Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum
Dr.H.Soemarno Sosroatmodjo, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan yang bermutu tinggi;
6. Peraturan Bupati Kabupaten Bulungan No.11 Tahun 2010 tentang Pola tata kelola (PPK
BLUD) pada Rumah Sakit Umum Daerah dr.H.Soemarno Sosroatmodjo
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
-2-
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
dr. H.SURYATAN,M.Sc.SpS
PEMBINA Tk.I / IVb
NIP. 19660408 200012 1 007
LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DR.H.SOEMARNO SOSROATMODJO
TANJUNG SELOR KABUPATEN BULUNGAN
NOMOR :
TANGGAL :
KEBIJAKAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.H.SOEMARNO SOSROATMODJO
TANJUNG SELOR
5. Pasien dan keluarga diberi tahu tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk
kejadian yang tidak diharapkan (KTD)
6. Pelayanan Instalasi :
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Laboratorium dan Radiologi
dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter.
Setiap pasien yang datang berobat ke Instalasi Rawat Jalan dan Gawat Darurat, mendapat
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar prosedur rumah sakit dan standar pelayanan
medis.
Setiap pasien di semua instalasi , mendapatkan pelayanan medis, keperawatan dan
penunjang yang sama dan seragam, tanpa membedakan suku, agama, bahasa, kemampun
ekonomi pasien, waktu pelayanan, alokasi sumber daya kebutuhan pasien
Pelayanan yang seragam tersebut, dituangkan dalam pedoman pelayanan medis ,
pedoman pelayanan keperawatan dan pedoman pelayanan penunjang yang seragam, bagi
setiap pasien yang mendapatkan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di RS.
Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan dengan sistem
on call.
Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan
standar prosedur opersional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika RS dan
etiket RS yang berlaku.
Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan ketentuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD).
12.Penundaan pelayanan :
Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan untuk
pelayanan diagnostik dan pengobatan
Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan
Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan informasi tentang
alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik mereka.
13.Pemulangan pasien :
DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan
kesiapan pasien untuk dipulangkan.
Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau
sesuai kebutuhan pasien.
Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan kelanjutan
pelayanan medis.
Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di lingkungannya yang
sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah sakit serta populasi pasien.
Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.
Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.
Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan perujuk.
14.Transportasi :
Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan
Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak maupun milik
rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan medikamentosa
sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.
18.Asesmen pasien :
Asesmen pasien terdiri dari:
o Pengumpulan Informasi yaitu Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lain /
penunjang, dsb
o Analisis informasi : menghasilkan kesimpulan a.l. masalah, kondisi, diagnosis,
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasienmenyusun rencana
pelayanan / care plan, untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
o Menentukan rencana pelayanan / tindakan (pemberian asuhan pada pasien)
Pencatatan asesmen pasien dengan metode SOAP.
PPA mendorong dan mendukung pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam asuhan
dan pengambilan keputusan/pilihan mereka.
Setiap prosedur tindakan,PPA wajib memberikan edukasi dan informasi secara lisan dan
tertulis dalam suatu formulir mengenai tindakan yang akan dilakukan hingga kejadian
yang tidak diharapkan (KTD) pada saat melakukan atau setelah melakukan tindakan.
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) adalah mereka yang secara langsung memberikan
asuhan kepada pasien, a.l. dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, fisioterapis.
Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan pelayanannya
melalui suatu proses asesmen yang baku.
Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan peraturan yang
berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen
Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau lebih
dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum
tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari, atau riwayat
medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah diulangi.
Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang signifikan,
sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat masuk rawat inap
Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien (discharge)
PPA melaksanakan asuhan secara terintegrasi.Pencatatan oleh PPA dilakukan pada
lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar kondisi dan
pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan untuk merencanakan
pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
19.Manajemen obat :
Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara
klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di area
tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan
disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict access).
20.Manajemen nutrisi :
Pasien di skrining untuk status gizi.
Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan.
Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.
21.Manajemen nyeri:
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan
asesmen apabila ada rasa nyerinya.
Pasien rawat Jalan yang mengalami nyeri harus segera mendapatkan pelayanan
pengelolaan nyeri di Instalasi Gawat Darurat apabila diperlukan.
Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
Pengelolaan nyeri dilakukan sesuai pedoman dan prosedur.
Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri dan
gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-masing.
23.Hand hygiene :
Setiap Petugas dan unsur terkait yang berada dilingkungan rumah sakit harus bisa
melaksanakan hand hygiene dengan baik dan benar.
Setiap petugas dan unsur terkait yang berada dilingkungan rumah sakit, harus
melaksanakan program hand hygiene yang telah ditetapkan rumah sakit.
24.Risiko jatuh :
Setiap pasien rawat inap dan gawat darurat harus mendapat asesmen awal risiko pasien
jatuh dan dilakukan asesmen ulang terhadap pasien, bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan.
Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko.
Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
25.Komunikasi efektif :
Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan
kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau
hasil pemeriksaan tersebut.
26.Manajemen di instalasi :
Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penyediaan tenaga di setiap instalasi harus mengacu kepada pola ketenagaan.
Setiaap Instalasi wajib melaksanakan koordinasi dan evaluasi dalam rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
Setiap Instalasi wajib membuat laporan setiap bulan dan diserahkan kepada bidang terkait
sesuai dengan struktur organisasi rumah sakit.
Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kaliberasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua sediaan farmasi tetap dalam kondisi yang
baik.
Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
b. Bila Rumah Sakit tidak mampu melakukan asuhan pasien agar diberitahukan
kepada keluarga pasien dan dirujuk ke tempat yang mampu melakukan asuhan
pasien tersebut.
Pelayanan pada setiap pemberian darah atau produk darah dilakukan sesuai indikasi
yang dijamin kualitas dan keamanannya wajib dilakukan proses yang sebelumnya
informed consent dan dikerjakan sesuai dengan prosedur
Asuhan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya diturunkan
Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan resiko penularan akibat dari penyakit atau
akibat obat obatan yang diberikan,
Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien tersebut agar
diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk dirujuk ke tempat dengan fasilitas
yang sesuai kebutuhan
Asuhan pasien usia lanjut, mereka yang cacat, anak-anak dan populasi yang berisiko
disiksa
Identifikasi pasien dengan risiko disiksa, seperti pasien lanjut usia, cacat tubuh, cacat
mental dan anak-anak
Pelayanan pasien usia lanjut melibatkan multidisiplin ilmu dan tersedia dalam suatu
tim asuhan
Mengarahkan penggunaan alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang diberi
penghalang
Identifikasi penggunaan alat penghalang dilakukan pada pasien yang tidak mengerti
asuhan yang diberikan, seperti pasien anak dan geriatri, pasien gelisah dan kesadaran
menurun.
Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
dr. H.SURYATAN,M.Sc.SpS
PEMBINA Tk.I /IV b
NIP. 19660408 200012 1 007