You are on page 1of 18

I.

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penanganan pasca panen merupakan upaya sangat strategis dalam rangka
mendukung peningkatan produksi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap
peningkatan produksi dapat
tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu sesuai
persyaratan mutu.
Dalam penanganan pasca panen, salah satu permasalahan yang sering
dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap
penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya
kehilangan hasil dan rendahnya mutu. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu
dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good
Handling Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan
mutu hasil.
Dalam usaha-usaha di bidang pertanian atau secara tegas dalam usaha
budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan atau
pengelolaan tanaman, penting sekali untuk diperhatikan sejak penyiapan lahan
pertanamannya sampai kepada penyimpanan hasil tanamannya. Yang dimaksud
dengan kegiatan penanganan atau pengelolaan tanaman di sini adalah kegiatan
penanganan atau pengelolaan secara benar mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah
dianjurkan.
Tujuan utama dari kegiatan penanganan atau pengelolaan tanaman yaitu agar
dapat diperoleh hasil tanaman yang baik, dalam arti memenuhi harapan atau
memuaskan petani penanamnya, memuaskan pemenuhan kebutuhan umum atau
pasar.

B.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahu bagaimana tidakan yang
baik pada saat panen dan pasca panen .
II. ISI

Penanganan pasca panen adalah tahapan yang dimulai sejak pemungutan hasil
pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan sampai siap
dipasarkan (Soemardi, 1986).
Penanganan pasca panen dilakukan sejak komoditi itu dipanen sampai dengan
pengolahan Tujuan penanganan pasca panen dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Tujuan secara umum adalah untuk melindungi hasil panen yang sifatnya mudah
rusak dengan memperkecil kehilangan dan kerusakan

2. Tujuan secara khusus adalah agar hasil panen tetap segar dan baik mutunya, sifat-
sifat hasil panen lebih menarik (warna, rasa dan aroma), memenuhi standar
perdagangan baik konsumen individu atau industri, mutu selalu terjamin untuk bahan
baku industri, dapat diawetkan dengan mutu yang tetap.

Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai


bidang kajian antara lain:
1. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala
luas seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan
menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa
pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll.

2. Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang
baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai waktu
penanaman. Teknologi benih meliputi pemilihan buah, pengambilan biji,
pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll.
3. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian
(cereal/grains), ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama
disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang telah dipanen dalam kondisi
baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi. Penanganannya dapat berupa
pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing/drying),
pengemasan, penyimpanan, pencegahan serangan hama dan penyakit, dll.

4. Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan
mudah rusak (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan
mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti
pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput, polong alot,
ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa:
pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi, grading, pengemasan,
penyimpanan dingin, pelilinan, dll.

Kerusakan yang terjadi pada hasil produk pasca panen dapat mengakibatkan
kehilangan bobot, mutu, harga, keamanan, pasar dan kepercayaan, Kehilangan pasca
panen produk pasca panen segar diperkirakan berkisar antara 25-80 % tergantung
pada jenis produk dan teknologi pascapanen yang digunakan. Penurunan mutu
produk pasca panen disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Proses-proses biologis,
kegiatan mikroorganisme,berkembangnya hama gudang dan kerusakan fisik/mekanis.
Penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik
dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai
komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui :
a. Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani: struktur dan komposisi hasil tanaman

b. Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi, transpirasi, produksi etilen

c. Teknologi penangan pasca panen yang sesuai

Teknologi pascapanen merupakan suatu perangkat yang digunakan dalam


upaya peningkatan kualitas penanganan dengan tujuan mengurangi susut karena
penurunan mutu produk yang melibatkan proses fisiologi normal dan atau respon
terhadap kondisi yang tidak cocok akibat perubahan lingkungan secara fisik, kimia,
dan biologis. Teknologi pascapanen diperlukan untuk menurunkan atau bila mungkin
menghilangkan susutnya produk pascapanen.
Penangan Pasca panen dapat melibatkan suatu teknologi yang sederhana, yang
mungkin diadaptasi di daerah pedesaan, maupun teknologi-teknologi canggih.
Dengan penerapan teknologi pasca panen, maka akan di dapat beberapa keuntungan
seperti:
1. Memperpanjang waktu serta jumlah tersedianya bahan pangan

2. Mempermudah penyimpanan serta distribusinya

3. Menaikkan nilai tambah ekonomis yang berupa profit (keuntungan) maupun nilai
tambah sosial berupa ketersediaan lowongan kerja yang lebih banyak

4. Memperoleh produk hasil pertanian yang lebih menarik, misalnya kenampakan,


cita rasa dan sifat-sifat fisis lainnya.

5. Tersedianya bahan limbah hasil pertanian yang mungkin masih dapat digunakan
untuk memproduksi bahan lain seperti ampas tebu sebagai bahan pembuatan kertas.
6. Mendorong tambahnya industri-industri non pertanian yang menunjang industri
pertanian, seperti industri kimia, gelas, bahan pengepak dan lain-lain. Keberhasilan
penanganan pasca panen sangat ditentukan dari tindakan awalnya, yaitu panen dan
penanganan pasca panen yang baik harus dimulai sedini mungkin dan segera setelah
panen dilakukan.

Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),


tapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya akan
melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang-pendeknya
jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana
yang sebaiknya dilakukan.

Perakuan saat pemanenan

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu
diperhatikan pada pemanenan, yaitu :
1. Menentukan waktu panen yang tepat. Yaitu menentukan kematangan yang tepat
dan saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :
a. Cara visual/penampakan: misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran,
perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain

b. Cara fisik: misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik
dan lain-lain.

c. Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari
mulai bunga mekar.

d. Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau


senyawa yang ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar asam,
aroma dan lain-lain.
2. Melakukan penanganan panen yang baik. Yaitu menekan kerusakan yang dapat
terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu
diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan
(sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.

Penanganan panen yang baik

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan panen :


1. Lakukan persiapan panen dengan baik. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat
penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan tidak
ceroboh.

2. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara hati-
hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang
sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, bawang merah dicabut dan pada
kentang, tanah di sekitar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul atau
kored dan umbi dkieluarkan dari dalam tanah. Hindari kerusakan/luka pada umbi saat
pembongkaran tanah.

3. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen.

4. Gunakan tempat / wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil
panen di atas tanah atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil panen terlalu
tinggi.

5. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak
melakukan pemindahan wadah. Pada tomat, hindari memar atau lecet dari buah
karena terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah atau antar buah dengan
wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara dilempar-lempar.

6. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik dari buah
atau umbi yang luka, memar atau yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan
tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.
Penanganan setelah panen dilakukan
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan
segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan
kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan.
Perlakuan tersebut antara lain:
1. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-
bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama.
Pada bawang merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.
2. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah. Buah
setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar
matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan
mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila
fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah sekitar
10C dalam waktu 1 2 jam.
3. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 2 jam sampai tanah
yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah itu
juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang segera
disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran) Curing juga berperan menutup luka
yang terjadi pada saat panen.
4. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada
buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk
memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
5. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk
membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan
pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.
Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada air
pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada
mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin pada
permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.
6. Pembersihan (cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda
asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai
atau akar yang tidak dikehendaki.
7. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang
tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat.

Penanganan pasca panen

Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:


a. Grading (pengkelasan) dan standarisasi

b. Pengemasan dan pelabelan

c. Penyimpanan

d. Pengangkutan.

Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain:
pemberian
bahan kimia, pelilinan, pemeraman.
a. Grading dan Standarisasi
Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam
kelas1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya.
Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya.
Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang
lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk
pemilahan (kriteria) dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar.
Standarisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut
kemasannya yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada
dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup
kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.
b. Pengemasan
Pengemasan dimaksudkan untuk melindungi produk dari kerusakan (fisik)
dan memudahkan dalam pengangkutan dan distribusi. Pengemasan sudah dimulai
sejak pemanenan sampai dengan produk olahnya.
Beberapa persyaratan alat kemas untuk buah-buahan segar adalah dapat
melindungi dari kerusakan fisik, memperkecil kehilangan air, dapat mengatur suhu
(ventilasi), mudah beradaptasi dan harus sesuai dengan sistem dan jenis komoditi.
Bahan untuk alat kemas bisa karton, kayu, bambu, serat, platik dan lain-lain.
Keuntungan dari pengemasan yang baik:
- Melindungi komoditas dari kerusakan
-Melindungi dari kerusakan mekanis: gesekan, tekanan, getaran
-Melindungi dari pengaruh lingkungan: temperatur, kelembaban, angin
-Melindungi dari kotoran / pencemaran: sanitasi
-Melindungi dari kehilangan (pencurian): memudahkan pengontrolan
-Memudahkan penanganan:
Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan
Memberikan kesinambungan dalam penanganan :
-Mengacu pada standarisasi wadah / kontainer
- Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran
-Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)
-Lebih menarik
-Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas
-Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi produk
yang dikemas
- Mengurangi / menekan biaya transportasi biaya tataniaga

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:


1. Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh
atau kerusakan lain.

2. Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi)

3. Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi

4. Container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga pengisi atau pelindung,
harus bersih atau untuk yang tidak didaur pakai seperti kardus, plastic transparan
dan lain-lain, harus yang baru.

5. Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling . Pengemasan


sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.

6. Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas
dan lama penyimpanan/pengangkutan.

Pada beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang
diperbolehkan, juga dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia setelah
panen.
c. Pengawetan
Proses pengawetan dilakukan untuk memperpanjang umur simpan (lamanya
suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan) produk pangan. Proses
pengolahan apa yang akan dilakukan, tergantung pada berapa lama umur simpan
produk yang diinginkan, dan berapa banyak perubahan mutu produk yang dapat
diterima. Berdasarkan target waktu pengawetan, maka pengawetan dapat bersifat
jangka pendek atau bersifat jangka panjang.
Pengawetan Pangan ditujukan untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan yang
tidak diinginkan pada produk pangan, yaitu menurunnya nilai gizi dan mutu sensori
bahan pangan, dengan cara mengontrol pertumbuhan mikroorganisme, mengurangi
terjadinya perubahan-perubahan kimia, fisik dan fisiologis alami yang tidak
diinginkan, serta mencegah terjadinya kontaminasi.
Ada tiga konsep metoda pengawetan yang umum dijalankan yaitu pengawetan secara
kimiawi, pengawetan secara biologis dan pengawetan secara fisik.
d. Pengalengan

Pengalengan adalah metode pengawetan makanan dengan memanaskannya dalam


suhu yang akan membunuh mikroorganisme, dan kemudian menutupinya dalam
stoples maupun kaleng.
mungkin bisa dikalengkan dalam wadah air masak (tanpa tekanan tinggi) adalah
makanan asam seperti buah, sayur asin, atau makanan lain yang ditambahi asam.
e. Penyimpanan

Penyimpanan bentujuan untuk memperpanjang daya simpan dengan cara


memperlambat aktivitas fisiologis, menghambat perkembangan mikrobia perusak dan
memperkecil penguapan.
Kondisi penyimpanan perlu diperhatikan yang meliputi suhu, kelembaban, komposisi
udara dan tekanan. Untuk buah segar penyimpanan sebaiknya menggunakan suhu
rendah dan kelembaban tinggi untuk mengurangi terjadinya transpirasi. Dapat
ditambahkan bahan-bahan yang dapat menghambat atau memacu proses pematangan.
Prinsip dari perlakuan penyimpanan:
a. Mengendalikan laju transpirasi

b. Mengendalikan repirasi

c. Mengendalikan / mencegah serangan penyakit

d. Mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen

f. Pengangkutan

Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi


penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor pengangkutan
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Fasilitas angkutannya

2. Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan

3. Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan 4. Perlakuan bongkar-


muat yang di terapkan
Transportasi merupakan kegiatan penting dalam penanganan, penyimpanan,
dan distribusi produk. Salah satu mata rantai penanganan pasca panen yang
merupakan penyumbang kerusakan cukup tinggi, yakni mencapai 6-30% tergantung
dari jarak tempuh dan bahan kemasan yang digunakan. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah kondisi jalan yang dilalui kendaraan transportasi. Hal ini
menyebabkan produk mengalami guncangan yang besar jika kondisi jalan sangat
tidak rata.
Faktor untuk pemilihan sistem pengangkutan:
1. Waktu dan Jarak

2. Jenis dan karakteristik produk

3. Perlakuan pra pengangkutan

4. Pengemasan

5. Metoda penanganan

6. Mode Pengangkutan

7. Lingkungan selama pengangkutan

8. Penyebaran

9. Harga Produk

10. Biaya pengangkutan


FAKTOR-FAKTOR PRAPANEN YANG MEMPENGARUHI MUTU
DAN FISIOLOGI PASCA PANEN

Lamanya penyinaran, respirasi, evaporasi, komposisi kimia, penampakan luar,


struktur anatomi, pembusukan, mutu rasa, perilaku dan sifat-sifat pascapanen lainnya,
sebagian mencerminkan cara pembudidayaan dan keadaan lingkungan sebelumnya
yang berpengaruh terhadap hasil. Disamping varietas dan kemasan, kondisi prapanen
ini dapat digolongkan dalam faktor-faktor lingkungan dan budidaya.
Faktor lingkungan mencakup suhu, kelembaban, cahaya, tekstur tanah, angin,
ketinggian tempat dan curah hujan. Yang termasuk faktor budidaya adalah nutrisi
mineral, pengolahan tanah, pemangkasan, penjarangan, penyemprotan dengan bahan-
bahan kimia, benih atau bibit, jarak tanam, dan drainase. Faktor-faktor ini
mempengaruhi perolehan mutu tinggi pada saat panen. Tetapi tidaklah mungkin untuk
menentukan andil masing-masing faktor itu terhadap kualitas. Selain itu, satu sifat,
misalnya ukuran, mungkin dipengaruhi oleh beberapa persyaratan pertumbuhan,
namun telah diketahui bahwa satu faktor dapat bersifat dominan dan menimbulkan
pengaruh yang besar terhadap faktor-faktor lainnya.
Oleh karena faktor-faktor tersebut di atas beragam, maka Wilkinson (1970)
menyatakan, bahwa cuplikan dalam percobaan-percobaan penyimpanan harus luas
dan dilakukan pada beberapa mus

PENGARUH IKLIM
Suhu

Untuk kebanyakan buah-buahan dan sayur-sayuran, makin tinggi suhu


selama masa pertumbuhan, makin dini pula waktu panennya. Bagi buah-buahan
diperlukan hari-hari panas dan malam-malam dingin selama pertumbuhan untuk
perkembangan warna yang penuh pada saat masak.
Metabolisme dan komposisi buah dipengaruhi oeh suhu. Tomat yang ditanam pada
suhu malam 670C mempunyai laju respirasi lebih tinggi daripada yang ditanam pada
suhu 570C atau 620C. Jadi makin tinggi suhu pad musim panas, makin rendah
kandungan TZT buah tomat (Total Zat terlarut).
Cahaya
Lama penyinaran, intensitas dan mutu cahaya mempengaruhi mutu buah pada waktu
pemanenan. Pad tomat buah-buahan yang terlindung oleh dedaunan pada masa
pemasakan menghasilkan warna merah yang lebih intensif dari pada buah yang
terkena sinar matahari langsung di lapangan. Variasi jarak tanam mempengaruhi mutu
buah dan sayuran yang berupa buah, antara lain makin rapat penanaman makin
kurang rasa manis buahnya. Begitu pula pada sayuran yang berupa daun, daunnya
lebih lebar dan lebih tipis.
Perbedaan panjang hari dan mutu sinar mempengaruhi fisiologi hasi, misalnya
bawang merah beriklim hari pendek tidak akan menghasilkan umbi yang besar bila
ditanam pada daerah beriklim hari panjang. Demikian pula dengan pembentukan zat
warna biru pada bunga (antosianin) seperti pada kubis atau terong ungu, yang
dikendalikan oleh cahaya gelombang pendek di daerah biru dan lembayung.
Gangguan-gangguan fungsional mungkin juga dipengaruhi oleh cahaya. Pada
percobaan penaungan pada jeruk besar, Pantastico(1968) menunjukan adanya
penurunan kerusakan oleh pendinginan yang dilakukan kemudian. Namun gangguan
ini terutama merupakan gejala yang dikendalikan oleh suhu.

Faktor Lingkungan Lainnya


Pemberian air pada tanaman harus mencukupi untuk menjamin hasil yang
berkualitas tinggi. Kekurangan kelembababan dalam tanah selama beberapa hari saja
dapat berakibat buruk bagi tanaman. Sebaliknya, curah hujan berlebihanpun dapat
menimbulkan kerugian-kerugian. Air tanah mungkin ada hubungannya dengan tekstur
tanah, Chandler (1965) menyatakan buah-buah pada pohon yang tumbuh pada tanah
berpasir atau berkerikil menjadi masak lebih awal daripada yang tumbuh di tanah
berlempung. Pada tanah dengan pengaturan yang buruk, ruang-ruangnya terisi oleh
air sehingga aerasinya berkurang.Angin dapat merusak daun sayuran atau
menimbulkan luka gerakan padabuah. Kecepatan angin yang sedang dapat
menimbulkan cacat bekas luka pada jeruk, kalau buah-buahnya bergesekan dengan
ranting atau duri-duri (Smooth dkk, 1971).
III. KESIMPULAN

1.Pengananan pasca panen produk pertanian memang harus dilakukan untuk


mengurangi kehilangan pasca panen yang cukup besar dan kerugian yang
ditimbulkan akibat kerusakan atau busuknya hasil panen produk pertanian. \
2.Menentukan saat panen adalah menetapkan saat panen yang tepat sehingga tidak
terjadi atau paling tidak mengurangi kendala yang mungkin nanti dihadapi pada saat
panen atau pasca panen. Kegiatan ini perlu dilakukanan dengan pertimbangan-
pertimbangan yang berkaitan dengan iklim, kematangan hasil dan faktor-faktor lain
seperti ketersediaan peralatan, perlengkapan, tenaga kerja dan pengangkutan hasil
produksi.
3.Cara panen berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Tanaman biji-bijian
memerlukan cara panen yang baik agar kehilangan biji di lapang tidak terlalu besar.
Pada tanaman ubi-ubian, cara panen sudah barang tentu berbeda.
4. Petani yang baik selalu mencatat semua hal yang terkait dengan usaha taninya,
terutama dalam kaitannya dengan semua kebutuhan input produksi dan prakiraan
hasil panen yang akan didapat.

You might also like