You are on page 1of 17

Laporan Individu

10 Februari 2014

LAPORAN TUTORIAL MODUL 2


PEM
BLOK TUMBUH KEMBANG ANAK

Nama : Arnia Poerbasari


Stambuk : 11 777 019
Kelompok : IV (Lima)
Tutor : dr. Moh. Zulfikar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2013
BAB I

PENDAHULUAN

A.SKENARIO : MALNUTRISI ENERGI PROTEIN


Seorang anak laki-laki umur 1 tahun 11 bulan masuk rawat inap di
RS karena demam dan batuk berulang 6 bulan terakhir. Sekarang
dengan sesak napas. Nafsu makan sangat kurang. Kaki, tungkai,
serta perut membengkak secara berangsur 1 bulan ini. Anak
mencret berulang dan berlanjut, kadang tinja disertai darah dan
lendir. Kondisi sosio-ekonomi kurang. Kontak dengan penderita
TBC paru tidak jelas.
Pemeriksaan fisik : Anak nampak sakit berat, gizi buruk, apati, BB
8,1 kg, PB 76 cm, lingkaran kepala 45 cm. Nampak sesak,
pernafasan cuping hidung, takhipnu, retraksi, sianosis. Paru ronkhi
basah halus namun tidak jelas. Jantung dalam batas normal.
Nampak muka, telapak tangan dan kaki pucat. Hati 3 cm b.a.c dan
limpa S I. Edema dorsum pedis dan pretibial serta tungkai atas dan
ascites. Skor dehidrasi 10.

B. KATA KUNCI:
1. Anak laki-laki.
2. Usia 1 tahun 11 bulan.
3. Demam dan batuk, 6 bln.
4. Sesak napas.
5. Anoreksia.
6. Edema.
7. Diare disertai darah & lender.
8. Sosio-ekonomi rendah.
9. Riwayat kontak dengan penderita Tbc paru tidak jelas.
10.KU: Sakit berat.
11.Gizi buruk.
12.Apati.
13.BB : 8,1 kg.
14.TB/PB : 76 cm = 7,6 m.
15.LP : 45 cm.
16.Sianosis.
17.Gangguan pernapasan : Sesak, Pernapasan Cuping hidung,
retraksi, takhipnu.
18.Skor Dehidrasi 10 (sedang berat).
19.Hepatomegali (3 b.a.c).
20.Udem dan ascites.

C.PERTANYAAN:
1. Apa yang dimaksud dengan malnutrisi ?
2. Apa saja penyebab dari PEM ?
3. Bagaimana status gizi anak pada skenario ?
4. Bagaimana mekanisme udem dorsum pedis dan pretibial ?
5. Bagaimana patomekanisme hepatomegali ?
6. Bagaimana patomekanisme demam, batuk dan sesak nafas ?
7. Bagaimana patomekanisme sianosis ?
8.Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis ?
9.Anamnesis tambahan apa saja yang diperlukan untuk
menunjang diagnosis ?
10. Bagaimana mekanisme diare dan tinja berdarah dan berlendir ?
11. Bagaimana pencegahan malnutrisi ?
12. Apa saja DD dari skenario ?

BAB II

PEMBAHASAN

PENDAHULUAN: (1,3)
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata.
Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk
karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan
kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada
anak balita (di bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh
membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu
kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan zat gizi, atau
dengan ungkapan lain status gizinya berada di bawah standar
rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat
dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah
teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan
kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita (di bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai
usia minimal 2 tahun. Apabila pertambahan berat badan sesuai
dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi
kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar
disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah
standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah
salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut.

Klasifikasi Gizi Buruk:

Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor,


dan marasmus-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan
pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang
berbeda-beda.

Marasmus: (4)
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan
karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orang
tua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit
(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan
kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering
diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering
rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena
masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus
adalah.
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar
lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih
terasa lapar.

Kwashiorkor: (4,5)
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk
(suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi
disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh
lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak
sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh.

a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis


b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan
mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut
dapat terlihat rambut kepala kusam.

c. Wajah membulat dan sembab

d. Pandangan mata anak sayu

e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah


dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan
yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas
dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.

Marasmik Kwashiorkor: (4,5)


Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa
gejala klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-
hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi
untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari
normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti
edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan
kelainan biokimiawi terlihat pula.


Patofisiologi Gizi Buruk:
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit
makan atau anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat
defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan,
pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah
rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin
C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan
nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami
rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin
A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut.
Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang
dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari
vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai
sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut
akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah
yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu.
Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau
kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air
(dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena
kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein,
Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter.
Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan
protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi
penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat
penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan
LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke
jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di
hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting
edema. Pitting edema adalah edema yang jika ditekan,
sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan
oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik
intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi
ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita
kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk
reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor,
selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika
ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan
mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama
karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi,
tekanan hidrostatik dan onkotik.
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama
marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang
tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak
terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi
kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari
interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain
pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis
besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
a. Masukan makanan yang kurang :
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang
dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak,
misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama:
Infeksi yang berat dan lama dapat menyebabkan
marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil
gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan
sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan:
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis,
mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,
hidrosefalus, dan cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus.
Pada keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat
refleks mengisap yang kurang kuat.
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian
makanan tambahan yang cukup.
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis,
idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose
intolerance.
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan
baru ditegakkan bila penyebab maramus yang lain
disingkirkan
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan
pemberian makanan tambahan yang kurang akan
menimbulkan marasmus.
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi
untuk timbulnya marasmus, meningkatnya arus
urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan
pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer
akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai
infeksi berulang terutama gastroenteritis akan
menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

Dampak Gizi Buruk: (2)


Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti,
hal ini tentu saja terkait dengan dampak terhadap sosial
ekonomi keluarga maupun negara, di samping berbagai
konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi
buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem,
karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan
defisiensi (kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain
yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan
memporak porandakan sistem pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik
sehingga mudah sekali terkena infeksi.
Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk
bisa mengancam jiwa karena berbagai disfungsi yang di
alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah
kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia
(kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal)
dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase
akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik
akibatnya anak tidak dapat catch up dan mengejar
ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini
berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya.
Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat
merugikan performance anak, akibat kondisi stunting
(postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan
perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi
terhadap perkembangan mental dan otak tergantung
dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu
pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap
pertumbuhan otak ini menjadi fatal karena otak adalah
salah satu aset yang vital bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka
pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah
anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan
gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak
jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ,
penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi
sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan
penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya
prestasi anak.
(2,4)

Faktor Penyebab Terjadinya Gizi Buruk:


Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai
berikut:
1. Penyebab Langsung:

Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang


dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan
dan menderita penyakit kanker. Anak yang mendapat
makanan cukup baik tetapi sering diserang demam
akhirnya menderita kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung:

ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku,


pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain
faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama
gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena
itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama
lintas sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik
maupun gizinya.

Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena


asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit,
atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak
tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup
salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola
makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti
layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena
keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi
infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi
malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada
sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya
infeksi.

Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana


terjadi kekurangan zat-zat gizi ensensial, yang bisa
disebabkan oleh asupan yang kurang karena makanan
yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus
(malabsorbsi), penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi
oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat gizi yang abnormal
melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat
yang berlebihan.

Penatalaksanaan Anak Gizi Buruk:

Dalam proses pengobatan anak balita gizi buruk


terdapat tiga fase yaitu fase stabilisasi, transisi dan
rehabilitasi. Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah
sakit ada 10 langkah penting yaitu:
a. Atasi/cegah hipoglikemi.

b. Atasi/cegah hiportemia.

c. Atasi/cegah dehidrasi.

d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit.

e. Obati/cegah infeksi.

f. Mulai pemberian makanan.


g. Fasilitas tumbuh-kejar (catch up growth).

h. Koreksi defisiensi nutrient mikro.

i. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan


emosi/mental.

j. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah


sembuh.

BAB III

KESIMPULAN

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan


nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk
dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan
protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau
kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya
berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori.
Terdapat 3 tipe gizi buruk yaitu marasmus, kwashiorkor, dan
marasmus-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada
ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut),
tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah
kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit,
gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan
sebagainya.
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan
protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya
terlihat adanya atrofi..
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau
anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik
seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

2. Azwar, A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di


Masa Datang. Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi
Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta.
3. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi: XXVIII. Jakarta: EGC.

4. Supriyono. 2013. Gizi Buruk dan Masa Depan Bangsa.


http://majalahkesehatan.com/gizi-buruk-dan-masa-depan-bangsa/
(2 Mei 2013)

5. Smith, L.C. dan L. Haddad. 2000. Overcoming Child Malnutrition In


Developing Countries: Past Achievements And Future Choices.
International Food Policy Research Institute. Washington,D.C.,USA.

MIND MAP

You might also like