You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menikah dan memiliki keturunan adalah suatu fase yang dijalani oleh manusia

dalam siklus kehidupannya. Keberadaan anak dianggap mampu menyatukan dan

menjaga keutuhan pernikahan. Gagal mendapatkan anak sangat berlawanan dengan

naluri dasar manusia, yang dapat menjadi sumber dari perasaan berdosa, berduka cita,

bahkan perceraian.
Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri yang telah

menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan teratur tanpa menggunakan

kontrasepsi, namun tidak berhasil memperoleh kehamilan. Infertilitas merupakan

masalah global dalam sudut pandang kesehatan reproduksi. Insiden infertilitas

beragam dan terbagi menurut penyebab infertilitas itu sendiri. Hampir 15% dari

pasangan diseluruh dunia merupakan pasangan infertile. WHO melaporkan bahwa di

dunia terdapat 8% pasangan suami istri mengalami masalah infertilitasselama

reproduksinya. Angka infertilitas pasangan suami istri di Indonesia yang mengalami

kesulitan mendapatkan anak adalah sekitar 10%. Kondisi ini makin lama makin

banyak ditemukan diindonesia. Diperkirakan perempuan Indonesia yang mengalami

kesulitan untuk hamil adalah 15% di usia 30-34 tahun, 30% diusia 35-39 tahun dan

64% ketika mereka mencapai usia 40-44 tahun.


Banyak factor yang terkait dengan kesulitan untuk hamil tersebut, factor tersebut

40% terkait dengan factor istri, 40% terkait dengan factor suami, 10% terkait dengan

factor gabungan suami istri, dan sisanya terkait dengan factor-faktor lain yang sering
kali sulit untuk ditemukan penyebabnya atau disebut dengan istilah infertilitas

idiopatik.

BAB II
INFERTILITAS

2.1 Definisi infertilitas


Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki

keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah melakukan

hubungan teratur 2 sampai 3 kali seminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi.


Pasangan suami istri dianggap fertile untuk bias memiliki anak apabila

suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu

menghasilkan dan menyalurkan sel sperma ke dalam rongga reproduksi istri dan

istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu

menghasilkan sel telur atau ovum yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan

memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga

bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Dua factor yang telah disebutkan tersebut

apabila tidak dimiliki oleh pasangan suami itri pasangan tersebut tidak akan mampu

memiliki anak atau infertile.

2.2 Epidemiologi infertilitas


Prevalensi pasangan infertile didunia diperkirakan satu dari tujuh pasangan

bermasalah dalam hal kehamilan. Survey kesehatan rumah tangga di Indonesia

diperkirakan ada kurang lebih 3,5 juta pasangan yang infertile. Pasangan infertile

telah meningkat mencapai 15-20 % dari sekitar 50 juta. Infertilitas sebanyak 40%

disebabkan oleh wanita, 20% oleh pria dan 40% lainnya disebabkan oleh factor pria

dan wanita. Prevalensi kejadian infertilitas perempuan di Indonesia sebanyak

infertile primer 15% pada usia 30-34 tahun, meningkat 30% pada usia 35-39 tahun

dan 64% pada usia 40-44 tahun.

2.3 Klasifikasi infertilitas


1) Infertilitas primer
Pasangan suami isttri yang belum pernah memiliki anak setelah 1

tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa

menggunakan alat kontrasepsi.


2) Infertilitas sekunder
Pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya,

tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun

berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan

alat kontrasepsi.

2.4 Etiologi infertilitas


1. Faktor pada wanita
a. Gangguan organ reproduksi
a) Infeksi vagina dapat menyebabkan meningkatnya keasaman vagina

yang akan dapat membunuh sperma dann pengkerutan vagina akan

memperlambat transportasi sperma ke vagina.


b) Kelainan pada serviks akibat defisiensi hormone estrogen yang

mengganggu pengeluaran mucus serviks. Apabila mucus serviks

sedikit perjalanan sperma ke rahim terganggu.


c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus

yang terganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus

yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk

perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.


d) Kelainan tuba fallopi akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba

fallopi dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat

bertemu..
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal

seperti adanya hambatan pada sekresi horrmon. FSH dan LH yang memiliki

pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya
tumor cranial, stress dan penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan

terjadinya disfungsi hipotalamus dan hipofisis. Bila terjadi gangguan sekresi

kedua hormone ini, maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan

berakhir pada gangguan ovulasi.

Who membagikan kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas, yaitu :

1. Kelas 1 : kegagalan pada hipotalamus hipopisis (hipogonadotropin

hiogonadism). Karakteristik kelas ini adalah gonadotropin yang rendah,

proklaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi

sekitar10% dari seluruh kelainan ovulasi.


2. Kelas 2 : gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin

normogonadism). Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada

gonadotropin tapi estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85%

dari seluruh kasus kelainan ovulasi.


3. Kelas 3 : kegagalan ovarium (hipogonadotropin hipogonadism).

Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan

kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh gangguan

ovulasi.
4. Kelas 4 : kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat

disfungsi ovarium, memiliki kadar prolaktin yang

tinggi(hiperprolaktinemia).
c. Kegagalan impantasi
Wanita dengan kadar prgesteron yang rendah mengalami kegagalan

dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan,

proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak

dapat berkembang dan terjadilah abortus.


b. Faktor penyakit
a) Endometriosis
Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal jaringan implant di

luar uterus, yang normalnya hanya tumbuh di uterus. Endometriosis ini

dapat menghalangi proses konsepsi dan perlekatan embrio pada dinding

uterus. Gejala penyakit endometriosis ini adalah nyeri yang sangat pada

daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim.


b) Mioma uteri
Merupakan tumor jinak atau pembesaran jaringan otot yang ada di

rahim. Tergantung lokasinya, mioma dapat terletak dilapisan luar,

lapisan tengah, atau lapisan dalm rahim. Biasanya mioma uteri yang

sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di

lapisan dalam ( lapisan endometrium ). Mioma uteri biasanya tidak

bergejala. Mioma katif saat wanita usia reproduksi sehingga saat

menopause mioma uteri akan mengecil dan sembuh.


c) Polip
Suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya

diakuibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh

kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip

menyebabkan pertemuan sperma sel telur dan lingkunagn uterus

terganggu sehingga bakal janin akan susah tumbuh.


d) Kista
Suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput yang tumbuh

tidak normal dirongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat

berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap

kesuburan. Jenis kista yang sering menyebabkan infertilitas adalah

sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai dengan amenore


( tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan ),

obesitas, infertilitas dan pembesaran indung telur. Penyakit ini

disebabkan oleh tidak seimbangnya hormone yang mempengaruhi

reproduksi wanita.

2. Faktor pada pria


a. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma seharusnya harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat

dan akurat untuk meuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan

struktur atau morfologi dari sperma tidak normal atau gerakannya atau motiltas

tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau mnembus sel telur.
b. Konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma normalnya 20 juta sperma/ ml semen atau lebih.

Kurangnya konsentrasi sperma dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan

misalnya karena terlalu sering berejakulasi, merokok, alcohol dan kelelahan.


c. Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju

vagina. bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut atau tidak ada

ejakulasi. Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang

mempengaruhi tulang belakang.


d. Kekurangan hormone testosterone
Kekurangan hormone ini dapat mepengaruhi kemampuan testiss dalam

memproduksi sperma.

e. Gangguan didaerah sebelum testis (pretesticular)


Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas

mengeluarkan hormone FSH dan LH. Kedua hormone tersebut mempengaruhi

testis dalam menghasilkan hormone testosterone, akibatnya produksi sperma


dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan

semen.
f. Gangguan didaerah setelah testis (Posttesticular)
Gangguan terjadu di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat

disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu,. Penyebabnya

biasa terjadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit seperti tuberculosis,

serta vasektomi yang memang disengaja.


g. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah vasises atau pelebaran pembuluh darah vena yang

berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat

produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada

system katup pembuluh darah tersebut membuat pemuluh darah melebar dan

mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan

sperma terganggu.
h. Kelainan genetic
Dalam kelainan genetic yang disebut sindrom klinefeter, seorang pria

memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y.

hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau

sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit cystic fibrosis,

beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluakan sperma dari testis mereka,

meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka

tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan

saluran ejakulasi.
i. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke

kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada
beberapa kondisi yang dapat menyebabkan nya, diantaranya adalah diabetes,

pembedahan dikemih, prostat, atau uretra dan pengaruh obat-obatan tertentu.

2.5 Patofisiologi infertilitas


1. Pada wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya

gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan

FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan

folikel di ovarium.Penyebab lainnya yaitu radiasi dan toksik yang

mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi system

reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas diantaranya cedera tuba dan

perleketan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilitasi

dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi

tidak berkembang normal walaupun sebelumnya terjadi fertilitasi.

Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas

serviks mempengaruhi proses pemasukan sperma. Bebrapa infeksi

menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi

gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga

menyebabkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya

menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

2. Pada pria
Abnormalitas androgen dan testosterone diawali dengan disfungsi

hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional

testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi

infertilitas diantaranya merokok, penggunaan obat-obatan,dan zat adaptif yang

berdampak besar pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi


alcohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya

pancaran sperma. Suhu disekitar area testis juga mempengaruhi abnormalitas

spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan

sehingga menyebabkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan

komposisi sperma terganggu.

2.6 Pemeriksaan Dasar Infertilitas


Anamnesis
Pada awal pertemuan, sangatlah penting untuk memperoleh data apakah

pasangan suami istri ini salah satunya memiliki riwayat operasi pada saluran

reproduksi atau sedang menjalani terapi khusus. Atau juga perlu ditanyakan

suatu kebiasaan pasangan suami istri seperti merokok, atau minum alcohol.

Selain itu juga perlu ditanya tentang haid istri. Dimana siklus haid merupakan

variable yang sangat penting dalam pemeriksaan ini. Dikatakan normal jika

berada dalam kisaran 21-35 hari. Perlu juga diperoleh informasi apakah

terdapat nyeri saat haid dan perlu juga dianyakan penggunaan obat tertentu

untuk penghilang rasa nyeri saat haid.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan pada pasangan istri dengan

masalah infertilitas adalah dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan

pengukuran lingkar pinggang. Dengan adanya data tersebut dapat dengan

mudah menentukan indeks masa tubuh sebagai indicator.


Pemeriksaan penunjang
Kadar progesterone
Pemeriksaan dasar yang dianjurkan untuk mendeteksi atau

mengkonfirmasi adanya ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah

penilaian kadar progesterone pada fase luteal, yaitu kurang lebih 7 hari

sebelum datangnya haid. Nilai normalnya adalah >9,4 mg/ml. tetapi

penilaian kadar progesterone ini tidak memiliki nilai diagnostic jika

siklus haid tidak normal seperti siklus haid yang jarang atau siklus

haid yang terlalu sering.


Kadar luteinizing hormone dan folikel stimulating hormone
Pemeriksaan ini dilakukan pada fase proliferasi awal (3-5 hari).

Jika terdapat hirusistisme atau akne yang berlebih perlu juga

dilakukan pemeriksaan kadar androgen. Pada perempuan kadar

androgen <7
Analisis sperma
Pemeriksaan analisis sperma sangat penting dilakukan karena dari

berbagai penelitian factor lelaki memberikan kontribusi 40% terhadap

kejadian infertilitas. Beberapa syarat dalam pemeriksaan analisis

sperma, yaitu :
1. lakukan abtinensia selama 2-3 hari
2. keluarkan sperma dengan cara masturbasi
3. hindari pelumas dan kondom
4. gunakan tabung untuk menampung dan lengkapi dengan

identitas, waktu dan teknik metode pengeluaran.


5. Kirim sample secepatnya ke laboratorium, hindari suhu >38
atau <15

Kriteria normal dari analisis sperma berdasarkan criteria WHO :


Kriteria Nilai rujukan normal
Volume >2ml
Waktu likuefaksi Kurang lebih 50 menit
PH 7,2 atau lebih
Konsentrasi sperma 20 juta permiliter atau

lebih
Jumlah sperma total 40 juta permiliter atau

lebih
Lurus cepat 25% atau lebih
Lurus lambat 50% atau lebih
Morfologi normal 30% atau lebih
Vitalitas 75% atau lebih yang hidup
Leukosit <1 juta per milliliter

2.7 Penatalaksanaan Infertilitas


1. Penatalaksanaan infertilitas pada wanita
A. Pengobatan
Obat - obatan untuk menginduksi ovulasi dapat digunakan untuk

mengobati wanita dengan amenore atau yang mempunyai menstruasi tidak

teratur. Adapun jenis-jenis pengobatan yang biasa diberikan adalah sebagai

berikut :

1). Klomifen sitrat


Klomifen sitrat dapat membantu untuk menstimulasi

terjadinya ovulasi pada wanita dengan amenore atau menstruasi

tidak teratur. Klomifen dapat digunakan pada wanita dengan

infertilitas yang tidak diketshui dan PCOS. Klomifen bekerja

dengan berkompetisi dengan hormone estrogen untuk menempati

reseptornya diotak. Oleh karena jumlah estrogen yang terkait

dengan reseptornya sedikit maka tubuh akan memberikan sinyal

ke otak bahwa mereka kekurangan estrogen dan hal ini kan


merangsang pelepasan hormone FSH dan LH ke dalam pembuluh

darah. Tingginya kadar FSH akan menstimulasi ovaium untuk

membentuk folikel yang berisi matr dalam sebuah proses yang

disebut ovulasi. Pengobatan ini efektif untuk membantu

meningkatkan fertilitas pada wanita dengan PCOS. Terbukti

sekitar 70-80% penderita PCOS akan berovulasi dengan

pemberian klomifen sitrat. Klomifen sitrat merupakan tuurunan

dari triphenylethylene golongan nonsteroid dengan efek agonis

dan antagonis. Klomifen diberikan secara oral dimulai pada hari

ke 3 siklus haid selama 5 hari. Dosis dimulai dengan pemberian

awal 50 mg per hari selama 5 hari dan dapat ditingkatkan 50 mg

setiap siklus sampai tercapai ovulasi. Dosis maksimal 150-200

mg, monitoring setelah pemberian adalah suhu basal badan dan

kadar LH urin. Kadar lonjatan LH biasanya terjadi setelah 5-12

hari setelah pemberian terapi terakhir. Dengan pemeriksaan USG

transvaginal secara serial dapat diukur jumlah dan besar folikel,

sehingga dapat diperkirakan apakah terjadi ovulasi.


2). Gonadotropin
Induksi ovulasi dengan gonadotropin digunakan pada

wanita yang gagal dengan terapi klomipen atau pada wanita

dengan disfungsi ovulasi sekunder akibat hypogonadotroihic

hypogonadis. Obat yang sering digunakan adalah hMG. Human

menopausal gonadotropin (pergonal, humegon) adalah campuran

dari FSH dan Lh yang dimurnikan dari urin wanita pasca


menopause, dan diberikan dalam bentuk suntikan intramuskuler

campuran 75 IU FSH dan 25% IU LH. Dosis awal diberikan 2

ampul perhari dimulai hari ke 7 HPHT. Pada pasien PCOD

diberikan diosis awal 1 ampul per hari karena dianggap lebih

responsive dan dipantau mulai hari ke 5 pengobatan.selain itu ada

beberapa jenis sediaan gonadotropin yang biasa digunakan untuk

meningkatkan fertilitas, antara lain :


a. uFSH (urinary folikel stimulating hormone)

mengandung FSH yang berasal dari purifikasi urin

wanita postmenopouse.
b. rFSH ( recombinant follicle stimulating hormone)

mengandung FSH yang diproduksi dilaboratorium

menggunnakan teknologi DNA.


c. rLH ( recombinant luteinizing hormone) mengandung

LH yang diprosuksi dilaboratorium menggunakan

teknologi DNA.

Selain untuk menstimulasi ovarium, gonadotropin juga ada

yang digunakan untuk merangsang pelepasan sel telur dari folikel

matur. Pemberian gonadotropin jenis ini dilakukan ketika kita

sudah mendeteksi bahwa folikel benar-benar matur dan berisi sel

telur didalamnya baik dengan menggunakan tes darah maupun

USG ovarium. Obat-obat tersebut adalah sebagai berikut :

a) uhCG (urinary human chorionic goadotropin) mempunyai

aktivitas biologi yang sama dengan LH, walaupun juga


mengandung FSH. Hormone ini diekstraksi dan dipurifikasi

dari urin wanita hamil.


b) rhCG (recombinant human chorionic gonadotropin) yang

dihasilkan dari teknologi DNA dilaboratorium.


c) uLH (Urinary luteinizing hormone) mengandung LH yang

diekstraksi dan dipurifikasii dari urin wanita post

menopause.
3). Dopamine agonist
Beberapa wanita berevolasi secara ireguler akibat dari

pelepasan hormone prolactin yang berlebihan dari kelenjar pituitary

yang biasa disebut hiperprolaktinemia. Kelebihan hormone ini

akam mencegah terjadinya ovulasi pada wanita dan hal ini akan

menyebabkan terjadinya menstruasi yang tidak teratur dan bahkan

hingga berhenti sama sekali. Dopamine agonist seperti

bromokroptin dan cabergolin melalui oral dapat mencegah hal ini

dengan menurunkan produksi prolaktin, sehingga ovulasi dapat

bekerja dengan baik.


4). Aromatose inhibitor
Inhibitor aromatose digunakan terutama pada kanker payuda

pada wanita postmenopouse. Mereka bekerja dengan menurunkan

kadar estradiol dalam sirkulasi dan mengurangi umpan balik

negative yang menstimulasi peningkatan sekresi dari kelenjar

pituitary dan sebagai akibatnya akan meningkatkan kerja ovarium.

Jenis obat penghambat aromatose ini adalah letrozole dan

anastrozole.

B. Terapi bedah
Kadang-kadang penyebab infertilitas dapat ditangani dengan terapi

pembedahan. Sebagai contah operasi merupakan pilihan terapi untuk

beberapa kelainan tuba, PCOS, adhesi, endmetriosis dan kelainan uterus.

Terapi bedah untuk infertilitas yaitu sebagai berikut :


1). Ovarian drilling
Wanita infertile dengan PCOS mempunyai kesulitan dalam

ovulasi. Ovulasi dapat diinduksi secara pembedahan dengan prosedur

yang disebut ovarian drilling atau ovarian diathermy. Prosedur ini

berguna untuk wanita dengan PCOS yang resisten terhadap

pengobatan dengan klomifen sitrat. Ovarian drilling dilakukan secara

laparoskopi melalui lubang insisi kecil, kemudia beberapa insisi kecil

dilakukan pada ovarium dengan menggunakan panas atau laser. Proses

ini akan memacu terjadinya ovulasi.


2). Pembedahan pada tuba fallopi
Penutupan atau kerusakan pada tuba fallopi dapat diatasi dengan

berbagai macam jenis prosedur operasi tergantung dari lokasi

penutupan dan jenis kerusakannya.


a. Histerosalfingografi (HSG)
merupakan sebuah prosedur yang dapat digunakan

untuk mendiagnosis masalah uterus dan tuba fallopi. HsG

menggunakan sinar x dan cairan radioopak yang

dimasukkan ke traktus reproduksi dari uterus sampai ke

tuba fallopi melalui kateter dari servik.


b. Salpingolisis
Merupakan salah satu prosedur operasi dengan

lapaotomi yang diiringi dengan penggunaan microskop

untuk memperluas area. Salpingolisis dilakukan dengan


membebaskan tuba fallopi dari adhesi dengan memotong

perlengketan tersebut, biasanya menggunakan

elektrosurgery dengan memakai elekrokauter.

c. Salpingotomi
Biasanya dilakukan untuk membentuk sebuah lubang

baru pada tuba. Prosedur ini dapat dilakukan secara

laparotomy atupun laparoskopi. Salfingotomi dapat

dilakukan pada pengobatan kehamilan ektopik dan infeksi

pada tuba fallopi.


d. Tubal anastomosis merupakan prosedur pembedahan

dengan mengambil jaringan tuba yang tertutup dan

kemudian menyambung lagi ujung-ujung tuba yang

terpotong tersebut.

2. Penatalaksanaan infertilitas pada pria


A. Pengobatan
Infertilitas pria umumnya tidak banyak yang dapat diobati. Namun

evaluasi yang teliti memungkinkan para pria dengan beberapa kondisi

tertentu sembuh dengan terapi medis.


a. Hipogonadotropik hipogonadisme
Para pria dengan kegagalan testis sekunder berkaitan

dengan hipogonadotropik hipogonadisme mewakili sekelompok

pria yang mungkin sembuh dengan terapi medis, setelah penyabab

infertilitasnya diketahui dengan pasti.

Exogenous pulsatile GnRH


Terapi dengan GnRH eksogen dapat berhasil

mengembalikan kadar normal sekresi gonadotropin sehingga


menginduksi produksi testosterone dan spermatogesis.

Buktinya adanya spermatogenesis dapat diamati dalam

jangka waktu setahun setelah terapi GnRH eksogen dimulai,

tetapi mungkin perlu waktu 2 tahun terapi untuk mencapai

pertumbuhan testis, spermatogenesis, dan fertilitas yang

maksimal.
Gonadotropin eksogen
Spermatogenesis normal dapat diinduksi dengan terapi

kombinasi hCG dan human menopausal gonadotropin (hMG,

mengandung FSH dan LH) atau FSH murni (450 IU per

minggu dalam 2-3 dosis terbagi).


Dopamine agonis
Terapi dengan bromokriptin atau kabergolin secara

efektif dapat mengembalikan kadar prolaktin dan testosterone

normal, dan kemudian meningkatkan libido, potensi kualitas

semen dan fertilitas pada pria dengan hipogonad

hiperprolaktinemia. Meningkatnya kadar dan potensi

testosterone diamati kira-kira selama 3-6 bulan setelah

prolaktin normal dicapai, perubahan pada kualitas semen

umumnya memakan waktu lebih lama.

b. Eugonadisme hipogonadotropik
Pria dengan oligospermia berat (kurang dari 5 juta

sperma /ml), kadar testosterone rendah (kurang dari 300 mg/dl)

dan rasio testosterone / estradiol rendah yang abnormal (kurang

dari 10) dapat berhasil bila mendapat terapi medis dengan

inhibitor aromatase. Pada pria-pria seperti ini, terapi testolaktan


50-100 mg 2x / hari, anatrazole 1 mg / hari dapat menormalkan

rasio dan meningkatkan kualitas semen.


3. Assisted reproductive technology
1. Intrauterine insemination (IUI)
IUI merupakan sebuah proses memasukkan sperma melalui serviks

ke dalam uterus. Hal ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tabung

plastic yang melewati serviks menuju uterus. Prosedur ini dilakukan

bersamaan dengan waktu terjadinya ovulasi pada sang wanita. Untuk

melakukan teknik ini, sang wanita harus mempunyai uterus dan tuba

fallopi yang normal. IUI ini digunakan pada wanita yang mempunyai

kelainan mukos serviks, endometriosis, atau ada factor infertilitas pada

laki-laki.

Gambar. Intrauterine insemination

2. In vitro fertilization (IVF)


IVF berarti fertilisasi yang dilakukan diluar tubuh. Dalam proses

IVF, pasien juga termasuk mendapat pengobatan untuk menstimulasi

ovarium untuk memproduksi lebih banyak sel telur. Ketika sel telur

sudah terbentuk, sel telur tersebut akan diambil melalui operasi kecil.

Sel telur kemudian akan dicampur dengan sperma dilaboratorium dan

diinkubasikan selama 2-3 hari. Tujuannya agar sperma dapat membuahi

sel telur dan membentuk embrio. Embrio tersebut kemudian akan

diletakkan di dalam uterus wanita menggunakan sebuah tabung plastic

melalui vagina dan serviks. Kemudian setelah embrio dimasukkan

diperlukan beberapa tambahan hormone untuk membantu implantasi

embrio, dalam hal ini progesterone dan hCG. IVF merupakan terapi

sangat berguna bagi wanita dengan kerusakan tuba, infertilitas yang tak

diketahui, endometriosis dan infertilitas pada laki-laki.


3. Gamete intrafallopian transfer (GIFT) dan zygote intrafallopian transfer

(ZIFT)
Gamet merupakan sebuah telur atau sperma. Teknik pengambilan

sel telur dan sperma pada GIFT dilakukan dengan cara yang sama

seperti IVF. Sel telur dan sperma kemudian dicampur dan langsung

dipindah tempatkan ke tuba fallopi. Hal ini dilakukan secara

laparoskopi melalu insisi kecil pada abdomen, atau dengam

menggunakan kkateter kecil melalui sserviks. Dengan cara ini

memungkinkan sperma secara natural membuahi sel telur dituba fallopi.

Untuk itu tuba fallopi sang wanita haruslah sehat. Tidak berbeda jauh

dengan GIFT, ZIFT dilakukan dengan cara yang sama, tetapi ZIFT yang

dipindahkan ke tuba fallopi adalah dalam bentuk zigot bukan sel telur

dan sperma seperti GIFT. Kedua teknik ini sekarang sudah tergantikan

dengan IVF sehingga jarang dilakukan. Dengan teknik ini persentase

terjadinya kehamilan lebih tinggi sedikit darpada dengan teknik IVF,

namun prosedr pelaksanaannya lebih rumit dan tidak nyaman pada

pasien.
Gambar GIFT

Gambar ZIFT

4. Intracytoplasmic sperm injection (ICSI)


Substansi didalam sel telur disebut sitoplasma, dan ICSI

merupakan suatu teknik reproduksi buatan dengan memasukkan sebuah

sperma secara langsung ke sitoplasma dari sel telur. Prosedur ini

dilakukan dengan menggunakan jarum mikro. Sel telur yang sudah

dimasuki sperma ini kemudian ditempatkan didalam uterus sama seperti


IVF. Teknik ICSI ini berguna untuk pasangan yang tidak berhasil

dengan IVF atau bila kualitas sperma yang baik terlalu sedikit untuk

dilakukan IVF. ICSI mempunyai angka fertilisasi yang tinggi namun

angka terjadinya kehamilan hamper sama dengan teknik IVF.

2.7 Prognosis Infertilitas


Prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri

dan lamanya dihadapkan kemungkinan kehamilan ( frekuensi hubungan seksual

dan lamanya perkawinan ). Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24

tahun, kemudian menurun perlahan-lahan sampai umu 30 tahun dan setelah itu

menurun dengan cepat. Pasangan yang telah dihadapkan pada infertilitas selama 3

tahun, angka harapan terjadinya kehamilan adalah sebesar 50% atau biasa

dikatakan prognosisnya baik. Sedangkan pada pasangan yang infertilitasnya

sudah mencapai 5 tahun maka angka harapan terjadi kehamilan adalah 30% dan

bias dikatakan prognosisnya buruk.


BAB III
KESIMPULAN

Infertilitas dibagi menjadi 2 yaitu infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas

primer merupakan ketidakmampuan pasangan suami istri untuk memperoleh anak

setelah berhubungan seksual secara teratur selama 1 tahun dan tanpa menggunakan

kontrasepsi. Sedangkan infertilitas sekunder merupakan ketidakmampuan pasangan

suami istri untuk memperoleh anak lagi setelah berhubungan seksual secara teratur

selama 1 tahun tanpa menggukan kontrasepsi, dimana sebelumnya pasangan ini telah

mempunyai anak.
Infertilitas biasa disebabkan oleh factor laki-laki , factor wanita dan factor

keduanya. Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat menjadi pilihan bagi pasangan

infertile sesuai dengan masalah yang dialami, yaitu pemberian obat-obatan,

pembedahan dan assisted reproductive technology.

DAFTAR PUSTAKA

1. Puscheck, Elizabeth E. infertility. Emidicine. 2013.


2. Prawirohardjo, sarwono. Infertilitas in ilmu kandungan. Esdisi kedua. Jakarta

:yayasan Bina pustaka. 1997.496-531


3. Infertility. Pubmed. 2013
4. Female infertility. Mayoclinic. 2013

You might also like