronkus. (2)
Gambar V. Bronkus

5. Bronkiolus
Epitelnya bertinglat silindris bersilia, yang makin memendek dan
makin sederhana sampai menjadi epitel selaps silindris bersilia atau selapis
kuboid pada bronkiolus terminalis yang juga mengandung sel Clara. Sel-sel
ini tidak memiliki silia, memiliki granul sekretorididalam apeksnya dan
diketahui menyekresi protein yang melindungi lapisan bronkiolus terhadap
polutan oksidatif dan inflamasi. Lamina proprianya sebagian besar terdiri atas
otot polos dan serat elastin. (2)
Gambar VI. Bronkiolus

6. Alveolus
Secara struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka
pada satu sisinya, yang mirip sarang lebah. Struktur dinding alveolus
dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan
luar dan dalam.(2)

Gambar VII. Alveolus


Refferensi
1. Leeson C. R, Leeson T. S, Paparo A. A. Buku teks histology. Ed. 5. Jakarta: EGC ;
1996

2. Junqueira L. C, Carneiro J. Histologi dasar. Jakarta: EGC ; 2007.

You might also like