You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengcrtian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah dan kebudayaan.
Istilah IBD dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah
Basic Humanities yang berasal dari istilah bahasa Inggris The
Humanities. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dari
bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi,
berbudaya dan halus (fefined). Dengan mempelajari The
Humanities diandaikan seseorang akan bisa mcnjadi lebih
manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Secara demikian
bisa dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah
nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau
manusia berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi humanus,
mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping
tidak mehinggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai
manusia itu sendiri. Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar
(atau Basic Humanities) sebagai satu matakuliah tidaklah identik
dengan The Humanities (yang disalin ke dalam bahasa Indonesia
menjadi: Pengetahuan Budaya).
Pengetahuan Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pe-
ngetahuan yang mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin) seni
dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam
berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni
musik, seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic
Humanities) sebagaimana dikemukakan di atas, adalah usaha
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Masalah-masalah ini dapat didekati dengan menggunakan
pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara gabungan
berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan
menggunakan masing-masing keahlian di dalam pengetahuan
budaya (The Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu Budaya
Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasa! dari
berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan
wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-
masalah manusia dan kebudayaan.
Salah satu dasar yang harus dikuasai mahasiswa sebelu
membahas dan juga mempelajari materi tentangIBD maka ada
materi yang harus dikuasai dan juga dipahami dengan baik.
Salah satu materi tersebut adalah nilai budaya, penting diketahui
karena dengan memahami nilai budaya ini maka kita akan dapat
mengerti hakekat kebudayaan dan dan juga budaya manusia
sehingga tetap dapat hidup dan membuat suatu kebudayaan
baru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah
yang kami angkat antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan nilai budaya?
2. Apa itu sitem nilai budaya?
3. Bagaimana orientasi nilai budya tersebut?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas adapun tujuan yang hendak
dicapai antara lain:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan yang dimaksud
dengan nilai budaya
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai masyarakat
kekerabatan
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan sistem nilai budaya
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan orientasi nilai budaya

D. Manfaat penulisan
1. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang
nilai budaya
2. Diharapkan dapat dipergunakan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai nilai budaya kajian
ilmu budaya dasar
3. Diharapakan dapat dipergunakan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai mengenai nilai
budaya kajian ilmu budaya dasar sehingga bisa
dipergunakan sebagai bahan tambahan dalam perkuliahan
ilmu budaya dasar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Nilai Budaya


1. Theodorson dalam Pelly (1994)
mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak,
yang dijadikan pedoman serta prinsip prinsip umum dalam
bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok
terhadap nilai menurut Theodorson relatif sangat kuat dan
bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat
sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sduah
dirmuskan oleh beberapa ahli seperti :
2. Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya
terdiri dari konsepsi konsepsi yang hidup dalam alam fikiran
sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal hal yang
mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu
masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak.
Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang
mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara cara,
alat alat, dan tujuan tujuan pembuatan yang tersedia.
3. Clyde Kluckhohn dlam Pelly
Clyde Kluckhohn dalam Pelly (1994) mendefinisikan nilai budaya
sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi
perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia
dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal
hal yang diingini dan tidak diingini yang mungkin bertalian
dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesama
manusia.
4. Sumaatmadja dalam Marpaung
Sementara itu Sumaatmadja dalam Marpaung (2000)
mengatakan bahwa pada perkembangan, pengembangan,
penerapan budaya dalam kehidupan, berkembang pula nilai
nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur keserasian,
keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan
sebagai nilai budaya.
Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat
dikatakan bahwa setiap individu dalam melaksanakan aktifitas
vsosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai
nilai atau system nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu
sendiri. Artinya nilai nilai itu sangat banyak mempengaruhi
tindakan dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok
atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar
salah, patut atau tidak patut
Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang,
maka nilai itu akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk di
dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan
sehari hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas,
dan lain lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan
pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk
konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam
bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah,
patut atau tidak patut.

B. Kebudayaan sebagai Sumber Sistem Nilai


Tylor dalam Imran Manan (1989;19) mengemukakan moral
termasuk bagian dari kebudayaan, yaitu standar tentang baik
dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya dalam konsep
yang lebih besar termasuk ke dalam nilai. Hal ini di lihat dari
aspek penyampaian pendidikan yang dikatakan bahwa
pendidikan mencakup penyampaian pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai.
Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting,
maka pemahaman tentang sistem nilai budaya dan orientasi nilai
budaya sangat penting dalam konteks pemahaman perilaku
suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk
menyampaikan sisitem perilaku dan produk budaya yang dijiwai
oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.
Clyde Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai sebuah konsepsi,
eksplisit atau implisit, menjadi ciri khusus seseorang atau
sekelompok orang, mengenai hal-hal yang diinginkan yang
mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat,
tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia. Orientasi nilai budaya
adalah Konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi
perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia
dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal
yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian dengan
hubungan antar orang dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep
abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang
dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang
dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai
budaya ini menjado pedoman dan pendorong perilaku manusia
dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata
kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap
yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan
dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku
anggota-anggota suatu masyarakat.
Kluckhohn mengemukakan kerangka teori nilai nilai yang
mencakup pilihan nilai yang dominan yang mungkin dipakai oleh
anggota-anggota suatu masyarakat dalam memecahkan 6
masalah pokok kehidupan.

C. Orientasi Nilai Budaya / Adat Istiadat


Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa
nilai budaya merupakan sebuah konsep beruanglingkup luas
yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga suatu
masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup.
Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan
merupakan sebuah sistem nilai nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk
berperilaku seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya,
bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan
berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi
pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri
seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan
hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai
manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai nilai
tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem nilai budaya suatu
masyarakat merupakan wujud konsepsional dari
kebudayaan mereka, yang seolah olah berada diluar dan di
atas para individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap
kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut
Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut
adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya
manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal
ini dengan berbagai variasi yang berbeda beda. Seperti
masalah pertama, yaitu mengenai hakekat hidup manusia.
Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha
misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh
karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk
memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana, dan
mengenyampingkan segala tindakan yang dapat
menambah rangkaian hidup kembali (samsara)
(Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini sangat
mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu secara
keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat
bahwa hidup itu baik. Tentu konsep konsep kebudayaan yang
berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam
kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu
sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata.
Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada
juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan
dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja
untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada
prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada
budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang
melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya.
Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang
berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi
perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional
manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu
dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang
menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk
dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin
mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang
ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam
banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi
berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan
bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal
(koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak
azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam
masyarakat masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan
yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk
mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa
atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat
paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat
mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social
masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan
dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil
keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical
keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi
dalam masyarakat yang mementingkan kemandirian
individual, maka keputusan dibuat dan diarahkan kepada
masing masing individu.

D. Hubungan Kebudayaan dan Agama


Seperti halnya kebudayaan, agama sangat menekankan makna
dan signifikasi sebuah tindakan. Karena itu sesungguhnya
terdapat hubungan yang sangat erat antara kebudayaan dan
agama bahkan sulit dipahami kalau perkembangan sebuah
kebudayaan dilepaskan dari pengaruh agama. Sesunguhnya
tidak ada satupun kebudayaan yang seluruhnya didasarkan pada
agama. Untuk sebagian kebudayaan juga terus ditantang oleh
ilmu pengetahuan, moralita, serta pemikiran kritis.
Meskipun tidak dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat
saling mempengaruhi. Agama mempengaruhi sistem
kepercayaan serta praktik-praktik kehidupan. Sebaliknya
kebudayaan pun dapat mempengaruhi agama, khususnya dalam
hal bagaimana agama diinterprestasikan atau bagaimana ritual-
ritualnya harus dipraktikkan. Tidak ada agama yang bebas
budaya dan apa yang disebut Sang Illahi tidak akan
mendapatkan makna manusiawi yang tegas tanpa mediasi
budaya, dalam masyarakat Indonesia saling mempengarui antara
agama dan kebudayaan sangat terasa. Praktik inkulturasi dalam
upacara keagamaan hampir umum dalam semua agama.
Agama yang digerakkan budaya timbul dari proses interaksi
manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif
pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup
pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi
yang objektif. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan
berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam
kondisi objektif dari kehidupan penganutnya.
Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling merusak,
kuduanya justru saling mendukung dan mempengruhi. Ada
paradigma yang mengatakan bahwa Manusia yang beragma
pasti berbudaya tetapi manusia yang berbudaya belum tentu
beragama.
Jadi agama dan kebudayaan sebenarnya tidak pernah
bertentangan karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati,
tapi berkembang terus mengikuti perkembangan jaman.
Demikian pula agama, selalu bisa berkembang di berbagai
kebudayaan dan peradaban dunia.

E. Hubungan Keagamaan dan Filsafat


Pada pokoknya kebudayaan adalah semua ciptaan manusi ayang
berlangsung dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah
suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu pendidikan
adalah proses pengeporar kebudayaan dalam arti
membudayakan manusia aspek lain dari fungsi pendidikan
adalah mengolah kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah
laku, bahkan menjadi kepribadian anak didik. Jadi hubungan
pendidikan dengan kebudayaan adalah juga hubungan nilai
demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper
kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk
membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif
yakni mampu menciptakan kebudayaan.
Perlu didasari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat,
bangsa dan negara hidup dalam suatu sosial budaya. Maka
membutuhkan pewarisan dan pengambangan sosial budaya
yang dilakkan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan
dengan baik. Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai
sifat normatif dan pedoman pelaksanaannya. Karena pendidikan
harus secara fungsamental yang berazas filosofis yang menjamin
tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya,
marbtabat bangsawa, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu
pendidikan dalam budaya nasional mengupayakan, melestarikan
dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan pranata sosial
dalam menunjang proses pengembangan danpembangunan
nasional serta melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa.
Merencanakan kegairahan masyarakat untuk menumbuhkan
kreaktivtas ke arah pembaharuan dalam usaha pendidikan yang
tanpa kepribadian bangsa.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besari bagi mnausia dan
masyarkat, berbagai macam kekuatan harus dihapi sepert
kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan
masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun
materil. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui
akalnya manusia danpat mengembangkan kebudyaan. Begitu
pula manusia hidup dan tergantung apa kebudayaan sebagai
hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia
dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.
Dan kebudayaan juga diharakan dengan pendidikan yang akan
mengembangkan dan membangkitkan budaya-budaya dulu, agar
dia tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh karena itu,
dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya
manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai
kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam
lingkungannya.

F. Hubungan Kebudayaan dan Hukum Adat


Seperti yang kita ketahui, manusia yang hidup brsama-sama
dalam suatu lingkup atau yang disebut sebagai masyarakat,
selalu menghasilkan suatu hasil cipta yang sering dinamakan
kebudayaan. Kebudayaan memiliki berbagai macam warna dan
ragam, serta kekhas-annya. Jika dipikir-pikir manusia ini memang
tidak ada duanya, karena bisa menciptakan kebudayaan yang
begitu banyaknya dan begitu uniknya. Terkadang atau memang
lebih seringnya, kebudayaan ini menghasilkan berbagai norma
untuk menata kehidupan masyarakat. Mengapa begitu? Karena
norma juga muncul dengan adanya sekelompok manusia yang
hidup bersama di area yang sama. Selain norma yang ada di
masyarakat, ada juga yang berbicara mengenaihukum adat.
Apasih hukum adat itu? Hukum adat itu ya yang apa dinamakan
oleh masyarakat sebagai norma, tetapi hukum adat ini adalah
norma yang tidak tertulis. Hukum adat mengatur masyarakat
untuk berbuat sesuai dengan adat istiadat yang berlaku, tanpa
harus melanggar hukum tersebut. Terlihat dari namanya, hukum
adat ini telah mendasari kehidupan manusia hampir puluhan
bahkan ribuan tahun, contohnya orang Jawa telah mengenal
bedol desa yakni perayaan acara slametan di sebuah desa yang
dilakukan per tahunnya. Hukum-hukum adat ini sangat mendarah
daging di kalangan masyarakat yang menganutnya. Untuk
menghapus atau menyingkarkan hukum adat ini tidaklah mudah,
karena banyak penduduk masyarakat yang akan berdiri
menghalangi siapapun yang akan merusak adat istiadat dari
nenek moyang mereka. Lalu, ada apa dengan budaya dan hukum
adat? Hubungan erat. Ya, yang dimaksud hubungan erat disini
adalah bagaimana budaya dapat menghasilkan hukum adat yang
berlaku di masyarakat. Istilahnya adalah si budaya ini seorang
ibu dan hukum adat adalah anaknya. Selain itu, hukum adat
yang terbentuk dalam masyarakat juga tergantung pada budaya
dalam masyarakat itu sendiri serta masyarakat di dalamnya
apakah memang ingin membuat hukum ini ataukah tidak. Untuk
masyarakat yang berisi masyarakat fanatik dengan budaya yang
dianutnya, maka akan semakin kuat hukum adat yang berlaku di
dalamnya, tetapi begitu juga sebaliknya jika masyarakat yang
menganut budaya itu sama sekali tidak peduli, maka hukum adat
yang berlaku akan menjadi lemah. Disini, antropologi selain
mempelajari manusia, juga mempelajari budaya yang
dihasilkannya serta hukum adat yang berputar di antara
masyarakat yang juga dipelajari antropologi. Ini alasan mengapa
budaya dan hukum adat memiliki hubungan erat, sebab
masyarakat juga dapat dipelajari fanatik atau tidaknya, sudah
modern ataukah masih kolot teknologi melalui seberapa kuat
hukum adat yang berlaku di kalangan mereka. Bukankah
menakjubkan? Antropologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang manusia, tetapi dapat mencakup sebegitu banyaknya
masalah-masalah, hasil cipta, cara hidup, dan cara bertahan dari
kehidupan manusia itu sendiri.
G. Hubungan Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan
merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan di sini
merupakan seperangkat system nilai, tata hidup dan sarana bagi
manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan
kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu
bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara.
Pengembangan kebudayaan nasional merupakan bagian dari
kehidupan suatu bangsa, baik disadari atau tidak maupun
dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling
tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak
pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari
kondisi kebudayaannya. Sedangkan di pihak lain, pengembangan
ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu
secara intim dengan keseluruhan struktur social dan tradisi
kebudayaan, kata Talcot Parsons, mereka saling mendukung satu
sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat
berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya,
masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajartanpa
didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan.
Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu
mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan sumber
nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan
kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber nilai yang
mengisi pembentukan watak suatu bangsa. Pada kenyataannya
kedua fungsi ini terpadu satu sama laindan sukar dibedakan.
Pengkajian pengembangan kebudayaan nasional kita tidak dapat
dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurun dewasa ini
yang dikenal sebagai kurun ilmu dan teknologi, kebudayaan kita
pun tak terlepas dari pengaruhnya, dan mau tidak mau harus
ikut memperhitungkan faktor ini. Sayangnya yang lebih dominan
pengaruhnya terhadap kehidupan kita adalah teknologinya yang
merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Sedang hakikat keilmuan
itu sendiri yang merupakan sumber nilai yang konstruktif bagi
pengembangan kebudayaan nasional pengaruhnya dapat
dikatakan minimal sekali.
Dalam pembentukan karakter bangsa, sekiranya bangsa
Indonesia bertujuan menjadi bangsa yang modern, maka ketujuh
sifat (kritis, rasional, logis, objektif, terbuka, menjunjung
kebenaran pengabdian universal) akan konsisten sekali. Bangsa
yang modern akan menghadapi berbagai permasalahan dalam
bidang politik, ekonomi, kemasyarakatan, ilmu/teknologi,
pendidikan, dll, yang membutuhkan cara pemecahan masalah
secara kritis, rasional, logis, objektif dan terbuka. Sedangakan
sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian universal akan
merupakan faktor yang penting dalam pembinaan bangsa,
dimana seseorang lebih menitikberatkan kebenaran untuk
kepentingan nasional dibandingkan kepentingan golongan.
Dalam hal ini ilmu dalam hakikatnya bersifat mempersatukan.
Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah
perubahan dari kebudayaan yang bersifat konvensional kea rah
kebudayaan yang bersifat aspirasi dan tujuan nasional. Dalam
hal ini ilmu juga mengajari tentang keberanian moral untuk
mempertahankan kebudayaan asli bangsa Indonesia.

H. Hubungan Kebudayaan dan Seni


Perkembangan seni moderen di Indonesia sebagai segi dari
perubahan budaya tentu adalah sebuah dari pertanyaan yang
lebih luas mengenai pengaruh seni. Pada perdebatan antara
pihak timur dan barat mengenai mederenisasi dan
westerenisasi? Karena pengaruh itu berpengaruh pada kehidupan
barat yang semakin lama semakin masuk kewilayah timur secara
menyeluruh.
Secara empiris dapat terlihat bahwa seni yang berkembang di
Indonesia telah mengalami stilisasi dari dunia luar, seperti halnya
pada masa dunia luar masuk kewilayah aceh ataupun Indonesia
pada masa silam yang mereka rata-rata adalah pedagang yang
tentunya sudah pasti banyak sisi kebudayaan yang masuk
keindonesia yang terus-menerus menjadi awal kebudayaan baru
yang menjadikan seni mempunyai banyak pengaruh dari dunia
luar.
Antara Kebudayaan dan Seni di IndonesiaIndonesia terkenal
sebagai daerah yang dimasuki oleh masyarakat purba dari
wilayah cina selatan (teori). Secara kondisional pula Indonesia
telah dimasuki banyak daerah seperti halnya pada masa
penjajahan dan masa globalisasi 2020 yang itupin akan sangat
berpengaruh pada perkembangan dunia kebudayaan yang
mengarah pada seni kebudayaan. Jelas terlihat bahwa
kebudayaan Indonesia ini tidak dapat dijadikan hak paten masa
lalu tetapi selepas Indonesia Merdeka barulah timbul hal yang
seperti ini dan bukan tidak mungkin ini adalah stilisasi dari masa
terdahulu yang menjdi kebiasaan. Nah jika hal itu terlah benar
terjadi. Berarti Indonesia telah mempunyai penggayaan baru dari
dunia luar akan han seni dan kebudayaan.
Pendifinisian seni dan kebudayaan secara mendasar juga saling
berkaitan yang juga saling berhubung. Dan seni di Indonesia
telah terkontaminasi dari duni luar. Hal ini juga berpengaruh
pada seni terdahulu. Jika digaris bawahi sifat manusia dahulu
adalah nomaden artinya tidak ada yang memurnikan unsure seni
sebagai hak kecuali untuk pengaruh latar yang menjadikan
tempat. Terlihat bahwa unsure kebudayaan indonesia juga
dimiliki oleh orang lain hanya terdapat hal yang dimiliki oleh
daerah untuk membedakan sebagai popularitas kabangsaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
adat istadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun menurun
dari generasi satu ke generasi yang lain sebagai warisan
sehingga kuat intergrasinya dengan pola perilaku masyarakat.
Adapun adat dapat dibagi lebih khusus dalam empat tingkatan
yaitu: Tingkat nilai budaya, Tingkat norma-norma, tingkat hukum,
tingkat, tingkat aturan khusus.
Mendorong individu untuk berperilaku seperti apa yang
ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan
berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam
Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat
secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,
malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan
Masyarakat, agama dan kebudayaan sangat erat berkaitan satu
sama lain. Saat budaya atau agama diartikan sesuatu yang
terlahir di dunia yang manusia mau tidak mau harus menerima
warisan tersebut. Berbeda ketika sebuah kebudayaan dan
agama dinilai sebagai sebuah proses tentunya akan bergerak
kedepan menjadi sebuah pegangan, merubah suatu keadaan
yang sebelumnya menjadi lebih baik.

B. Saran
Demikian pembahasan makalah kami dengan topik Kebudayaan
Sebagai Orientasi Nilai, Sumber-sumber Nilai, agama, Filsafat,
adat istiadat, ilmu pengetahun dan seni, untuk
menyempurnakan tulisan ini maka saran dan kritik yang
membangun kami harapkan. Semoga materi yang kami
sampaikan ini bermanfaat dan dapat kita terapkan dalam
kehidupan kita. Amiinn.

You might also like