You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan
dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti bahwa seseorang dapat dikatakan
mengalami stres, ketika seseorang tersebut mengalami suatu kondisi adanya tekanan
dalam diri akibat tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam diri dan lingkungan (Rathus
& Nevid, 2002). Hurrelman & Losel pada tahun 1990 menjelaskan bahwa stres dapat
terjadi karena adanya faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal yang
sering kali muncul seperti, banyaknya tugas-tugas perkembangan yang dihadapi orang
sehari-hari baik dalam kelompok sebayanya, keluarga, sekolah, maupun pekerjaan.
Tuntutan hidup yang kompleks menyebabkan seseorang mengalami konflik pada dirinya
yang dapat mengakibatkan stress (Smet, 1994). Stress dapat terjadi pada siapa saja, salah
satunya terjadi pada mahasiswa (Fitriana, 2007).
Musik juga merupakan kekuatan yang luar biasa dalam memberikan efek emosional
dan mampu menjangkau jauh kedalam dan menyentuh inti setiap pribadi (Mucci &
Mucci, 2002). Lebih jauh musik dapat menyentuh tingkat kesadaran fisik, psikologi,
spiritual, dan sosial (Kneafsey, 1997). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
Undang-Undang Kesehatan Nasional yang didalamnya telah mencantumkan dukungan
terhadap perkembangan terhadap segala jenis terapi alternatif seperti terapi herbal, terapi
pijit, terapi meditasi, dan juga terapi musik. Penggunaan metode terapi musik di
Indonesia dapat disesuaikan dengan budaya dan lingkungan setempat. Keuntungan
lainnya dalam penerapan terapi musik adalah menggunakan biaya yang tidak mahal dan
terjangkau oleh mahasiswa. Dalam menghadapi faktor-faktor penyebab stres diperlukan
beberapa metode untuk menghadapi stress. Metode untuk mengatasi stres seperti :
pendekatan farmakologis, perilaku, kognitif, meditasi, hipnosis, dan musik (Hardjana,
1994).
Metode musik merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Secara
keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis,
musik dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan
rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, dan membantu serta
melepaskan rasa sakit (Djohan, 2006).
Dari hasil penelitian Primadita (2011) menunjukkan adanya pengaruh terapi musik
terhadap penurunan stress pada mahasiswa PSIK UNDIP dalam penyusunan skripsi. Hal

1
ini menunjukkan bahwa terapy musik berpengaruh terhadap kualitas belajar mahasiswa.
Menurut Faradisi (2012) terapi musik sebagian kecil efektif menurunkan tingkat
kecemasan pasien pra operasi bila dibandingkan dengan terapi murotal. Sedangkan
menurut Asrin, dkk (2007) terapi musik bermanfaat dalam meningkatkan status
kesadaran (GCS) pasien trauma kepala dan dapat memberikan rangsangan yang positif
pada respon-respon fisik dan psikososial. Berdasarkan pernyataan di atas maka
kelompok tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh manfaat terapi musik barok
terhadap konsentrasi belajar mahasiswa PSIK B 2013

B. TUJUAN

Untuk mengetahui manfaat terapi musik barok terhadap konsentrasi belajar


mahasiswa PSIK B Universitas Udayana 2013.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Terapi Musik
1. Defenisi
Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik
fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak
seperti fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi
kesadaran (Satiadarma, 2004). Terapi musik merupakan suatu disiplin ilmu yang

2
rasional yang memberi nilai tambah pada musik sebagai dimensi baru secara bersama
dapat mempersatukan seni, ilmu pengetahuan dan emosi (Widodo, 2000).
Musik adalah segala sesuatu yang menyenangkan, mendatangkan keceriaan,
mempunyai irama (ritme), melody, timbre (tone colour) tertentu untuk membantu
tubuh dan pikiran saling bekerja sama (Fauzi, 2006). Musik memberi nuansa yang
bersifat menghibur, menumbuhkan suasana yang menenangkan dan menyenangkan
seseorang, sehingga musik tidak hanya berpengaruh terhadap kecerdasan berpikir
saja tetapi juga kecerdasan emosi (Sari, 2004).

2. Jenis- jenis Musik


Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi juga semakin
meningkatkan jenis-jenis musik seperti musik Rock, musik Contry, musik Jazz,
musik Barok, musik Klasik (Mozart), dll. Sebagian dari musik ini dapat digunakan
untuk merangsang kecerdasan, walau demikian bukan berarti musik lain tidak
berpengaruh sama sekali (Satiadarma, 2004). Jenis musik yang sudah diteliti dapat
meningkatkan kecerdasan adalah:

2.1. Musik Klasik

Musik klasik disebut juga dengan dampak Mozart yaitu teori yang menyatakan
bahwa dengan memperdengarkan musik klasik kepada bayi ketika masih dalam
kandungan. Setelah lahir atau ketika mereka tumbuh besar, bahkan ketika berada
dibangku kuliah akan menjadikan anak-anak tersebut menjadi cerdas. Secara umum
beberapa musik klasik dianggap memiliki dampak psikofisik yang menimbulkan
kesan rileks, santai, cenderung membuat detak nadi bersifat konstan, memberi
dampak menenangkan, dan menurunkan stress. Tetapi pemakaian musik jenis ini
perlu pertimbangan tentang waktu tampilan musik, taraf usia perkembangan, dan
latar belakang budaya, serta aktivitas motorik yang sesuai dan diassosiasikan dengan
kasih sayang dan estetika (Fauzi, 2006).

2.2. Musik Barok

Musik jenis ini dianggap sebagai sooting music atau musik yang membelai,
menimbulkan rasa tenang dan nyaman. Musik barok ini juga membangkitkan
suasana positif dalam bermain musik jenis ini cenderung mendorong anak untuk
berani bereksplorasi dalam suasana yang menggembirakan. Pada hakikatnya musik
ini membangkitkan aktivitas kesenimanan dalam diri anak ( the artist within).

3
Dengan memperdengarkan musik ini kemampuan kreatif anak juga dibangkitkan
karena dapat mengembangkan daya imajinasi seseorang, kondisi ini memungkinkan
anak untuk berekspresi (Satiadarma, 2004).

2.3. Musik Nature Sounds

Musik nature sounds atau Nature sounds music bukan merupakan bagian dari
musik klasik. Musik jenis ini justru merupakan temuan baru akibat modernisasi
teknologi rekaman suara. Nature sounds music merupakan bentuk integrative musik
klasik dengan suara-suara alam. Komposisi musik ini disertai dengan latar belakang
suara ombak lautan atau gemerisik pepohonan, dan suara alam lainya. Jenis musik
nature sounds ini cenderung lebih mendekatkan pendengar dengan suasana alam.
Bagi anak suara alam ini tidak sekadar membangkitkan assosiasi tertentu tetapi juga
merupakan stimulus tertentu sebagai sarana belajar. Iringan musik ini dalam situasi
yang tenang ketika sedang belajar sangat membantu memperkuat imajinasi dan
assosiasinya (Satiadarma, 2004).

3. Manfaat Musik

Musik adalah pengatur yang baik membentuk tubuh dan pikiran untuk saling
bekerjasama. Musik berguna untuk (1) Memberi pengulangan yang menguatkan
pembelajaran, (2) Memberi ketukan yang berirama yang membantu koordinasi, (3)
Memberi pola yang membimbing guna mengantisipasi apa yang akan terjadi
berikutnya, (4) Memberi kata-kata yang menyatukan bahasa dan kemampuan
membaca, (5) Memberi melodi yang menarik hati dan perhatian dengan
kegembiraan (Sari, 2005).
Menurut Fauzi (2006), musik memberi pengaruh yang kuat untuk (1) Membantu
perkembangan otak bayi, (2) Membantu perkembangan bahasa, (3) Menjadi
jembatan belajar membaca, (4) Memberi perangkat bagi mental untuk memecahkan
masalah, (5) Meningkatkan keterampilan kognitif dan perilaku, (6) Menumbuhkan
rasa percaya diri. Hasil observasi dan evaluasi terhadap bayi yang mendapat
stimulus musik menunjukkan ciri- ciri : cepat dan mahir berbicara, menirukan suara,
menyebutkan kata-kata pertama, tersenyum spontan, menoleh kearah suara
orangtuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan pola sosialnya berkembang sangat
baik. Hasil riset menunjukkan bahwa pelatihan dengan musik menunjukkan bahwa
musik lebih daripada sekedar hubungan sebab akibat terhadap perkembangan

4
bagian-bagian tertentu dari otak secara jangka panjang, tetapi alunan beberapa jenis
musik mampu memberikan pengaruh tertentu pada pergerakan gelombang otak anak
(Fauzi, 2006).

4. Pengaruh Musik Dalam Aspek Kehidupan


4.1. Aspek bawaan

Aspek bawaan melibatkan faktor genetik serta berbagai faktor biologis dan
psikologis. Peran faktor genetik relatif tidak dapat diubah, tetapi faktor biologis dan
fisiologis anak dapat dibentuk sejak anak masih di dalam kandungan. Sejumlah
musik klasik tertentu memberi pengaruh rasa aman pada orang yang mendengarkan
termasuk ibu pada saat hamil. Kondisi ini mempengaruhi janin untuk tumbuh dan
berkembang dalam suasana yang relatif tenang sehingga proses perkembanganya
berlangsung optimal (Kasdu Dini, 2004).

4.2. Aspek lingkungan

Lingkungan memiliki peran penting bagi anak-anak untuk belajar memusatkan


perhatian dan melakukan aktifitas mereka. Pendidikan musik memberi kesempatan
pada anak- anak untuk memusatkan perhatian. Anak usia 18-24 bulan yang sering
diberi perangsangan verbal ritmis (diajarkan bermain dengan kata-kata berirama)
lebih tinggi kemampuan verbalnya dibanding dengan anak-anak yang kurang
memperoleh perangsangan verbal ritmis. Suasana musikal ini juga memungkinkan
anggota keluarga untuk mengurangi beban stress yang dialami (Fauzi, 2006).

4.3. Aspek sosial

Kesenjangan budaya merupakan aspek sosial lain yang berpotensi menghambat


proses belajar musik. Perbedaan antara budaya lain kerap menghambat seseorang
untuk menyesuaikan diri ditengah suasana yang berbeda. Demikian juga halnya
dalam proses belajar musik, anak seringkali dibiasakan untuk ikut aktif dalam
kegiatan musikal antar budaya, peluang untuk mengenal ragam musik menjadi lebih
luas ( Satiadarma, 2004).

5. Rangsangan Terapi Musik Terhadap Fungsi Otak

Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi pada otak (fungsi


ingatan, belajar, bahasa, berbicara, analisis intelek dan fungsi kecerdasan). Dengan

5
menikmati musik, gudang ingatan anak semakin lama semakin berkembang,
sehingga daya ingat anak semakin baik (Satiadarma, 2004). Musik juga dapat
berpengaruh untuk:

a. Merangsang otak secara fisik

Musik mampu mengaktifkan fungsi fisik otak yang telah mengalami


penurunan akibat adanya ganguan fisik. Ada yang beranggapan bahwa bukan
musik yang memperbaiki kondisi fisik otak, melainkan kondisi fisik otak yang
lebih memungkinkan seseorang untuk belajar musik. Bagian otak yang berperan
dalam fungsi pendengaran dan kemampuan verbal (planum temporal) dan
bagian otak yang berfungsi sebagai lintas transformasi sinyal dari belahan otak
kanan dan belahan otak kiri ( corpus collosum) pada musisi umumnya lebih
besar karena musisi belajar musik relatif lebih lama daripada orang lain
(Rahmawati, 2001).

b. Merangsang fungsi kognitif

Fungsi kognitif (nalar) merupakan fungsi yang sangat penting dalam


aktifitas kerja otak. Fungsi kognitif memungkinkan seseorang untuk berfikir,
mengingat, menganalisa, belajar dan melakukan aktifitas mental yang lebih
tinggi. Secara umum musik mampu membantu seseorang untuk meningkatkan
konsentrasi, menenangkan pikiran, memberi ketenangan dan membantu untuk
melakukan motivasi dengan kata lain musik dapat membantu individu
mengembangkan proses mental dan meningkatkan kesadaran (Satiadarma,
2004).

c. Merangsang proses assosiatif

Proses assosiatif adalah salah satu proses berfikir untuk mengaitkan satu hal
dengan hal yang lainya. Musik merangsang kemampuan tumbuhkembangnya
kemampuan assosiatif anak. Lagu anak-anak yang dirancang jangan
menyisipkan kata-kata tertentu merupakan suatu sarana untuk mengembangkan
kemampuan assosiatif anak (Satiadarma, 2004).

d. Merangsang rekognisi (mengenali kembali)

6
Proses rekognisi merupakan salah satu proses penting dalam berpikir,
proses ini berlangsung cukup kompleks dan melibatkan ragam fungsi kerja otak.
Pada awalnya rangsang diterima oleh penginderaan dan di sampaikan ke otak
dengan menggunakan sinyal tertentu melintas pada jaringan saraf, kemudian
otak menganalisa sinyal yang dikirimkan oleh penginderaan, mencari
pendengaranya dengan koleksi data yang ada di gudang ingatan (Satiadarma,
2004).
Jika seseorang mendengar alunan musik, saraf indra pendengaran mengirim
sinyal ke otak untuk mengenal alunan musik tersebut. Jika individu pernah
mendengar alunan serupa maka individu yang bersangkutan akan merespon
alunan serupa misalnya dengan hentakan kaki, bersiul mengikuti lagu yang
didengarnya (Satiadarma, 2004).

e. Memperluas gudang ingatan

Berbagai bentuk pengalaman memberikan konstribusi koleksi data dalam


gudang ingatan. Ragam musik juga memberikan kontribusi data di dalam
gudang ingatan, akan tetapi gudang ingatan memiliki keterbatasan jika jumlah
data yang masuk jauh lebih besar dari daya tampung dalam gudang ingatan.
Musik mampu mengubah individu untuk memanggil kembali data lainya karena
adanya proses assosiatif. Banyaknya ragam musik yang direkam dalam ingatan
seseorang memperkaya koleksi ingatan dengan ragam bentuk data yang
terorganisir sehingga individu lebih mampu mengklasifikasikan kelompok
ingatan dan mengaitkanya dengan musik (Satiadarma, 2004).

f. Merangsang perkembangan bahasa

Dalam bidang pendidikan diberbagai lembaga bahasa, musik serta lagu


sering digunakan untuk membantu para siswa agar lebih mampu belajar bahasa.
Lirik musik juga mengubah individu untuk memahami kata dan ragam
ungkapan dalam lirik lagu tersebut (Fauzi, 2006).

g. Merangsang berfikir ritmis

Tidak dapat dipungkiri bahwa musik mengandung irama atau ritmis. Ketika
anak-anak mulai belajar musik dengan bertepuk tangan, mereka mengawali

7
proses berpikir secara ritmis. Dalam proses ini anak mulai melatih
mengkoordinasi gerak dengan ritme musik (Fauzi, 2006).

6. Cara Pelaksanaan Terapi Musik

Terapi musik dapat dilakukan di rumah, disaat santai dan dimana saja, jaraknya
sekitar setengah meter (50 cm) dari tape dapat juga menggunakan walkman.
Usahakan suara (volume) tidak terlalu keras atau lemah, intinya volume tersebut
dapat membuat ibu merasa nyaman dan membuat ibu berkonsentrasi penuh. Jika
mempunyai hearphone, sesekali dapat menempelkanya ke perut ibu agar janin bisa
mendengarkan lebih jelas, ibu boleh berdendang mengikuti melodi atau lirik lagu
yang di dengarnya (Satiadarma, 2004) .
Waktu yang digunakan sekitar 30 menit yang dibagi menjadi relaksasi dan
stimulus. Stimulus sekitar 15 sampai 20 menit, relaksasi sekitar 10 sampai 15 menit.
Di rumah lama mendengar musik yang dianjurkan pada ibu hamil adalah sekitar 30
menit setiap hari. Untuk memperoleh manfaat dari mendengarkan musik, ibu hamil
dianjurkan mendengarkan dengan penuh perhatian dan kesadaran bahwa musik
dapat merasuk ke dalam pikiran ibu. Dengan demikian suara harmoni dan irama
musik dapat mendorong ibu untuk bergairah, kreatif dan menyenangkan
(Satiadarma, 2004).

B. Konsentrasi Belajar
1. Pengertian Konsentrasi

Maulana (2011:239) menjelaskan bahwa konsentrasi merupakan pemusatan


perhatian atau pikiran pada suatu hal.

2. Pengertian belajar

Sagala (2011:37) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan


perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.
Sementara itu, Suyono dan Hariyanto (2011:9) menyatakan bahwa Belajar adalah
suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.

8
3. Pengertian konsentrasi belajar

Daud (2010) menjelaskan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan


perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan
dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi.

4. Ciri-ciri konsentrasi belajar

Engkoswara (2012) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat


digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi adalah
sebagai berikut:

a. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan,


informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa
yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan:
Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan
Komprehensif dalam penafsiran informasi
Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh
Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.
b. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku
ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai:

Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu


Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan
Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari
suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.
c. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar
dapat ditengarai:

Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk
guru
Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang
penuh arti.
d. Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar
dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan
benar.
5. Indikator konsentrasi belajar

9
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator konsentrasi
belajar adalah sebagai berikut:

a. Perilaku kognitif, ditengarahi dengan:

Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.


Komprehensif dalam penafsiran informasi.
Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh.
Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.
b. Perilaku afektif, ditengarahi dengan:

Perhatian pada materi pelajaran.


Merespon bahan yang diajarkan.
Mengemukakan suatu ide.
c. Perilaku psikomotor, ditengarahi dengan:

Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk
guru.
Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang
penuh arti.
d. Adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar.

C. Mahasiswa

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat


pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk
siswa/ murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa
pembelajarannya. Sedangkan secara harafiah, mahasiswa terdiri dari dua kata, yaitu
Maha yang berarti tinggi dan Siswa yang berarti subyek pembelajar ( menurut
Bobbi de porter ), jadi dari segi bahasa mahasiswa diartikan sebagai pelajar yang
tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas. Namun jika kita
memaknai mahasiswa sebagai subyek pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran
kita, sebab meski ia ( baca : Mahasiswa ) diikat oleh suatu definisi studi, akan tetapi
mengalami perluasan makna mengenai eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya.
Kemudian pada perkembangan selanjutnya, mahasiswa tidak lagi diartikan hanya
sebatas subyek pembelajar ( studi ), akan tetapi ikut mengisi definisi learning.
Mahasiswa adalah seorang pembelajar yang tidak hanya duduk di bangku kuliah
kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal di

10
rumah untuk menghadapi ujian tengah semester atau Ujian Akhir Semester.
mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang ikon-ikon pembaharu dan pelopor-pelopor
perjuangan yang respek dan tanggap terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat
dan bangsa. Apabila kita melihat kembali sejarah, peran mahasiswa acapkali mewarnai
perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini masa reformasi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Terapi Musik Barok

Konsentrasi belajar
mahasiswa PSIK B
Universitas Udayana Peningkatan nilai ujian

2013.

B. DESAIN PENELITIAN

Rancangan penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen dengan pendekatan


one group pre test post test, dimana tidak ada kelompok pembanding atau kontrol,
tetapi sudah dilakukan observasi pertama ( pre test) yang memungkinkan menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoadmojo, 2012).

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi yang digunakan adalah semua mahasiwa PSIK B Universitas Udayana2013


sebanyak 36 mahasiswa. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

11
Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya lebih dari 100, dapat
diambil 10 sd 15 % atau 20 sd 25 % atau lebih (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini,
karena subyek penelitian kurang dari 100, sampel yang diambil adalah seluruh dari
jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan total sampling yaitu sebanyak
36 mahasiswa.

MINIPROPOSAL

EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK BAROK TERHADAP KONSENTRASI


BELAJAR MAHASISWA PSIK B UNIVERSITAS UDAYANA 2013
DALAM PERSIAPAN UJIAN

OLEH

KELOMPOK I

1. MADE BAYU OKA WIDIARTA


2. SIMSON MELKIOR YULIUS DJAMI LA
3. BERGITA OLIVIA HALI SAMON
4. SYLVIANINGSIH
5. MICKS BRAFYUTH PENLAANA
6. NYOMAN BUDIYANI
7. D. KUSUMA NINGRAT
8. DEWA PUTU EDI PERMANA PUTRA
9. I WAYAN SWANTIYASA
12
10. NI NYOMAN SUDRESTI
11. KOMANG SRI MAHAWATI
12.HENI KUMALASARI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN B
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMESTER I
TAHUN AJARAN 2013/2014

13

You might also like