You are on page 1of 6

CASE REPORT

Tata Laksana Diare Akut


dalam Kehamilan
M. Adi Firmansyah
SMF Ilmu Penyakit Dalam RSU Permata Ibu, Kunciran - Tangerang

Abstrak

Diare dijumpai pada 34% wanita hamil dengan infeksi sebagai penyebab utama diare pada kehamil-
an. Penyebab lain diare pada kehamilan adalah gangguan hormonal, intoleransi laktosa, penggu-
naan obat-obatan ataupun pengaruh beberapa makanan yang tidak cocok. Meskipun diare pada ke-
hamilan umumnya ringan, namun menimbulkan komplikasi kelemahan, dehidrasi dan malabsorbsi
nutrien yang dapat mempengaruhi ibu dan janin. Selain itu, pemilihan obat-obatan yang aman
dalam kehamilan menjadi bagian penting dalam penanganan kasus diare akut. Laporan kasus ini
menyajikan perempuan 35 tahun dengan diare akut dalam kehamilan trimester pertama.
Kata Kunci: diare akut, kehamilan, pemilihan obat anti diare.

PENDAHULUAN malabsorbsi nutrien yang dapat mempengaruhi


kesehatan ibu dan janin. Selain itu, pemilihan
Diare akut merupakan masalah yang sering dite- obat-obatan yang aman dalam kehamilan, men-
mui oleh dokter di seluruh dunia. Infeksi meru- jadi bagian penting dalam penanganan kasus di-
pakan penyebab tersering kasus diare di negara- are akut pada ibu hamil.
negara berkembang, termasuk Indonesia. Diare
memiliki beberapa risiko komplikasi, baik ringan Laporan kasus ini membahas sebuah kasus diare
maupun berat, sehingga penanganan diare harus akut dengan dehidrasi ringan yang dialami se-
dilakukan dengan cepat dan tepat.1 orang perempuan berusia 35 tahun dengan usia
kehamilan delapan minggu. Fokus pembahasan
Diare juga dapat dialami oleh ibu hamil dengan lebih ditekankan pada bagian diagnosis dan tata
penyebab yang beragam seperti intoleransi lak- laksana dari diare akut pada ibu hamil, terutama
tosa, gangguan hormonal, pengaruh makanan dalam penggunaan medikamentosa yang aman
yang tidak cocok atau infeksi. Perubahan pada selama kehamilan.
sistem pencernaan yang terjadi selama kehamil-
an, terutama yang berkaitan dengan motilitas ILUSTRASI KASUS
saluran cerna seringkali dapat memperberat
keluhan diare pada ibu hamil.2 Diare pada ibu Seorang perempuan berusia 35 tahun datang
hamil umumnya bersifat ringan, namun hen- dengan keluhan diare sejak 1 hari sebelum ma-
daknya penanganan dilakukan dengan cermat suk rumah sakit. Frekuensi buang air besar lebih
dan segera, mengingat kondisi ini dapat me- kurang sebanyak 5 kali sehari dengan komposisi
nimbulkan komplikasi kelemahan, dehidrasi dan cairan pada feses lebih banyak dibandingkan

Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016 MEDICINUS 25


CASE REPORT
leading article

ampas, terdapat darah dan lendir pada feses- dugaan infeksi bakterial ditegakkan pada pasien
nya. Tidak ada keluhan nyeri perut ataupun nyeri ini sebagai masalah utama. Masalah lainnya ada-
pada anus saat defekasi. Tidak ada keluhan de- lah hiponatremia hipo-osmolar hipovolemik dan
mam sebelum atau selama diare. Keluhan yang hemoroid interna grade II. Status obstetrik pada
dilaporkan pasien adalah mual dan muntah se- pasien ini adalah gravida-2, partus-1 dan abor-
banyak lima kali, berisi makanan. Sebelum diare, tus-0 (G2P1A0) hamil 8 minggu. Hasil konsultasi
pasien mengonsumsi makanan yang pedas dari dengan spesialis obstetri dan kandungan me-
penjual makanan di pinggir jalan. Tidak ada ri- nunjukkan tidak ada kelainan pada kehamilan
wayat berpergian ke luar kota ataupun penggu- dan janin. Pasien direncanakan pemeriksaan kul-
naan antibiotik dalam jangka waktu lama. Tidak tur tinja namun terkendala keterbatasan fasilitas
terdapat keluhan batuk, keringat malam atau- dan dana.
pun penurunan berat badan. Tidak ada keluhan
pada buang air kecil. Tidak ada keluhan kejang, Pasien diberikan terapi rumatan cairan ringers
sakit kepala ataupun penurunan kesadaran. Saat lactate sebanyak 2 liter per hari. Diet yang dian-
ini, pasien tengah mengandung anak kedua, de- jurkan pada pasien ini adalah diet lunak rendah
ngan perkiraan usia kehamilan delapan minggu. serat sebesar 1500 kkal. Antibiotik ceftriaxone
Pasien mengakui keluhan mual dan muntah yang diberikan secara drip intravena pada pasien de-
serupa dialami pada kehamilan pertama namun ngan dosis 1x2 gram. Terapi lainnya yang diberi-
tidak dengan diare. Tidak ada riwayat hipertensi kan adalah injeksi ranitidine 3x50 mg intravena,
dan diabetes melitus pada pasien. Pasien me- attalpugite 3x1 tablet serta tablet zinc 2x20 mg.
ngakui menderita wasir sejak satu tahun terakhir
dan sering mengeluarkan darah saat buang air Pada hari kedua perawatan, keluhan diare me-
besar. ngalami perbaikan yang ditandai dengan penu-
runan frekuensi buang air besar menjadi sekitar
Dari pemeriksaan fisik tanda vital, didapatkan 3 kali per hari. Tidak ada keluhan mual muntah
kondisi hemodinamik stabil, lidah basah, dengan ataupun demam selama perawatan hari kedua
turgor mengalami sedikit penurunan pada kulit. sehingga terapi sebelumnya dilanjutkan kem-
Tidak ada mata cekung ataupun konjungtiva pu- bali. Diuresis pasien berjumlah 780 cc dalam 12
cat. Pasien memiliki berat badan 40 kg dengan jam dan hal ini setara dengan 1,6 cc per kilogram
tinggi badan 145 cm. Tidak ada kelainan pada berat badan per jam.
pemeriksaan fisik paru dan jantung. Pemeriksaan
abdomen mendapatkan peningkatan bising Pada hari ketiga perawatan, pasien sudah tidak
usus, dengan nyeri tekan pada daerah epigastri- mengalami diare. Konsistensi tinja sudah berupa
um. Pemeriksaan fungsi organ lainnya tidak men- ampas. Pemeriksaan darah tepi serial kemudian
unjukkan adanya kelainan. Pada pemeriksaan dilakukan dengan hasil perbaikan pada kadar
genitalia eksterna, didapatkan hemoroid grade II leukosit (7.500/mm3). Pemeriksaan feses lengkap
tanpa nyeri tekan. Hasil pemeriksaan darah tepi juga kembali dilakukan dengan hasil konsistensi
menunjukkan kadar hemoglobin 13 g/dL dan leu- lunak, tidak dijumpai darah ataupun lendir, den-
kositosis ringan yakni 11.000/mm3 (dengan nilai gan kadar eritrosit 8-10/lpb dan leukosit 1-2/lpb.
neutrofil 78%). Kadar ureum 19 mg/dL dan kadar Pasien kemudian direncanakan untuk rawat jalan
kreatinin 0,5 mg/dL. Hasil glukosa darah sewaktu dengan terapi pada saat pulang sebagai berikut:
104 mg/dL. Hasil pemeriksaan elektrolit me- cefixime 2x100 mg, attalpugite 3x1 tab, dan zinc
nunjukkan kadar natrium 129 mEq/L; kalium 3,4 2x20 mg selama 10 hari.
mEq/L; dan klorida 100 mEq/L. Pemeriksaan feses
lengkap menunjukkan konsistensi cair, terdapat DISKUSI
lendir, jumlah eritrosit 80-90/lpb (normal <2/
lpb), leukosit 15-20/lpb (normal <5/lpb). Diagno- Diare didefinisikan sebagai buang air besar (BAB)
sis gastroenteritis akut dehidrasi ringan dengan dengan konsistensi tinja cair atau setengah cair

26 MEDICINUS Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016


CASE REPORT
leading article

dimana kandungan air tinja lebih dari 200 gram


atau 200 ml per 24 jam, atau bila frekuensi BAB
encer lebih dari 3 kali per hari.1 Diare dikatakan
akut bila berlangsung selama kurang atau sama
dengan 15 hari dan kronik jika lebih dari 15 hari.
Diare juga dapat dibedakan atas infektif atau
non-infektif berdasarkan kausa ataupun diare or-
ganik dan fungsional berdasarkan ada tidaknya
kelainan organik.

Kejadian diare dijumpai pada 34% perempuan


hamil.3 Infeksi merupakan penyebab utama diare
pada kehamilan. Sekitar 80% kejadian diare dis-
ebabkan oleh infeksi virus seperti rotavirus atau-
pun Norwalk virus.3,4 Penyebab non-infeksi diare
pada kehamilan antara lain intoleransi laktosa,
perubahan hormonal, pengaruh makanan yang
tidak cocok, penggunaan obat-obatan tertentu,
inflammatory bowel disease (IBD) dan irritable
bowel syndrome. Ringkasan etiologi diare pada
kehamilan disajikan dalam tabel 1 berikut.4

Etiologi infeksi dari diare antara lain infeksi bak- teri penghasil toksin dengan kondisi yang relatif
teri seperti Campylobacter jejuni, Salmonella, lebih berat). Tabel 2 menampilkan perbedaan
Shigella, dan Escheria coli O157:H7, infeksi virus, ringkas antara diare inflamasi dengan non-infla-
parasit (seperti Cryptosporidium, Entamoeba hys- masi. Sedangkan kausa non-infeksi diare dapat
tolitica, Giardia) ataupun jamur.1,3-5 Secara klinis, berupa intoleransi laktosa, gangguan hormonal,
diare akut infektif dibedakan menjadi dua kelom- efek samping obat-obatan, maldigesti makanan,
pok yakni diare noninflamasi (umumnya dise- makanan yang toksik, alergi dan lainnya.1,5
babkan oleh infeksi viral dan kondisinya relatif
lebih ringan) atau diare inflamasi (umumnya Evaluasi diare akut pada kehamilan perlu dilaku-
bersifat invasif atau disebabkan oleh infeksi bak- kan secara mendalam terutama pada kasus diare

Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016 MEDICINUS 27


CASE REPORT
leading article

yang menetap atau bila disertai tanda-tanda ba- diare turis travellers diarrhea), makanan dan air
haya (alarms symtomps) seperti penurunan be- yang tercemar, adanya perilaku seksual yang me-
rat badan atau jika terjadi malnutrisi.4 Modalitas nyimpang ataupun penggunaan obat-obatan
diagnostik sebaiknya melibatkan pengumpulan seperti antibiotik ataupun imunosupresan.1 Faktor
spesimen tinja untuk pemeriksaan feses lengkap risiko terjadinya diare akut pada pasien ini adalah
(termasuk analisis ada tidaknya telur cacing atau adanya paparan makanan yang tercemar mengin-
parasit, leukosit feses), pemeriksaan tinja untuk gat adanya riwayat konsumsi makanan yang dibeli
toksin Clostridium difficile.4,8 Pemeriksaan sigmoi- dari penjual di pinggir jalan.
doskopi fleksibel relatif aman dilakukan selama
kehamilan. Tidak ditemukan adanya efek sam- Secara umum, tata laksana diare pada kehamilan
ping seperti kelahiran prematur atau malformasi meliputi tata laksana nonfarmakologik dan far-
janin terkait pemeriksaan sigmodoiskopi ini.4 makologik. Untuk tata laksana nonmedikamen-
tosa, pasien sebaiknya menghindari makanan atau
Diagnosis diare pada kasus ini ditegakkan ber- minuman yang dapat memperberat diare seperti
dasarkan adanya keluhan buang air besar cair makanan berlemak, pedas, dengan rempah yang
dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari. Di- menonjol, ataupun susu (jika ada intoleransi lakto-
are pada pasien ini dikategorikan akut karena sa). Hindari juga minuman yang cenderung asam
baru berlangsung kurang dari 15 hari dengan karena dapat mencetuskan mual muntah yang
penyebabnya adalah infeksi. Adanya darah dan pada akhirnya dapat memperberat kondisi dehi-
lendir pada tinja ditambah dengan profil feses drasi.
lengkap yang menunjukkan banyaknya leuko-
sit pada tinja mengarahkan diagnosis diare akut Umumnya, terapi medikamentosa diare pada ke-
infektif - inflamasi. Dugaan penyebab diare pada hamilan tidak jauh berbeda pada kasus bukan ke-
pasien ini adalah infeksi bakteri yang ditunjukkan hamilan, yakni meliputi terapi konservatif seperti
ada-nya temuan bakteri pada analisa feses leng- rehidrasi (baik dengan cairan per oral ataupun
kap meski kita tidak dapat mengetahui jenis bak- intravena), memperbaiki kelainan elektrolit yang
teri penyebab. Jika kita melihat tabel 2, sebenarn- terjadi, dan pemberian obat-obatan anti-diare.
ya pasien ini tidak memenuhi semua kriteria diare
Perbedaanya adalah kehati-hatian dalam pemili-
akut infektif inflamasi, misalnya tidak dijumpai
han obat anti-diare terkait efek pada janin.
demam ataupun nyeri perut, namun mengingat
adanya leukosit pada analisa feses dan hasil da-
Loperamide merupakan obat anti diare yang
rah samar tinja positif, menguatkan dugaan ke
paling sering digunakan karena relatif aman.
arah diare infeksi tipe inflamasi lebih kuat. Hal ini
sesuai dengan studi Guerrant dkk6 yang menye- Penggunaan loperamide pada trimester pertama
butkan bahwa adanya leukosit feses ataupun lak- kehamilan tidak berkaitan dengan pembentu-
toferin, lebih sugestif ke arah diare inflamatorik. kan malformasi mayor pada janin.4 Meskipun
Gill, dkk juga menemukan bahwa hasil tes darah begitu, beberapa praktisi tetap menganjurkan
samar tinja positif pada kasus diare, menunjuk- kehati-hatian pemberian obat ini pada trimester
kan sensitivitas 71% dan spesifisitas 79% untuk pertama, mengingat risiko malformasi jantung
diare inflamatorik di negara-negara maju meski pada janin.3 Obat lainnya yang aman diberi-
sensitivitas berkurang menjadi 44% dan spesifisi- kan adalah attapulgite ataupun smectite, serta
tas 72% di negara-negara berkembang.7 Derajat simethicone. Hindari obat-obatan seperti kao-
dehidrasi pada pasien ini tergolong ringan me- lin pectin yang mengandung bismuth (misalnya
ngingat hanya ditemukan penurunan ringan tur- kaopectate), bismuth subsalicylate dan atropine-
gor kulit tanpa disertai gangguan hemodinamik diphenoxylate. Penggunaan kombinasi atrophine
dan kesadaran.1,3 dengan diphenoxylate pada trimester kedua dan
ketiga kehamilan diketahui menimbulkan efek
Faktor risiko diare pada kehamilan antara lain; teratogenik pada hewan coba dan manusia. Oleh
perjalanan ke daerah endemik (disebut sebagai sebab itu, penggunaan kombinasi obat ini tidak

28 MEDICINUS Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016


CASE REPORT
leading article

dianjurkan. Bismuth subsalicylate tidak dianjur- seperti cefixime dapat dilanjutkan saat pulang.
kan dalam kehamilan terkait efek penurunan be- Pemberian terapi ranitidine dan sukralfat pada
rat badan lahir bayi, perdarahan neonatus, dan pasien ini ditujukan sebagai antiemetik dan ke-
peningkatan risiko mortalitas perinatal.6 dua golongan obat ini termasuk kategori aman
untuk ibu hamil.2
Hindari juga pemberian obat golongan hyos-
cine butylbromide selama kehamilan karena Diagnosis hiponatremia hipo-osmolar hipo-
termasuk golongan C pada kategori FDA untuk volemik ditegakkan pada pasien ini berdasarkan
kehamilan.1,4,12 Pemberian antibiotik diberikan adanya kadar natrium yang rendah (129 mEq/L)
untuk terapi kausal berdasarkan etiologi pe- dan nilai hitung osmolalitas plasma yang rendah
nyebab misalnya kuinolon untuk shigelosis dan (266,9 mOsm/kg). Perhitungan osmolalitas plas-
salmonelosis, makrolid untuk Campylobacter, se- ma ini diperoleh dengan menggunakan data-da-
falosporin untuk E.coli dan bakteri gram negatif ta kadar ureum dan natrium darah. Nilai normal
lainnya, serta metronidazole untuk Clostridium osmolalitas serum berkisar 275-295 mOsm/kg.9
difficile. Ringkasan panduan pemberian obat-
obatan anti-diare dalam kehamilan berdasarkan Kondisi hiponatremia pada pasien ini disebab-
klasifikasi badan obat dan makanan Amerika kan akibat kehilangan dari saluran cerna melalui
(Food Drug Administration FDA) disajikan diare. Hal ini dapat dipahami mengingat fisiologi
pada tabel 3 berikut. absorbsi air di usus halus terutama dipicu oleh
adanya perbedaan gradien osmotik yang ber-

Pada pasien ini, tidak dapat diketahui pasti pa- gantung pada transport elektrolit natrium dan
togen penyebab karena tidak dilakukan kultur klorida, selain glukosa dan asam amino.1 Natri-
isolat tinja. Dugaan penyebab adalah E.coli atau um, glukosa dan beberapa asam amino berjalan
bakteri gram negatif lainnya meski terdapat da- melalui membran apikal sel-sel epitel usus halus
rah dan lendir yang sugestif ke arah shigelosis. oleh kotransporter nutrien yang bergantung
Namun, pada pasien ini tidak ada keluhan ny- pada natrium. Natrium lalu ditransportasi dari sel
eri perut, tenesmus ani, ataupun demam yang ke membran basolateral ke ruang ekstraselular
khas pada shigelosis, sehingga terapi antibiotik oleh enzim Na+/K+-ATP-ase. Enzim ini memakai
golongan sefalosporin berupa ceftriaxone di- energi untuk mengurangi konsentrasi natrium
berikan pada pasien. Respon pemberian anti- intraseluler yang menghasilkan tegangan elek-
biotik menunjukkan hasil yang memuaskan, trik ekstraseluler negatif. Perbedaan elektrokimia
ditandai dengan perbaikan gejala dan hasil yang dihasilkan ini akan memfasilitasi absorbsi
pemeriksaan penunjang. Pascaterapi antibiotik, natrium oleh sel epitel yang pada akhirnya akan
terdapat penurunan kadar leukosit darah dan memicu kotransporter nutrien yang bergantung
perbaikan profil feses lengkap seperti hilangnya natrium. Sedangkan klorida anion akan diab-
darah dan lendir, serta penurunan jumlah leuko- sorpsi guna mempertahankan netralitas elek-
sit dan eritrosit dalam feses. Dengan demikian, trik sepanjang epitel. Air kemudian secara pasif
terapi antibiotik golongan sefalosporin per oral akan diabsorbsi sebagai respon terhadap trans-

Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016 MEDICINUS 29


CASE REPORT
leading article

portasi elektrolit dan nutrien ini.1 Sebenarnya, atau flebotonik (misalnya micronized purified
hiponatremia juga dapat ditemui pada kondisi flavonoid fraction - MPFF) ataupun tindakan in-
kehamilan yang dikaitkan dengan adanya pen- tervensi seperti skleroterapi atau pembedahan.
ingkatan volume intravaskuler selama kehami- Pemberian diet tinggi serat pada pasien ini be-
lan (penurunan kadar natrium relatif ). Namun lum dapat diberikan mengingat pasien masih
umumnya, seiring dengan peningkatan volume dalam kondisi diare. Pemberian obat golongan
yang lebih dominan pada trimester kedua dan flavonoid misalnya MPFF menunjukkan adanya
ketiga, maka nilai penurunan natrium akan lebih perbaikan gejala episode akut hemoroid seperti
dominan pada trimester kedua (kisaran 129148 studi oleh Buckshee dkk, namun perlu diingat
mEq/L) dan trimester ketiga (kisaran 130148 bahwa studi ini dan kebanyakan studi lainnya
mEq/L) dibandingkan trimester pertama (kisa- tidak dilakukan pada trimester pertama kehami-
ran 133148 mEq/L).10 Kehamilan normal juga lan, oleh sebab itu, MPFF pada pasien ini tidak
akan menyebabkan penurunan nilai osmolalitas diberikan.
plasma dan kadar natrium sebesar 10 mOsm/kg
dan 5 mEq/L secara berurutan.10 Adanya SIADH KESIMPULAN
(syndrome of inappropriate antidiuretic hormone)
ditengarai sebagai penyebab hiponatremia pada Diare akut pada kehamilan ternyata tidak se-
kehamilan.1,11 Namun, pada kasus ini, usia kehami- sederhana yang kita bayangkan, banyak aspek
lan masih berada di trimester pertama dan status yang harus diperhatikan terutama berkaitan
volume cairan pada pasien ini dapat dikatakan dengan komplikasi dan pemilihan obat-obatan
hipovolemik (ada dehidrasi karena diare) sehing- yang aman dalam kehamilan. Komplikasi se-
ga penyebab hiponatremia lebih disebabkan ka- perti gangguan elektrolit perlu kita pertajam
rena kehilangan dari saluran cerna akibat diare. etiologinya mengingat kehamilan normal sendiri
Terapi pada pasien ini adalah dengan mengatasi dapat menyebabkan gangguan cairan dan ele-
penyebab utamanya yakni infeksi diare. Namun, ktrolit. Semoga kasus ini dapat memperluas
terapi rumatan cairan berupa larutan isotonik wawasan dan cara berpikir dalam penanganan
tetap diberikan pada pasien untuk memperbaiki kasus diare akut pada kehamilan.
kondisi dehidrasi. Pascaterapi rumatan, diuresis
pasien menunjukkan hasil yang baik yakni berki-
sar 1,6 cc per kilogram berat badan per jam.
daftar pustaka
Diagnosis hemoroid pada pasien ini ditegak- 1. Simadibrata M. Diare pada kehamilan. Dalam: Laksmi PW, Alwi I, Setiati S, Mansjoer
A, Ranita R. Editor. Penyakit-penyakit pada kehamilan: peran seorang internis. Ja-
kan berdasarkan anamnesis dan temuan fisis. karta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2008.119-23.
2. Firmansyah MA. Penatalaksanaan gangguan saluran cerna dalam kehamilan.
Hasil tes darah samar tinja positif pada pasien Medicinus 2014; 27(1):46-54.

ini, selain akibat diare inflamatorik, dapat juga 3. Roy PK. Gastrointestinal disease and pregnancy. Tersedia di http://emedici-
ne.medscape.com/article/186225 overview. Diakses pada tanggal 19 Agustus
dirancukan dari perdarahan hemoroid. Namun 2015.
4. American College of Gastroenterology. Pregnancy in gastrointestinal disorders.
pada kasus ini, hasil pemeriksaan colok dubur Tersedia di http://gi.org/wp-content/uploads/2011/07/institute-pregnancyMono-

(rectal touche) tidak mendapatkan adanya darah graph.pdf


5. Barr W, Smith A. Acute diarrhea in adults. American Family Physician 2014;89:181-9.
pada sarung tangan. Hemoroid pada pasien ini 6. Guerrant RL, Shields DS, Thorson SM, Schorling JB, Grschel DH. Evaluation and
diagnosis of acute infectious diarrhea. Am J Med. 1985;78:91-8.
telah ada sejak sebelum kehamilan meski telah 7. Bonapace ES, Fisher R. Constipation and diarrhea in pregnancy. Gastroenterol Clin
North Am 1998;27:197-211.
diketahui bahwa hemoroid merupakan kelainan 8. Gill CJ, Lau J, Gorbach SL, Hamer DH. Diagnostic accuracy of stool assays for inflam-

anorektal yang paling sering ditemukan pada matory bacterial gastroenteritis in developed and resource-poor countries. Clin
Infect Dis. 2003;37(3):365-75.
kehamilan dibandingkan pada perempuan tidak 9. Tuazon SA. Serum osmolality. Tersedia di http://emedicine.medscape.com/arti-
cle/2099042. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015.
hamil.4 Tingginya prevalensi hemoroid pada ke- 10. Abbassi GM, Greer LG, Cunningham FG. Pregnancy and laboratory studies: a refer-

hamilan diduga berhubungan dengan perubah- ence table for clinicians. Obstet Gynecol 2009;114(6):1326-31.
11. Pazhayattil GS, Rastegar A, Brewster UC. Approach to the diagnosis and treatment
an hormonal, konstipasi dan penekanan lang- of hyponatremia in pregnancy. Am J Kidney Dis 2015;65(4):623-7.
12. Black RA, Hill DA. Over-the-counter medications in pregnancy. Am Fam Physician
sung uterus gravid pada vena pelvis.4,12,13 Terapi 2003;67:2517-24.
13. Abdullah M. Hemoroid pada kehamilan. Dalam: Laksmi PW, Alwi I, Setiati S, Mans-
hemoroid pada kehamilan dapat meliputi pem- joer A, Ranita R. Editor. Penyakit-penyakit pada kehamilan: peran seorang internis.

berian diet tinggi serat, obat golongan flavonoid Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2008.125-35.

30 MEDICINUS Vol. 29, No. 1 | Edisi April 2016

You might also like