You are on page 1of 48

SGD 1

ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM MUSKULOSKELETAL

OLEH:
KELOMPOK I

1. NYOMAN BUDIYANI (1302115001)


2. BERGITA OLIVIA HALI SAMON (1302115011)
3. SYLVIANINGSIH (1302115013)
4. AGUSTINA MBILIYORA (1302115017)
5. NI LUH SRI WAHYUNI (1302115018)
6. MINAR AGUSTINA SEVENY (1302115020)
7. DEWA PUTU EDI PERMANA PUTRA (1302115021)
8. I WAYAN SWANTIYASA (1302115023)
9. I KETUT PURNAWAN (1302115026)
10. NI MADE AGUSTINI (1302115028)
11. NI LUH SUSIANI (1302115032)
12. NI KOMANG EMI APRILIANTARI (1302115033)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN B


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
ANATOMI SISTEM MUSKULOSKELETAL

A. Fungsi Tulang dan Otot.


1. Tulang
Fungsi tulang secara umum :
1. Formasi kerangka : tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk menetukan
bentuk dan ukuran tubuh, tulang-tulang menyongkong struktur tubuh yang
lain.
2. Formasi sendi : tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak dan
tidak bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional.
3. Perlengketan otot : tulang-tulang menyediakan permukaan untuk tempat
melekatnya otot,lendo dan ligamentum untuk melaksanakan pekerjaannya.
4. Sebagai pengungkit : untuk bermacam-macam aktivitas selama pergerakan.
5. Menyongkong berat badan : memelihara sikap tegak tubuh manusia dan
menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang.
6. Proteksi : tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi
struktur yang halus seperti otak, medulla spinalis, jantung, paru-paru, alat-
alat dalam perut dan panggul.
7. Hemopoiesis : sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel darah.
8. Penyimpanan kalsium : tulang mengandung 97% kalsium yang terdapat
dalam tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam-garam terutama
kalsium fosfat (Syaifuddin, 2011).

Fungsi tulang secara khusus :


1. Sinus-sinus paranalisis dapat menimbulkan nada khusus pada suara
2. Email gigi dikhususkan untung memotong,menggigit dan menggilas
makanan, email merupakan struktur yang terkuat dari tubuh manusia.
3. Tulang-tulang kecil telinga dalam mengonduksi gelombang suara untuk
fungsi pendengaran.
4. Panggul wanita dikhususkan untuk memudahkan proses kelahiran bayi
(Syaifuddin, 2011).

2. Otot
Fungsi otot secara umum:
1. Menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan
(kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot
lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.
2. Mempertahankan posisi tubuh.
3. Memompa darah ke seluruh tubuh (kontraksi jantung dan kompresi
vaskuler).
4. Menggerakkan makanan di sepanjang usus (peristalsis).
5. Membantu pernapasan.
6. Regulator suhu tubuh. Aktivitas otot rangka akan memproduksi panas
(Kowalak, 2011).

B. Otot-otot Rangka Berdasarkan Lokasi, Pelengkap, Bentuk, Serabut dan


Fungsinya.
Klasifikasi otot-otot rangka menurut struktur, lokasi anatomis dan fungsinya :
1. Otot skelet (rangka)
Melekat pada tulang dan tampak bergaris-garis (lurik;striata) yang
mencerminkan struktur selulernya. Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut
otot) dengan ukuran tebal 10-100 m dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik
berasal dari myotom, inti terletak dipinggir, dibawah sarcolema memanjang
sesuai sumbu panjang serabut otot.
Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus
jaringan ikat yang disebut endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan
jaringan ikat disebut perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh
jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia). Otot lurik dipersyafi oleh system
cerebrosfinal dan dapat dikendalikan. Otot lurik terdapat pada otot skelet, lidah,
diaphragma, bagian atas dinding oesophagus.
Otot Kerangka adalah otot lurik yang terikat pada tulang atau fasia yang
membentuk daging dari anggota badan dan dinding tubuh. Otot rangka (melekat
pd tulang), kontraksinya menyebabkan tulang bergerak yaitu aktivitas motorik.
Otot rangka sebagai penunjang homeostasis yaitu mengunyah, menelan
makanan, bernapas, menghindari bahaya. Otot rangka untuk aktivitas non-
homeostasis.
Fungsi otot skelet adalah mengontrol pergerakan, mempertahankan
postur tubuh, dan menghasilkan panas.
a. Eksitabilitas adalah kesanggupan sel untuk menerima dan merespons
stimulus. Stimulus biasanya dihantarkan oleh neurotransmitter yang
dikeluarkan oleh neuron respons yang ditransmisikan dan dihasilkan oleh
potensial aksi pada membrane plasma dari sel otot.
b. Kontrakbilitas adalah kesanggupan sel unuk merespons stimulus dengan
memendek secara paksa.
c. Ekstensibilitas adalah kesanggupsn sel untuk merespons stimulus ddengan
memperpanjang dan memperpendek serat otot saat relaksasi ketike
berkontraksi dan memenjang ketika rileks.
d. Elastisitas adalah kesanggupan sel untuk menghasilkan waktu istirahat yang
lama setelah memendek dan memanjang.

Pada pelaksanaan fungsi, otot dibantu oleh :

a. Fasia : lapisan otot yang membantu otot dari pengaruh luar,


b. Bursa (kandung lender) : memudahkan pergerakan otot terhadap tulang dan
alat lainnya terdiri dari bursa mukosa subkutan dan bursa mukosa
muskularis,
c. Vagina tendinid : variasi bursa mukosa yang mengelilingi tendon.

Pembagian otot yaitu :


a. Berdasarkan arah serabut otot (pembagian otot kerangka) :
1) Otot serabut : M. Pektoralis mayor
2) Otot berbentuk kipas : M. Orbikularis oris
3) Otot berbentuk lingkaran : M. Orbikolatis oris
4) Otot bersirip :
Bersirip tunggal : M. Tibialis posterior
Bersirip kembar : M. Rektus femoralis
Bersirip banyak : M. Subskapularis.
b. Berdasarkan kepala dan ekor otot
1) Otot berkepala dua : M. Biseps barkii
2) Otot berkepala tiga : M. Triseps Brakii
3) Otot berkepala empat : M. Quadriseps femoris
4) Otot berventer/berbadan dua : M. Digastrikus
5) Otot berkauda/berekor banyak : M. Fleksor digitorum sublimis
c. Berdasarkan faalnya
1) Otot-otot fleksor : pergerakan fleksi (memperkecil sudut dua buah
tulang).
2) Otot-otot ekstensor : pergerakan ekstensi (memperbesar sudut antara dua
buah tulang).

Satu berkas otot terdiri dari hal-hal berikut :


a. Kaput muskuli : kepala otot (bagian atas agak besar)
b. Venter muskuli : badan atau empal otot, merupakan bagian yang aktif
berkontraksi
c. Kauda muskuli : ekor otot (terletak di bagian bawah dan agak kecil)
d. Origo : tempat melekatnya kepala otot pada pangkal tulang
e. Insersi : ekor otot yang melekat pada ujung tulang
f. Tendon : urat keras dan liat yang terdapat pada kepala dan ekor otot
g. Fasia : selaput pembungkus otot
h. Bursa mukosa : kandung lender untuk melicinkan urat saat pergesekan

2. Otot Polos
Mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 m dengan
inti terletak di tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai
corak melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel otot yang
berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unit fungsional.
Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak. Menggerakan isi organ melalui
organ internal dan tampak licin (tidak lurik; nonstriata).
Jenis otot polos ada dua kategori utama otot polos berdasarkan cara
serabut otot distimulusi untuk berkontraksi.
a. Otot polos unit ganda

Ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada jalan udara besar
traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan lensa dan
menyesuaikan ukuran pupil, dan pada otot erektorpili rambut. Seperti otot
rangka, otot polos ganda juga neurogenik, otot ini membutuhkan stimulus
saraf untuk memicu konraksi.

Tidak seperti otot rangka, otot ini tidak memiliki sambungan


neuromuscular. Cairan neurotransmitter hanya dialirkan ke dalam cairan
ekstraselular yang mengelilingi sel-sel otot polos. Kontraksi otot polos ganda
juga dapat dipengaruhi oleh hormon dan obat-obatan tertentu.

b. Otot polos unit tunggal (viseral)

Tersusun dalam lapisan dinding organ berongga atau visceral. Semua


Serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai unit tunggal. Otot
polos viseral adalah otot yang dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan
tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk berkontraksi.
Pembentukan potensial aksi mandiri tersebut merupakan hasil dari
aktivitas listrik spontan. Akibat daya listrik, sel-sel otot polos dalam lapisan
disatukan melalui sambungan celah (gap junction) komunikasi, yang dengan
cepat menyebarkan potensial aksi ke seluruh sel yang saling terhubung.
Sistem saraf otonom berakhir pada viseral, otot polos memodifikasi
frekuensi dan kekuatan kontraksi. Sel-sel otot polos dapat dipengaruhi oleh
lebih dari satu jenis neurotransmitter.
Faktor lain yang mempengaruhi kontraksi otot polos viseral adalah
hormone-hormon tertentu, metabolic local tingkat menengah yang
diproduksi disekitar otot, peregangan mekanis, dan beberapa jenis obat.
3. Otot Jantung

Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung yang utama yakni:

a. Otot atrium,
b. Otot ventrikel, dan
c. Serabut otot eksitatorik dan konduksi khusus.

Otot jantung merupakan suatu sinsitium dari banyak sel-sel otot jantung
tempat sel-sel otot jantung itu terikat dengan sangat kuat sehingga bila salah satu
sel otot ini terangsang. Jantung sebenarnya terdiri atas dua sinsitium; sinsitium
atrium yang menyusun dinding kedua atrium, dan sinsitium ventrikel yang
membentuk dinding kedua ventrikel. otot jantung merupakan kombinasi otot
rangka dan otot polos.
Miofilamen disusun dalam pola pemitaan regular sehingga otot jantung berlurik.
a) Filamen aktin tipis mengandung troponin dan tropomiosin. Mekanisme aksi
ion kalsiumnya serupa dengan yang terjadi otot rangka.
b) Otot jantung memiliki tubulus-T dan retikulum sarkoplasma yang terbentuk
dengan baik. Otot ini berkontraksi sesuai mekanisme sliding filament.
c) Tidak seperti otot rangka, sebagian ion kalsium yang dilepas untuk memicu
kontraksi berasal dari cairan intraselular. Akibatnya, otot jantumg menjadi
sangat sensitive terhadap ketidakseimbangan kalsium dalam cairan tubuh.

Otot jantung adalah otot miogenik dan dapat memicu potensial aksinya
sendiri tanpa memerlukan stimulus saraf.
a) Gap junction yang terletak pada diskus terinterkalasi saling menghubungkan
sel-sel otot jantung dan meningkatkan penyebaran depolarisasi ke seluruh
jantung.
b) Saraf otonom yang berakhir pada otot jantung, jika bersama hormone
tertentu dapat memodifikasi frekuensi dan kekuatan kontraksi.

C. Bagian-bagian Tulang.

Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, lapisan terluar dari tulang (cortex)
tersusun dari jaringan tulang yang padat, sementara pada bagian dalam di dalam
medulla berupa jaringan sponge. Bagian tulang paling ujung dari tulang panjang
dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan dengan metaphysis. Metaphysis
merupakan bagian dimana tulang tumbuh memanjang secara longitudinal. Bagian
tengah tulang dikenal sebagai diaphysis yang berbentuk silindris.

Anatomi tulang panjang

1. Tulang terdiri dari sel-sel dan matriks eksraseluler. Sel-sel tersebut adalah
osteosit, osteoblas (sel pembentuk tulang), dan osteoklas (sel penghancur
tulang).
2. Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organic yang tertanam pada
substansi dasar dan garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan kalsium
a. Substansi dasar tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun
terutama dari kondroitin sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang
bersenyawa dengan protein
b. Garam-garam tulang berada dalam bentuk Kristal kalsium fosfat yang
disebut hidroksiapatit
c. Persenyawaan antara kolagen dan Kristal hidroksiapatit bertanggung jawab
atas daya regangdan daya tekan tulang yang besar.
3. Kedua jenis jaringan tulang. Tulang cancellus (berongga) dan tulang kompak.
Kedua jenis ini memiliki komposisi yang sama, tetapi prositasnya berbeda
a. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan
sebagai lapisan diatas jaringan tulang canceilus. Prositasnya bergantung
pada saluran mikkroskopik (kanalikuli) yang mengandung yang
mengandung pembuluh darah, yang berhubungan dengan saluran Havers
b. Tulang cancellus tersusun dari batang-batang tulang halus dan tulang
irregular yang bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk
jaringan-jaringan spikula tulang dengan rongga-rongga mengandung
sumsum
c. Jumlah tulang cancellus dan tulang kompak relative berfariasi bergantung
pada jenis tulang dan bagian yang berbeda dari tulang yang sama. Untuk
memperjelas organisasi tulang kompak dalam bentuk lamella dan system
havers.
4. Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan vaskuler dengan total
aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri
penyuplai darah yang membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang,
kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah
mikroskopis. Pembuluh darah ini mensuplai cortex, marrow, dan system haverst.
5. Persarafan, serabut syaraf sympathetic dan afferent (sensori) mempersyarafi
tulang. Dilatasi kapiler darah dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara
serabut syaraf afferent mentransmisikan rangsangan nyeri.

D. Aspek Klinis Sistem Muskuloskeletal dan Implikasinya


System Muskuloskeleal terdiri dari kerangka manusia yang mencakup tulang,
ligament, tendon, dan tulang rawan serta otot-otot yang melekat.
Berdasarkan system tersebut dapat mengetahui
E. Tulang Kerangka Axial.

Axial Skeleton (80 tulang)

22 buah tulang
1. Tengkorak

Tulang cranial (8
tulang) Frontal 1

Parietal 2

Occipital 1

Temporal 2

Sphenoid 1

Ethmoid 1

Tulang fasial (13


tulang) Maksila 2

Palatine 2

Zygomatic
2

Lacrimal 2

Nasal 2

Vomer 1

Inferior
nasal
concha 2

Tulang mandibula (1
tlng)
6 Tulang
2. Tulang telinga Malleus 2
tengah
Incus 2
Stapes 2

1 Tulang
3. Tulang hyoid

26 Tulang
4. Columna Cervical 7
vertebrae
Thorakal
12

Lumbal 5

Sacrum
(penyatuan
dari 5 tl) 1

Korkigis
(penyatuan
dr 3-5 tl) 1

25 Tulang
5. Tulang rongga Tulang iga 24
thorax
Sternum 1

F. Otot Wajah dan Otot Pengunyah.

Otot-otot wajah menggerakkan kulit dan mengubah ekspresi wajah untuk


mengutarakan suasana hati. Otot otot terbanyak melekat pada tulang dan fascia
dan menghasilkan efeknya dengan menarik kulit. otot-otot ekspresi wajah
disekeliling lubang-lubang (mulut, kedua mata, hiung, dan kedua telinga) dan
berfungsi sebagai otot-otot sfingter dan otot-otot dilator yang membuka dan menutup
lubang-lubang tersebut.

Musculus buccinators (L. bucinator, peniup terompet) yang aktif sewaktu


tersenyum, juga menggetarkan pipi, dan dengan demikian menghindari pipi melipat
dan mengalami cedera sewaktu mengunyah. Musculus buccinators juga berguna
untuk menyedot, bersiul, dan meniup ( misalnya, meniup alat music angin). Semua
otot ekspresi wajah dipersarafi secara motoris oleh nervus facialis (nervus cranialis
VII).

Otot-otot Wajah
Otot Origo Insertio Fungsi

Venter frontalis Galea aponeurotika Kulit dahi Mengangkat


m.
kedua alis dan
accipitofrontali
dahi
s

M. orbicularis Margo medialis Kulit sekitar Menutup


oris orbita, lig. tepi orbita, kelopak
palpebrale mediale, tarsus kelopak mata
dan os lacrimale

M. nasalis Bagian superior Tulang Manarik sayap


fossa canina tulang rawan (sisi) hidung
maxillae hidung kea rah septum
nasi

M. orbicularis Beberapa serabut Membran Merapatkan dan


oris berasal di dekat mukosa bibir memonyongkan
bidang median bibir (misalnya,
maxilla di sebelah sewaktu bersiul
atas, dan mandibula dan mengisap)
di sebelah bawah;
serabut lain berasal
dari permukaan
dalam kulit

M. levator labii Proc. frontalis Kulit bibir Mengangkat


superioris maxilla dan daerah atas dan bibir,
infraorbital tulang rawan melebarkan
alar hidung cuping hidung,
dan menaikkan
sudut mulut
Platysma Fascia superficialis Mandibula, Menarik
daerah deltoid dan kulit pipi, mandibula ke
pektoral sudut mulut, bawah dan
dan menegangkan
orbicularis kulit wajah dan
oris leher

M. mentalis Fossa incisive Lulit dagu Mengangkat dan


mandibulae memonyongkan
bibir bawah

M. buccinator Mandibula, raphe Sudut mulut Menekan pipi


pterygomandibulari pada gigi gigi
s, dan proc. geraham, dan
alveolaris dengan
mandibulae demikian
membantu
sewaktu
mengunyah;
menghembuska
n udara dari
cavitas oris
seperti meniup
alat music tiup
Gambar otot wajah

G. Perbandingan Tulang Cranium Pada Bayi dan Dewasa.


1. Kerangka otak (neuro kranium) : membungkus dan melindungi otak.
a. Tulang frontal
Melengkung ke bawah membentuk margo superior orbita. Pada tulang
ini dapat dilihat adanya arkus supersiliaris dan insisura foramen supra
orbita (kantong mata).
1) Tulang frontal pada tahap kehidupan embrio terbentuk menjadi dua
belahan yang pada masa kanak-kanak awal berfungsi dengan penuh.
2) Tuberositas frontal adalah dua tonjolan yang berbeda ukuran dan
biasanya lebih besar pada tengkorak muda.
3) Arkus supersiliar adalah dua lengkungan yang mencuat dan menyatu
secara medial oleh suatu elevasi halus yang disebut glabela.
4) Tepi supraorbital yang terletak di bawah lengkungan supersiliar dan
membentuk tepi orbita bagian atas. Foramen supraorbital(takik pada
beberapa tengkorak) merupakan jalan masuk arteri dan saraf.
b. Tulang Parietal membentuk sisi dan langit-langit kranium.
1) Sutura Sagital, yang menyatukan tulang parietal kiri dan kanan
adalah sendi mati yang disatukan fibrokartolago.
2) Sutura koronal menyambung tulang parietal ke tulang frontal.
3) Sutura lambdoidal menyambung tulang parietal ke tulang oksipital.
c. Tulang Oksipital membentuk bagian dasar dan bagian belakang
kranium.
1) Foramen magnum adalah pintu oval besar yang di kelilingi tulang
oksipital. Foramen ini menghubungkan rongga cranial dengan rongga
spinal.
2) Protuberans oksipital eksternal adalah suatu proyeksi yang mencuat
di atas foramen magnum.
3) Kondilus oksipital adalah dua prosesus oval pada tulang oksipital
yang beraktikulasi dengan vertebra serviks pertama, atlas.
d. Tulang Temporal membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium. Setiap
tulang temporal ireguler terdiri dari empat bagian.
1) Bagian skuamosa, bagian terbesar, merupakan lempeng pipih dan
tipis yang membentuk pelipis. Prosesus zigomatikus menonjol dari
bagian skuamosa pada setiap tulang temporal. Tonjolan tersebut
bertemu dengan bagian temporal dari setiap tulang zigomatikus untuk
membentuk arkus zigomatikus.
2) Bagian petrous terletak di dalam dasar tengkorak dan tidak dapat
dilihat dari samping. bagian ini berisi struktur telinga tengah dan
dalam.
3) Bagian mastoid terletak dibelakang dan ditengah liang telinga.
Prossesus mastoid adalah tonjolan membulat yang mudah teraba di
belakang telinga.
a) Pada orang dewasa prosesus mastoideus mengandung ruang-
ruang udara yang disebut sel-sel udara mastoid (sinus), dan
dipisahkan dari otak oleh sekat tulang yang tipis.
b) Inflamasi pada sel udara mastoid (mastoiditis) dapat terjadi akibat
infeksi telinga tengah yang tidak diobati.
e. Tulang Etmoid adalah struktur penyangga penting dari rongga nasal dan
berperan dalam pembentukan orbita mata. Tulang ini terdiri dari empat
bagian.
1. Lempeng plate kribriform membentuk sebagian langit-langit rongga
nasal dan temperforasikan untuk jalur saraf olfaktori. bagian Krista
galli (disebut demikian karena kemiripannya dengan jengger ayam
jantan) adalah prosesus halus triangular yang menonjol ke dalam
rongga cranial di atas lempeng kribriformis dan berfungsi sebagai
tempat perlekatan pelapis otak.
2. Lempeng Perpendikular menonjol kearah bawah di sudut kanan
lempeng kribriform dan membentuk bagian septum nasal yang
memisahkan dua rongga nasal.
3. Massa Lateral mengandung sel-sel udara atau sinus etmoid tempat
mensekresi mucus.
4. Konka nasal superior dan tengah, atau turbinatum, menonjol secara
medial dan berfungsi untuk memperluas area permukaan rongga
nasal. Konka nasal inferior merupaka tulang tersendiri.
f. Tulang Sfenoid berbentuk seperti kelelawar dengan sayap terbentang.
Tulang ini membentuk dasar anterior kranium dan barartikulasi ke arah
lateral dengan tulang temporal dan ke arah anterior dengan tulang etmoid
dan tulang frontal.
1. Badan sphenoid memiliki suatu lekukan, sela tursika atau pelana
Turki yang menjadi tempat kelenjar hipofisis.
2. Sayap besar dan sayap kecil menonjol kearah lateral dari badan
tulang.
3. Prosesus Wormian adalah tulang kecil, yang jumlahnya bervariasi
yang letaknya dalam sutura.

Pada Bayi sampai usia 2 tahun sabungan tulang yang membentuk


kranium belum sempurna, bentuk dan strukturnya menyerupai garis, dan
ditemukan dua buah celah :
1. Frontal mayor : celah berbentuk belah ketupat. Lokasinya pada sudut
pertemuan tulang os parietalis kiri dan kanan, os frontalis kiri dan
kanan, bagian depan ujung depan sutura sagitalis, dan pertengahan
sutura koronarlis di daerah ubun-ubun puncak kepala. Sudut depan
lebih besar dan sudut belakang lebih lancip.
2. Frontal minor: celah yang terdapat pada pertemuan bagian belakang
atas os parietalis dan os oksipitalis. Ujung belakang sutura sagitalis
berbatas dengan fossa kranii posterior, terdapat 4 foramen :
a. Foramen oksipitalis magnum, menghubungkan rongga toraks
dengan kanalis vertebralis. Lubang ini dilalui oleh bagian
permulaan medula spinalis.
b. Foramen jugularis. Batas pars lateralis ossis oksipitalis dengan
bagian belakang piramidalis ossis temporalis terdapat tonjolan
tulang pars venosus belakang dilalui oleh tiga saraf (IX, X, XI).
c. Kanalis hipoglassi, terdapaat pars lateralis ossis oksipitalis di
bawah kondilus oksipitalis dan dilalui oleh nervus XII.
d. Porus akustikus internus. Pada permukaan medialis pars
piramidalis ossis temporalis dilalui oleh saraf VII dan VIII.
H. Tulang-tulang Penghubung Clavikula
1. Os Skapula (Tulang belikat)
Terletak sebelah posterior gelang bahu, merupakan tulang berbentuk
segitiga, pipih, dan mempunyai dua permukaan (fasies), 3 sudut (angulus),dan 3
pinggir tulang (margo) yaitu margo vertebralis (pinggir tengah sejajar dengan
tulang belakang), margo superior (pinggir atas hamper mendatar) dan margo
aksilaris (merupakan sisi sebelah luar).
Antara ketiga tulang ini terdapat angulus lateralis, angulus superior, dan
angulus inferior. Pada angulus lateralis terdapat lekuk sendi untuk persendian
lengan atas (kavitas glenoid), pada kavitas glenoid terdapat kolumna glenoid,
bagian atas terdapat tonjolan kecil yaitu tuberositas supra glenoid dan bagian
bawah terdapat tuberositas infra glenoid. Pada bagian medial kavitas glenoid
margo superior scapula terdapat taju seperti paruh gagak disebut prosesus
korakoideus dan pada bagian pangkal terdapat takik yang disebut insisura
scapula.
Dataran belakang fasies dorsalis scapula terdapat taju besar dan panjang
disebut spina scapula. Bagian ujung merupakan tonjolan ke arah lateral
(akromion) yang menghubungkan scapula dengan persendian artikulasio
akromion dinamakan akromion scapular atau fasies artikularis acromii. Lekuk
sebelah atas dari spina scapula dinamakan fossa supra spinata dan lekuk sebelah
bawah dinamakan fossa infra spinata.

2. Os Klavikula ( Tulang Selangkang )


Berbentuk menyerupai huruf S. Lengkung medialis lebih besar menuju
kedepan sedangkan lengkung lateralis lebih kecil mengarah ke belakang. Bagian
ujung medial berhubungan dengan sternum disebut ekstremitas sternalis dan
terdapat tonjolan kecil dinamakan tuberositas kostalis untuk mengikat
ligamentum kosta klavikular. Bagian lateral berhubungan dengan akromion
(ekstremitas akrominalis) dan terdapat tuberositas kostalis dan sulkus
subklavikula.
3. Os sternum (tulang dada)
Mempunyai bentuk seperti keris terdiri atas manubrium sterni, korpus streni,
prosesus sipoideus.
a. Manubrium sterni
Pada tepi atas tengahnya mempunyai insisura jugularis, bagian lateral
terdapat lekuk sendi yang berhubungan dengan klavikula disebut insisura
klavikularia
b. Korpus sterni
Korpus sterni merupakan bagian terbesar dari tulang dada, membentuk
persendian dengan tulang-tulang iga
c. Prosesus sipoideus
Bagian dari ujung tulang dada dan pada bayi masih berbentuk tulang rawan

4. Os kosta ( tulang iga)

Os kosta banyaknya 12 pasang , kiri dan kanan bagian depan berhubungan


dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan. Bagian belakang
berhubungan dengan ruas ruas vertebra thorakalis dengan perantara persendian.
Perhubungan ini memungkinkan tulang-tulang iga dapat bergerak kembang
kempis menurut irama pernapasan

Tulang iga dibagi menjadi 3 macam :

a. Kosta vera (iga sejati 1-7) berhubungan langsung dengan tulang dada
dengan perantara persendian
b. Kosta spuria ( iga tidak sejati 8-10 ) banyaknya tiga pasang berhubungan
dengan tulang dada dengan perantaratulang rawan dari iga sejati ke 7
c. Kosta fluintates ( iga melayang 11-12 ) banyaknya 2 pasang tidak
mempunyai hubungan dengan tulang dada.

I. Tulang radius ( tulang pengumpil )


1. Ephiphysis proximalis.
Bagian ini juga disebut caput radii. Pada ujung caput terdapat cekungan
disebut dengan fovea articularis untuk bersendi dengan humerus. Tepi cranial
caput dilapisi oleh dataran sendi yang disebut circumferentia articularis radii,
untuk bersendi dengan tulang ulna proximal. Bagian distal dari caput
menyempit yyang disebut dengan coollum radii. Di sebelah ventro distal dari
collum itu yang merupakan batas dengan diafisis terdapat tonjolan kasar yaitu
tuberositas radii.
2. Diaphysis
Disebut juga corpus radii yang mempunyai 3 sisi yaitu ; margo
anterior,margo posterior dan margo interosseous yang terletak disebelah ulna
berbentuk gigi tajam. Mempunai 3 dataran yaitu facies anterior yang menghadap
tapak tangan, facies posterior dan facies lateralis.
3. Ephiphysis distalis
Bagian ini besar dan lebar, ujung sebelah radial memanjang yang disebut
processus styloideus radii. Pada bagian ini terdapat tempat sendi yaitu inccisura
ulnaris untuk bersendi dengan tulang ulna bagian distalis, dan facies articularis
carpalis menghadap kedistal untuk bersendi dengan carpus.

Gambar tulang ulna dan radius


J. Otot pembentuk region
a. Otot yang membentuk bahu
Otot Deskripsi
Pektoralis mayor Otot tebal seperti kipas angin yang melapisi dada bagian depan.

Latisimus Dorsi Otot triangular tebal dan lebar yang membungkus torak bagian
bawah dan punggung (regia lumbal)

Deltoideus Otot triangular tebal dan besar yang membentuk massa bundar di
atas bahu dan humerus bagian atas.

Subskapularis Otot triangular besar yang menempati fosa subskapular di bagian


belakang scapula.

Supraspinatus Otot yag mengisis fosa supraspinosa di bagian belakang scapula.

Infraspinosa Otot yag mengisis fosa infraspinosa di bagian belakang scapula.

Teres minor Perpanjangan otot yang terletak antara scapula bawah dan lengan
atas; terletak di sisi inferior infraspinosa.
Teres mayor Otot tebal ulat yang terletak di sisi inferior otot teres minor.

Korakobrakialis Perpanjangan otot kecil yang membentang dari scapula ke lengan.


b. Otot pada lengan atas dan lengan bawah.
Otot Deskripsi
Biseps lengan Otot berkepala dua pada bagian depan lengan; membentuk tonjolan
besar di atas lekuk siku.
Brakialis Otot dalam di bawah biseps lengan yang melapisi separuh ke
bawah lengan bagian depan.
Brakioradialis Otot superficial pada sisi radial (sisi ibu jari) siku dan lengan
bawah.
Triseps lengan atas Otot daging berkepala tiga, melapisi punggung lengan.
Ankoneus Otot triangular kecil di sisi distal triseps lengan atas dan pada
permukaan lateral sisi proksimal tulang ulna di siku.

c. Otot pada lengan bawah dan tangan


Otot Deskripsi
Otot anterior :
Fleksor superficial
Pronator teres otot berkepala dua antara sisi medial humerus distal dan bagian
tengah radius.
Fleksor otot terletak oblik di antara sisi medial humerus distal dan
pergelangan tangan bagian dasar ibu jari tangan
radialis
Palmaris longus Otot kecil terletak oblik di antara sisi medial humerus dan
bagian dasra telapak tangan; memilki tendon insersi yang
panjang
Fleksor Otot berkepala duaterletak di sepanjang permukaan medial
pergelangan tangan lengan bawah antara sisi medial humerus distal dan
ulnaris pergelangan tangan medial.
Fleksor jari Otot berkepala dua terletak di depan lengan bawah antara
superfisisal humerus distal dan keempat jari di bawah fleksor pergelangan
tangan radialis, Palmaris longus, fleksor pergelangan tangan
ulnaris, tetapi di atas fleksor jari kaki profundus dan fleksor ibu
jari tangan longus.
Ekstensor jari Otot superficial di belakang lengan bawah yang terletak antara
kelingking humerus dital dan jari kelingking ; di sisi medial dan sering kali
bersambungan dengan ekstensor jari tangan.
Ekstensor Otot panjanga di bagian belakang lengan bawah sepanjang sisi
pergelangan tangan tulang lengan ulnar antara humerus distal dan tangan.
ulnaris
Otot posterior : dalam
Supinator Otot dalam di belakang siku, terletak antar humerus distal
bagian ats radius, hampir membungkus tulag radius.
Abduktor ibu jari Terletak di belakang lengan bawah antara bagian tengah lengan
tangan longus bawah dan ibu jari tanga di bagian distal supinator di bagian
lateral ekstensor ibu jari tangan longus brevis
Ekstensor ibu jari Terletak di sisi posterior lengan bawah antara bagian tengah
tangan brevis radius dan ibu jari tangan.
Ekstensor ibu jari Terletak di sisi posterior antara bagian tengah ulna dan ibu jari
tangan longus tangan.
Otot anterior : fleksor dalam
Pronator kuadratus Otot persegi empat pipih melintang di depan radius distal dan
ilna
Otot posterior : ekstensor supperfisial
Ekstensor Sisi radial bawah, parallel dengan brakioradialis.
pergelangan tangan
radialis longus
Ekstensor Ditutupi oleh ekstensor pergelangan tangan radialis longus
pergelangan tangan
radialis brevis
Ekstensor jari Otot superfisisal bawah antara humerus distal dan jari tangan
tangan
Ekstensor jari Otot kecil bagian posterior bawah antara ulna distal dan jari
telunjuk telunjuk.

d. Otot pada panggul.


Otot pada gerdil pelvis :
Psoas mayor
Iliakus
Psoas minor

Otot anterior :
Terdiri dari otot-otot : Pektineus, Aduktor longus, Aduktor brevis, Aduktor
magnus, Grasilis, tensor fasia lata. Otot otot tersebut merupakan otot
kuadragular, triangular dan superfisisal
Otot posterior :
Terdiri dari : gluteus maksimus, gluteus medius, gluteus minimus, piriformis,
obturaturius internus, obturatorius eksternus, kuadratus femoris. Semua otot
tersebut merupakan otot penggerak paha.

Menurut arif wr, Otot daerah panggul berasal dari tulang panggul atau kolumna
vertebralis menuju ke pangkal paha.

a. Sebelah depan bagian dalam dari panggul terdapat:

a) Muskulus psoas mayor, terbentang dari prosesus transversi lumbalis


menuju trokanter minor dan iliakus

b) Muskulus iliakus, berasal dari fosa iliaka menuju trokanter minor.

c) Muskulus psoas minor, yang terletak di muka psoas mayor. Ketiga otot
ini disebut juga otot iliopsoas, fungsinya mengangkat dan memutar
tungkai ke bagian luar

b. Sebelah belakang bagian luar terdapat:

1) Muskulus gluteus maksmius merupakan otot yang terbesar yang terdapat


di sebelah luar panggul membentuk bokong. Fungsinya, antagonis dari
iliopsoas yaitu rotasi fleksi dan endorotasi femur.

2) Muskulus gluteus medius dan minimus. Fungsinya, abduksi dan


endoratasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femur.

e. Otot paha : penggerak tungkai dan pesendian lutut.


Otot tungkai atas (otot pada paha), mempunyai selaput pembungkus yang sangat
kuat dan disebut fasia lata yang dibagi atas 3 golongan yaitu:

1) Otot abduktor terdiri dari:


a) Muskulus abduktor maldanus sebelah dalam.
b) Muskulus adduktor brevis sebelah tengah
c) Muskulus abduktor longus sebelah luar

Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut muskulus abduktor femoralis.
Fungsinya menyelenggarkan gerakan abduksi dari femur.

2) Muskulus ekstensor (quadriseps femoris) otot berkepala empat. Otot ini


merupakan otot yang terbesar terdiri dari:

a) Muskulus rektus femoris


b) Muskulus vastus lateralis eksternal
c) Muskulus vastus medialis internal.
d) Muskulus vastus intermedial

3) Otot fleksor femoris, yang terdapat di bagian belakang paha terdiri dari ;
a) Biseps femoris, otot berkepala dua. Fungsinya membengkokkan paha
dan meluruskan tungkai bawah.
b) Muskulus semi membranosus, otot seperti selaput. Fungsinya
membengkokkan tungkai bawah.

c) Muskulus semi tendinosus, otot seprti urat. Fungsinya membengkokkan


urat bawah serta memutarkan ke dalam.

d) Muskulus sartorius, otot penjahit. Bentuknya panjang seperti pita,


terdapat di bagain paha. Fungsi: eksorotasi femur memutar ke luar pada
waktu lutut mengetul, serta membantu gerakan fleksi femur dan
membengkokkan ke luar.

f. Otot tungkai : otot yang menggerakkan lutut dan kaki


Terdiri dari:
1) Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior. Fungsinya mengangkat
pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki.
2) Muskulus ekstensor talangus longus. Fungsinya meluruskan jari telunjuk ke
tengah jari, jari manis dan kelingking kaki.
3) Otot kedang jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki. Urat-urat
tersebut dipaut oleh ikat melintang dan ikat silang sehingga otot itu bisa
membengkokkan kaki ke atas. Otot-otot yang terdapat di belakang mata kaki
luar dipaut oleh ikat silang dan ikat melintang. Fungsinya dapat mengangkat
kaki sebelah luar.

4) Urat akiles (tendo achlilles). Fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan
membengkokkan tungkai bawah lutut (muskulus popliteus). Berpangkal
pada kondilus tulang kering. Melintang dan melekat di kondilus lateralis
tulang paha. Fungsinya memutar fibia ke dalam (endorotasi). Otot ketul jari
(muskulus fleksor falangus longus). Berpangkal pada tulang kering dan
uratnya menuju telapak kaki dan melekat pada ruas jari kaki. Fungsinya
membengkokkan jari dan menggerakkan kaki ke dalam.

5) Otot ketul empu kaki panjang (muskulus falangus longus). Berpangkal pada
betis, uratnya melewati tulang jadi dan melekat pada ruas empu jari.
Fungsinya membengkokkan empu kaki.

6) Otot tulang betis belakang (muskulus tibialis posterior). Berpangkal pada


selaput antara tulang dan melekat pada pangkal tulang kaki. Fungsinya
dapat membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak kaki di sebelah ke
dalam.

7) Otot kedang jari bersama. Letaknya di punggung kaki, fungsinya dapat


meluruskan jari kaki (muskulus ekstensor falangus 1-5).

K. Sendi Pergelangan Bahu


a. Art. Sternoklavikular: hubungannya antara gelang bahu dengan batang
badan, antara pars sternalis klavikula dengan manubarium sterni rawan iga I,
sebelah atas berhubungan dengan klavikula dan sebelah bawah dengan
sternum.
b. Art. Akromioklavikular: sendi ini merupakan hubungan antara ekstremitas
akrominalis dan klavikula.
c. Art. Humeri: merupakan sendi peluru karena kaput humeri merupakan
sebuah bola yang melekat pada bagian dalam bidang skaula dengan kaput
humeri.
Gerakan-gerakan pada sendi Bahu
a. Gerakan anteflexi dan retroflexio. Gerakan berlangsung sekeliling sumbu
gerakkan horizontal.
b. Gerakan abduksio dan adduksio. Gerakan berlangsung dalam bidang scapula
sekeliling sumbu gerak yang sagitalis dan tegak lurus pada bidang scapula.
c. Gerakan rotasio. sekeliling sumbu gerak yang memanjang pada sumbu
humerus. Ketiga sumbu gerak berpotongan tegak lurus di kaput humeri.

Otot-otot Bahu, terdiri dari:


a. Muskulus Deltoideus : pars klavikularis adduksi, rotasi ke dalam, dan
gerakan mengayun kea rah lateral.
b. Muskulus Supraspinal : abduksi pada bidang scapular, rotasi kelur sendi
bahu.
c. Muskulus Infraspinatus : sendi bahu rotasi keluar, abduksi, dan adduksi
scapula.
d. Muskulus Teres Minor : rotasi keluar abduksi bidang scapular sendi bahu.
e. Muskulus Teres Mayor : rotasi ke dalam, adduksi pada bidang scapular sendi
bahu.
f. Muskulus Subskapularis : rotasi ke dalam, abduksi scapula, dan adduksi
scapular.

L. Sendi Siku (Artikulatio Kubiti)


Merupakan artikulatio komposita. Pada sumbu ini, humerus, ulna, dan radius
bertemu, sedangkan menurut fisiologinya sendi merupakan suatu sendi engsel. Sendi
ini dibagi 3 bagian:
a. Art. Humero ulnaris: sendi antara troklea humeri dan insisura semilunaris
ulna. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertemuan yang terlebar
pada sikap lengan yang sedikit ditekuk sehingga merupakan sikap terbaik
bagi lengan untuk menerima tumpuan lengan.
b. Art.Humero radialis: sendi antara kapitulum humeri dengan fovea kapitulum
radil.
c. Art. Radio ulnaris proksimal: sendi antara sirkumferensia artikularis radii
dan insisura radialis ulna
Ketiga sendi ini mempunyai simpai sendi bersama, artikularis di depan dan di
belakang, pada pertengahan fleksio dan pada ekstensio maksilaris. Simpai tersebut
tegang di bagian depan.

Jaringan Otot Siku


Otot-otot yang berfungsi dalam gerakan sendi siku terdiri dari otot flexor-
extensor, promoter, dan supinator.
a. Otot-otot Flexor
1) Otot biceps brachialis : berfungsi sebagai supinasi lengan bawah dan
fleksi siku
2) Otot brachialis : berfungsi sebagai fleksi siku
3) Otot brachioradialis : berfungsi sebagai fleksi siku
b. Otot-otot Ekstensor
1) Otot triceps brachialis : sebagai ekstensi siku
2) Otot anconeus : sebagai ekstensi siku
c. Otot-otot Pronator dan Supinator
1) Otot Pronator Teres : sebagai pronasi siku
2) Otot Pronator Quadratus : sebagai pronasi siku

M. Meniscus dan Discus


1. Meniscus
Merupakan struktur yang hanya ditemukan di dalam sendi lutut,
temporoman dibular, sternoklavikular, radioulnar distal danakromioklavikular.
Meniscus merupakan diskusfibrokartilago yang pipih atau segitiga atau
irregular yang melekat pada kapsul fibrosa dan selalu pada salah satu tulang
yang berdekatan.
Sebagian besar meniscus bersifat avaskular, tetapi pada bagian yang melekat
pada tulang sangat kaya dengan pembuluh darah, tidak ada jaringan saraf atau
pembuluh limfe di dalam meniscus. Nutrisi diperoleh secara difusi dari cairan
sendi atau dari pleksus pembuluh darah pada bagian yang melekat pada
tulang. Mengandung kolagen tipe I sampai 60-90%, proteoglikan 10%. Selain
itu fibrokartilago meniscus juga lebih mudah membaik bila rusak.

2. Diskus
Merupakan kompleks fibrokartilago yang membentuk persendian
diantara 2 korpus vertebra yang berdekatan dan berfungsi sebagai peredam
kejut atas beban yang jatuh pada tulang belakang. Gerak antara 2 korpus
vertebra terbatas oleh karena konfigurasi diskus dan faset mempunyai lingkup
gerak yang cukup luas. Bentuk dan ukuran diskus masing-masing region
adalah berbeda, tetapi bentuk dasarnya sama. Dibentuk oleh 3 komponen,
yaitu lapisan luar yang merupakan cincin fibrosa yang disebut annulus
fibrosus; bagian tengah yang merupakan massa semifluid yang disebut nucleus
pulposus dan lempeng kartilago yang menutupi permukaan superior dan
inferior.
N. Articulatio genus/ knee joint
Knee joint tersusun dari 4 tulang yaitu femur, tibia, fibula dan patela.
Menghubungkan permukaan ujung tulang distal os femur dengan permukaan
ujung proksimal tibia yaitu antara kondilus medialis dan lateralis ossis femur
dengan fasies artikularis superior ossis tibia, di depan snedi ini juga terdapat
patela.
Articulatio genus adalah sendi synovial jenis engsel yang memungkinkan
sedikit gerakan rotasi sewaktu berada dalam sikap fleksi. Articulation genus
terdiri dari tiga persendian:
Persendian lateral dan medial: antara condylus femur dan condylus tibia.
Persendian intermedier antara patella dan femur.
Capsula articularis fibrosa di sebelah proksimal melekat pada femur, tepat
proksimal terhadap batas-batas articular kedua condylus dan juga pada fossa
intercondylaris di sebelah belakang. Membrane synovialis yang luas melapisi
permukaan dalam capsula articularis fibrosa dan melekat pada bagian tepi
patella dan pada tepi kedua meniscus. Capsula articularis fibrosa diperkuat
oleh lima ligamentum intrinsik: ligamentum patellae, ligamentum collaterale
fibulare, ligamentum collaterale tibiale, ligamentum popliteum obliquum dan
ligamentum popliteum arcuatum.

Otot-otot yang terdapat pada knee joint


a. Otot fleksor knee joint
1) Semi membranosus
origo: tuber ischiadicum (serabut infero mediale)
insertio: condylus medialis tibia
inervasi: n.tibialis
2) Semi tendinosus
origo: tuber ischiadicum
insertio: tuberositas tibia
inervasi: n.tibialis
3) Biceps femoris
origo: caput longum: tepi bawah tuber ischiadicum
caput brevis: labium laterale linea aspira
insertio: capitulum fibula bagian lateral, condylus lateralis tibiae
inervasi: longum: n.tibialis
brevis: n.peroneus comunis
b. Otot-otot ekstensor knee joint
1) Vastus lateralis
origo: facies lateral dan anterior trochantor major femoris, labium
laterale linea aspira
insertio: lateral os patella
inervasi: n.femoralis L2-4
2) Vastus medialis
origo: labium mediale linea aspira
insertio: bagian atas os patella
inervasi: n.femoralis L2-4
3) Vastus intermedius
origo: facies anterior corpus femoris
insertio: tuberositas tibiae
inervasi: n.femoralis L2-4
4) Rectus femoris
origo: SIAI, superior acetabulum
insertio: patella
inervasi: n.femoralis cabang L2-4

Ligamen-ligamen dari sendi lutut berfungsi sebagai struktur yang


mempertahankan stabilitas sendi lutut dalam berbagai posisi. Ligamen-ligamen
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ligamen medial kolateral: melekat di antara tulang femur lapisan permukaan
luar dengan tibia. Ligamen ini berperan sebagai penahan sendi saat
terjadi valgus lutut.
b. Ligamen lateral kolateral: ligamen ini terdapat dari lapisan luar
dari femur sampai pada kepala dari tulang fibula. Ligamen ini berperan
sebagai penahan sendi saat terjadi varuslutut.
c. Ligamen anterior krusiatus: strukturnya dari bagian anterior tibia ke
bagian posterior femur. Ligamen ini mencegah tibia bergerak ke depan.
Ligamen ini secara umum terkena cedera akibat gerakan memutar dan
memerlukan penanganan bedah serta waktu rehabilitasi yang panjang.
d. Ligamen posterior krusiatus: strukturnya dari bagian posterior tibia ke
bagian anterior femur.

Gerakan pada knee joint


Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi , ekstensi , dan sedikit rotasi.
Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris , semimembranosus,
dansemitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis , m.sartorius dan m.
popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian
belakang dengan paha.
Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula
olehligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut
lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum
collaterale mediale dan lateralserta ligamentum popliteum obliquum menjadi
tegang , serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan.
Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami ekstensipenuh ataupun
sedikit hiperekstensi , rotasi medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan
pengetatan semua l utama dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang
secara mekanis kaku. Rotasio femur sebenarnya
mengembalikan femur pada tibia , dan cartilago semilunaris dipadatkan mirip
bantal karet diantara condylus femoris dancondylus tibialis. Lutut berada dalam
keadaan hiperekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci.
Selama tahap awal ekstensi , condylus femoris yang bulat menggelinding ke
depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago
semilunaris dan condylus lateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke
depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum posterior, gerak
menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar.
Sewaktu ekstensiberlanjut , bagian yang lebih rata pada condylus
femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan
bentuknya pada garis bentuk condylus femoris yang berubah. Selama tahap
akhir ekstensi , bila femur mengalami rotasi medial, condylus lateralis
femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago semilunaris lateralis ikut
bergerak ke depan.
Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung , ligamentum-ligamentum utama
harus mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya
gerakan diantara permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan
terkunci ini dilaksanakan oleh m. popliteus, yang
memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis
femoris bergerak mundur , perlekatan m. popliteus pada cartilago semilunaris
lateralisakibatnya tertarik kebelakang. Sekali lagi cartilago semilunaris harus
menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk condylus yang berubah.
Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat , maka kemungkinan rotasio
sangat luas.Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m.
semitendinosus. Rotasi lateraldilakukan oleh m. biceps femoris. Pada
posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat di gerakkan ke depan
dan belakang terhadap femur , hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama ,
terutamaligamentum cruciatum sedang dalam keadaan kendur. Jadi disini
tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus ototyang
bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan ligamentum.

O. Klasifikasi Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang
ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligament, tendon, fasia, atau otot.
Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-
serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat, misalnya sutura tulang
tengkorak.

b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)


Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan
simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
c. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,
dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi
sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran
sinovial tipis. Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk
melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi
normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini
normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan
synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras dimana
permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi terdapat suatu
sabit kartilago fibrosa yang sebagian memisahkan tulang-tulang sendi (mis., lutut,
rahang)
.

Klasifikasi fungsional persendian:


1. Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara struktural, persendian ini di bungkus
dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
a. Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan jaringan ikat
fibrosa rapat dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh sutura
adalah sutura sagital dan sutura parietal.
b. Sinkondrosis adalah sendi yang tulang tulangnya dihubungkan
dengan kartilago hialin. Salah satu contohnya adalah lempeng epifisis
sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang seorang anak.
Saat sinkondrosis sementara berosifikasi, maka bagian tersebut
dimanakan sinostosis.
2. Amfiartosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi.
a. Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus
kartilago. Yang menjadi bantalan sendi yang memungkinkan terjadinya
sedikit gerakan. Contoh simfisis adalah simfisis pubis antara tulang
tulang pubis dan diskus intervebralis antar badan vertebra yang
berdekatan.
b. Sindesmosis terbentuk saat tulang tulang yang berdekatan
dihubungkan dengan serat serat jaringan ikat kolagen. Contoh
sindesmosis dapat ditemukan pada tulang yang terletak bersisian dan
dihubungkan dengan membran interoseus, seperti pada tulang radius dan
ulna, serta tibia dan fibula.
c. Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan
pas dalam kantong tulang. Seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli
(kantong) tulang rahang. Pada contoh tersebut, jaringan ikat fibrosa yang
terlihat adalah ligamen peridontal.
3. Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas , disebut juga sendi
sinovial (berasal dari kata yunani yang berarti dengan telur). Sendi ini
memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovia, suatu kapsul sendi (artikular)
yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi
kartilago artikular.

P. Type atau Klasifikasi Sendi Sinovial dan Pergerakannya


Klasifikasi persendian synovial didasarkan pada bentuk permukaan yang
berartikulasi.
1. Sendi sferoidal
Terdiri dari sebuah tulang dengan kepala berbentuk bulat yang masuk
dengan pas kedalam rongga berbentuk cangkir pada tulang lain. Sendi ini
yang dikenal sebagaisendi traksial atau multiaksial, memungkinkan
rentang gerak yang lebih besar, menuju ketiga arah. Contoh sendi sferoidal
adalah sendi panggul serta sendi bahu.
2. Sendi engsel,
Permukaan konveks sebuah tulang masuk dengan pas pada permukaan
konkaf tulang kedua. Sendi ini memungkinkan gerakan ke satu arah saja
dan dikenal sebagai sendi uniaksial. Contohnya adalah persendian pada
lutut dan siku.
3. Sendi kisar
Adalah tulang berbentuk kerucut yang masuk dengan pas ke dalam
cekungan tulang kedua, dan dapat berputar ke semua arah. Sendi ini
merupakan sendi uniaksial yang memungkinkan terjadinya berotasi di
sekitaar prosesus odontoid aksis, dan persendian antara bagian kepala
proksimal tulang radius dan ulna.
4. Persendian Kondiloid
Terdiri dari sebuah kondilus oval suatu tulang yang masuk dengan pas
kedalam rongga berbentuk elips di tulang kedua. Sendi ini merupakan
sendi blaksial, yang memungkinkan gerakan kedua arah disudut kanan
setiap tulang. Contohnya adalah sendi antara tulang radius dan tulang
karpal serta sendi antara kondilus oksipital tengkorak dan atlas.
5. Sendi Pelana
Permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf disatu sisi dan
konveks pada sisi lainnya: sehingga tulang tersebut akan masuk dengan
pas kedalam permukaan tulang kedua yang berbentuk konveks dan
konkafnya berada pada sisi berlawanan, seperti dua pelana yang saling
menyatu. Persendian ini adalah sendi kondiloid yang termodifikasi
sehingga memungkinkan gerakan yang sama. Satu-satunya sendi pelana
sejati yang ada dalam tubuh adalah persendian antara tulang karpal dan
metacarpal pada ibu jari.
6. Sendi Peluru
Adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang yang
berartikulasi berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur
antara satu tulang terhadap tulang lainnya. Sedikit gerakan ke segala arah
mungkin terjadi dalam batas prosesus atau ligamen yang membungkus
persendian. Persendian semacam ini disebut sendi nonaksial: misalnya,
persendian intervertebra, dan persendian antar tulang-tulang karpal dan
tulang-tulang tarsal.

Pergerakan pada sendi sinovial merupakan hasil kerja otot rangka yang
melekat pada tulang-tulang yang membentuk artikulasi. Otot tersebut
memberikan tenaga, tulang berfungsi sebagai pengungkit, dan sendi berfungsi
sebagai penumpu.
1. Fleksi
Adalah gerakan yang memperkecil sedut antara dua tulang atau dua
bagian tubuh, seperti saat menekuk siku (menggerakkan lengan kea rah
depan), menekuk lutut (menggerakkan tungkai kearah belakang), atau juga
menekuk torso kea rah samping.
a. Dorsofleksi adalah gerakan menekuk telapak kaki dipergelangan kea rah
depan (meninggikan bagian dorsal kaki).
b. Plantar fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan
kaki

2. Ekstensi
Adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau dua
bagian tubuh.
a. Ekstensi bagian tubuh kembali ke posisi anatomis, seperti gerak
meluruskan persendian pada siku dan lutut setelah fleksi.
b. Hiperekstensi mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada
bagian-bagian tubuh melebihi 180%, seperti gerakan menekuk torso atau
kepala kea rah belakang.

3. Abduksi
Adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh, seperti saat
lengan berabduksi, atau menjauhi aksis longitudinal tungkai. Seperti gerakan
abduksi jari tangan dan jari kaki.

4. Aduksi
Kebalikan dari abduksi, adalah gerakan bagian tubuh saakembali ke
aksis utama tubuh atau aksis longitudinal tungkai.
5. Rotasi
Adalah gerakan tulang yang berputar disekitar aksis pusat tulang itu
sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat menggelengkan kepala
untuk menyatakan tidak.
- Pronasi adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis, yang
mengakibatkan telapak tangan menghadap kebelakang.
- Supinasi adalah rotasi lateral lengan bawah, yang mengakibatkan
telapak tangan menghadap ke depan.
6. Sirkumduksi
Adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar untuk
membuat ruang berbentuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan
membentuk putaran. Gerakan seperti ini dapat berlangsung pada persendiaan
panggul, bahu, trunkus, pergelangan tangan, dan persendian lutut.
7. Inversi
Adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kai
menghadap ke dalam atau kea rah medial.
8. Eversi
Adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak
kaki menghadap kea rah luar. Gerakan inversi dan eversi pada kaki sangat
berguna untuk berjalan diatas daerah yang rusak dan berbatu-batu.
9. Protaksi
Adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan rahang
bawah ke depan, atau memfleksi girdel pektoral ke arah depan.
10. Retraksi
Adalah gerakan menarik bagian tubuh kea rah belakang, seperti saat
meretraksi girdle pektoral untuk membusungkan dada.
11. Elevasi
Adalah pergerakan struktur kea rah superior, seperti saat mengatupkan
mulut (mengelevasi mandibula) atau mengangkat bahu (mengelevasi skapula).

12. Depresi
Adalah menggerakkan suatu struktur ke arah inferior, seperti saat
membuka mulut.

Q. Bagian-Bagian dari Sendi Sinovial


a. Lapisan terluar kapsul sendi terbentuk dari jaringan ikat fibrosa rapat
berwarna putih yang memanjang sampai bagian periosteum tulang yang
menyatu pada sendi.
1) Ligamen adalah penebalan kapsul yang berfungsi untuk menopang
kapsul sendi dan memberikan stabilitas.
2) Ligamen dapat menyatu dalam kapsul atau terpisah dari kapsul melalui
envaginasi kapsul.
b. Lapisan terdalam kapsula sendi adalah membran sinovial yang melapisi
keseluruhan sendi, kecuali pada kartilago artikular.
1) Membran synovial mensekresi cairan sinovial, materi kental yang
jernih seperti putih telur. Materi ini terdiri dari 95% air dengan Ph 7,4
dan merupakan campuran polisakarida (sebagian besar asam
hialuronat), protein, dan lemak.
2) Cairan Sinovial berfungsi untuk melumasi dan memberikan nutrisi
pada kartilago artikular. Cairan ini juga mengandung sel fagosit untuk
mengeluarkan fragmen jaringan mati (debris) dari rongga sendi yang
cidera atau terinfeksi.
3) Pada beberapa sendi synovial, seperti persendian lutut, terdapat diskus
artikular (meniskus) fibrokartilago.
a) Diskus artikular memodifikasi bentuk permukaan tulang yang
berartikulasi untuk mempermudah gerakan, memperbesar stabilitas
atau untuk meredam goncangan
b) Cedera pada diskus artikular lutut biasanya disebut robekan
kartilago
4) Bursa adalah kantong tertutup yang dilapisi membran synovial, dan
ditemukan diluar rongga sendi. Kantong ini terletak dibawah tendon
atau otot dan mungkin juga dapat ditemukan di area percabangan
tendon atau otot diatas tulang yang menonjol atau secara subkutan jika
kulit terpapar pada friksi, seperti pada siku atau tempurung lutut.
FISIOLOGI SISTEM MUSKULUSKELETAL

A. ION-ION PADA MEMBRAN SEL, KONSENTRASI ION, TRANSPORT


ION DENGAN POMPA NA-K DAN POTENSIAL ISTIRAHAT MEMBRAN

Seperti kita ketahui bahwa sel tubuh kita sebagian besar terdiri atas cairan.
Cairan ini dibagi menjadi cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel (CIS). Dalam
cairan ini, mengandung ion-ion yang berperan dalam terjadinya potensial
membran.
Cairan ekstrasel mengandung sejumlah besar Natrium (Na+) dan mengandung
hanya sedikit Kalium (K+). Keadaan ini justru terjadi sebaliknya pada cairan
intrasel. Cairan ekstrasel juga mengandung Chlorida (Cl -), sedangkan cairan
intrasel sangat sedikit mengandung Chlorida (Cl-). Namun demikian, konsentrasi
ion Phosphat (P) dan protein dalam cairan intrasel jauh lebih besar dibandingkan
dalam cairan ekstrasel.
Ion-ion pada membran sel dapat dilihat pada tabel berikut.

Ion Intrasel Ekstrasel Keadaan Istirahat


(mEq/L) (mEq/L)
Natrium 12 145 Permeabilitas ion K+ > Na+
Kalium 155 4 Potensial membran istirahat
Klorida 3,8 120
Phosphat 75 4 (-85 mV)
Calsium 2,4 0,0001
Magnesium 1,2 58

Hampir semua sel tubuh memiliki potensial listrik yang melintasi membran.
Selain itu, pada beberapa sel, misalnya sel saraf dan sel otot, mampu
membangkitkan sendiri impuls elektrokimia yang cepat berubah pada
membrannya. Impuls ini digunakan untuk mengantarkan sinyal sepanjang
membran saraf atau otot.
Pada sel, dapat terjadi 2 potensial listrik membran, yaitu potensial membran
istirahat dan potensial aksi. Potensial listrik membran ini dapat terjadi dengan
beberapa cara, yakni:
1. Perbedaan konsentrasi ion yang menyebabkan difusi
Apabila konsentrasi ion Kalium (K+) dalam sel lebih tinggi dari luar sel
membran sel akan sangat permeabel terhadap ion Kalium (K +), sehingga
terjadi difusi atau perpindahan ion Kalium (K+) ke luar sel. Begitu juga dengan
konsentrasi ion Natrium (Na+). Apabila konsentrasi Natrium (Na+) lebih tinggi
di luar sel dari pada di dalam sel maka akan terjadi perpindahan ion Natrium
(Na+) dari luar ke dalam sel.

2. Pompa Natrium-Kalium
Pompa Natrium-Kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion
Na+ ke luar membran sel dan memompa ion K+ masuk kembali ke dalam sel. Hal
ini bertujuan untuk menjaga perbedaan konsentrasi Na+ dan K+ di antara kedua
sisi membran dan menciptakan tegangan listrik yang bersifat negatif di dalam sel.
Pompa Na+ - K+ ini memompa 3 ion Na+ ke luar sel diikuti dengan pemompaan
masuk 2 ion K+ ke dalam sel. Kenyataan ini menyebabkan hilangnya muatan
positif secara terus-menerus dari dalam membran atau terjadi penambahan derajat
kenegatifan dalam sel.

POTENSIAL MEMBRAN ISTRAHAT


Potensial membran istirahat adalah suatu kondisi dimana sel tidak
mentransmisikan sinyal saraf dengan besarnya adalah -90 mV. Artinya, potensial
di dalam sel adalah 90 lebih negatif daripada potensial di luar sel (dalam CES).
Potensial membran istirahat yang normal dipengaruhi oleh faktor-faktor, sebagai
berikut:

1. Kontribusi potensial difusi Kalium (K+)


Ion Kalium (K+) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan potensial
istirahat. Hal ini disebabkan oleh membran sel sangat permiabel terhadap ion K+
2. Kontribusi difusi Na+ melalui membran sel
Seperti dikatakan di atas bahwa membran sel sangat permiabel terhadap ion K +,
maka terhadap ion Na+, membran sel memiliki permiabel yang lebih rendah.
Dengan demikian, ion K+ menjadi lebih berperan dalam potensial membran sel.
3. Kontribusi pompa Na+ - K+.
Pompa Na+ - K+ menyediakan penambahan kontribusi pada potensial istirahat,
dimana pemompaan 3 ion Na+ ke luar sel diikuti dengan pemompaan masuk 2 ion
K+ ke dalam sel, dan terjadi penambahan derajat kenegatifan dalam sel.

B. TAHAP-TAHAP POTENSIAL AKSI


Potensial aksi merupakan perubahan cepat pada potensial membran dan menyebar
secara cepat di sepanjang membran serabut syaraf. Potensial aksi memiliki urutan
tahap sebagai berikut:
1. Tahap istirahat (Polarisasi)
Tahap ini merupakan potensial membran istirahat sebelum terjadi potensial aksi.
Pada tahap ini potensial membran negatif sebesar -90 mV.
2. Tahap Depolarisasi
Membran secara tiba-tiba menjadi sangat permiabel terhadap ion Na +, sehingga
ion Na+ yang positif berdifusi ke dalam axon. Kondisi ini mengakibatkan
potensial meningkat secara cepat ke arah positif.
3. Tahap Repolarisasi
Setelah 1/ beberapa puluh ribu detik sesudah membran menjadi sangat permiabel
terhadap Na+, kanal Na+ tertutup, sedangkan kanal K+ terbuka. Sehingga ion K+
berdifusi keluar sel dan membentuk kembali potensial membran istirahat negatif
yang normal.
C. PENYEBARAN POTENSIAL AKSI
Potensial aksi biasanya terjadi pada salah satu titik membran. Titik membran ini
mudah terangsang dan biasanya akan mengeksitasi bagian membran terdekat dari titik
tersebut, sehingga terjadi penyebaran potensial aksi di sepanjang membran. Kondisi
ini menimbulkan depolarisasi yang progresif di sepanjang serabut saraf/otot dan
disebut impuls saraf atau otot.
Potensial aksi berjalan dalam semua arah menjauhi rangsangan sampai
keseluruhan membran menjadi terdepolarisasi.

PRINSIP ALL OR NOTHING

Saat potensial aksi timbul pada titik tertentu pada membran serabut normal,
proses depolarisasi berjalan sepanjang membran. Proses depolarisasi ini mungkin
terjadi, apabila ada voltase yang cukup. Sebaliknya bila voltase tidak cukup maka
penyebaran depolarisasi terhenti. Kondisi inilah yang disebut sebagai prinsip All
or Nothing.

D. MEKANISME PERGESERAN FILAMEN (SLIDING FILAMENT


MECHANISM) DALAM KONTRAKSI OTOT
Mekanisme ini terjadi pada proses kontraksi otot. Tahap-tahap mekanisme ini,
meliputi:
1. Pengeluaran ion Ca++ oleh retikulum sarkoplasma dan kemudian berikatan dengan
troponin
2. Troponin ini kemudian melepaskan ikatan tropomiosin sehingga tempat aktif aktin
membuka
3. Miosin mendapat energi kontak dengan tempat aktif aktin (pengikatan jembatan
silang miosin dengan aktin
4. Miosin menarik aktin terjadi perlekatan kepala miosin pada tempat aktif aktin
dan terjadi penekukan kepala miosin sekaligus menarik aktin bersamanya (power
stroke), kemudian saling bergeser satu sama lain dan terjadilah yang dinamakan
sebagai kontraksi. Hal inilah yang disebut Sliding Filament Mechanism.

E. SUMBER ENERGI KONTRAKSI OTOT


Sumber energi untuk terjadinya kontraksi otot bergantung pada energi yang
disediakan oleh ATP. Sebagian besar energi ini digunakan untuk proses walk along
mechanism ketika jembatan silang menarik filamen-filamen aktin, sedangkan
sejumlah kecil energinya digunakan untuk memompa ion K + dari sarkoplasma
kembali ke dalam retikulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir. Selain itu, energi
ini juga dibuthkan untuk memompa ion-ion Na+ dan K+ melalui membran serabut otot
untuk mempertahankan lingkungan ionik yang cocok untuk pembentukan potensial
aksi serabut otot.
ATP ini akan dipecah menjadi ADP, dan kemudian ADP ini mengalami fosforilasi
untuk membentuk ATP baru agar otot berkontraksi. Sumber energi yang digunakan
untuk menyusun kembali ATP ini berasal dari:
1. Kreatin fosfat yang membawa ikatan fosfat berenergi tinggi yang serupa dengan
ikatan ATP. Kreatin fosfat ini mengandung energi bebas yang tinggi. Apabila
kreatin fosfat ini dipecahkan, energi bebasnya akan menyebabkan terikatnya ion
fosfat baru pada ADP untuk membentuk ATP.
2. Glikolisis glikogen yang sebelumnya tersimpan dalam sel otot. Glikogen secara
enzimatik diubah secara cepat menjadi asam piruvat dan asam laktat dan
membebaskan energi untuk pembentukan ATP baru. Pemecahan glikogen ini
dapat terjadi walaupun tanpa oksigen dan bereaksi 2,5 kali lebih cepat dalam
membentuk ATP bila ada oksigen.
3. Metabolisme oksidatif, merupakan kombinasi oksigen dengan produk akhir
glikolisis dan berbagai zat makanan sel untuk membebaskan ATP.

F. KARAKTERISTIK KONTRAKSI OTOT


1. Isotonik-isometrik
Kontraksi otot dikatakan isotonik apabila terjadi pemendekan otot selama
kontraksi namun tegangan pada otot konstan. Kerja terjadi untuk mengangkat beban
tersebut. Contoh: seorang atlit angkat berat yang mengangkat barbel.
Dikatakan isometrik bila terbentuk tegangan tetapi tidak terjadi pemendekan otot
selama kontraksi. Kontraksi ini terjadi apabila seorang individu mencoba mengangkat
beban yang tegangannya lebih besar dari tegangan yang dapat dihasilkan otot. Tidak
ada kerja mekanis yang terjadi.

2. Serabut lambat dan serabut cepat

Serabut lambat biasanya terdapat pada otot-otot yang bereaksi lambat dengan
kontraksi yang lama. Ciri-ciri sebagai berikut:
- Serabut-serabut lebih kecil
- Sistem pembuluh darah dan kalpiler lebih luas untuk menyediakan sejumlah
oksigen tambahan
- Dipersarafi oleh serabut saraf yang lebih kecil
- Jumlah mitokondria banyak dengan tujuan membantu tingkat metabolisme
oksidatif yang tinggi
- Serabut-serabut mengandung mioglobin yang berguna untuk mengikat oksigen
cadangan sampai diperlukan. Mioglobin memberikan warna kemerahan
sehingga dinamakan otot merah.
- Serabut ini memiliki daya tahan lebih lama dan dominan pada otot yang
diperlukan untuk membentuk tegangan selama periode yang lama, misalnya
pada punggung.

Serabut cepat biasanya terdapat pada otot-otot yang bereaksi cepat. Ciri-ciri
sebagai berikut:
- Serabut-serabut besar untuk kontraksi yang besar
- Retikulum sarkoplasma luas sehingga dengan cepat dapat melepaskan ion-ion
kalsium untuk kontraksi
- Memiliki sejumlah besar enzim untuk proses glikolisis yang diperlukan untuk
pelepasan energi yang cepat
- Suplai darah tidak terlalu luas, karena metabolisme oksidatif tidak begitu
penting
- Jumlah mitokondria sedikit karena metabolisme oksidatif tidak begitu penting
- Mioglobin memberikan warna putih sehingga dinamakan otot putih
- Serabut ini lebih cepat mengalami keletihan dan dominan pada otot atlet
angkat berat dan pelari cepat jarak pendek.

3. Unit Motorik
Setiap motorneuron yang meninggalkan medula spinalis akan mempersarafi
beragam serabut otot dan jumlahnya bergantung pada jenis otot. Semua serabut
otot yang dipersarafi oleh 1 serabut saraf disebut unit motorik.
Otot-otot kecil yang memerlukan reaksi cepat dan pengaturan tepat, memiliki
serabut saraf yang banyak dengan jumlah serabut otot yang sedikit (misalnya pada
otot laring). Otot-otot besar yang tidak memerlukan pegaturan halus, memiliki
serabut otot yang banyak dan serabut saraf yang sedkit dalam satu unit motorik.
Serabut-serabut otot dalam satu unit motorik ini tidak semuanya terkumpul
bersama-sama, tetapi ada yang saling tumpang tindih dalam satu berkas mikro
yang terdiri atas 3-15 serabut. Pertautan ini menyebabkan kontraksi satu unit
motorik akan membantu kontraksi unit motorik yang lain.

4. Sumasi serabut multipel, sumasi frekuensi dan tetanization


Sumasi berarti penjumlahan setiap kontraksi kedutan otot untuk meningkatkan
intensitas keseluruhan kontraksi otot. Sumasi dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu:
sumasi serabut multipel dan sumasi frekuensi yang akan menimbulkan tetanisasi
a. Sumasi serabut multipel
Jumlah total tegangan yang dihasilkan oleh seluruh otot adalah hasil
penjumlahan tegangan yang dihasilkan oleh setiap serabut otot. Peningkatan
jumlah serabut yang distimulasi untuk berkontraksi akan meningkatkan jumlah
tegangan yang dihasilkan oleh seluruh otot. Sumasi serabut multipel terjadi
apabila unit motorik tambahan diaktivasi sehingga menyebabkan kontraksi lebih
banyak serabut otot.
Bila sistem saraf pusat mengirimkan sinyal yang lemah untuk menimbulkan
kontraksi otot, yang paling sering terangsang adalah unit motorik yang
mengandung serabut otot yang lebih kecil. Jika kekuatan sinyal meningkat, unit
motorik yang terangsang juga semakin besar.

b. Sumasi frekuensi dan tetanisasi


Sumasi gelombang menunjukkan beberapa kontraksi otot karena satu potensial
akan diikuti oleh kedutan otot yang berurutan pada berbagai frekuensi. Bila
frekuensi mencapai > 10 per detik, kontraksi otot pertama belum selesai
seluruhnya sudah diikuti oleh kontraksi otot yang kedua. Pada kontraksi yang
lebih cepat, derajat sumasi kontraksi yang berurutan menjadi lebih besar.
Bila kondisi ini terus berlangsung dan mencapai titik kritis, kontraksi-kontraksi
ini akan benar-benar bersatu, nampak halus secara keseluruhan, berlangsung
terus-menerus, maka kondisi ini disebut sebagai tetanisasi.

c. Kelelahan otot

Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan kelelahan otot. Kelelahan
otot ini dapat disebabkan oleh ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme
serabut otot untuk menghasilkan energi untuk kerja otot. Saat terjadi kelelahan
otot, terjadi deplesi atau penurunan sumber ATP dalam otot.

d. Hipertrofi dan atrofi otot


Hipertrofi adalah pembesaran massa otot akibat peningkatan jumlah aktin dan
miosin dalam setiap serat otot. Hal ini dapat terjadi akibat aktivitas otot yang kuat
atau maksimal. Hipertrofi otot meningkatkan daya gerak otot dan mekanisme zat
gizi untuk mempertahankan peningkatan daya gerak.
Atrofi otot adalah penuruna massa otot akibat otot tidak digunakan untuk
jangka waktu yang lama. Pada kondisi ini, penghancuran protein kontraktil lebih
cepat dibandingkan dengan kecepatan pengganti.

G. PROSES TRANSFER IMPULS DARI SARAF KE OTOT


Serabut otot rangka dipersarafi oleh serabut saraf bermielin dan besar yang
berasal dari motorneuron besar pada kornu anterior medula spinalis. Di sepanjang
serabut otot terdapat benang-benang tipis protein yang disebut miofibril. Serabut otot
dipertahankan menjadi satu dalam berkas otot oleh suatu jaringan fibrosa yang
disebut fascia.
Pembuluh darah dan serabut saraf berjalan ke dalam otot melalui fascia untuk
mencapai setiap serabut otot. Neuron motorik kemudian mengadakan sinaps dengan
serabut saraf motorik pada otot volunter. Serabut saraf ini mencapai membran otot
rangka melalui sambungan atau tempat pertemuan saraf dan otot yang disebut taut
neuromuskular (neuromuscular junction). Pada taut ini, terdapat suatu kompleks
terminal cabang yang disebut motor end plate.

H. PROSES EKSITASI-KONTRAKSI DARI SARAF KE OTOT


Seperti dikatakan di atas, bahwa impuls saraf dapat sampai ke otot melalui taut
neuromuskular. Berikut ini adalah rangkaian proses mulai dari eksitasi hingga pada
terjadinya kontraksi otot.
a. Suatu potensial aksi berjalan sepanjang serabut saraf motorik sampai ke serabut
otot
b. Di setiap ujung (motor end plate), saraf menyekresi asetilkolin (neurotransmitter)
dalam jumlah kecil
c. Asetilkolin bekerja pada serabut setempat dan membuka banyak kanal
bergerbang asetilkolin
d. Terbukanya gerbang ini, memberikan kesempatan pada ion Na + untuk masuk ke
dalam membran sel serabut otot
e. Potensial aksi kemudian berjalan/menyebar di sepanjang serabut otot sama seperti
pada serabut saraf
f. Terjadi depolarisasi pada membran sel otot dan menyebabkan retikulum
sarkoplasma mengeluarkan ion Ca++
g. Ion Ca++ ini menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin yang
menyebabkan pergeseran kedua filamen satu sama lain dan menghasilkan
kontraksi
h. Setelah kurang dari 1 detik, ion Ca++ akan diserap kembali dan disimpan ke dalam
retikulum sampai dengan terjadi potensial aksi berikutnya.
Learning Task Skenario 1

1. Identifikasi kasus Mr. X


Seperti yang dipaparkan pada learning task, yang terjadi pada Mr. X adalah
dapat digambarkan sebagai kasus cedera medulla spinalis yang mengenai
daerah lumbal. Hal ini dapat diketahui dari anamnesa bahwa Mr. X mengalami
kecelakaan lalu lintas dengan keluhan nyeri pada punggung dan pinggang akibat
terbentur dengan sepeda motor, adanya jejas pada pinggang bawah dan tenaga
tungkai menurun.

2. Faktor yang mempengaruhi penurunan kemampuan gerak tungkai


Penurunan kemampuan gerak tungkai dapat dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain:
Tidak adanya potensial aksi yg maksimal untuk bisa menghasilkan
impuls saraf
Elektrolit yang tidak adekuat
Kerusakan sel saraf
Gangguan neurotransmitter yang akan membantu dalam proses
membuka dan menutupnya pompa Na dan K
Nyeri yang diakibatkan oleh penekanan pada serabut saraf

Pada kasus Mr. X kemungkinan yang terjadi post trauma adalah rusaknya
akson yang mengakibatkan konduktifitas potensial aksi terputus sehingga tidak
ada impuls yg menjalar dari serabut saraf ke otot.

3. Dimana dan bagaimana proses terjadinya penurunan kemampuan gerak


Pada cedera medulla spinalis lumbal hampir sebagian besar pasien akan
mengalami paresa ekstremitas bawah hal ini disebabkan oleh rusaknya serabut
saraf akibat benturan yang terjadi. Cedera yang dialami oleh Mr. X akan
menyebabkan terjadinya herniasi diskus, dimana bagian dalam dari diskus
menojol dan merobek bagian luarnya. Penonjolan diskus bagian dalam bisa
menekan atau mengiritasi akar saraf dan melukainya Benturan pada saat
kecelakaan akan merusak serabut saraf yang di dalamnya terdapat akson. Akson
berfungsi menjalarkan impulse dari serabut saraf ke otot. Oleh karena rusaknya
akson dan serabut saraf maka potensial aksi yang telah terjadi akibat eksitasi di
satu titk menjadi lemah dan tidak mampu dijalarkan ke serabut otot.
Selain rusaknya serabut saraf, rupture diskus juga akan menimbulkan nyeri
sesuai dengan tempat terjadinya. Ruptur pada lumbal akan menimbulkan nyeri
pada punggung bagian bawah, pinggul menuju ke bokong, tungkai dan tumit.
Rasa nyeri inilah yang juga bisa menyebabkan kelemahan tungkai sehingga
penderita mengalami kesulitan dalam mengangkat kaki bagian depan.
4. Gangguan yang terjadi pada proses potensial aksi
.Potensial aksi terganggu akibat rusaknya akson. Pada eksitasi pertama setelah
terjadi perpindahan ion Na dan K maka akan terjadi proses depolarisasi dan
repolarisasi secara normal, namun dalam proses penghantarannya dalam bentuk
impuls tidak terjadi dengan baik karena gangguan pada akson.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J,. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC


Guyton, A. C. & Hall, J. E,. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC
Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan dan Kebidana. Edisi 4. Jakarta: EGC

You might also like