You are on page 1of 13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu mempelajari setiap

masalah dengan menempatkannya pada situasi alamiah. Penelitian kualitatif

bertujuan untuk memahami fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.

Pendekatan yang digunakan merupakan fenomenologi deskriptif artinya berfokus

pada penemuan fakta mengenai suatu fenomena yang dialami maupun yang

dipersepsikan partisipan tentang Peran Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai

Rujukan Kasus Kecelakaan Pantai. Fenomenologi dapat diartikan sebagai

pengalaman subjektif, pengalaman fenomenologikal, atau studi tentang kesadaran

perspektif dari seseorang (Moleong, 2010)

Pengalaman yang dimaksud adalah mengenai perubahan-perubahan yang

dialami, persepsi, mekanisme koping, motivasi, dan tindakan secara holistik

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Sugiyono, 2010). Melalui metode

kualitatif dan pendekatan fenomenologi, diharapkan data yang didapatkan lebih

lengkap, mendalam, dipercaya, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat

tercapai (Strebuert dan Carpenter (2003) dalam Afiyanti (2014)).

Rancangan fenomenologi ini dilaksanakan dengan berpedoman pada

pendapat tentang tiga tahapan fenomenologi, diantaranya: tahapan intuitif,

analisis, dan deskriptif. Yang dimaksud tahapan intuitif yaitu peneliti


mengeksplorasi peran fasilitas pelayanan kesehatan sebagai rujukan kasus

kecelakaan pantai, peneliti menghindari sikap kritis dan evaluatif terhadap semua

informasi yang diberikan partisipan dengan cara tidak menghakimi dan

mengurung semua pengetahuan yang diketahui peneliti tentang fenomena

tersebut. Penelitian pada tahap analisis yaitu mengidentifikasi kategori, sub tema

dan tema-tema tentang persepsi partisipan tentang peran fasilitas pelayanan

kesehatan sebagai rujukan kasus kecelakaan pantai berdasarkan data transkrip

wawancara dengan partisipan, guna menjamin keakuratan dan kemurnian hasil

penelitian. Berdasarkan hasil analisis ini, pada penelitian tahap deskriptif peneliti

membuat narasi yang luas dan mendalam tentang peran fasilitas pelayanan

kesehatan sebagai rujukan kasus kecelakaan pantai (Speziale & Carpenter (2003)

dalam Afiyanti (2014)).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas II Kuta, Rumah Sakit BIMC, dan

Rumah Sakit Siloam.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari membuat proposal yang dimulai sejak bulan

Januari 2017 hingga bulan Juni 2017, dilanjutkan analisis data, penyusunan

naskah, ujian sidang skripsi dan yang terakhir revisi


3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan yang berada di

wilayah fasilitas pelayanan kesehatan di Pantai Kuta Kabupaten Badung

3.3.2 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik

random sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan status dan strata dari anggota populasi tersebut

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel bebas (Independent variable)


Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan

timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah fasilitas pelayanan kesehatan


2. Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel

bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kecelakaan pantai
3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian adalah fenomena observasional

yang memungkinkan peneliti untuk mengujinya secara empiris, apakah outcome

yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas et al., 2010). Pengertian

lainnya tentang definisi operasional menyebutkan bahwa definisi operasional

adalah pemberian definisi terhadap variabel penelitian secara operasional

sehingga peneliti mampu mengumpulkan informasi yang dibutuhkan terkait

dengan konsep. Definisi operasional yang dibuat harus in line dengan conceptual

definitions (Carmen G. Loiselle et al, 2010 dalam Swarjana. K (2015))

3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis data yang dikumpulkan

Berdasarkan sumber, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

data primer yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan

alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber

informasi yang dicari (Nursalam, 2008)

3.5.2 Cara pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap yaitu prosedur

administratif dan prosedur teknis

1. Prosedur administratif
a. Mengurus izin penelitian ke bagian akademik Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Wira Medika PPNI Bali


b. Mengurus rekomendasi izin pelaksaan penelitian ke Gubernur Bali cq.

Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali


2. Prosedur teknis

3.5.3 Instrumen pengumpulan data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat (instrumen)

pengumpul data utama, karena peneliti adalah manusia dan hanya manusia yang

dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, serta mampu memahami

kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, peneliti juga

berperan serta dalam pengamatan atau sebagai participant observation (Moleong,

2007: 9)

Berikut penjabaran mengenai instrumen penelitian untuk membantu proses

penelitian kualitatif

1. Peneliti
Sebagai instrumen, peneliti langsung melakukan wawancara dan

pengamatan terhadap partisipan untuk mengetahui dan memahami

kenyataan di lapangan (Moleong, 2010)


2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara ialah suatu lembar kertas yang berisi beberapa

pertanyaan terbuka yang terfokus pada motivasi partisipan. Pertanyaan

terbuka yang dimaksud adalah suatu pertanyaan dimana jawabannya

belum ditentukan oleh penanya, sehingga partisipan mempunyai

kebebasan dalam memberikan jawabannya. Keuntungan dari pertanyaan

terbuka adalah peneliti bisa mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya


dan sedalam mungkin, karena subjek penelitian akan mengeksplorasi

persepsi dan pengalaman partisipan sedalam mungkin.


3. Buku catatan dan alat tulis (field note)
Peneliti melakukan pencatatan pada buku catatan, untuk mempermudah

informasi pada saat pelaksanaan pengumpulan data. Pencatatan dilakukan

terhadap ekspresi nonverbal partisipan dan suasana lingkungan saat

wawancara.
4. Alat perekam (Tape Recorder/Handphone)
Sebagai alat perekam, tape recorder/handphone digunakan untuk

merekam hasil wawancara berupa percakapan secara verbal antara peneliti

dengan partisipan, sehingga mempermudah peneliti untuk mempelajari

pengalaman partisipan.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan data

Proses pengolahan data dilakukan peneliti sejak awal pengumpulan data.

Pengolahan data diawali dengan membaca transkrip dan catatan lapangan secara

berulang sampai peneliti dapat memahami data dengan baik. Analisis data

dilakukan dengan metode fenomenologi yang dikembangkan oleh Colaizzi (1978,

dalam Sugiyono 2010). Proses analisis ini meliputi:

1. Membuat transkrip data untuk mengidentifikasi pernyataan-pernyataan

yang bermakna dari partisipan dengan memberi garis bawah. Transkrip ini

dilakukan melalui proses verbatim dari tape recorder/handphone dari

setiap partisipan, kemudian menyatukan hasil rekaman dengan catatan

lapangan untuk melengkapi data wawancara atau transkrip


2. Membaca transkrip secara berulang-ulang sampai pada semua informasi

dapat peneliti pahami. Ketika membaca secara berulang-ulang, peneliti

memberikan kode-kode data dari setiap pernyataan partisipan yang

memiliki ide yang berbeda, agar lebih mudah diingat nantinya


3. Membuat kategorisasi pernyataan. Pada proses ini, peneliti mulai

mencermati pernyataan-pernyataan dari semua partisipan yang hampir

sama atau minimal memiliki ide yang sama, untuk diberi kelompok data

yang sama yang kemudian menghasilkan beberapa kategori.


4. Kategori-kategori yang sama dikelompokkan menjadi suatu pernyataan

yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam proses ini

penelitit dengan pengetahuan yang dimiliki berusaha untuk membuat

kalimat pernyataan yang mana pernyataan tersebut sangat mengandung

makna dan arti tertentu. Pernyataan ini peneliti kategorikan sebagai tema-

tema potensial
5. Tahap selanjutnya, peneliti menemui partisipan kembali untuk melakukan

konfirmasi tentang tema-tema yang dihasilkan dan meminta pendapat

partisipan apakah tema-tema tersebut sesuai dengan apa yang mereka

alami
6. Setelah dilakukan konfirmasi, apabila tidak ada data tambahan yang cukup

berarti untuk ditambahkan pada data-data yang diperoleh sebelumnya,

maka dengan demikian tema-tema potensial tersebut dimatangkan menjadi

tema-tema akhir

3.6.2 Analisis Data

Analisis data adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus

kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan/tatanan bentuk


sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih

terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya. Data

kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kokoh,

serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup

setempat. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur

peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup penelitian. Data

kualitatif dapat membimbing peneliti untuk memperoleh temuan yang tak terduga

sebelumnya serta untuk membentuk kerangka teori baru. Data kualitatif

membantu peneliti untuk melangkah lebih jauh dari kerangka kerja awal (Miles,

1992 dalam Satori (2007))

Spradley (1982) menyatakan bahwa: Analisis dalam penelitian jenis

apapun merupakan cara berpikir. Hal itu berhubungan dengan pengujian secara

sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan atar bagian,

dan keterpaduan antar bagian. Analisis adalah untuk mencari pola.

Dalam prosedur pengumpulan data ini, peneliti dituntut agar mampu

berfikir kritis untuk sekaligus melakukan analisis terhadap data yang sedang

diperoleh. Analisis data dilakukan dengan metode fenomenologi yang

dikembangkan oleh (Colaizzi 1978 dalam Afiyanti Y & Rachmawati I.N (2014))

yaitu sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan mengumpulkan fenomena yang menarik dari

keterangan partisipan yang direkam dengan alat perekam berupa tape

recorder/handphone
2. Membuat transkrip data untuk mengidentifikasi pernyataan-pernyataan

yang bermakna dari partisipan dengan memberi garis bawah


3. Membaca transkrip secara berulang sampai paham seluruhnya
4. Membuat kategorisasi pernyataan dan mengekstrak pernyataan yang

signifikan
5. Menentukan kategori tersebut menjadi pernyataan-pernyataan yang

bermakna dan saling berhubungan serta menjadikannya tema-tema yang

potensial
6. Mengelompokkan tema-tema sejenis menjadi tema-tema akhir, kemudian

membandingkan kembali dengan transkrip


7. Kembali kepada partisipan beberapa hari setelah wawancara pertama

untuk konfirmasi/verifikasi tema-tema tersebut, jika mungkin untuk

mendapatkan tambahan data


8. Menggabungkan data tambahan yang diperoleh selama validasi kedalam

suatu deskripsi akhir

3.7 Keabsahan Data

Syarat penting dalam analisis data penelitian yaitu perlu menjamin

keabsahan saat mengambil data, melalui prinsip validitas dan reliabilitas data yang

telah diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji

credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Moleong, 2010)

1. Kredibilitas (Credibility)
Uji kredibilitas yaitu uji untuk menilai kebenaran atau kepercayaan dari

temuan penelitian kualitatif. Untuk kriteria kredibilitas, peneliti


menggunakan strategi pengujian hasil penelitian dengan member check.

Peneliti melakukan verifikasi keakuratan transkrip dengan responden pada

saat wawancara kedua, apabila responden mengungkapkan bahwa

transkrip telah sesuai dengan apa yang dialami dan diungkapkan saat

wawancara.
2. Transferabilitas (Transferability)
Uji transferabilitas mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat

digeneralisasikan atau diterapkan pada situasi lain, supaya orang lain dapat

memahami hasil penelitian ini sehingga ada kemungkinan untuk

menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat

laporan harus memberikan urain secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat

dipercaya
3. Dependabilitas (Dependability)
Dependabilitas disebut juga reliabilitas, adalah kestabialan data dari waktu

ke waktu. Untuk mencapai dependabilitas, peneliti berusaha konsisten

dalam melakukan wawancara pada semua partisipan. Peneliti juga

melakukan penelaahan data dari literatur yang mendukung secara

menyeluruh dan detail, dengan melibatkan pembimbing selama melakukan

penelitian
4. Konfirmabilitas (Confirmability)
Konfirmabilitas adalah objektifitas atau netralitas data, dimana tercapainya

persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data.

Penelitian dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati

partisipan. Peneliti melakukan konfirmabilitas dengan menunjukkan

seluruh transkrip yang sudah ditambahkan catatan lapangan, tabel


pengkategorian tema awal dan analisis tema pada pembimbing dan

partisipan

3.8 Etika Penelitian

Menurut Notoatmojo (2012), disebutkan bahwa pelaksanaan penelitian

kesehatan harus memperhatikan hubungan diantara kedua belah pihak yaitu

peneliti dan partisipan secara etika, atau yang biasa disebut etika penelitian.

Adapun status hubungan antara peneliti dan partisipan dalam konteks ini adalah

masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Hubungan antara

peneliti dengan partisipan adalah sebagai hubungan antara mereka yang

membutuhkan informasi dengan mereka yang memberikan informasi. Peneliti

sebagai pihak yang membutuhkan informasi sebaiknya menempatkan posisi lebih

rendah dari pihak yang memberikan informasi atau partisipan, oleh karena itu

hak-hak partisipan harus didahulukan.

3.7.1 Hak dan kewajiban partisipan

Hak untuk dihargai privasinya, yaitu semua orang memiliki hak untuk

memperoleh privasi atau kebebasan pribadinya. Termasuk juga dengan seorang

responden dalam sebuah penelitian.

1. Hak partisipan
a. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan. Informasi yang

diberikan oleh partisipan adalah hak miliknya sendiri, tetapi karena

diperlukan dan diberikan kepada peneliti, maka kerahasiaan informasi


tersebut dijamin oleh peneliti. Realisasi hak partisipan untuk

merahasiakan informasi dari masing-masing partisipan tidak perlu

dicantumkan, cukup dengan kode-kode tertentu saja


b. Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat

dari informasi yang diberikan. Apabila informasi yang diberikan itu

membawa dampak terhadap keamanan atau keselamatan bagi dirinya

atau keluarganya, maka peneliti harus bertanggung jawab terhadap

akibat tersebut
c. Hak untuk memperoleh imbalan atau kompensasi. Artinya apabila

semua kewajiban partisipan sudah dilakukan, dalam arti telah

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, maka partisipan

berhak menerima imbalan atau kompensasi dari pihak pengambil

informasi

2. Kewajiban partisipan
Setelah adanya inform concent dari partisipan, artinya partisipan sudah

memiliki keterikatan dengan peneliti berupa kewajiban partisipan untuk

memberikan informasi yang diperlukan peneliti. Selama belum ada inform

concent, partisipan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap peneliti.

3.7.2 Hak dan kewajiban peneliti

1. Hak peneliti
Bila partisipan bersedia memberikan informasi (menyetujui inform

concent), maka peneliti memiliki hak untuk memperoleh informasi yang

diperlukan sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya dari partisipan.


Apabila hak tersebut tidak diterima oleh peneliti dari partisipan, dalam arti

partisipan menyembunyikan informasi yang diperlukan, maka partisipan

perlu diingatkan kembali terhadap inform concent yang telah disetujui.


2. Kewajiban peneliti
a. Menjaga privasi partisipan, yaitu peneliti harus menyesuaikan diri

dengan partisipan tentang waktu dan tempat dilakukannya wawancara

atau pengambilan data, sehingga partisipan tidak merasa diganggu

privasinya
b. Menjaga kerahasiaan partisipan, artinya peneliti tidak dibenarkan

untuk menyampaikan kepada orang lain tentang apapun yang diketahui

oleh peneliti tentang partisipan diluar untuk mencapai kepentingan

atau mencapai tujuan penelitian


c. Memberikan kompensasi, artinya bila informasi yang dibutuhkan telah

diperoleh dari partisipan atau informan, maka peneliti juga harus

memenuhi kewajibannya. Kewajiban peneliti seyogianya bukan

sekedar ucapan terima kasih saja, melainkan juga diwujudkan dalam

bentuk penghargaan yang lain, misalnya berupa kenang-kenangan atau

apapun sebagai bentuk apresiasi peneliti terhadap partisipan yang telah

mengorbankan waktu, pikiran, dan juga tenaga dalam rangka

memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti

You might also like