Professional Documents
Culture Documents
Ilmu Patologi klinik adalah Ilmu Kedokteran bidang para klinik yang
merupakan jembatan antara bidang preklinik dan bidang klinik. Karena ini
sering dimasukkan dalam golongan yang klinik, dan diberi berbagai nama,
misalnya: Klinik Pathology (Amerika), Laboratorium Medicine (Inggris),
Klinische Diagnostik (Belanda). Ilmu ini mempelajari keadaan patologik yang
berhubungan denganklinik, antara lain apa yang disebut keadaan patologik
tersebut, mengapa keadaan patologik itu terjadi dan bagaimana menentukan
keadaan patologik tersebut,
Untuk mengetahui apa dan mengapa darl keadaan patologlk
diperlukan pengetahuan teori, sedang untuk mengetahui bagaimana'
menentukan keadaan patologik "tersebut diperlukanpengetahuan praktek.
Untuk terakhir inilah diperlukan laboratorium Patologi Kllnik.
Kegunaan ilmu ini ialah untuk membantu rnenentukan dlagnosis suatu
penyakit dengan memeriksa bahan darisi sakit di laboratorium Patologi
Klinik.
Patologi Klinik dibagi dalam seksi-seksi yaitu:
1. Hematologi yang mempelajari keadaan patologik dari pemeriksaan
darah, imunologi dan hal-hal yang berhubungan dengan transfusi darah.
2. Kimia klinik atau sering disebut kliniks kimia.
Chemical Pathology atau Clinical Biochemistry yang mempelajari
keadaan patologik secara kimiawi.
Mikrobiologi klinik atau Clinical Microbiology yang mempelajari sebagian
dari mikrobiologi yang langsung digunakan untuk keperluan klinik.
3. Organologi yang mempelajari keadaan patologik dari organ tubuh
misalnya, hati, ginjal dan kelenjar endorin.
Laboratorium patologi Klinik adalah laboratorium yang digunakan untuk
menentukan keadaan patologi dari bahan-bahan yang dipergunakan oleh
dari si sakit misalnya darah, urine, liquor.
Syarat laboratorium patologi Klinik adalah:
1. Adanya Staf
Staf ini terdiri dari orang-orang yang berpengetahuan dan berpengalaman
dalam bidang patologi klinik, tenaga tehnisi dan tenaga
administrasi.Sebagai pemimpin biasanya seorang yang berpengalaman
dalam bidang manajemen, seorang ahli patologi klinik, seorang dokter
atau seorang sarjana yang mengerti tentang patologi klinik. Stafnya dapat
terdiri dari:
a. Dokter ahli, dokter umum.
b. Sarjana Farmasi, Kimia, Insinyur dan lain-lainnya.
c. Analis Kimia dan Mikrobiologi
d. Laboran-Laboran
e. Petugas-petugas lain misalnya:
- Tenaga administrasi
- Tenaga tehnisi
- Pembersih ruangan
- Pembersih alat-alat dan sebagainya.
2. Adanya Laboratorium
Laboratorium terdiri dari ruang yang bersih, terang, ventilasi cukup
dan dilengkapi dengan:
a. Air leding, listrik dan gas yang baik
b. Mebel-mebel seperti meja, bangku, lemari dan lain-lainnya sesuai
dengan keperluan.
c. Alat-Alat
- Alat pemeriksaan misalnya colorimeter pH meter, spectrophotometer
- Alat gelas
- Alat pembantu seperti pendingin, pengeram, oven
- Buku teks, buku pedoman, buku hasil pemeriksaan dan majalah-
majalah sesuai dengan keperluan.
Besar kecilnya laboratorium Patologi Klinik adalah tergantung kepada
keperluan.Laboratorium yang melayani Puskesmas cukup satu ruangan
yang memenuhi sebagian persyaratan di atas.Sedangkan laboratorium
yang melayani rumah sakit seharusnya memenuhi persyaratan di atas.
4. Hubungan kerja
Dengan memperhatikan prosedur kerja di atas, akan terjadilah
hubungan kerja teratur antara laboratorium patologi klinik, R.S. dokter dan
masyarakat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan
timbulnya bahaya tertentu di laboratorium dan bagaimana cara
pencegahannya atau penanggulangannya. Bahaya tersebut antara lain:
a. Keracunan
b. Kebakaran atau ledakan
c. Terbakar dan tersiram cairan panas
d. Lecet
e. Infeksi baik oleh bakteri, virus ataupun parasit
f. Gigitan binatang percobaan
g. Radiasi
Penatalaksanaan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di
laboratorium misalnya:
a. Bila bahan-bahan keras / racun mengenai kulit, cuci dengan air dan
sabun.
b. Bila mengenai saluran pernapasan (inhalasi) misalnya chloroform,
bahan anaesthesi, penderita dipindahkan ke tempat segar, mungkin
perlu melakukan hiperventilasi.
5. Cara Pemeriksaan
Banyak cara pemeriksaan dilakukan di laboratorium.
Pemeriksaanmikroskopik bertujuan untuk melihat morfologi yang
diperiksa dengan cara pembesaran. Pemeriksaan kimia bertujuan
membuktikan sesuatu dengan reaksi kimia yang hasilnya dapat kualitatif,
semikuantitatif dan kuantitatif.Pemeriksaan serologi imunologi bertujuan
membuktikan keadaan patologik pada umumnya berdasarkan reaksi
antigen dengan antibody.
SELAMAT BELAJAR
HEMATOLOGI
Oleh : dr.Hj. Darmawaty R SpPK(K)
Susunan Darah
Darah terdiri dari komponen cair (plasma) dan komponen selular
(eritrosit, lekosit dan trombosit).Plasma terdiri dari 92% air dan 7 9 %
terdiri dari zat padat.
Protein : - Albumin
- Globulin
- Fibrinogen
1. Unsur anorganik : Na, Ca, K, P, Fe, I
2. Unsur Organik : N. P. N (Non protein nitrogen)
- Urea - Asam amino
- Asam Urat - Lemak Netral
- Xantin - Fosfolipid
- Kreatinin - Cholesterol
- Enzim-Enzim: - Glukosa
- Amilase
- Protease
- Lipase
Bila darah dibiarkan membeku selama beberapa jam (biasanya 2
jam) terpisahkan menjadi 2 bagian yaitu bagian bekuan darah dan
bagian cairan yang kekuning-kekuningan disebut serum. Bila darah
dicampur dengan antikoagulansia dan kemudian dipusingkan maka
darah terpisah atas 2 bagian yaitu bagian yang mengendap terutama
terdiri dari atas sel-sel dan bagian supernatan yang berwarna
kekuning-kuningan disebut plasma.
Serum: plasma fibrininogen dan factor-faktor pembekuan protein.
Plasma: 53% albumin -Dibentukdalam hati
- Peranan utama mengatur tek koloid osmotic,
pH, keseimbangan elektrolit, transport ion-ion
logam, asam lemak, steroid, hormone, obat-
obatan.
43 % globulin -Dibentuk dalam hati dan jaringan limfosit
(limfosil, sel plasma)
- Peranannya dalam pembentukan antibody
dan protrombin
HEMOPOESIS
Hemopoesis ialah proses pembentukan sel-sel darah di dalam badan.
Di kenal sel darah perifer dan sel sumsum tulang.Sel sumsum tulang.Sel
darah perifer terdiri dari seri lekosit, eristrosit, trombosit.Lekosit bergranula
disebut granulosit, sedang yang tak bergranula ialah limfosit, monosit dan
plasmosit.
Teori hemopoesis:
1. Teori Monophyletik (maximow)
Menurut teori ini semua sel-sel darah berasal dari satu sel asal
atau stemcell yang sifatnya pluripotensial yaitu membentuk semua sel-
sel darah.
2. Teori Poliphyletik (Sabin)
Menurut teori ini sel-sel darah berasal dari banyak sel asal
misalnya:
a. Eritrosit dari eritroblast
b. Granulosit dari myeloblast
c. Monosit dari monoblast
d. Plasmosit dari plasmoblast
e. Trombosit dari megakaryoblast
f. Limfosit dari limfoblast
Kedua teori tersebut dianggap benar dan ini dibuktikan oleh Till C.S.
ditemukan pada tikus koloni sel-sel yang bersifat pluripotensial dan pada
system lymfatika ditemukan sel asal dari limfosit.Dengan demikian
dibedakan dari stem-cell.
a. CFU Cell
Colony forming Unit Cell ini dapat berkembang dan berdiferensiasi
hingga terjadi:
- Seri Eritrosit
- Seri Granulosit
- Seri Monosit
- Seri Trombosit
b. Limfosit
Golongan ini dapat berdifferensiasi menjadi:
- Seri timosit
- Seri limfosit
- Plasma sel (plasmosit)
Hemopoesis dimulai sejak foetus berada dalam kandungan yaitu
mulai sejak saat terjadinya saccus vitellinus dan sebelum terjadi organ-organ
yang lain. Ada 3 fase hemopoesis yaitu:
1. Fase Mesoblastik
Sel-sel darah primitive dibentuk dalam saccus vitellinus.Sel-sel
darah di sini masih serupa dan merupakan sel asal.Ini berlangsung pada
bulan pertama sampai kedua dalam kandungan.
2. Fase Hepato Spleno Lympo, Myeloid
Sel-sel darah dibuat di dalam kapiler, lien, kel limfe dan sumsum
tulang.Di samping sel asal atau stem cell, sudah terjadi differensiasi
menjadi eritrosit, megakaryosit, granulosit, limfosit, monosit dan
plasmosit.Ini berlangsung pada waktu foetus berumur 1 bulan sampai
dengan 9 10 bulan.
3. Fase Myeloid
Sel-sel darah dibuat oleh sumsum tulang merah dan terus
berlangsung sejak foetus berumur 4 bulan sampai orang itu
meninggal.Terbentuk sel-sel dan differensiasi menjadi bermacam-macam
sel darah dari yang muda sampai yang tua.Pada akhir masa fetal sampai
masa 6 7 minggu postnatal, pusat-pusat pembentukan darah terjadi di
sumsum tulang yang terdapat pada tulang-tulang panjang (femur,
humerus) dan tulang-tulang pipih (scapula, pelvis, sternum,
vertebra).Sedangkan pada masa dewasa hanya tulang-tulang pipih
membentuk sel-sel darah karena itu sumsum tulang pipih membentuk sel-
sel darah oleh karena itu sumsum tulang pipih disebut sumsum
merah.Tulang panjang hanya berisi lemak kecuali bagian proksimal
tulang sumsum dan femur hingga sumsum tulang panjang disebut
sumsum kuning.Jadi setelah bayi dilahirkan, hemopoesis hanya di dalam
sumsum tulang merah dan system limfatik.Namun demikian diorgan-
organ lain misalnya lien, hati, kelenjar getah bening dan thymus dan inilah
yang disebut hematopoesis ekstra medular.
Pada masa orang dewasa dan dalam keadaan yang normal hepar
dan limpa tidak aktif tetapi pada keadaan-keadaan darurat (proses
hemolitik yang hebat) hepar limpa aktif kembali dengan membentuk sel-
sel darah.Kelenjar tymus hanya aktif pada masa anak-anak dan biasanya
tidak berfungsi lagi setelah masa akil balik.
Morfologi sel-sel darah dari yang muda sampai yang tua pada
umumnya adalah sebagai berikut:
1. Bentuk
Sel muda bentuknya bulat dan makin tua bentuknya bervariasi
2. Ukuran
Sel muda ukurannya lebih besar dari pada sel tua
3. Warna
Sel muda cytoplasmanya biru, makin tua merah ortochromatik.Granula
dalam cytoplasma sel muda tidak ada dan pada sel tua biasanya ada
granula dan berdifferensiasi.Sel muda cytoplasmanya merah dan
makin tua intinya makin ungu.
Nomenklatur sel-sel darah pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Sel termuda diberi nama menurut jenis ditambah akhiran blast,
misalnya: mono + blast.
2. Sel sesudah itu diberi nama dengan awalan pro nama jenis dan
akhiran sit misalnya : pro mono sit.
3. Sel tertua diberinama sesuai jenisnya misalnya monosit limfosit.
Dalam keadaan patologik morfologi sel-sel darah menyimpang dari keadaan
normal. Misalnya pada seri eritrosit dapat berubah menjadi seri makrositer,
megalositer atau mikrositer
Sel eritrosit yang mature di darah tepi normal tidak mempunyai inti.
Adanya sel eritrosit yang berinti di darah tepi selalu merupakan keadaan
patologik dan biasanya disebabkan karena adanya peningkatan kebutuhan
(proses hemolitik).
Untuk mengetahui morfologi, nomenklatur dan kelainannya lebih lanjut
harap melihat di dalam Digga (Atlas of Hematology) dan Slides selama
perkuliahan.
a. Menyebutkan cara penyimpanan dan pengiriman contoh bahan untuk
pem. Hematologi
b. Memilih antikoagulansia yang sesuai dengan jenis pem. yang
dilakukan.
c. Menjelaskan syarat-syarat antikoagulansia yang baik.
d. Menyatakan perbandingan antikoagulansia dengan darah yang
dipakai.
Hematokrit
Hm ialah volume RBC yang dipisahkan dan ditempatkan dari plasma
dengan jelan memutarnya dalam suatu tabung khusus dalam waktu dan
kecepatan tertentu dan nilainya dinyatakan dalam %.
Penentuan Hm merupakan metode yang diteliti dan sederhana
dibandingkan dengan penentuan Hb dan HE di dalam mengukur derajat
anemia tau polisitemi, karena itu banyak digunakan sebagai skeening umum.
Hm sering disebut:
VPRC : Volume Packed Red Cell
VPC : Volume Packed Cell.
Penentuan Hm biasa secara:
Makro dengan Wintrobe
Mikro dengan pipet kapiler
Penentuan Hm secara makro:
Tabung Wintrobe yang telah diisi darah seperti pada penentuan LED
Wintrobe atau yang sudah dipakai untuk penentuan LED Wintrobe diputar
dengan 3000 rpm selama jam.
Catatlah tinggi volume RBC yang telah dimanfaatkan dengan melihat
skala yang terdapat sebelah kanan tabung. (angka 0 didasar tabung
angka 10 di atas) kemudian angka 10 umpama: dibaca 4 maka Hm =
45% Nilai normal:
40 54 %
37 47 %
Penentuan Hm cara Mikro:
Untuk ini dipakai tabung kapiler, tabung ini ada yang sudah berisi
heparin, ada juga yang belum berisi apa-apa.Untuk tabung yang sudah yang
sudah berisi heparin, dipakai darah yang tidak tercampur dengan
anticoagulant, untuk tabung yang belum berisi apa-apa dipakai darah
oksalat. Dengan daya kapilaritetnya darah akan masuk ke dalam tabung,
kemudian ujungnya ditutup dengan alat kampus, diputar pada centrifugs
khusus selama 10 menit. Pemeriksaan Hm cara makro dan mikro tentu ada
kebaikan dan kekurangannya (lihat Wintrobe).
Hemoglobin (Hb)
Hb adalah suatu gabungan antara Hemo dan Globin (, Globin)
yang mempunyai berat molekul 67.000,0 Heme yang merupakan 4% dari
berat Hb, adalah struktur porphyrin dengan inti Fe. Heme menentukan
derajat konsentrasi Hb dan kadar Hb menentukan derajat kemerahan
eritrosit. Bentuk eritrosit yang bikonkaf memberikan gambaran kepada kita
bahwa pada bagian sentralnya mengandung bagian perifer.
Macam-Macam Hb
Tidak kurang dari 14 macam Hb pada manusia telah dikenal dan
dipelajari mendalam dengan bantuan elektroforsis. Macam-macam Hb
disebut dengan memberikan symbol huruf-huruf besar (alphabet) misalnya
HbA, Hb C, Hb D, Hb F, Hb G, Hb H, Hb I, Hb S dan lain-lain.
1. Hb A
Disebut juga Hb dewasa (normal adult hemoglobin), mulai diproduksi
pada umur 5 atau 6 bulan kehamilan (intrauterine).Konsentrasi mencapai
99 % pada 6 bulan pertama sesudah kehamilan. Hb A akan
menggantikan Hb fetus (Hb F) sebelum tahun kedua dari kehamilan.
2. Hb F
Disebut juga Hb fetus (fetal hemoglobin).Fb F mulai ditemukan dalam
darah fetum pada minggu ke 20 dari kehamilan.Pada neonates Hb P
masih terdapat kira-kira 55 85 % kemudian perlahan-perlahan
berkurang.Pada waktu bayi berumur 2 tahun, Hb F itu tinggal sedikit
sekali.Hb F resisten (tahan) terhadap alkali sehingga dapat dengan
mudah dipisahkan dari Hb A.
Penentuan Kadar Hb
Kadar Hb dapat ditentukan secara kolorimetrik, gasometrik, fisik
(metode berat jenis) dan kimia.
1. Cara Kolorimetrik
Cara ini dapat dilakukan secara visual atau secara fotoelektrik. Pada cara
ini Hb diubah menjadi:
a. Oxy Hb : Tallquiat
b. Acid Hematin : Sahli
c. Alkali Hematin
d. Firiden Hemokrogen
e. Cynmeth Hb : Drabkin
2. Cara Gasometrik
Dengan cara ini ditentukan kapasitas O 2 dari darah, umpama menurut V.
Slyke.
3. Cara Physis : Metode B. D
Darah (1 tetes) diteteskan ke dalam macam-macam larutan CuSO 4 dilihat
di mata darah melayang.Cara ini kasar, hanya dilakukan pada
pemeriksaan massal.
4. Cara Kimia
Methemoglobin terbentuk karena Hb diubah dari Ferre ke Ferri oleh Ferri
Cyanida. Met Hb dnegan K Chanida membentuk cyan met Hb yang dapat
diukur pada 550 spektrophotometer.
Harga normal Hb dan Interpretasinya:
Menilai kadar Hb sangat tergantung dari alat/caranya. Berdasarkan
ini maka harus diikutsertakan alat yang dipakai misalnya: 12 gr % Shali,
Erke, Sianmeth dan lain-lain. Pula umur penderita harus disebutkan oleh
karena kadar Hb juga tergantung umur, misalnya: neonati kasar Hb: 20
22 gr % Harga normal kadar Hb untuk orang dewasa:
Laki-Laki : 14 15 gr %
Wanita : 12 16 gr %
Kalau kadar Hb kurang dari normal, keadaan ini disebut Hypochromemia.
Kalau kadar Hb lebih dari normal disebut Hyperchromemia, misalnya
pada polycytemia.
Eritrosit
Eritrosit yang beredar dalam darah perifer sudah tidak berinti lagi,
umurnya 100 120 hari. Eristrosit mengandung:
a. 65 % air
b. 33 % Hb
c. 2 % zat-zat lain seperti Na+, K+, Cl, H+ dan lain-lain.
Eritrosit dewasa tidak mengandung mitochondria, energy didapat dari
glikolisis anaereb.
SELAMAT BELAJAR
PEGANGAN KULIAH
ANEMIA
Patofisiologi
Defisiensi asam folat mengganggu sintesa DNA, karena sintesa RNA
dan protein berlangsung terus maka terjadi ketidakseimbangan dalam
pertumbuhan eritrosit di mana komponen sitoplasma, terutama hemoglobin,
disintesa dalam jumlah banyak selama pemisahan sel tertinda. Penyebab
defisiensi asam folat:
A. Diet yang kurang asam folat: hal ini banyak dijumpai di daerah tropis dan
sering ditemuka di klinik. Factor-faktor yang mempengaruhin diet semcam
ini adalah:
1. Pencandu Alkohol
2. Penyakit Kronik
3. Umur Tua
4. Gangguan Mental
5. Food Faddism
6. Kemiskinan
B. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan dan bayi, juga pada
hipertiroidisme, keganasan dan sorosis hati.
C. Malabsorpsi folat:
1. Karena kerja antagonistic dari obat misalnya anti-konvulasan dan
kontraseptif oral:
- Fenibarbita
- Dilantin
- Pirimidone
2. Karena penyakit, celiac pada anak, steatorrihoe idiopatik pada orang
dewasa, dan seriawan tropic. Pada sariawan tropic, yang merupakan
penyakit endemik di Indonesia, lesi bias dijumpai di seluruh bagian
dari usus kecil.
ANEMIA APLASTIK
4. Retikulositosis
Pada anemia hemolitik kronik dan beberapa saat setelah serangan akut,
umumnya eritropoiesis meningkat yang ditandai dengan adanya
retikulositosis.Pada sediaan/apuan darah tepi yang diwarnai, bila ada
retikulositosis, dijumpai polikromatofilia dan fine stippling.Retikulosi
berukuran lebih besar dari pada ritrosit normal, dank arena pelepasannya
dari sumsum tulang percepat, maka terdapat keadaan marositosis
(kecuali pada sperositosis herediter dan penyakit sel sabit sebab defek
intruksi cenderung menghasilkan mikrosit).
ANEMIA POSTHEMORAGIK
Anemia posthemoragik terdiri dari bentuk dan kronik.Disebutkan
anemia posthemoragik kronik jika terjadi kehilangan darah dalam jumlah
kecil, dalam waktu lama dan persediaan besi terganggu. Gambaran darah
sama dengan pada anemia defisiensi besi. Anemia posthemoragik akut
adalah anemia yang disebabkan karena kehilangan darah dalam jumlah
besar di mana persediaan besi masih cukup.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Anemi
Volume Plasma dan massa eritrosik berkurang sebanding segera setelah
perdarahan sedang hematokritik tetap. Tiga sampai lima hari kemudian,
setelah restorasi volume oleh masuknya cairan yang mengandung
elektrolit dan protein, dijumpai anemia normasitik normokron.
Retikulosit meningkat dan mencapai maksimum dalam 6 11 hari. Tanda
regenerasi eritrosit yang lain: polikromatofili, makrositosis dan MCV makin
meningkat.
2. Trombosit
Segera setelah perdarahan, jumlahnya berkurang; kira-kira 1 jam setelah
perdarahan berhenti jumlahnya bertambah dan mencapai puncaknya.
3. Lekosit
2 5 jam sesudah perdarahan terhenti terjadi lekositosis.
* Netrofil dalam darah juga perifer ada 2 jenis yaitu netrofil batan; (disebut
juga band atau non-filement neutrophil) dan netrofil segmen atau lekosit
(polymorphonuclear)
HITUNG JENIS LEKOSIT DAN INTERPRETASINYA
2. Eosinofilia
a. Ialah jumlah eosinofil lebih dari normal
b. Dapat dijumpai pada:
- Alergi (asthma bronchiale, urticaria dll)
- Penyakit parasit (schistosomiasis, trichinosis dll)
- Sesudah penyinaran
- Penyakit Hodgkin, periarteritis nodosa dll
3. Basofilia
a. Ialah jumlah basofil lebih dari normal
b. Dapat dijumpai pada:
- Infeksi virus (smallpox, chickenpox, dll)
- Sesudah spelenektomi pada anemi hemolitik kronik (kadang-
kadang)
4. Limfositosis
a. Ialah jumlah limfosit lebih dari normal
b. Dapat dijumpai pada:
- Infeksi akut misalnya pertussis, hepatitis, mononucleosis
infeksiosa.
- Infeksi menahun misalnya tbc, syphilis congenital/sekunder
- Bayi dan anak-anak
5. Monositosis
a. Ialah jumlah monosit lebih dari normal
b. Dapat dijumpai pada:
- Infeksi basil (tbc. endokarditis subakut, dll)
- Infeksi protozoa (malaria, disentri amuba kronik)
- Hodgkins disease dan lain-lain
6. Eosinopenia
a. Ialah jumlah eosinofil kurang dari normal
b. Dapat dijumpai
- Pemberian hormon / obat-obatan misalnya kortikosteroid,
adrenalin, ephedrine, insulin.
- Stress: emosi, operasi, trauma dingin.
- Gangguan endoktrin misalnya penyakit cushing
- Lain-lain: anemia aplastik, disseminated Lupus Erythematosus.
7. Basofilopenia
a. Ialah keadaan di mana tidak ada basofil
b. Dapat disebabkan oleh allergi, hipertiroidisme, infark miokard,
pemberian kortikosteroid yang lama, penyakit cushing.
8. Limfopenia
a. Ialah jumlah limfosit kurang dari normal
b. Penyebabnya: pansitopenia, pemberian adrenokortikosteroid, penyakit
jantung.
9. Netropenia
a. Ialah jumlah netrofil kurang dari normal
b. Netropenia yang berat disebut juga agranulositosis, yaitu keadaan di
mana tidak dijumpai granulosit di dalam darah tepi. Penyebabnya,
seperti pada lekopenia, terutama: Leukemia akut, obat (Largactil,
pyramidon), anemia aplastik, netropenia hipersplenik, dan idiopatik.
Hipersplenisme
Hipersplenisme adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya satu
atau lebih dari gejala Netropenia / Anemia / Trombositopenia, hasil dari
hiperaktivitas limpa yang disebabkan oleh pembesaran limpa yang
menahun.Pembesaran limpa disebut Splenomegali.
Kausa Hipersplenisme:
1. Primer (tak diketahui) : sangat jarang
2. Sekunder (asimptomatik)
a. Hipertensi portal dengan pembesaran limpa
b. Limfoma maligna, karsinoma
c. Rheumatoid arthritis
d. Infeksi: hepatitis CBE, luas, malaria
e. Anemia hemolitik menahun
f. Thalassemia major
g. Leukemia limfoid menahun
Untuk menetapkan hipersplenisma, perlu dipenuhi kriteria yang
berikut:
1. Gambaran darah dengan anemia, Neutropenia dan Trombositopenia
tunggal atau kombinasi.
2. Gambaran sumsum tulang: Normoseluler atau hiperselular.
3. Splenomegali
4. Sesudah splenektomi, gambaran darah jadi normal.
PEDOMAN KULIAH
PEGANGAN KULIAH
LEUKEMIA
1. Defenisi
Leukemia adalah penyakit sistemik yang bersifat fatal, yang
ditandai dengan proliferasi maligna dari sel-sel darah dalam sum-sum
tulang dan kelenjar limfe, serta infiltrasi sel-sel tersebut ke jaringan tubuh
lainnya.
2. Etiologi
Kausa yang pasti dari leukemia belum diketahui, dikatakan bahwa
faktor-faktor yang turut berpengaruh atas terjadinya leukemia adalah:
a. Radiasi
b. Zat kimia terutama benzene
c. Penyakit infeksi (diketahui pasti bahwa infeksi virus pada binatang
dapat menyebabkan leukemia).
d. Factor genetic
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan perlangsungan penyakit:
- Leukemia akut
- Leukemia kronik
b. Berdasarkan jumlah lekosit dan adanya bentuk-bentuk abnormal
dalam darah perifer:
- Leukemia Leukemik : Jumlah
lekosit jauh lebih tinggi dari nilai normal
disertai adanya lekosit muda dalam
darah perifer.
- Leukemia Anleukemik : Jumlah
lekosit lebih rendah atau dalam batas
normal disertai adanya lekosit muda
dalam darah perifer.
- Leukemia Aleukemik : Jumlah
lekosit sedikit lebih tinggi atau dalam
batas normal atau lebih rendah dari
normal, dan tidak disertai adanya lekosit
muda dalam darah perifer.
c. Berdasarkan tempat asal dari sel yang mengalami proliferasi:
- Leukemia Myeloid : Semua jenis
leukemia di mana sel yang berproliferasi
dihasilkan di sumsum tulang.
- Leukemia Limfoid : Semua jenis
leukemia dimana sel yang berproliferasi
dibentuk di jaringan limfoid.
d. Berdasarkan jenis sel yang predominan dalam darah perifer dan
stadium kematangannya:
- Leukemia mieloblastik / leukemia mieloblastik promielositik: ialah
leukemia mieloblast dan promielosit.
- Leukemia limfoblastik: adalah leukemia limfoid akut dengan
predominasi dari limfosit.
- Leukemia monositik akut : secara morfologik terbagi atas
predominasi dari monoblast dan promonosit.
- Leukemia mielositik (granulositik): ialah leukemia myeloid kronik
dan dapat dibagi atas (1) leukemia netrofilik, (2) leukemia
eosinofilik dan (3) leukemia basofilik.
- Leukemia limfositik: ialah leukemia limfoid kronik dengan
predominasi dari limfosit.
- Leukemia monositik kronik : secara morfologik dibagi atas (1) tipe
naegeli (leukemia mielo-monositik kronik) dengan predominasi
monosit dan mielosit, dan (2) tipe schelling dengan predominasi
monosit.
4. Leukemia Akut
Leukemia myeloid akut, leukemia limfoid akut dan leukemia
monositik akut mempunyai banyak persamaan dalam manifestasi
kliniknya sehingga sering sukar dibedakan.
LEUKEMIA KRONIK
A. Leukemia Mieloid Kronik
Pemeriksaan Darah Perifer
1. Lekosit : Jumlah lekosit umumnya 100.000
300.000 / mm3, kadang-kadang hanya 1000 / mm3
atau kurang, tetapi ada juga yang lebih dari 1 juta /
mm3.
2.Hitung Jenis: Sel yang predominan adalah bentuk
yang lebih tua yaitu mielosit, metamielosit, batang dan
segmen. Mieloblast dan promielosit bisa dijumpai
tetapi dalam jumlah sedikit saja. Di samping itu, dapat
dijumpai eosinofil dan basofil dengan jumlah yang
biasanya lebih tinggi dari normal.
3. Hematokrit : Kurang dari normal
4. Hemoglobin : Umumnya kurang dari normal
(7 9 gr %) tetapi bisa lebih rendah.
5. Eritrosit : - Jumlah eritrosit biasanya kurang dari normal.
- Jumlah retikulosit biasanya normal atau sedikit
meninggi
- Tipe anemia umumnya normasitik normokronik;
dalam hal ini anemi disebabkan oleh perdarahan
atau berkurangnnya eritropoiesis akibat infiltrasi sel-
sel leukemik pada sum-sum tulang.
6. Trombosit : Pada stadium permulaan jumlahnya
lebih dari normal, kadang-kadang lebih dari 1 juta
mm3; tetapi pada stadium lanjut terdapat
trombositopeni apabila sumsum tulang sudah mulai
terdesak oleh sel-sel leukemik.
Preleukemia
Adalah suatu sindroma yang ditemukan beberapa bulan bahkan
beberapa tahun sebelum penyakit leukemia menjadi manifest, di mana
penderita menunjukkan gambaran penyakit yang sangat mirip dengan
leukemia myeloid akut (kadang-kadang leukemia limfoid akut), tidak
didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang memastikan diagnose
leukemia.
Klinik
1. Umumnya ditemukan pada usia lanjut tetapi bisa pada semua usia mulai
dari bayi.
2. Gejala, perlangsungan penyakit dan survival time tidak berbeda dengan
leukemia mieloli akut.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Sesudah 3 bulan sampai 2 tahun, gambaran sumsum tulang akan
berubah menjadi leukemia.
2. Kelainan paling konstan yang ditemukan adalah anisositosis,
poikilositosis, ada eritrosit muda (berinti) dalam darah perifer).
3. Sumsum tulang biasanya normal, bahkan hiposeluler, dengan gangguan
maturasi.
PEGANGAN KULIAH
TROMBOSIT
4. Kelainan Trombosit
Kelainan atau gangguan pada trombosit dapat menyebabkan
diathesis hemogragik yaitu keadaan di mana seseorang mempunyai
kecenderungan mengalami perdarahan. Kelainan pada trombosit dapat
bersifat:
a. Kuantitatif : Jumlah trombosit lebih atau kurang dari nilai normal.
Jumlah yang lebih dari nilai normal disebut trombositosis sedang
jumlah yang kurang disebut trombositopeni.
b. Kualitatif : Jumlah trombosit normal tetapi tidak berfungsi baik; dengan
kata lain trombosit mempunyai kualitas yang jelek. Sering hal ini
disebut trombastenia.
Trombositosis dapat bersifat primer yang dijumpai pada penderita
dengan kelainan-kelainan mieloproliferatif seperti idiopathic
thrombocythemia, polycythemia vera, leukemia granulositik kronik,
mielofibrosis dan leukemia megakariositik. Trombositosis sekunder
ditemukan menyertai perdarahan akut, trauma (fraktur tulang dan
pembedahan), infeksi, penyakit inflamatorik (arthritis rematoid, demam
rematik dll).Penyakit keganasan (Hodgkin, karsinoma), kelainan pada
limpa (thrombosis vena, atrofi limpa, postsplenektomi) dan lain-
lain.Disamping hal yang patologik, trombositosis dapat juga terjadi pada
keadaan fisiologik yaitu pada kegiatan fisik yang berat atau pada orang
yang tinggal di pegunungan (high altitude) dan pada pemberian adrenalin.
Trombositopenia dapat terjadi karena 3 hal, yaitu:
a. Berkurangnya produksi, misalnya :
- Berkurangnya massamegakariosit akibat radiasi, bahan racun.
- Trombopoiesis yang tak efektif seperti pada familial
thrombocytopenia, erythroleukemia dan anemia megaloblastik.
b. Meningkatnya destruksi atau konsumsi trombosit, misalnya pada:
- Giant hemangioma, disseminated intravascular coagulation (DIC),
trombotic thrombositopeni purpura (TTP).
- Proses imunologik seperti idiopathic thrombocytopenic purpura
(ITP), purpura trombositopeni karena obat, purpura pasca
transfuse, SLE, penyakit limfoproliferatif dan lain-lain
c. Distribusi abnormal dari trombosit yaitu pada keadaan yang
menyebabkan pembesaran limpa massif seperti bendungan limpa,
limfoma maligna dan sebagainya. Dalam hal demikian, sebanyak 85
% dari masa trombosit terperangkap di dalam limpa yang membesar
itu.
Fase II
Aktivitas protrombin, setelah melalui pembentukan produk-produk
antara yang sifatnya proteolitik, menghasilkan thrombin yang akan
melakukan beberapa aktivitas antara lain mengubah fibrinogen menjadi
fibrin. Dalam jumlah yang kecil thrombin turut memperkuat pembentukan
tromboplastin / protrombinase di system intrinsik; dengan demikian, aktivitas
F V dan F VIII menjadi lebih diringkaskan. Di samping itu, thrombin berperan
sebagai inductor yang kuat bagi proses pelepasan (release reaction) dari
trombosit yang antara lain mengeluarkan PF-3. Telah disebutkan di atas, PF-
3 diperlukan pada beberapa tempat reaksi di jalur-reaksi intrinsic dan jalur-
reaksi bersama.
Fase III
Thrombin yang terbentuk dalam fase II mengubah fibrinogen menjadi
fibrin monomer (fibrin M) yang segera mengalami polimerisasi menjadi fibrin
polymer.Fibrin-fibrin polymer ini berada dalam ikatan non-kovalen yang
lemah dan mudah dilepaskan oleh urea 5 M sehingga melarut.Oleh sebab itu
fibrin polymer disebut juga soluble fibrin polymer (fibrin Ps).Fibrin Ps
kemudian diubah menjadi fibrin polymer yang tak melarut (fibrin Pi) yang
prosesnya dikatalisa oleh F XIIIa.
Fibrin pi adalah produk akhir dari keseluruhan proses pembekuan
darah. Fibrin ini terbentuk pada dan diantara kerangka agregat trombosit
yang telah terbentuk sebelumnya. Fibrin kemudian akan mengerut sehingga
gumpalan trombosit seolah-olah diikat dan dipadatkan. Dengan demikian,
sumbatan primer yang tadinya dibentuk oleh agregat trombosit menjadi lebih
kokoh (irreversible platelet fibrin clot).
F II = Protrombin
a. Merupakan glikoprotein dengan BM 68.000 72.000 KD
b. Dibuat di hati, proses pembentukannya memerlukan vitamin K.
c. Kadar dalam plasma antara 10 15 mg / dl dengan waktu paruh 68 jam
F IV = Ion Kalsium
Dibutuhkan dalam setiap fase dari proses pembekuan
F V = Proakselerin
a. Merupakan glikoprotein dengan BM lebih dari 300.000.KD
b. Dibuat di hati dan mempunyai waktu paruh 12 36 jam
c. Bersifat sangat labil,. Aktivitasnya cepat menghilang pada suhu 4 0C
d. Disebut juga Labile factor, Accelerin globulin factor (AcGF).
F VI = Accelerin
Merupakan bentuk perubahan dari F V setelah dipengaruhi oleh F X dan
ion kalsium
F VII = Proconvertin
a. Merupakan glikoprotein dengan BM 63.000 KD
b. Dibuat di hati dan memerlukan vitamin K
c. Bersifat stabil dan waktu-paruhnya singkat yaitu 4 6 jam
d. Nama lain: Stable factor, serum prothrombin conversion accelerator
(SPCA), autoprothrombin I.
F X = Stuart Factor
a. Merupakan glikoprotein dengan BM 55.000
b. Dibuat di hati dan memerlukan vitamin K
c. Bersifat stabil dan waktu paruhnya 32 48 jam
d. Nama lain: Autoprothrombin III, thrombokinase
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium berkaitan trombosit dan pembekuan darah
bertujuan melokalisasi kelainan yang menyebabkan perdarahan yaitu
mencari apakah kelainan terletak pada trombosit.Pada pembuluh darah atau
pada factor-faktor pembeku darah. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Mendeteksi adanya kelainan pada pembuluh darah dan trombosit:
a. Masa perdarahan
b. Hitung jumlah trombosit
c. Retraksi bekuan
d. Pemeriksaan fungsi trombosit meliputi pemeriksaan fungsi adhesi dan
fungsi agregasinya.
2. Mendeteksi adanya kelainan pada factor-faktor pembeku darah
a. Masa pembekuan
b. Masa protrombin
c. Masa tromboplastin parsial
d. Thromboplastin Generation Time
e. Penetapan kadar factor-faktor pembeku darah, dan sebagainya
Prosedur kerja dari sebagian pemeriksaan di atas dapat dilihat dalam
buku penuntun Praktikum. Pemeriksaan lainnya akan dijelaskan di kuliah.
DIATESIS HEMORAGIK
Diatesis hemoragik adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh
adanya kecenderungan pada individu mengalami perdarahan.Dalam
perdarahan yang berlangsung normal, usaha tubuh penghentian perdarahan
berlangsung melalui mekanisme hemostasis dan pembekuan darah yang
telah diuraikan sebelumnya. Kelainan yang terjadi pada trombosit, pembuluh
darah atau factor pembekuan darah akan menyebabkan perdarahan sukar
berhenti atau berlangsung lama. Kecurigaan terhadap kemungkinan adanya
diathesis hemoragik timbul bila pada individu terjadi perdarahan spontan,
perdarahan hebat hanya oleh trauma kecil, perdarahan yang sukar berhenti
pada waktu operasi atau ekstraksi gigi. Diatesisi hemoragik dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Karena adanya defek ekstravaskuler dan defek vaskuler
1. Atrofi jaringan elastic misalnya pada purpura senilis
2. Kulit yang fragil misalnya pada pemberian steroid atau pada sindrom
cushing.
3. Defisiensi vitamin c misalnya pada penyakit scurvy
4. Purpura allergic (sindrom Henoch-Schonlein)
5. Telangiektasi hemoragik herediter
6. Lain-lain: berbagai penyakit kronik yang menimbulkan kelainan pada
pembuluh darah, misalnya infeksi dan penyakit hati.
B. Karena adanya Defek Intravaskuler
1. Defek pada Trombosit
a. Kuantitatif : sudah dibicarakan
b. Kualitatif : Sudah dibicarakan
2. Defek pada factor pembeku darah
a. Defisiensi factor XII
b. Defisiensi factor XI = Christmas disease, hemofili C
c. Defisiensi factor X = stuart disease
d. Defisiensi factor IX = Hemofili B
e. Defisiensi factor VIII = Hemofili A, hemofili klasik
f. Defisiensi factor VIII
g. Defisiensi factor II
h. Defisiensi factor I = afibrinogenemi/ disfibrinogenemi congenital,
dan hipofibrinogenemi.
3. Defek pada mekanisme fibrinolisis (dibicarakan kemudian)
4. Defek campuran
a. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
b. Penyakit hati dan gastrointestinal
c. Lain-lain: adanya antikoagulan dalam sirkulasi, transfuse darah
massif.
HMWK
X11 --------- X11a
Kalikrein !
XI------------Xia
!
IX-------------------IXa + VII
Ca 2 ! Ca
! PL
X-----------------Xa
! Ca2+
! PL
!
Protrombin ---------------- Trombin
Fibrinogen ---- Fibrin
!
XIII-------------------XIIIa-------------Stabil fibrin clot
Ca 2+
PEGANGAN KULIAH
dan
Anti - B
Variant-variant lemah dari antigen B juga telah dikenal tetapi hal ini
sangat jarang dijumpai:
Aspek Klinik
1. Dalam Hal Transfusi
Untuk mencegah reaksi transfuse perlu diperhatikan compatibility
(keserasian) antara golongan darah donor (pemberi darah) dan golongan
darah recipient (Penerima darah).
2. Hemolytic Disease of The Newborn (HDN)
HDN terjadi karena adanya incompatibility antara golongan darah
anak dan golongan darah ibu. Sistem imunitas ibu yang bergolongan
darah O dapat dirangsang membentuk anti A atau anti B bila eritrosit
dari anak dengan golongan darah B atau A berhasil masuk ke peredaran
darah ibu.
C c C c
E e E e E e E e
Oleh karena pada individu ada sepasang kromosion maka dari ke-8
kombinasi (genotipe) itu dapat diperoleh 36 kemungkinan genotipe (akan
dijelaskan di kuliah).
Wiener mengemukakan teori yang berbeda. Dikatakan bahwa pada
lokus di kromoson terdapat 1 gen yang akan mempengaruhi pembentukan 1
aglutinogen. Aglutinogen ini dapat dikenal melalui factor-faktor darah (blood
factors) yang menyusunnya.Satu aglutinogen dapat memiliki 2 3 blood
factors.Gen-gen disebutnya R0, R1, R2, Rz, r, r, r dan ry. faktor-faktor darah
disebut sebagai Rho, rh, rh, hr dan hr.
Genotipe menurut Wiener dibandingkan dengan genotipe menurut
Fisher adalah sebagai berikut:
Gen
Aglutinogen Faktor-Darah
Fisher Wiener
cDe R0 Rho Rho, hr, hr
CDe R1 Rh1 Rho, rh, hr
cDE R2 Rh2 Rho, hr, rh
CDE Rz Rhz Rho, rh, rh
Cde r rh hr, hr
Cde r rh hr, hr
cdE r rh hr, hr
CdE r rhy hr, hr
Aspek Klinik
HDN dapat terjadi pada bayi dengan Rhesus positif yang lahir dari ibu
bergolongan darah Rhesus negative.Eritrosit bayi yang berhasil masuk ke
peredaran darah ibu merangsang imunitas ibu membentuk anti-D.anti-D
dapat menghemolisis eritrosit bayi.
TES COOMB
Tes ini disebut juga tes antihuman globulin dan merupakan tes yang
paling peka untuk mendeteksi adanya sensitisasi pada eritrosit. Teknik
pemeriksaan dapat dilakukan secara langsung dan tak langsung (Direct &
Indirect Antihuman Globulin Test)
TRANSFUSI DARAH
Transfuse darah adalah proses pemindahan darah dari seorang yang
sehat kepada seorang yang memerlukannya. Di samping untuk menambah
kemampuan mengangkat zat asam, transfuse juga bertujuan menambah
jumlah darah yang kurang dalam peredarannya. Berkat kemajuan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi pelaksanaan transfuse darah kini lebih diarahkan
kepada peningkatan daya-guna dan hasil-guna. Oleh sebab itu, dikenal
transfuse darah-lengkap (whole blood) dan transfuse komponen darah.
Darah seorang donor dapat dipisah-pisahkan menjadi plasma dan
komponen-komponen darah (eritrosit, lekosit dan trombosit). Penderita yang
hanya memerlukan plasma akan diberi plasma dan penderita yang hanya
membutuhkan eritrosit akan diberikan eritrosit. Demikian juga dengan
penderita yang hanya memerlukan lekosit atau trombosit.Oleh sebab itu,
darah yang disumbangkan oleh seorang donor dapat dimanfaatkan oleh
banyak penderita.
Indikasi Dasar
Transfuse darah tidak selalu aman dan sebaiknya dipandang sebagai
tindakan yang bisa mengandung risiko. Risiko yang ringan dapat diatasi
tetapi risiko yang berat mungkin berakibat fatal. Oleh sebab itu transfuse
harus berdasarkan indikasi. Ada 3 indikasi dasar yaitu:
1. Meningkatkan volume darah bila terjadi hipovolemia yang mengancam
integritas sirkulasi darah.
2. Meningkatkan kemampuan darah untuk mengangkat zat asam guna
mencegah hipoksemia berat dalam jaringan.
3. Untuk men supply factor-faktor pembeku darah penderita dengan
kelainan perdarahan.
Pemilihan Donor
Orang yang ingin menyumbangkan darah memerlukan persyaratan
tertentu. Untuk itu ia perlu menjalani pemeriksaan-pemeriksaan berikut:
1. Wawancara / Anemnesa:
Calon donor perlu ditanyakan apakah pernah menderita penyakit tertentu
(malaria, hepatitis dll) apakah pernah dan telah berapa kali
menyumbangkan darah, dan hal-hal lain berkaitan dengan identitasnya
(nama, alamat, umur dsb). Factor usia perlu diperhatikan. Mereka yang
berusia di antara 18-60 tahun dipandang cakap untuk menjadi donor.
2. Pemeriksaan Fisik
Calon donor harus berbadan sehat, tidak menderita suatu penyakit, berat
badan sekurang-kurangnya 50 Kg dan suhu badan antara 36,5 37,5 0C
3. Pemeriksaan Laboratorium
Calon donor tak boleh anemic, dibuktikan dengan pemeriksaan kadar Hb.
Batas minimum kadar Hb ialah 12.5 gm% (wanita) atau 13,5 gm% (pria).
Pemeriksaan golongan darah dilakukan untuk menyesuaikannya
dengan golongan darah penderita.Setelah syarat-syarat dipenuhi, dilakukan
pengambilan darah donor. Darah yang diperoleh dapat segera dipakai untuk
transfuse atau disimpan dulu dengan cara menyimpan tertutup.
Pengambilan Darah
Pengambilan darah harus dilakukan dengan memperhatikan sterilitas.
Alat-alat yang diperlukan disiapkan yaitu tensimeter, wadah penampung
yang berisi antikoagen, alcohol 70%, tincture yodium 3% dan kapas. Cara:
1. Baringkan penderita dan lakukan desifeksi daerah cubiti dengan tincture
yodium 3% dan alkhol 70 %.
2. Pasang tensimeter pada tekanan 40 mmHg
3. Hubungkan jarum dengan selang yang terdapat pada wadah. Kemudian
masukkan jarum pada vena mediana cubiti.
4. Selama darah mengalir ke dalam wadah, digoyangkan perlahan-lahan
supaya darah bercampur baik dengan antikoagulan.
5. Setelah memperoleh volume darah yang dibutuhkan, lepaskan manset,
cabut jarum kemudian tutuplah luka bekas jarum dengan sebentuk kapas.
6. Sisa darah pada selang ditampung dalam wadah tersendiri dan dipakai
untuk tes reaksi silang.
Penyimpanan Darah
Sebagai wadah, botol kaca tidak dipakai lagi, kini dipakai botol-botol
plastik karena mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1. Lebih mudah untuk dibawah
2. Tak mudah pecah
3. Lebih muda penyimpanan
4. Lebih cepat mencapai suhu lemari-dingin (freezer)
5. Merupakan system yang tertutup ketat sehingga tidak kontak dengan
udara luar.
6. Pemisahan plasma dan komponen darah lainnya lebih mudah dilakukan.
Darah yang telah diperoleh disimpan pada suhu antara 2-6 0C,
sebaiknya digunakan lemari pendingin khusus yang dilengkapi dengan
pencatat suhu otomatis, kipas, alarm dan berpintu dua (double door).
Untuk mencegah atau memperlambat perubahan-perubahan yang
dapat terjadi pada darah simpan maka darah dibubuhkan bahan
antikoagulan antara lain Acid-Citrate-Dextrose. Selama penyimpanan darah
perlu diperhatikan beberapa hal: (1) darah jangan sering dikeluarkan
masukkan, (2) pintu lemari pendingin jangan sering dibuka, (3) jangan
memasukkan gelas berisi kopi atau the yang panas.
Donor O Dangerous
Dahulu dianggap bahwa pemberian darah golongan O tidak
mengandung risiko sehingga darah O disebut sebagai donor universal.
Seorang yang menerima transfuse darah O berulangkali dapat memiliki anti-
A dan anti B yang cukup tinggi. Dengan demikian, pada suatu ketika dapat
terjadi reaksi transfusi pada resipien. Oleh sebab itu patokan dasar untuk
transfuse adalah bahwa golongan darah resipien dan donor harus benar-
benar ABO Compatible. Pemberian darah O hanya dilakukan dalam situasi
yang mendesak setelah dilakukan pemeriksaan titer anti-A dan anti-B.darah
lengkap (whole Blood) dapat diberikan jika titer kurang dari 1: 64 sedang
eritrosit yang telah dicuci diberikan jika titernya lebih dari 1:64.
Reaksi-Reaksi Transfusi
Secara ringkas reaksi-reaksi transfuse dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Reaksi hemolitik: ditandai dengan adanya destruksi aritrosit
hemoglobinuria dan ikterus. Reaksi dapat bersifat akut atau delayed.
2. Reaksi Non-Hemolitik
a. Allergi: disebabkan oleh allergen yang dipindahkan dari donor ke
recipient.
b. Febris : disebabkan karena pembuatan antikoagulan yang tidak steril,
atau karena reaksi antibody terhadap lekosit dan trombosit.
c. kontaminasi bakteri: karena pengambilan darah yang tidak
memperhatikan sterilitas, atau karena darah terlalu lama disimpan pad
suhu kamar.
d. Overloading: karena pemberian darah yang massif dalam waktu
singkat.
e. cardiac arrest terjadi karena pemberian darah yang masih
dingin/baru dikeluarkan dari lemari-pendingin, asidosis, intoksikasi
kalium.
3. Penularan penyakit: misalnya hepatitis, Luas malaria
Gejala yang timbul pada penderita dengan reaksi ke ketiak berupa:
a. Rasa panas sepanjang vena lengan menjalar ke ketiak.
b. Nyeri pinggang
c. Merasa tertekan di dada
d. Sakit kepala, menggigil, diikuti dengan naiknya suhu tubuh dan
flushing face.
e. Pemeriksaan laboratorium: ditemukan Hb bebas dalam plasma juga
methemalbumin, hiperbilirubinemia dan Hb-uria.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan:
1. Hentikan transfuse, berikan pengobatan yang perlu (infuse, diuretic).
2. Cari sebab-sebab yang muingkin menimbulkan hemolisis: ABO group.
N AM A : ---------------------------------------------------.
NOMER ABSEN : -------------------------------.
------------------------------------------------------------------------------------------------------.
Berilah Tanda silang pada jawaban yang paling benar.
1.