You are on page 1of 8

Jelaskan DD 2 (CA Kolon)

Definisi

Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar.

Epidemiologi

Insiden rata-rata kanker kolon pria adalah 16,6/100.000, wanita 14,7/100.00. Di dunia,
insiden kanker kolon tertinggi adalah pria Amerika keturunan Jepang yang tinggal di Hawaii,
mencapai 37,15/100.000; untuk wanita tertinggi di Selandia Baru, mencapai 30,46/100.000.
Insiden kanker kolon terendah pria dan wanita adalah di Afrika dan India. Di seluruh dunia
insiden kanker rektum pria tertinggi adalah Hongaria, yaitu mencapai 20,46/100.000; wanita di
Selandia Baru tertinggi, mencapai 12,31/100.000.

Di Amerika Serikat, kanker usus besar menempati posisi ke dua dari penyebab kematian
kanker, hanya kalah dari karsinoma paru. Pada tahun 1977 di China mortalitas rata-rata
disesuaikan untuk kanker usus besar adalah 3,54/100.000, menempati 5,29% dari mortalitas
kanker, di posisi ke-6; dalam periode 1990-1992 dilakukan sampling atas 1/10 penduduk seluruh
RRC, mortalitas disesuaikan rata-rata untuk kanker usus besar adalah 4,54/100.000, menempati
4,9% dari mortalitas kanker, di posisi ke-5. Dewasa ini di kota besar China insiden dan
mortalitas karsinoa olorektal sama menempati urutan ketiga.

Distribusi geografis

Kanker usus besar merupakan salah satu kanker saluran cerna yang tersering ditemukan,
memiliki variasi distribusi geografis yang menonjol, daerah insiden tinggi seperti di Amerika
Utara, Eropa Barat, Australia, dan Slandia Baru. Daerah insiden sedang berarti Eropa Timur,
Eropa Selatan Amerika Latin. Daerah insiden rendah seperti Afrika, Asia dan Amerika Selatan.
Perbedaan insiden dan mortalitas antara daerah insiden tinggi dan rendah mencapai 10-20 kali
lipat lebih. Di China, karakteristik distribusi geografis insiden dan mortalitas kanker usus besar
adalah: kawasan pesisir Timur lebih tinggi dari kawasan pedalaman Barat Laut, di antaranya
tertinggi di kawasan aliran Tengah dan Hilir Sungai Panjang, atau kawasan ekonomi maju
berinsiden tinggi, perkotaan lebih tinggi dari pedesaan, kota besar lebih tinggi dari kota kecil.
Distribusi Kelompok Masyarakat

1. Usia
Di China usia terbanyak adalah 40-60 tahun, tapi usia di bawah 30 tahun menempati 1/5.
Laporan literature pasien termuda baru berusia 9 bulan. Data dari RS Kanker Univ.
Zhingsan menunjukan 40-59 tahun menempati 57,5%, usia termuda 7 tahun. Usia pasien
kanker usus besar China relative muda, disbanding laporan dari Eropa dan Amerika lebih
awal 12-18 tahun.
2. Jenis Kelamin
Di luar negeri, selisih insiden antara pria dan wanita tidak besar. Di China pria lebih
banyak dari wanita, sekitar 2:1.
3. Suku Bangsa
Di kalangan imigran generasi kedua dari penduduk yang pindah dari daerah insiden
rendah ke daerah insiden tinggi kanker usus besar, insiden dan mortalitas serta lokasi
lesinya menyerupai penduduk setempat, dan secara jelas lebih tinggi dari penduduk
asalnya. Maka diduga kejadian kanker usus besar berhubungan dengan faktor lingkungan,
kebiasaan hidup dan pola diet, dan tidak banyak kaitan dengan suku bangsa.

Kecenderungan Waktu

Insiden dan mortalitas kanker usus besar berubah sesuai perkembangan waktu. Di tempat
berbeda perubahan tersebut juga berlainan, di tempat yang semula berinsiden tinggi laju
peningkatannya mengalami perlambatan dan atau penurunan, tapi di tempat berinsiden rendah
dan sedang malah terus meningkat. Amerika Serikat sejak 1973-1995, mortalitas kanker usus
besar turun 20,5%, insiden turun 7,4%, khususnya pasca tahun 1986 laju penurunan bertambah
pesat. Hingga kini diseluruh dunia insiden kanker usus besar tetap meningkat 2% per tahun. Dua
puluh tahun terakhir ini, insiden karsinoma kolarektal di China juga berubah sesuai tren
demikian. Misalnya di Shanghau, 1993-1994 dibandingan 1972-1974, karsinoma kolon pada pria
naik 104%, wanita naik 99%, insiden standarisasi karsinoma kolon pria dan wanita telah naik
100%, setiap tahun naik sekitar 4%. Tahun 1999, karsinoma kolon pada pria dan wanita masing-
masing adalah 16,2/100.000 dan 14,5/100.000. kenaikan karsinoma rektal lebih rendah, pria naik
11%, wanita naik 7%. Secara keseluruhan, tahun 1990an dibandingkan 1970an, insiden kanker
usus besar di perkotaan naik 31,95%, di pedesaan naik 8,51%.
Etiologi

Etiologi kanker usus besar sama seperti kanker lain belum jelas hingga kini, tapi sudah
diperhatikan adanya kaitan dengan faktor berikut ini.

1. Hereditas dan kanker usus besar


Resiko terkena kanker colon untuk masyarakat umum adalah 1/50, risiko terkena
kanker bagi generasi pertama pasien meningkat 3 kali menjadi 1/17, jika dalam keluarga
generasi pertama terdapat 2 orang penderita, risikonya naik menjadi 1/6. Sifat herediter
ini pada kanker kolon lebih sering ditemukan dibandingkan kanker rektum.
2. Faktor diet
Umumnya dianggap tingginya masukan protein hewani, lemak dan rendahnya serat
makanan merupakan faktor insiden tinggi kanker kolon. Masukan tinggi lemak, sekresi
empedu juga banyak, aktivitas enzim bakteri anaerob dalam usus juga meningkat,
sehingga karsinogen, pemacu karsinogenesis dalam usus juga bertambah mengarah ke
timbulnya kaner usus besar. Misalnya bakteri anaerob Bacillus fusiformis dapat
mengubah asam deoksikolat menjadi 3-metilkolantren yang sudah terbuti merupakan
karsinogen.
3. Kelainan kolon nonkarsinoma
Seperti colitis ulseratif kronis, polyposis, adenoma, dll. Diperkirakan sekitar 3-5%
colitis ulseratif timbul kanker kolon. Riwayat colitis ulseratif 20 tahun, kejadian kanker
12,5%; 30 tahun mencapai 40%. Ada yang berpendapat sekitar 15-40% karsinoma kolon
berawal dari poliposos kolon, riwayat penyakit prakanker selama 5-20 tahun. Adenoma
dapat berupa ganas, adenoma berdiameter 1 cm berubah ganas 0,9%, bila diameter 2,5
cm ke atas terdapat 12% berubah ganas.
4. Parasitosis
Data dari China menunjukan sekitar 10,8-14,5% penyakit skistosomiasis lanjut
berkomplikasi kanker usus. Di Mesir, kanker usus besar disertai skistosomiasis mansoni
menempati 12,5-17,34%.
5. Lainnya
Misalnya faktor linkungan berkaitan dengan kanker usus besar, di daerah defisiensi
molybdenum kanker usus besar banyak, pekerja abses juga banyak menderita kanker usus
besar. Kebiasaan defekasi, volume fekal, bakteri usus dan hubungannya dengan kanker
usus besar juga diteliti orang.
Gejala Klinis

Kanker kolon stadium dini tanpa gejala jelas, setelah penyakit progresi ke tingkat tertentu
baru muncul gejala klinis, terutama tampak dalam 5 aspek:

1) Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi: sering buang air besar, diare atau
obstipasi, kadang kala obstipasi dan diare silih berganti, tenesmus, anus turun tegang,
sering terdapat nyeri samar abdomen. Pasien lansia bereaksi tumpul dan lamban, tidak
peka nyeri, kadang kala setelah terjadi perforasi tumor, peritonitis baru merasakan nyeri
dan berobat.
2) Hematokezia: tumor luka ulserasi berdarah, kadang kala merah segar atau merah gelap,
biasanya tidak banyak, intermitten. Jika posisi tumor agak tinggi, darah dan fese
bercampur menjadikan feses bercampur menjadikan feses mirip selai. Kadang kala keluar
lender berdarah.
3) Ileus: ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus Kolon sisi kiri sering ditemukan.
Kanker kolon atau hiperplastik menginvasi ke sekitar dinding usus membuat lumen usus
menyempit hingga ileus, sering berupa ileus mekanik nontotal kronis, mula-mula timbul
perut kembung, rasa tak enak perut, lalu timbul sakit perut intermitten, borborigmi,
obstipasi atau feses menjadi kecil (seperti pensil atau kotoran kambing) bahkan tak dapat
buang angin atau feses. Sedangkan ileus akut umumnya disebabkan karsinoma kolon tipe
infiltrative. Tidak jarang terjadi intususepsi dan ileus karena tumor pada pasien lansia,
maka pada lansia dengan intususepsi harus memikirkan kemungkinan karsinoma kolon.
Pada ileus akut maupun kronik, gejala muntah tidak menonjol, bila terdapat muntah,
mungkin usus kecil (khususnya proksimal) sudah terinvasi tumor.
4) Massa abdominal, ketika tumor tumbuh hingga batas tertentu di daerah andomen dapat
diraba adanya massa, sering ditemukan pada kolon belahan kanan. Pasien lansia
umumnya mengurus, dinding abdomen relative longgar, massa mudah diraba. Pada
awalnya massa bersifat mobil, setelah menginvasi sekitar menjadi terfiksasi.
5) Anemia, pengurusan, demam, asthenia dan gejala toksik sistemik lain. Karena
pertumbuhan tumor menghabiskan nutrisi tubuh, perdarahan kronis jangka panjang
menyebabkan anemia; infeksi sekunder tumor menyebabkan demam dan gejala toksik.

Karena dari segi embriologi, anatomi, fisiologi dan patologi antara kolon kiri dan kanan
tidak sama, maka setelah timbul tumor gejala klinis keduanya juga berlainan.
Kandungan lumen kolon belahan kiri setelah diserap unsur airnya oleh kolon belahan
kanan, berubah menjadi feses pada; lumen kolon belahan kiri lebih sempit dari belahan kanan,
sedangkan karsinoma kolon belahan kiri lebih banyak berjanis infiltrative yang mudah
menimbulkan penyempitanlumen usus sehingga feses sulit lewat, maka gejala ileus lebih sering
ditemukan daripada karsinoma kolon belahan kanan. Karsinoma kolon belahan kiri bila
berdarah, darah dengan cepat keluar bersama feses, feses berdarah mudah diketahui pasien.
Lumen kolon belahan kanan relative lebar, isi lumen berbentuk caik, tidak mudah terjadi ileus;
bila tumor berdarah, darah dan isi usus bercampur menjadi satu, bila volume perdarahan tidak
banyak, pasien tidak mudah mengetahuinya, perdarahan kronis jangka panjang dapat
menimbulkan anemia. Karsinoma kolon belahan kanan umumnya berjenis menonjol, tumor
tumbuh di dalam lumen usus membentuk massa abdomenyang teraba pada pemeriksaan fisik.
Selain itu kolon belahan kanan memiliki daya absorpsi lebih kuat, bila tumor mengalam nekrosis
iskemik disertai infeksi, toksin yang dihasilkan kuman diabsorpsi, secara klinis dapat timbul
gejala toksikosis.

Gejala karsinoma rektal umumnya berupa hematokezia dan perubahan pola defekasi
(frekuensi defekasi bertambah, tenesmus, anus bengak, dll). Bila tumor menginvasi dinding usus
menyebabkan penyempitan rektum, dapat timbul perubahan bentuk feses, feses menjadi halus,
bila penyakit berlanjut dapat timbul ileus. Gejala klinis yang sering ditemukan menurut
frekuensi, dari yang tersering adalah massa abdomen, sakit perut dan anemia pada karsinoma
kolon kiri adalah hematokezia, sakit perut dan sering defaksi; pada karsinoma rektal adalah
hematokzia, sering defekasi dan perubahan bentuk feses.

Sebab terjadinya perbedaan manifestasi klinis karsinoma kolon belahan kiri dan kanan
dirangkum pada table
Manifestasi stadium lanjut

Selain gejala local tersebut diatas, dokter harus memperhatikan tumor adalah penyakit
sistemik, pada fase akhir progresi kanker kolon timbul stadium lanjut yang sesuai. Misal, invasi
luas tumor dalam kavum pelvis menimbulkan nyeri daerah lumbosacral, iskialgia dan neuralgia
obturatoria; ke anterior menginvasi mukosa vagina dan vesica urinaria menimbulkan perdarahan
per vaginam atau hematuria, bila parah dapat timbul fistel rektovaginal, fistel rektoesikal;
obstruksi ureter bilateral menimnblkan anuria, uremia; tekanan pada uretra menimbulkan retensi
urin; asites, hambatan saluran limfatik atau tekanan pada vena iliaka menimbulkan udem
tungkai, scrotal, labial; perforasi menimbulkan peritonitis akut, abses abdomen; metastasis jauh
seperti ke hati menimbulkan hepatomegaly, icterus, asites; metastasis ke paru menimbulkan
batuk, nafas memburu, hemoptysis; metastasis ke otak menyebabkan koma; metastasis tulang
menimbulkan nyeri tulang, pincang, dll. Akhirnya dapaat timbul kakeksia, kegagalan sistemik.

Tanda fisik

Lokal dapat dilakukan pemeriksaan colok rektal untuk meraba, sigmoidoskopi atau
kolonoskopi fiberoptik untuk melihat tumor intra luminal, di region abdomen juga sering kali
teraba massa. Pemeriksaan sistemik dapat menemukan anemia dan tanda metastasis seperti
limfadenopati supraklavikular, massa hepar dll.
Komplikasi

Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:

1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.


2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses

Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang
pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus
besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali.
Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya
( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

Pencegahan

Memahami faktor penyebab penyakit di atas membantu pencegahan timbulnyya kanker


kolon.

1) Pengaturan diet yang rasional: banyak makan sayuran dan buahan segar dll. Yang kaya
akan hidrat arang dan serat kasar. Masukan sesuai kalsium, molybdenum, selenium
membantu pencegahan kanker kolon. Ion kalsium dari makanan dalam rongga usus
berikatan dengan asam empedu membentuk senyawa kalsium yang tidak larut,
melindungi mukosa usus dari rudapaksa toksik asam empedu, berefek proteksi terhadap
kanker.
2) Aktif mencegah mengobati skistosomiasis.
3) Aktif mengobati colitis ulseratif, polyposis dan adenoma.
4) Penapisan umum: dilakukan pemeriksaan dalam masyarakat, terhadap lesi kolon
ditemukan dan terapi dini, berperan sangat penting dalam mencegah kanker kolon dan
menghindari progresi kanker kolon ke stadium lanjut, menurunan mortalitas. Penapisan
umum dapat memakai uji darah samar feses berseri, yaitu pertama-tama dengan metode
kimiawi menapis pasien yang bereaksi positif, kemudia dengan metode imunologis
menyingkirkan positif palsu, terakhir barulah dengan endoskopi untuk diagnostic pasti.

Prognosis

Kanker kolon bila dibandingkan dengan karsinoma gaster, hati, esophagus, pancreas, dan
tumor ganas lain prognosisnya relative lebih baik. Faktor yang mempengaruhi prognosis kanker
kolon sangat banyak, antara lain yang terpenting adalah stadium penyakit. Pasca operasi radikal
Dukes A memiliki survival 5 tahun melebihi 90%, tapi Dukes C hanya sekitar 30%. Faktor lain
yang terpenting adalah ada tidaknya metastasis kelenjar limfe, begitu timbul metastasis kelenjear
egional atau jauh, prognosisnya sangat buruk. Faktor lain seperti usia, perjalanan penyakit,
ukuran tumor, lingkup sirkumferens usus yang terkena, tipe patologi dan derajat diferensisasi,
kondisi imunitas dan metode terapi dll, juga berpengaruh bagi prognosis. Dengan meluasnya
pengetahuan pencegahan kanker, terus berkembangnya cara pemeriksaan dan majunya metode
terapi modern, angka kesembuhan kanker kolon dapat ditingkatkan

Referensi:

Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran.


Kanker Kolorektal. Diunduh 5 Januari 2017.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKkolorektal.pdf
Buku Onkologis Klinis
ASKEP CA Kolon. diakses 5 Januari 2017. http://evaloy.blogspot.co.id/2013/05/askep-
ca-kolon-kanker-kolon_10.html

You might also like