Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
REFLEKSI KASUS
NOVEMBER 2016
KWASHIORKOR
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi buruk adalah keadaan kurang zat gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai
dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada <-3SD tabel baku
WHO-NCHS dan < - 3 SD juga pada tabel Z-score. Gizi buruk secara klinis terdiri
atas marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor.1,2,3
Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang
akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari
pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator
yang digunakan dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia
adalah World Health Organization National Centre for Health Statistic (WHO-
NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :Pertama,
gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik
untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild
dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe
PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor.3
Kurang Energi Protein (KEP) diberi nama internasional Calori Protein
Malnutrition (CPM) dan kemudian diganti dengan Protein Energy Malnutrition
3
(PEM). Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi
dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun
2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk.
Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus
dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada
masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi
dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu
ditangani secara cepat dan tepat. 2,3
KEP pada balita sangat berbeda sifatnya dengan KEP orang dewasa. Pada balita,
KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit
infeksi, kematian anak dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan.2,3
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah
dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus
yang ditemukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi
tatalaksana gizi buruk menunjukkan bahwa kasus ini dapat ditangani dengan dua
pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia
berat, dehidrasi berat, demam tinggi dan penurunan kesadaran) harus dirawat di
rumah sakit, Puskesmas perawatan, Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Therapeutic
Feeding Center (TFC), sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan
secara rawat jalan.4,5
Penyakit-penyakit penyerta yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA), diare persisten, cacingan, tuberculosis, malaria, dan HIV/AIDS.4,5
Penanganan gizi buruk di sesuaikan dengan masing-masing kondisi (kondisi
I,II,III,IV, dan V). Dimulai dengan fase stabilisasi awal dan lanjutan, fase transisi,
fase rehabilitasi, dan fase tindak lanjut.6,7,8
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Dokter jaga : dr. Irwan
Dokter ruangan : dr Christina K Sp.A
Dokter muda : Andi Heri Isman
Ayah Ibu
= Laki- laki
Anak = Perempuan
= Meninggal
Penderita
B. ANAMNESIS
b. Riwayat Persalinan :
1) Anak lahir normal, dengan usia lahir cukup bulan, BB lahir 2.900 gr dan PB : 50
cm
2) Saat lahir anak langsung menangis, sianosis dan ikterik saat lahir tidak ada
6. IMUNISASI :
1) BCG : 1 kali pemberian (1 bulan)
2) POLIO : 4 kali pemberian (lahir - 2 bulan 4 bulan - 6 bulan)
3) DTP : 3 kali pemberian (2 bulan - 4 bulan 6 bulan)
4) HEPATITIS B : 3 kali pemberian (lahir - 1 bulan 6 bulan)
5) CAMPAK: 1 kali pemberian (9 bulan)
Imunisasi pada pasien ini lengkap.
8. ANAMNESIS KELUARGA:
1). Ikhtisar keturunan :
Pasien merupakan anak ke 1 dari 1 bersaudara dimana kedua kakek dan nenek serta
kedua orangtua masih ada tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan serupa.
2). Riwayat Keluarga :
Ayah pasien tidaak mempunyai penyakit Hipertensi(-), DM (-), dan Jantung dan
lainnya (-).
3). Keadaan Sosial, Ekonomi kebiasaan dan lingkungan :
Anak tinggal di jalan Tj malei. Lingkungan rumah banyak pepohonan dan rawa-rawa,
kebiasaan sehari-hari anak sering dititip dikeluarga. Status sosial ekonomi anak
masuk dalam kategori menengah kebawah. Pembiayaan perawatan di rumah sakit
menggunakan JAMKESPRO.
9. IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT :
Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien
C. PEMERIKSAAN PERTAMA
Tanggal : 10 Desember 2016
Umur : 1 tahun 2 bulan. BB : 8 kg BB Koreksi 4 kg. Panjang Badan : 60 cm
1. Keadaan Umum : Sakit berat
Gizi : Z skore <-3 Gizi Buruk Suhu : 37,1
Sianosis : (-) Keadaan Mental : baik
Anemia : (+/+) Ikterus : (-/-)
3. Kepala :
1) Bentuk : Moon face Ubun-ubun besar : Terbuka
2) Rambut : kuning keputihan, mudah dicabut, tipis serta kusam
3) Mata
a. Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
b. Tekanan bola mata : Normal (N) Lensa : Jernih
c. Konjungtiva : Anemia +/+ Fundus : tidak dilakukan
d. Sklera : Ikterik -/- Visus: tidak dilakukan
e. Refleks Kornea : tidak dilakukan Gerakan : sulit dinilai
f. Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)
4) Telinga : Othore (-)
5) Hidung : Rhinore (-)
6) Mulut :
Bibir : Kering (-) kebiruan (-) Selaput mulut : Stomatitis (-)
Lidah : Kotor (-) Gusi : Perdarahan (-)
Gigi : Normal Bau napas : (-)
1) Paru-paru
a. Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-), jejas (-),
b. Palpasi : Vokal fremitus sulit dinilai, massa (-),
c. Perkusi : Sonor (+) dikedua lapang paru,
d. Auskultasi : Bunyi vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
2) Jantung
a. Detik jantung : 124 x / menit
b. Ictus : Ictus Cordis tidak tampak dan teraba di SIC V linea
midclavicula sinistra
c. Batas kiri : di SIC V linea midclavicula sinistra
d. Batas kanan : di linea Parasternal dextra
e. Batas atas : di SIC II linea midclavicula
f. Bunyi jantung apex : Bunyi jantung I/II murni regular
Bising : tidak ada
- - Aorta
- - Pulmonal
6. Abdomen
a. Bentuk : Kesan Cembung, massa (-), distensi (-), jejas (-),
b. Lain-lain : Nyeri Tekan Epigastrium (-)
c. Lien : Pembesaran (-) Hepar : Pembesaran (-)
9. Anggota gerak :
a. Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (+/+)
b. Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesan : Anemia Bimorfik disertai tanda hemolitik dan leukosit tanda infeksi
D. RESUME :
Pasien An.M. usia 1 tahun 2 bulan masuk Rumah Sakit dengan keluhan bengkak
seluruh tubuh sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit.
awalnya bengkak dimulai dari perut dan lama-kelamaan keseluruh tubuh, disertai
kulit melepuh berwarna kecoklatan pada daerah selangkangan yang menyebar
keseluruh tubuh.
Ibu pasien juga mengeluh anaknya demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit, naik turun,
BAB encer ampas (+) lendir (+) darah (-) napsu makan anak menurun dan
kelihatan tampak pucat. BAK lancar.
Pada pemeriksaan fisik kepala rambut kepirangan mudah dicabut dan tipis, wajah
moon face, abdomen kesan cembung, ekstremitas udem pitting (+/+) kulit
hiperpigmentasi serta makular.
Pada pemeriksaan Laboratorium : Darah rutin WBC : HB : PLT : HCT : RBC :
Albumin :1,1 dan Morfologi sel darah : Eritrosit : anisopoikilositosis, normositik
normokrom, mikrositik hipokrom, polikromasia (+), ovalosit (+) fragmented (+)
(Anemia Bimorfik disertai tanda hemolitik)
Pengobatan :
IVFD KAEN 3B 10 tpm
Cefixime syr 2 x 1 ml pipet
Zink 1 x 1 tab
L-Bio 1 x 1 sach
Zalf dan Kompres Nacl (p-s)
E. FOLLOW UP
Perawatan Hari ke 1
Tanggal : 10 November 2016
1) Subjek (S) :
S : Edema Scrotum dan Dorsum pedis, asites (+), dermatitis (+) batuk (-) panas (-)
muntah (-) BAB encer 2 kali, BAK biasa.
2) Objek (O) :
a. Tanda Vital
a) Denyut Nadi : 124 kali/menit
b) Respirasi : 40 kali/menit
c) Suhu : 37,10C
d) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
e) Berat Badan : 8 kg
f) Lingkar perut ; 45 cm
g) Kesadaran : Compos mentis
b. Kulit : makular (+) hiperpigmentasi (+) turgor : baik.
c. Kepala : konjungtiva anemis (+/+), Edema (+) Rambut tipis warna
pirang
d. Leher : Dalam batas normal
e. Thorax
a) Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+)
Bunyi vesikular (+/+), rhonki (-/-), whezing (-/-)
b) Jantung : Dalam batas normal
f. Abdomen : Bentuk Cembung, peristaltik (+) kesan normal, ,
Organomegali (-)
g. Ekstremitas : Akral hangat +/+ +/+, Edema +/+ +/+
4) Laboratorium :
5) Plan (P) :
IVFD KAEN 3B 10 tpm
Cefixime syr 2 x 1 ml pipet
Zink 1 x 1 tab 20 mg
L-Bio 1 x 1 sach
Zalf dan Kompres Nacl (p-s)
Diet gizi f75
Perawatan Hari ke 2
Tanggal : 11 Desember 2016
1) Subjek (S)
S : pucat (+), Edema (+) asites (+) batuk (-) muntah (-) BAB dan BAK biasa. Lesi
kulit menurun
2) Objek (O)
a. Tanda Vital
a) Denyut Nadi : 133 kali/menit
b) Respirasi : 27 kali/menit
c) Suhu : 36,7 0C
d) Tekanan darah : 100/70 mmHg
e) Berat Badan : 8 kg
f) Lingkar perut : 45 cm
g) Kesadaran : Compos mentis
b. Kulit : makular (+) hiperpigmentasi (+) turgor : baik.
c. Kepala : konjungtiva anemis (+/+), Edema (+) Rambut tipis warna
pirang
d. Leher : Dalam batas normal
e. Thorax
a) Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+) Bunyi vesikular (+/+), rhonki
(-/-), whezing (-/-)
b) Jantung : Dalam batas normal
f. Abdomen: Bentuk Cembung, peristaltik (+) kesan normal, ,
Organomegali (-)
g. Ekstremitas : Akral hangat +/+ +/+, Edema +/+ +/+
3) Assesment (A) : Kwashiorkor
4) Plan (P) :
IVFD KAEN 3B 10 tpm
Cefixime syr 2 x 1 ml pipet
Zink 1 x 1 tab 20 mg
L-Bio 1 x 1 sach
Zalf dan Kompres Nacl (p-s)
Diet gizi f75 50 cc /2 jam (sonde)
Perawatan Hari ke 3
Tanggal : 12 Desember 2016
1) Subjek (S)
S : pucat (+), Edema (+) asites (+) BAB dan BAK biasa. Lesi kulit menurun
2) Objek (O)
a. Tanda Vital
a) Denyut Nadi : 122 kali/menit
b) Respirasi : 29 kali/menit
c) Suhu : 36,7 0C
d) Tekanan darah : 100/70 mmHg
e) Berat badan : 8 kg
f) Lingkar perut : 45 cm
g) Kesadaran : Compos mentis
b. Kulit : makular (+) hiperpigmentasi (+) turgor : baik.
c. Kepala : konjungtiva anemis (+/+), Edema (+) Rambut tipis warna
pirang
d. Leher : Dalam batas normal
e. Thorax
a) Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+) Bunyi vesikular (+/+), rhonki
(-/-), whezing (-/-)
b) Jantung : Dalam batas normal
f. Abdomen: Bentuk Cembung, peristaltik (+) kesan normal, ,
Organomegali (-)
g. Ekstremitas : Akral hangat +/+ +/+, Edema +/+ +/+
4) Plan (P) :
IVFD KAEN 3B 10 tpm
Cefixime syr 2 x 1 ml pipet
Zink 1 x 1 tab 20 mg
L-Bio 1 x 1 sach
Zalf dan Kompres Nacl (p-s)
Diet gizi f75 65 cc / 2 jam (sonde)
Vip albumin sachet/12 jam
Perawatan Hari ke 4
Tanggal : 13 Desember 2016
1) Subjek (S)
S : pucat (+), Edema (+) asites (+) BAB dan BAK biasa. Lesi kulit (+)
2) Objek (O)
a. Tanda Vital
a) Denyut Nadi : 122 kali/menit
b) Respirasi : 29 kali/menit
c) Suhu : 36,7 0C
d) Tekanan darah : 100/60 mmHg
e) Berat badan : 8 kg
f) Lingkar perut : 45 cm
g) Kesadaran : Compos mentis
b. Kulit : makular (+) hiperpigmentasi (+) turgor : baik.
c. Kepala : konjungtiva anemis (+/+), Edema (+) Rambut tipis warna
pirang
d. Leher : Dalam batas normal
e. Thorax
a) Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+) Bunyi vesikular (+/+), rhonki
(-/-), whezing (-/-)
b) Jantung : Dalam batas normal
f. Abdomen: Bentuk Cembung, peristaltik (+) kesan normal, ,
Organomegali (-)
g. Ekstremitas : Akral hangat +/+ +/+, Edema +/+ +/+
4) Plan (P) :
IVFD KAEN 3B 10 tpm
Cefixime syr 2 x 1 ml pipet
Zink 1 x 1 tab 20 mg
L-Bio 1 x 1 sach
Zalf dan Kompres Nacl (p-s)
Diet gizi f75 100 cc / 3 jam (sonde)
Vip albumin sachet/12 jam
Perawatan Hari ke 5
Tanggal : 14 Desember 2016
1) Subjek (S)
S : Edema menurun asites menurun BAB dan BAK biasa. Lesi kulit menurun
2) Objek (O)
a. Tanda Vital
a) Denyut Nadi : 117 kali/menit
b) Respirasi : 28 kali/menit
c) Suhu : 36,7 0C
d) Tekanan darah : 100/60 mmHg
e) Berat badan : 7,8 kg
f) Lingkar perut : 44 cm
g) Kesadaran : Compos mentis
b. Kulit : makular (+) hiperpigmentasi (+) turgor : baik.
c. Kepala : konjungtiva anemis (+/+), Edema (+) Rambut tipis warna
pirang
d. Leher : Dalam batas normal
e. Thorax
a) Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+) Bunyi vesikular (+/+), rhonki
(-/-), whezing (-/-)
b) Jantung : Dalam batas normal
f. Abdomen: Bentuk Cembung, peristaltik (+) kesan normal, ,
Organomegali (-)
g. Ekstremitas : Akral hangat +/+ +/+, Edema +/+ +/+
4) Plan (P) :
Cefixime syr 2 x 1 ml pipet
Zink 1 x 1 tab 20 mg
Zalf dan Kompres Nacl (p-s)
Diet gizi f75 130 cc / 4 jam
Vip albumin sachet/12 jam
Perawatan Hari ke 6
Tanggal : 15 Desember 2016
3) Subjek (S)
S : pucat (+), Edema (+) asites (+) BAB dan BAK biasa. Lesi kulit (+)
4) Objek (O)
b. Tanda Vital
h) Denyut Nadi : 122 kali/menit
i) Respirasi : 29 kali/menit
j) Suhu : 36,9 0C
k) Tekanan darah : 110/60 mmHg
l) Berat badan : 7,9 kg
m) Lingkar perut : 45 cm
n) Kesadaran : Compos mentis
b. Kulit : makular (+) hiperpigmentasi (+) turgor : baik.
c. Kepala : konjungtiva anemis (+/+), Edema (+) Rambut tipis warna
pirang
d. Leher : Dalam batas normal
e. Thorax
c) Paru-paru : Simetris bilateral, Sonor (+) Bunyi vesikular (+/+), rhonki
(-/-), whezing (-/-)
d) Jantung : Dalam batas normal
f. Abdomen: Bentuk Cembung, peristaltik (+) kesan normal, ,
Organomegali (-)
g. Ekstremitas : Akral hangat +/+ +/+, Edema +/+ +/+
4) Plan (P) :
Cefixime syr 2 x 1 ml pipet
Zink 1 x 1 tab 20 mg
L-Bio 1 x 1 sach
Diet gizi f 100 / 4 jam
Vip albumin sachest/12 jam
BAB III
DISKUSI KASUS
Pasien ini didiagnosis sebagai gizi buruk karena berdasarkan tabel z-score BB/U
didapatkan hasilnya di bawah 3SD. Hal ini sesuai dengan kriteria untuk
menentukan gizi buruk, yaitu ditandai dengan berat badan menurut umur (BB/U)
yang berada pada <-3SD tabel baku WHO-NCHS dan < - 3 SD juga pada tabel Z-
score.
Dari manifestasi klinis yang ditemukan pada pasien, pasien merupakan gizi buruk
tipe kwasiorkor. Berdasarkan teori gejala klinik kekurangan energi protein (KEP)
berdasarkan jenis KEP yang dialami oleh seorang anak. Gejala klinik dari masing-
masing kekurangan energi protein sebagai berikut :
1. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu kondisi kekurangan intake protein, yang menyebabkan
manifestasi klinik sebagai berikut:
Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki (dorsum pedis)
Wajah membulat dan sembab
Otot-otot mengecil (hipotrofi)
Perubahan status mental: cengeng, rewel kadang apatis
Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
Pembesaran hati
Sistem imun menurun, sehingga sering disertai infeksi dan anemia
Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam
terkelupas (crazy pavement dermatosis)
Pandangan mata anak nampak sayu
Gambar 1. Kwasiorkor
2. Marasmus
Marasmus adalah suatu kondisi kekurangan intake kalori, yang menyebabkan
manifestasi klinik sebagai berikut:
Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orangtua
Cengeng, rewel
Perut cekung
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
Sering disertai diare kronik atau konstipasi/susah buang air, serta penyakit
kronik
Gambar 2. Marasmus
3. Marasmik kwasiorkor
Marasmik kwasiorkor adalah gabungan antara marasmus dan kwasiorkor
dengan BB/TB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok.
Gejala klinik yang ditemukan adalah anak cengeng, rambut hitam dan tidak
rapuh, muka seperti orang tua dan sembab, terdapat atrofi otot, ada edema
pretibial.
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar
penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang
atau anak sering sakit / terkena infeksi.
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
1. Tidak tersedianya makanan secara adekuat
Pada pasien ini salah satu penyebab dari gizi buruk pasien oleh karena tidak
tersedianya makanan yang cukup untuk bayi yang salah satu resiko karena
status sosial ekonomi keluarga yang masih rendah. Berdasarkan teori tidak
tersedianya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial
ekonomi. Selain itu, kadang-kadang bencana alam, perang, maupun
kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan
menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya
makanan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa
adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan
merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak
malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan
penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.
2. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
Pada pasien hanya meminum Susu SGM 1 sejak lahir sampai berumur 6
bulan. Saat anak memasuki usia 6-8 bulan diberikan SGM 2 juga makanan
tambahan seperti bubur saring, Pada saat usia 8 bulan anak muntah dan
diganti Air gula dan bubur SUN Sampai sekarang.
Berdasarkan teori Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu.
Dimana air susu ibu sudah memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi baru lahir.
Pasien ini tidak mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir hanya mendapakan
susu formula sejak lahir sampai sekarang. MP-ASI yang baik tidak hanya
cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi,
vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI
yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah.
3. Pola makan yang salah
Pada pasein dari usia 9 bulan sampai sekarang hanya diberi air gula oleh
karena pada saat anak berusia 8 bulan saat diberikan susu formula anak
mengalami muntah-muntah sehingga ibu pasien mengganti dengan air gula.
Dari suatu penelitian mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita
di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua
mereka semuanya petani miskin. Dari penelitian ini diketahui pola
pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh
ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti
soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama
miskin, ternyata anaknya lebih sehat.
4. Sering sakit (frequent infection)
Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara-
negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana
kesadaran akan kebersihan/personal hygine yang masih kurang, serta ancaman
endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya
tuberkulosis (TB) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti
layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling
terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan
kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk
pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Gambar 3. Alur pemeriksaan anak gizi buruk
Pada kasus ini, terdapat penyakit penyerta yaitu terdapat diare akut. Jadi, anak ini
masuk dalam kelompok gizi buruk dengan komplikasi yang merupakan indikasi
dirawat di rumah sakit. Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama, dan
bila bekerja bersama-sama akan memberikan dampak yang lebih buruk dibandingkan
bila kedua faktor tersebut masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Infeksi
memperburuk taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampuan
anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Mikroorganisme yang tidak terlalu berbahaya
pada anak-anak dengan gizi baik, akan bisa menyebabkan kematian pada anak-anak
dengan gizi buruk. Hal ini terjadi karena pada gizi buruk protein kurang karena
asupan yang tidak adekuat menyebabkan sistem imun terganggu.
Gizi buruk terdiri atas 5 kondisi sesuai dengan keadaan dan gejala klinik pasien
saat dinyatakan sebagai pasien gizi buruk. Pembagian gizi buruk dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan masing-masing kondisi pada gizi buruk
Tanda-Tanda Kondisi I Kondisi II Kondisi Kondisi Kondisi V
III IV
Renjatan/Syok + - - - -
Letargi/tidak sadar + + - + -
Muntah/diare/dehidrasi + + + - -
Pada kasus ini, anak termasuk dalam gizi buruk tipe kwarshiorkor kondisi III
karena anak masuk dengan tanpa syok, pasien masih dalam keadaan sadar. Tetapi
pasien mengalami diare.
Memburuk
Membaik
Segera infus lihat rencana I
tanpa pemberian bolus glukosa
10 jam berikutnya:
Teruskan pemberian ReSoMal 5-10 ml/kgBB/setiap pemberian
berselang seling dengan F-75 setiap 1 jam
ReSoMal 20 ml dan F-75 55 ml
Catat nadi dan pernapasan/jam
Bila sudah rehidrasi:
diare (-): hentikan ReSoMal teruskan F-75 setiap 2 jam
diare (+): setiap diare berikan ReSoMal:
Bila 50-100 ml/setiap
diare/muntah diare (<dapat
berkurang, 2 tahun)
menghabiskan F-75, ubah
Pada pasien
100-2000
ini tidak ml/setiap
terjadi diare
hipotermia
pemberian F-75/3 jam (70 ml) (> 2 tahun)
Mengobati
Bila infeksi
tidak ada diare dan anak dapat menghabiskan F-75, ubah
pemberian F-75/4 jam
Infeksi ditangani pada(90fase
ml) stabilisasi dan transisi. Pada kasus ini
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F-75
karena terdapat penyakit penyerta yaitu diare jadi anak harus diberikan
antibiotik.
Tabel 3. Petunjuk Pemberian Antibiotika
Tidak ada komplikasi Kotrimoksazol per oral (25 mg
sulfametoksazol+5mg
trimetoprim/kgBB) setiap 12 jam
selama 5 hari
Komplikasi (Renjatan, hipoglikemia, Gentamisin IV atau IM (7,5
hipotermia, dermatosis dengan kulit mg/kgBB) setiap kali sehari
kasar atau infeksi saluran nafas atau selama 7 hari, ditambah:
infeksi saluran kencing atau Ampisilin IV atau IM (50 mg/kg)
letargis/tampak sakit) setiap 6 jam selama 2 hari, ikuti
dengan Amoksisilin oral (15
mg/kg) setiap 8 jam selama 5 hari
Bila tidak membaik dalam 48 jam, Kloramfenikol IV atau IM (25
ditambahkan mg/kg) setiap 8 jam selama 5 hari
(beri setiap 6 jam bila diperkirakan
meningitis)
Bila ada infeksi khusus yang Antibiotik khusus
membutuhkan tambahan antibiotik
beri
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat data dan informasi departemen kesehatan Republik Indonesia 2006.
Glosarium data & informasi kesehatan. Available from:
URL:http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf.
2. WHOSevere Acute
Malnutrition:http://www.who.int/nutrition/topics/malnutrition/en/
3. Anonim. Gizi buruk. Available from.
URL:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20850/4/Chapter%20II.pdf
4. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995.
5. Behrman, Kliegman, Jenson. 2004. Kernicteru. Textbook of Pediatrics. New
Yorkl. 17th edition. Saunders.
6. Kementerian kesehatan republik indonesia. Bagan tatalaksana
anak gizi buruk buku I. Jakarta; Departemen kesehatan: 2003.
7. Kementerian kesehatan republik indonesia. Bagan tatalaksana
anak gizi buruk buku II. Jakarta; Departemen kesehatan: 2003.
8. Benny. Penatalaksanaan PEM. Available from: URL:
http://www.scribd.com/doc/50591154/Lapkas-Pediatri-Benny