You are on page 1of 28

LAPORAN PRAKTIKUM UJI BAHAN

HARDNESS TEST

Disusun Oleh :

Oleh :

Laily Izmia Rahmadini (0515040055)


Umrotus Syadiyah (0515040057)
Kerin Nova Dianti (0515040063)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2016
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Sub kompetensi
Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah
memahami isi modul adalah sebagai berikut :
1) Mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap
suatu material dengan beberapa metoda.
2) Mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap
suatu material dengan metoda pengujian kekerasan Brinell.
3) Mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap
suatu material dengan metoda pengujian kekerasan Vickers.

2.2 Uraian materi


Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk
menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan terhadap
identasi, tahan terhadap penggoresan, tahan terhadap aus, dan tahan
terhadap pengikisan (abrasi). Kekerasan suatu bahan merupakan sifat
mekanik yang paling penting, karena kekerasan dapat digunakan untuk
mengetahui sifat-sifat mekanik yang lain, yaitu strenght (kekuatan).
Bahkan nilai kekuatan tarik yang dimiliki suatu material dapat dikonversi
dari kekerasannya. Seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sifat bahan yang berhubungan dengan kekerasan


Ada beberapa metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk
menguji kekerasan logam, yaitu :
1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell
2. Metode Pengujian Kekerasan Vickers
3. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
Dari ketiga metode yang tersebut di atas, yang biasanya digunakan
hanya dua saja, yaitu Brinell dan Vickers.
2.2.1. Metode pengujian kekerasan Brinell
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengujian kekerasan
brinell adalah sebagai berikut :
1. Spesimen harus memenuhi persyaratan
o Rata dan Halus.
o Ketebalan Minimal 6 mm.
o Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horizontal.
2. Indentor yang digunakan adalah bola baja yang telah dikeraskan,
namun untuk bahan yang sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola
dari karbida tungsten. Jarak antara titik pengujian minimal dua kali
diameter tapak identasi.
3. Pemakaian beban (P) dan diameter identor (D) harus memenuhi
persyaratan perbandingan P/D2 = C, harga C, 30 untuk baja, 10 untuk
tembaga dan paduannya, serta 5 untuk aluminium dan paduannya.
4. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan
menekan identor pada permukaaan specimen selama 10-30 detik.
5. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN (Brinells
Hardness Number) yang dihitung berdasarkan diameter identasi dengan
persamaan sebagai berikut :
BHN : 2P

( D ) D D2 d 2 (2.1)

Dimana :
P = Gaya tekan (kgf)
D = Diameter identor bola baja (mm)
d = Diameter hasil identasi (mm)

Persamaan diatas diperoleh dari :


X2 = ( D)2 ( d)2
= (D2 d2)
D
X = (D2 d2)1/2 X
h=DX
= D (D2 d2)1/2 h
2 2
= {D (D d )}
h d
A = .D.H
= (D) {D-(D2 d2)1/2}
HN= P/A
= 2P / (D) {D-(D2 d2)1/2} Gambar 2.2 Penampang Pengujian Brinell
6. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut :
150 BH 2,5/150 10
Dimana : 150 = Nilai kekerasan.
BH = Metode Pengujian Brinell
2,5 = Diameter Identor
150 = Gaya pembebanan (N)
10 = Waktu pembebanan (detik)
7. Karena pengukuran dilakukan secara manual, maka terdapat peluang
untuk terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu mungkin terjadi pada saat
pemfokusan objek pada layar, peletakan alat ukur pada objek dan
pembacaan pengukurannya.

2.2.2. Metode pengujian kekerasan Vickers


Pada dasarnya metode pengujian kekerasan Vickers hampir sama
dengan Brinells hanya identornya saja yang berbeda. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Vickers adalah
sebagai berikut :
1. Spesimen harus memenuhi persyaratan:
o Permukaan harus rata dan Halus
o Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horisontal
2. Identor yang digunakan adalah pyramid intan yang beralas bujur
sangkar dengan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah
136o .
3. Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang
tipis harus digunakan beban yang ringan.
4. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan
menekan identor pada permukaan specimen selama 10 30 detik.
5. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (Vickers
Diamond Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal
identasi dengan persamaan sebagai berikut :

DPH = { 2P sin (/2) } / d2


= 1,854 P/d2 (2.2)

Untuk : = 136o
Dimana : P = Gaya tekan (kgf)
d = diagonal identasi (mm)
Persamaan ini didapatkan dari :

Gambar 2.3 Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers


d = d1+d2
2
X = d Cos 45o
=d 2

Y = X / Cos 22o
= ( d 2 ) / Cos 22o

L AOB = X.Y
= ( . d 2 . d 2 ) / Cos 22o
= (1/8 d2) / Cos 220
A = 4 L AOB
= 4 (1/8 d2) / Cos 220
= ( d2) / Cos 22o
HVN = P/A
= 1,854 P/d2 (2.3)
6. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10
Dimana : 150 = Nilai Kekerasan
DPH = Metode Pengujian Vickers
150 = Gaya Pembebanan(kgf)
10 = Waktu Pembebanan(detik)
7. Sama dengan pengujian kekerasan dengan Brinells, karena pengukuran
dilakukan secara manual maka terdapat kemungkinan terjadinya
kesalahan ukur. Kesalahan itu mungkin terjadi pada saat pemfokusan
objek pada layar, peletakan alat ukur pada objek dan pembacaan
pengukurannya.

2.2.3. Metode pengujian kekerasan Rockwell


Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang masih
menggunakan pengukuran manual,dengan metode Rockwell nilai
kekerasan langsung dapat dibaca pada skala yang terdapat pada
mesin.Dengan metode ini nilai kekerasan spesimen langsung dapat dibaca
dari skala yang terdapat pada mesin.Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada metode pengujian kekerasan Rockwell adalah sebagai berikut:
1. Spesimen harus memenuhi persyaratan :
1) Rata dan halus.
2) Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horisontal.
2. Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, dimana
pemakaiannya tergantung pada kombinasi jenis indentor dan beban
utama yang digunakan. Ada tiga jenis indentor dengan tiga jenis beban
utama, sehingga terdapat sembilan kombinasi sebagaimana ditunjukkan
pada (Gambar 2.4) Sedangkan jenis skala dan kombinasi jenis indentor
dengan beban utama.

DP 1/16 1/8
150
100
60
a. 3 jenis indentor b. 3 jenis beban utama

150 150 150


100 100 100
60 60 60
DP DP DP 1/16 1/16 1/16 1/8 1/8 1/8

c. 9 kombinasi jenis indentor dengan jenis beban utama

Gambar 2.4 Jenis indentor dan jenis beban utama serta


kombinasinya pada metode Rockwell

Tabel 2. 1 Jenis jenis skala pada pengujian kekerasan Rockwell

Skala Rockwell Indentor Beban (kg) Satuan


C Kerucut Intan (DP) 150 RC
D Kerucut Intan (DP) 100 RD
A Kerucut Intan (DP) 60 RA
G bola 1/16 150 RG
B bola 1/16 100 RB
F bola 1/16 60 RF
K bola 1/8 150 RK
E bola 1/8 100 RE
H bola 1/8 60 RH

3. Pada pelaksanaan metode ini, mula-mula spesimen diberi indentasi awal


dengan beban minor 10 kg, setelah itu baru diberi beban utama (60 kg,
100 kg atau 150 kg) selama 10 30 detik.
4. Setelah spesimen dibebaskan dari kedua beban tersebut maka jarum skala
akan menunjukkan berapa nilai kekerasan dari spesimen tersebut.
5. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 73 R c, dimana 73 nilai
kekerasannya,sedangkan Rc adalah skala yang digunakan.

150 150

150 DP DP 150

DP DP

b. Indentasi beban minor c. Indentasi beban mayor


a. Sebelum indentasi d. Setelah indentasi

Gambar 2. 5 Metode pengujian Rockwell skala C

6. Selain tergantung kombinasi jenis indentor dan jenis beban, maka


pemakaian skala dalamRockwell juga tergantung pada jenis material yang
akan diuji. Sebagai contoh, Rockwell Buntuk logam secara umum,
Rockwell C untuk logam yang keras dan Rockwell A untuk logam yang
sangat keras. Kesalahan pemakaian kombinasi indentor dan beban
dengan jenis material yang diuji akan menyebabkan tidak akuratnya hasil
pengujian.

2.3 Rangkuman
Kekerasan adalah ketahanan suatu benda terhadap desakan benda lain yang
lebih keras, atau ketahanan material terhadap goresan, aus, ataupun tahan terhadap
pengikisan (abrasi).Kekerasan suatu bahan merupakan sifat mekanik yang paling
penting,
Ada beberapa metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk menguji
kekerasan logam, tersebut hanya tiga saja yang paling sering digunakan, yaitu
Brinell, Rockwell, dan Vickers. yaitu :

a. Metode pengujian kekerasan Brinell


Identor : Bola Baja
Diameter identor : 2,5 mm
Pembebanan : P/D2 = 30 untuk baja, 10 untuk tembaga, 5 untuk alumunium
Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN (Brinells
Hardness Number) yang dihitung berdasarkan diameter indentasi dengan
persamaan sebagai berikut :
P
BHN
.
D
2
D D 2
d2 (2.4)

Dengan : P = Gaya tekan (kgf)


D = Diameter indentor bola baja (mm)
d = Diameter hasil indentasi (mm)

b. Metode pengujian kekerasan Vickers


Identor : pyramid intan
Sudut identor :136o
Pembebanan : 10 kgf
Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (Diamond
Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal indentasi dengan
persamaan sebagai berikut :
P
HVN 1,854 .
d2 (2.5)

Dengan : P = Gaya tekan (kgf)


d = diagonal indentasi (mm)

c. Metode pengujian Rockwell


Terdapat beberapa jenis rockwell, yaitu Rockwell A, Rockwell B, dan Rockwell
C. Namun yang sering digunakan adalahn Rockwell B dan Rockwell C.
1. Rockwell B
Identor : Bola Baja
Diameter Identor : 1/16 inchi
Pembebanan : 100 kgf
Skala dalam dial indicator berwarna merah
2. Rockwell C
Identor : Kerucut Intan
Sudut identor : 120o
Pembebanan : 150 kgf
Skala dalam dial indicator berwarna hitam

2.4 Prosedur kerja


2.4.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktek uji kekerasan adalah:
1. Mesin uji Kekerasan
2. Identor Bola Baja
3. Identor Piramid Intan
4. Indentor Kerucut Intan
5. Obeng
6. Stop Watch
7. Polishing Machine

Untuk peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.6


sebagai berikut :

Gambar 2.6 Peralatan dan Bahan pada Hardness Test


2.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Spesimen Uji Kekerasan
2. Kertas Gosok
3. Tissue

2.4.3. Prosedur keselamatan


Prosedur keselamatan kerja yang dilakukan adalah :
1) Pakaian dan Celana Bengkel
2) Safety Shoes
3) Safety Gloves

2.5 Langkah kerja


2.5.1 Metode Brinells
1. Persiapan material uji yang meliputi :
a. Material uji dihaluskan permukaannya yang akan diamati
dengan menggunakan Polishing Machine dengan grid 320.
b. Apabila material uji dirasa belum halus dapat dihaluskan
kembali dengan menggunakan grid 320 atau 400 dengan arah
yang berbeda 900 dari arah semula.
c. Jika sudah selesai, material dikeringkan dengan menggunakan
tissue
2 Buat beberapa titik dengan menggunakan pensil untuk tiap-tiap
daerah alumunium yang akan diamati.
3 Tentukan beban indentor yang akan digunakan berdasarkan jenis
dan 1 mm diameter indentor.
4 Atur handle Hardness Test Machine pada posisi Brinells.
5 Letakkan bola baja pada tempat indentasinya.
6 Letakkan indentor bola baja pada tempatnya di Hardness Test
Machine dengan menggunakan obeng.
7 Letakkan pen sesuai dengan beban indentasi yang telah ditentukan
berdasarkan jenis dan diameter indentor.
8 Letakkan specimen dan atur dengan tepat pada titik penetrasi yang
telah ditentukan.
Gambar 2.7 Letak Spesimen pada titik penetrasi

8. Geser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap untuk
penetrasi.
9. Putar hand whell dengan tangan kiri sehingga permukaan specimen
tepat menyentuh ujung indentor.
10. Setelah 20 detik tarik handle beban dan kunci pada tempatnya.
11. Nyalakan lampu dan atur posisi specimen serta focus lensa
sehingga bekas indentasi tampak pada layar.
12. Ukur diameter indentasi dan catat pada worksheet yang ada.
13. Dilakukan prosedur no.8 sampai dengan no.13 untuk masing-
masing titik yang telah ditentukan.

2.5.2 Metode Vickers


1. Persiapan material uji yang meliputi :
a. Material uji dihaluskan permukaannya yang akan diamati
dengan menggunakan Polishing Machine dengan grid 320.
b. Apabila material uji dirasa belum halus dapat dihaluskan
kembali dengan menggunakan grid 320 atau 400 dengan arah
yang berbeda 900 dari arah semula.
c. Jika sudah selesai, material dikeringkan dengan menggunakan
tissue
d. Benda uji di Etsa
2. Dibuat beberapa titik dengan menggunakan pensil untuk tiap-tiap
daerah (sambungan T joint ) yang akan diamati.
3. Ditentukan beban indentor yang akan digunakan berdasarkan jenis
dan diameter indentor.
4. Atur handle Hardness Test Machine pada posisi Vickers.
5. Letakkan Pyramid intan pada tempat indentasinya.
6. Letakkan indentor pyramid intan pada tempatnya di Hardness Test
Machine dengan menggunakan obeng.
7. Letakkan pen sesuai dengan beban indentasi yang telah ditentukan
berdasarkan jenis dan diameter indentor.
8. Letakkan specimen dan atur dengan tepat pada titik penetrasi yang
telah ditentukan.
9. Geser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap untuk
penetrasi.
10. Putar hand whell dengan tangan kiri sehingga permukaan specimen
tepat menyentuh ujung indentor.
11. Setelah 20 detik tarik handle beban dan kunci pada tempatnya.
12. Nyalakan lampu dan atur posisi specimen serta focus lensa
sehingga bekas indentasi tampak pada layar.
13. Ukur diameter indentasi dan catat pada worksheet yang ada.
14. Dilakukan prosedur no.8 sampai dengan no.13 untuk masing-
masing titik yang telah ditentukan..

2.5.3 Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell B


Setelah melakukan pengujian Vickers serta memperoleh nilai
kekerasan spesimen, kemudian menggunakan pengujian metode
Rockwell B.
a. Mengatur handle pada posisi Rockwell.
b. Mengambil indentor untuk Rockwell B (Bola Baja), dan
memasang indentor pada tempatnya dengan obeng min.
c. Menekan pen beban 100 Kg, mencatat pada lembar kerja
d. Meletakkan spesimen pada anvile dan mengatur tepat pada titik
penetrasi
e. Memutar handwheel sehingga permukaan spesimen menyentuh
ujung indentor dan melanjutkan memutar handwheel untuk
pembebanan minor hingga jarum kecil menunjuk angka 3.
f. Mengatur skala Rockwell pada mesin uji hardness sehingga
jarum penunjuk tepat pada angka nol
g. Mengambil stopwatch dengan tangan kiri dan menyalakan
ketika tangan kanan melepaskan handle beban
h. Setelah 20 detik, menarik handle beban dan mengunci pada
tempatnya
i. Mencatat pada lembar kerja nilai kekerasan yang ditunjukkan
jarum
j. Mengulangi lagi untuk titik kedua, ketiga sampai kesembilan
k. Apabila sudah selesai, melepas kembali indentor dan
meletakkan pada tempatnya
2.6 Analisa data

2.6.1 Data hasil pengujian dan perhitungan metode Brinell


Berdasarkan percobaan pengujian kekerasan menggunakan
metode Brinell yang telah dilakukan, kami menuliskan data hasil
percobaan uji kekerasan Brinell ke dalam Tabel 2.2 berikut ini :
Tabel 2.2 Data hasil percobaan metode Brinell

Metode Brinell
Load (P) 62.5 kgf
No Indentor Bola Baja
Waktu 20 detik
Diameter bola 2,5 mm
Keterangan d = diameter hasil identasi (mm)
1 d Percobaan 1 0,975
2 d Percobaan 2 1,065
3 d Percobaan 3 1,037
4 d Percobaan 4 1,001
5 d Percobaan 5 1,076

Perhitungan Load (P)

P = 6,25 X 10
= 62,5 kgf
Base metal (Kuningan)
a. Pengujian 1
2P
BHN

.D D D 2
d2
2 x 62,5


3,14 x 2,5 2,5 2,5 2
0,975 2
125

7,85 2,5 2,302
125

1,554

= 80,43 kgf/mm2
= 80,43 BHN 2.5 / 62.25 - 20

b. Pengujian 2
2P
BHN

.D D D 2
d2
2 x 62,5


3,14 x 2,5 2,5 2,5 2
1,065 2
125

7,85 2,5 2,261

125

1,876

= 66,63 kgf/mm2
= 66,63 BHN 2.5 / 62.25 20

c. Pengujian 3
2P
BHN

.D D D 2
d2
2 x 62,5


3,14 x 2,5 2,5 2,5 2
1,037 2
125

7,85 2,5 2,274

125

1,767

= 70,74 kgf/mm2
= 70,74 BHN 2.5 / 62.25 - 20

d. Pengujian 4
2P
BHN

.D D D 2
d2
2 x 62,5


3,14 x 2,5 2,5 2,5 2
1,0012
125

7,85 2,5 2,290

125

1,648

= 75,84 kgf/mm2
= 75,84 BHN 2.5 / 62.25 20

e. Pengujian 5
2P
BHN

.D D D 2
d2
2 x 62,5


3,14 x 2,5 2,5 2,5 2
1,076 2
125

7,85 2,5 2,256

125

1,915

= 65,27 kgf/mm2
= 65,27 BHN 2.5 / 62.25 - 20

Rata-rata BHN (Kuningan) =


BHNtotal
5
=
358,91 kgf
5 mm 2
=
71,782 kgf mm 2
71,782 kgf mm 2
Jadi nilai kekerasan rata-rata pada spesimen kuningan =
(71,782 BH 2,5/62,5 20)
Percobaan BHN (kgf/mm2)
Percobaan 1 80,43
Percobaan 2 66,63
Percobaan 3 70,74
Percobaan 4 75,84
Percobaan 5 65,27
Rata-Rata 71,782

Tabel 2.3 Data Hasil Perhitungan Metode Brinell


2.6.2 Data hasil pengujian dan perhitungan metode Vickers
Berdasarkan percobaan pengujian kekerasan menggunakan metode
Vickers yang telah dilakukan, kami menuliskan data hasil percobaan uji
kekerasan Vickers ke dalam Tabel 2.4 berikut ini :
Tabel 2.4 Data hasil percobaan metode Vickers

Load (P) = 10 kgf


Indentor = Piramida Intan
No Stamp of Material
Waktu = 20 detik

d1 (mm) d2 (mm) drata (mm)


1 First Point 0,184 0,224 0,204
2 Second Point 0,185 0,227 0,206
3 Third Point 0,226 0,205 0,215
4 Fourth Point 0,198 0,188 0,193
5 Fifth Point 0,148 0,193 1,170

Berikut adalah Gambar 2.8 posisi hasil indentasi uji kekerasan vickers.
Base metal (stainless steel)
P P
2
1. HVN = 1,854 d
2
2. HVN = 1,854 d
5 kgf
= 1,854 5 kgf = 1,854
(0,215mm) 2
(0,204mm) 2

= 222,750 kgf/mm2 = 218,446 kgf/mm2


= 222,750 DPH 5/20 = 218,446 DPH 5/20

3. HVN = 1,854 P2 4. HVN = 1,854 P2


d d
5 kgf 5 kgf
= 1,854 (0,215mm) 2 = 1,854 (0,193mm) 2

= 200,540 kgf/mm2 = 248,865 kgf/mm2


= 200,540 DPH 5/20 = 248,865 DPH 5/20
P
2
1. 1. 5. HVN = 1,854 d
= 1,854 5 kgf
(0,170mm) 2
= 320,761 kgf/mm2
= 320, 761 DPH 5/20

Rata-Rata HVN =
HVtotal
5
= 1211, 362 Kgf
/ / mm2
5
= 242,2724 kgf/mm2
Jadi nilai kekerasan rata-rata pada spesimen stainless steel = 242,2724
kgf/mm2 (242,2724 DPH 10/20)

Pecobaan HVN (gf/mm2)


Percobaan 1 222,750
Percobaan 2 218,446
Percobaan 3 200,540
Percobaan 4 248,865
Percobaan 5 320,761
Rata-Rata 242,2724

Tabel 2.5 Data Hasil Perhitungan Metode Vickers


2.6.3 Data hasil pengujian dan perhitungan metode Rockwell B
Berdasarkan percobaan pengujian kekerasan menggunakan metode
Rockwell B yang telah dilakukan, kami menuliskan data hasil percobaan
uji kekerasan Rockwell B ke dalam Tabel 2.6 berikut ini :

Tabel 2.6 Data hasil percobaan metode Rockwell B


Rockwell B
Load : 100 kgf
No Indentor: Bola Baja 1/16 inchi
Waktu : 20 detik
Stamp of Material HRB
1 Percobaan 1 92
2 Percobaan 2 92
3 Percobaan 3 95
4 Percobaan 4 95
5 Percobaan 5 95
Rata-rata 93,8

Jadi nilai kekerasan rata-rata pada spesimen baja = HRB 93,8.


2.7 Pembahasan
Uji kekerasan merupakan pengujian yang efektif karena dengan
pengujian ini kita dapat mengetahui gambaran fisik mekanik suatu
material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik atau
daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup falid untuk menyatakan
kekuatan suatu material. Dengan melakukan uji kekerasan material dapat
digolongkan sebagai material ulet atau getas.

2.7.1 Metode Brinell


Dari penghitungan - perhitungan untuk mencari nilai kekerasan
Hardness Brinell Number dapat disimpulkan oleh grafik di bawah ini
yaitu Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Grafik Nilai Kekerasan Brinell

Dari Gambar 2.9 di atas dapat dilihat hasil praktikum


menunjukkan bahwa pengujian Brinnel nilai kekerasan Tembaga
Kuningan pada percobaan pertama sebesar 80,43 kgf/mm2, pada
percobaan kedua sebesar 66,63 kgf/mm2, pada percobaan ketiga
sebesar 70,74 kgf/mm2, pada percobaan keempat sebesar 76,21
kgf/mm2, dan pada percobaan kelima sebesar 65,27 kgf/mm2.. Nilai
Rata-rata dari kelima percobaan tersebut sebesar 71,856 kgf/mm2.

2.7.2 Metode Vickers


Dari penghitungan - perhitungan untuk mencari nilai kekerasan
Hardness Vickers Number dapat disimpulkan oleh grafik di bawah ini
yaitu Gambar 2.10

Gambar 2.10 Grafik Nilai Kekerasan Vickers

Dari Gambar 2.10 di atas dapat dilihat hasil praktikum


menunjukkan bahwa pengujian Vickers nilai kekerasan Stainless pada
percobaan pertama sebesar 222,75 kgf/mm2, pada percobaan kedua
sebesar 218,446 kgf/mm2, pada percobaan ketiga sebesar 200,54
kgf/mm2, pada percobaan keempat sebesar 248,865 kgf/mm2, dan pada
percobaan kelima sebesar 320,761 kgf/mm2.. Nilai Rata-rata dari
kelima percobaan tersebut sebesar 242, 2724 kgf/mm2.
2.7.3 Metode Rockwell B
Nilai perbandingan dari lima kali percobaan dapat di lihat dalam
Gambar 2.11 di bawah ini.

Dari Gambar 2.11 di atas dapat dilihat hasil praktikum


menunjukkan bahwa pengujian Rockwell B nilai kekerasan Roda
Gigi pada percobaan pertama sebesar HRB 92, pada percobaan kedua
sebesar HRB 92, pada percobaan ketiga sebesar HRB 95, pada
percobaan keempat sebesar HRB 95, dan pada percobaan kelima
sebesar HRB 95.. Nilai Rata-rata dari kelima percobaan tersebut
sebesar HRB 93,8.
2.8 Penutup
2.8.1 Kesimpulan
Dari pengujian kekerasan yang dilakukan, telah didapatkan data
dan dilakukan proses perhitungan terhadap nilai kekerasan material
dalam 3 metode yang hasil akhirnya ditulis dalam Tabel 2.7 berikut ini:
Tabel 2.7 Nilai kekerasan rata-rata pada spesimen uji

Nilai kekerasan rata-rata


Brinell Vickers Rockwell B
71,782 (kgf/mm) 242,2724 (kgf/mm) 93,8 HRb

1. Nilai kekerasan dengan metode Brinell adalah 71,782 kgf/mm2 nilai


kekerasan dengan metode Vickers untuk stainless steel 242,2724
kgf/mm2, dan dengan metode Rockwell B untuk baja adalah HRB
93,8.
2. Pengujian ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu, metode Brinell,
metode Vickers, metode Rockwell. Hal ini ditunjang dari perbedaan
indentornya. Tapi, yang paling akurat yaitu dengan metode Rockwell,
karena dilakukan secara otomatis dan nilai kekerasan dapat dibaca
langsung pada skala yang ada pada mesin uji kekerasan.

2.8.2 Saran
Perlu diingat saat melakukan percobaan ini adalah material yang
akan diuji harus memiliki permukaan yang rata dan halus. Serta benda
yang akan diuji harus dibersihkan dengan mesin poles hingga benar-
benar mengkilat untuk mengurangi kesalahan saat dilakukan
pengujian.

DAFTAR PUSTAKA
Daniel, A. Brandt. 1985. Metallurgy Fundamental, The Goodheart
Willcox. Inc,USA
Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik
Mesin FTI. ITS
M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal. PPNS
Suherman Wachid, Ir .1987. Diktat Pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik
Mesin FTI. ITS
Lampiran
TUGAS PENDAHULUAN

1) Jelaskan segala sesuatu yang terkait dengan metode pengujian Brinell!


Jawab :

Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A. Brinell pada tahun
1900. Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang
diperkeras (hardened steel ball) denganbeban dan waktu indentasi tertentu,
sebagaimana ditunjukkan oleh rumus dibawah dimana P adalah beban
(kg), D diameter indentor (mm) dan d diameter jejak (mm). Hasil
penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang harus dihitung
diameternya di bawah mikroskop khusus pengukur jejak. Contoh
pengukuran hasil penjejakan diberikan oleh gambar dibawah. Pengukuran
nilai kekerasan suatu material diberikan oleh rumus :
2P
BHN

.D D D 2 d 2
2) Jelaskan segala sesuatu yang terkait dengan metode pengujian Vikers!
Jawab :

Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida


dengan sudut 136o , seperti diperlihatkan oleh gambar dibawah dimana d
adalah panjang diagonal rata-rata dari jejak berbentuk bujur sangkar.
Prinsip pengujian adalah sama dengan metode Brinell, walaupun jejak
yang dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal
diukur dengan skala pada mikroskop pengujur jejak. Nilai kekerasan suatu
material diberikan oleh:
P
HVN = 1,854 2
d
3) Jelaskan segala sesuatu yang terkait dengan metode pengujian Rockwell!
Jawab :

Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan


suatu bahan dinilai dari diameter/diagonal jejak yang dihasilkan maka
metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung
(direct-reading). Metode ini banyak dipakai dalam industri karena
pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan indetor yang digunakan
membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode yang paling
umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter
1/6 inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dengan
beban 150 kg). Walaupun demikian metode Rockwell lainnya juga biasa
dipakai. Oleh karenanya skala kekerasan Rockwell suatu material harus
dispesifikasikan dengan jelas. Contohnya HRB 82, yang menyatakan
material diukur dengan skala B: indentor 1/6 inci dan beban 100 kg.

You might also like