You are on page 1of 3

1.

Perencanaan Jangka Pendek (perencanaan operasional) Cakupan tingkat


perencanaan operasional adalah misalnya membuat denah untuk persimpangan,
penyeberangan pejalan kaki. Lokasi parkir, penempatan pemberhentian bus,
metode pemberian karcis, langkah-langkah keselamatan dan ketertiban lalu lintas.
2. Perencanaan Jangka Menengah (perencanaan teknis) Tingkat perencanaan ini
berkaitan dengan penataan pola manajemen lalu lintas, pembuatan jalan local,
pengendalian parkir, pengorganisasian angkutan umum, kooedinasi pemberlakuan
tariff, membuat kawasan pejalan kaki dan sebagainya. Semua iu memunculkan
permasalahan yang kompleks, saling berkaitan dan memiliki efek sampingan.
Unuk menanganinya dibutuhkan keahlian dari para professional yang terlatih
3. Perencanaan Jangka Panjang (perencanaan strategis) Berhubungan dengan
struktur dan kapasitas jaringan jalan utama dan trasnportasi umum, keterkaitan
antara transportasi dan guna lahan, keseimbangan antar permintaan dan
penawaran, keterkaitan antara tujuan transportasi dengan ekonomi, tujuan
lingkungan dan social kesemuanya merupakan masalah yang sulit untuk
dimengerti, meskipun untuk para perencana transportasi professional sekalipun.
Segi Perencanaan Perangkutan Penyediaan ruang gerak bagi alat angkut
merupakan kebutuhan mutlak yang banyak merombak bentuk jaringan urat nadi
kota besar dunia, dan juga telah melanda Indonesia. Perombakan ini, dan usaha
memelihara prasarana yang sudah ada, menelan anggaran biaya yang tidak
sedikit. Perkembangan teknologi angkutan juga mempengaruhi pola gerak
masyarakat. Atau sebaliknya, tuntutan kebutuhan gerak masyarakat mendorong
agak sulit ditentukan, sama sulitnya seperti menentukan pengaruh timbal-balik
antara perangkutan dan tata guna lahan.

hasil kajian (Tamin, 1995) teridentifikasi secara umum bahwa kelemahan sistem pengelolaan
transportasi wilayah atau perkotaan di beberapa kota disebabkan oleh :

Lemahnya mekanisme hubungan kerja atau koordinasi antar instansi yang terkait dalam
masalah transportasi perkotaan;

Tidak jelasnya wewenang dan tanggung jawab instansi dalam penanganan masalah
transportasi perkotaan;

Kurangnya sumber daya manusia (SDM), baik dari sisi kualitas maupun kuantitas;

Kurang representatifnya peraturan pelaksanaan yang ada dan belum adanya arahan
mengenai bagaimana seharusnya sistem pengelolaan transportasi perkotaan diadakan
dengan melihat seberapa besar permasalahan transportasi perkotaan yang ada, tipologi
kota dan lain sebagainya.

3. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai

Dari sekitar 2 Juta kendaraan bermotor, tercatat jumlah angkutan pribadi 86%, angkutan
umum 2,51% dan sisanya sebesar 11,49% adalah angkutan barang. Selain itu diketahui
bahwa 57% perjalanan orang menggunakan kendaraan pribadi. Dengan demikian
proporsi angkutan penumpang menjadi tidak seimbang, yaitu 2,51% angkutan umum
harus melayani 57% perjalanan orang, sedangkan 86% angkutan pribadi hanya melayani
43% perjalanan orang;

Tidak seimbangnya jumlah angkutan umum dengan jumlah perjalanan orang yang harus
dilayani menyebabkan muatan angkutan umum melebihi kapasitasnya terutama pada jam
sibuk;

Penataan angkutan umum belum mengacu kepada hirarki jalan;

Belum tersedianya sistem angkutan umum massal.

Penggunaan kendaraan pribadi di Indonesia meningkat pesat setiap tahunnya, hal ini dikarenakan
permintaan akan kendaraan pribadi yang tinggi dan ketiadaan pemerintah dalam membatasi jumlah
kendaraan yang masuk di Negara kita ini. Sehingga menimbulkan Pertambahan jumlah moda
transportasi yang tak terkendali dan melebihi daya kapasitas jalan yang ada, khususnya di Jakarta.
Pesatnya tingkat Urbanisasi yang terjadi di kota Jakarta ini memberikan dampak negative terhadap
perkembangan kota dan menurunnya kualitas lingkungan akibat perkembangan infrastruktur kota yang
kadang kurang memperhatikan akan pentingnya penghijauan kota dan utuilitas jalan. Selain itu,
Penggunaan sumber daya alam yang berlebihan (Bahan bakar minyak) sebaiknya dialihkan menjadi
energi alternative lainnya yang lebih menekan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
dan mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Pembatasan jumlah kendaraan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan menegakan
hukum transportasi mengenai pajak kendaraan di Indonesia dengan meningkatkan tarif pajak dan
mengoptimalisasi penggunaan transportasi publik serta pemanfaatan hasil perolehan pajak untuk
perbaikan utilitas jalan dan infrastruktur kota adalah solusi yang tepat dalam mengurangi kemacetan lalu
lintas dan berbagai masalah transportasi kota yang ada saat ini.
Sarana dan prasarana yang terdapat di jalur transportasi sebaiknya diperbaiki dan dikembangkan.
Terdapat tiga kemungkinan yang menyebabkan jalur transportasi tidak nyaman, seperti terdapat celukan,
aspal yang tidak rata, dan rambu-rambu kurang mencukupi. Pemasangan rambu-rambu seharusnya
ditempatkan di setiap tempat yang berbahaya. Namun kenyataan belum semua terpasang dengan baik.
Seperti halnya di tikungan dan berjurang belum semua dipasang rambu-rambu dan pagar pengaman
yang mengitari jalan tersebut. Tiga penyebab gangguan pada jalur transportasi dapat mengakibatkan
kecelakaan pada pengguna jalan. Sangat disayangkan bila kecelakaan sampai terjadi karena akibat dari
kontrol yang kurang dari petugas dan juga masyarakat hingga menyebabkan jalur transportasi tidak aman
dan nyaman. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama antara petugas, masyarakat, dan pemerintah dalam
mencapai kenyamanan bersama.
Untuk estetika, adanya penambahan jalur hijau di sepanjang jalur transportasi. Penanaman pohon dan
berbagai tanamanan disepanjang jalur transportasi sangat berguna. Hal ini memberikan dampak yang
baik untuk jalur transportasi beserta pengguna jalur transportasi. Fungsi utama dari penanaman pohon
sebagai penghasil oksigen yang sangat dibutuhkann setiap makhluk hidup. Karbondioksida dan gas
buangan dari kendaraan bermotor akan diserap oleh tanaman tersebut, sehingga penyakit pernapasan
dan kanker yang ditimbulkan pada gas buangan bisa ditekan. Disamping itu, perluasan Ruang terbuka
hijau dan jalan bagi pejalan kaki sangat diprioritaskan agar masyarakat khususnya bagi para pejalan kaki
merasa nyaman dan aman dengan desain pedestrian yang disesuaikan dengan kearifan lokal.
Dengan demikian, konsep transportasi berkelanjutan akan berjalan dengan keteraturan dan kedisiplinan
para pengguna jalan tentunya. Selain itu, perbaikan transportasi public yang ada sangat diutamakan
sebagai salah satu daya tarik masyarakat agar menggunakan Transportasi public yang telah tersedia
sehingga kemacetan di lalu lintas akan berkurang dan Jalan menjadi lebih berwawasan lingkungan juga
dengan pembangunan taman-taman kota dan green sidewalk di setiap tepi jalan dengan prasarana jalan
yang memadai seperti adanya Halte Bus dan Stasiun Monorail setiap pemberhentian di beberapa point
tertentu.

You might also like