Professional Documents
Culture Documents
Istilah:
1. Human rights
2. Fundamental rights
3. Basic rights
Secara epistomologis kata hak berasal dari bahasa arab haqq, haqqa, yahiqqu, haqqan yang
artinya benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Secara keseluruhan berarti kewenangan atau
kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Secara epistomologis kata asasi berasal dari bahasa arab assa, yaussu, asasaan yang artinya
membangun, mendirikan, meletakan, asas, pangkal, dasar dari segala sesuatu. Secara
keseluruhan berarti segala sesuatu yang bersifat mendasar dan fundamental yang selalu melekat
pada obyeknya. (Hak asasi manusia berarti hak mendasar pada diri manusia.)
Istilah human rights atau hak asasi manusia diciptakan oleh Elanoor Roosevelt sebagai
ketua komisi hak asasi manusia di PBB ketika merumuskan Universal Declaration of Human
Rights (UDHR).
Teori HAM;
1. Teori hak kodrati
2. Teori positivisme
3. Teori universalisme
4. Teori relativisme budaya
Terdapat 6 HAM yang dituntut dalam pasal 28 Universal Declaration of Human Rights (UDHR),
antara lain:
1. Pemerataan kekayaan, kekuasaan dan nilai yang penting secara global
2. Hak menentukan nasib sendiri di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hak atas
pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya
3. Pemanfaatan warisan bersama umat manusia
4. Hak atas perdamaian
5. Lingkungan hidup dan keseimbangan
6. Bantuan bencana alam
Dengan adanya World Conference on Human Rights 1993 , maka penggolongan tersebut sudah
tidak relevan lagi karena menurut Vienna Declaration 1993 menyatakan bahwa HAM itu
universal, indivisible, interdependent, dan interrelated.
Menurut Prof. Jimmly Asshidiqie persoalan HAM tidak cukup hanya dipahami dalam konteks
hubungan kekuasaan yang vertikal tetapi juga dalam hubungan kekuasaan yang bersifat
horizontal:
1. Antar kelompok masyarakat
2. Antar golongan rakyat atau masyarakat
3. Antar suatu kelompok masyarakat di suatu negara dengan kelompok masyarakat di negara
lain
HAM bertolak dari gagasan hak alamiah, yaitu hak yang melekat pada manusia terlepas dari
segala adat istiadat atau aturan tertulis. Hak alamiah ini merupakan akar religuisitas dari HAM
dan mendahului posisi legal, kultural, ekonomi dan sosial manusia dalam satu komunitas. Hak
alamiah bukan diberikan oleh kekuasaan duniawi tapi adi duniawi (Tuhan Yang Maha Esa),
sehingga manusia memiliki klaim atas dirinya untuk tidak diperlakukan semena-mena oleh
siapapun. Posisi manusia dengan manusia yang lain setara, sehingga manusia harus saling
menghormati dan memahami bahwa hak yang dinikmatinya tidak boleh melanggar hak orang
lain.
Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dalam penegakan HAM menurut UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM:
1. Pasal 71
Pemerintah wajib bertanggungjawab menghormati, melindungi, menegakan, dan
memajukan HAM yang diatur dalam undang-undang, peraturan perundang-undangan lain
dan hukum internasional tentang HAM yang diterima oleh negara Republik Indonesia.
2. Pasal 72
Kewajiban dan tanggungjawab pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 71 meliputi
langkah implementasi yang efektif di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan negara dan bidang lainnya.
BATAS
Kewajiban untuk saling
menghormati dan
menghargai orang lain,
moralitas, ketertiban umum,
dan kesejahteraan umum
Kewajiban negara:
Negara sebagai pemangku kewajiban (duty bearer).
Kewajiban untuk menghormati (to respect) HAM menuntut negara dan seluruh institusi
beserta aparaturnya untuk tidak membuat kebijakan dan bertindak apapun yang melanggar
integritas atau martabat kemanusiaan dari individu atau kelompok atau pelanggaran terhadap
hak-hak dasar yang dilindungi oleh hukum.
Kewajiban untuk melindungi (to protect) HAM menuntut negara dan seluruh institusi beserta
aparaturnya untuk membuat kebijakan dan melakukan tindakan yang memadai, guna
melindungi warga indovidu dari pelanggaran hak-hak individu atau kelompok termasuk
pencegahan atau pelanggaran atas hak dasar yang dilindungi oleh hukum.
Kewajiban untuk memenuhi (to fulfill) HAM menuntut negara dan seluruh institusi beserta
aparaturnya untuk melakukan tindakan yang memadai dalam menjamin setiap orang
memperoleh haknya sesuai dengan yang diamanatkan dalam instrumen HAM.
Kewajiban untuk memajukan HAM menuntut negara dan seluruh institusi beserta
aparaturnya untuk mengambil langkah-langkah dengan tujuan mencapai perwujudan penuh
secara progresif dari HAM dengan segala cara yang layak.
Kewajiban untuk menegakan HAM menuntut negara dan seluruh institusi untuk
meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum serta pemenuhan rasa keadilan masyarakat.
Pelaksanaan HAM
Pembatasan HAM, diatur dalam pasal 2 ayat (2) Universal Declaration of Human Rights 1948
hak-hak dan kebebasan dasar manusia hanya dapat dibatasi oleh undang-undang dengan tujuan
menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain, moralitas, ketertiban umum, dan kesejahteraan
umum di dalam masyarakat demokratis.
Pembatasan dapat juga terjadi dalam rangka mempromosikan kesejahteraan umum (general
welfare) dalam masyarakat demokratis atas dasar kepentingan nasional (national security) serta
dalam keadaan darurat yang sah (officially proclaimed public emergencies) yang membahayakan
kehidupan bangsa.
Pengertian pelanggaran HAM dalam pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 adalah perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik sengaja maupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, mengahalangi, membatasi, dan atau
mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Kejahatan genosida (genocide) berdasarkan pasal 8 UU No. 20 Tahun 2000 adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh
atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok, etnik, kelompok agama, dengan cara:
1. Membunuh anggota kelompok
2. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok
3. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik baik seluruh atau sebagiannya
4. Memaksa tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok
5. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain
Unsur perbuatan kriminal kejahatan genosida adalah alternatif dimana melakukan salah satu
perbuatan yang diatur dalam pasal 8 UU No. 26 Tahun 2000 yang perbuatan tersebut
dimaksudkan untuk memusnahkan sebagian atau seluruh kelompok yang didasarkan pada
kelompok bangsa, ras, etnis, dan keagamaan maka sudah memenuhi unsur kriminal kejahatan
genosida.
Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana diatur dalam pasal 7 huruf B adalah salah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa:
1. Pembunuhan
2. Pemusnahan
3. Perbudakan
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan fisik secara sewenang-wenang yang melanggara
asas-asas atau ketentuan pokok hukum internasional
6. Penyiksaan
7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran, pemaksaan kehamilan, pemandulan, atau
sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara
8. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang
telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional
9. Penghilangan orang secara paksa
10. Kejahatan apartheid
Unsur perbuatan kriminal kejahatan terhadap kemanusiaan adalah alternatif dimana melakukan
salah satu perbuatan yang diatur dalam pasal 9 UU No. 26 Tahun 2000 yang perbuatan tersebut
dilakukan sebagai bagian serangan yang meluas atau sistematis dan diketahui bahwa serangan
tersebut ditujukan terhadap penduduk sipil atau perbuatan yang dilakukan sebagai kelanjutan
dari perintah atau kebijakan penguasa maka sudah memenuhi unsur kriminal kejahatan terhadap
kemanusiaan.
Perbedaan pelanggaran berat HAM sebagai delik extra ordinary crime dengan delik KUHP
sebagai ordinary crime