You are on page 1of 15

FILTRASI 12

Program Studi Teknik Lingkungan

Nama Mata Kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

Jumlah SKS 3

Pengajar 1. Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, MSc.


2. Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, MT
3. Ir. Achmad Zubair, MSc.
4. Dr. Eng. Bambang Bakri, ST., MT.
5. Roslinda Ibrahim, SP., MT
Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa mampu
Sasaran Belajar membuat perencanaan dan perancangan
bangunan pengolahan air minum

Mata Kuliah Prasyarat Penyediaan Air Minum

Mata Kuliah bangunan pengolahan air Minum


merupakan mata kuliah yang diwajibkan bagi
mahasiswa semester VI yang telah mengikuti
materi perkuliahan penyediaan air minum. Materi
perkuliahan mencakup pembahasan mengenai
Deskripsi Mata Kuliah
pengertian dan metode perencanaan bangunan
pengolahan air minum; penentuan kebutuhan air
dan debit air baku, analisis kualitas air baku,
perencanaan bangunan unit pengolahan: intake,
prasedimentasi, koagulasi dan flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, disinfeksi, pengolahan
lumpur, reservoir dan pengolahan lumpur.
I PENDAHULUAN

1.1 CAKUPAN ATAU RUANG LINGKUP MATERI PEMBELAJARAN


Materi pembahasan pada pertemuan ke-12 (duabelas) ini adalah:
Jenis filter
Filter pasir cepat
Filtrasi mikroflok
Pencucian filter
Pemeliharaan
Kriteria desain
1.2 SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
dan menjelaskan mengenai mekanisme, pencucian,pemeliharaan dan kriteria
desain bangunan/bak filtrasi.
1.1 PRILAKU AWAL MAHASISWA
Sebaiknya mahasiswa telah mengetahui dan memahami materi pembahasan
pada perkuliahan sebelumnya, utamanya materi mengenai unit distribusi pada
sistem penyediaan air.
1.4 MANFAAT
Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti pertemuan ini adalah
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang terkait dengan
filtrasi, termasuk didalamnya mengenai mekanisme, pencucian,pemeliharaan
dan kriteria desain bangunan/bak filtrasi.
1.5 URUTAN PEMBAHASAN
Materi pembahasan dimulai dengan pengetahuan mengenai pengertian
dan jenis filter. Kemudian secara berurut materi pembahasan mengenai Filter
pasir cepat, filtrasi mikroflok, pencucian filter, pemeliharaan dan kriteria desain.
1.6 PETUNJUK BELAJAR
Mahasiswa diharapkan membaca isu terkait pada media massa yang
menambah wawasan secara umum. Membaca bahan yang akan dikuliahkan
pada minggu berikut agar dapat lebih siap dan dapat didiskusikan pada
pertemuan berikut.
II PENYAJIAN

2.1 UMUM
Proses yang terjadi pada unit filter adalah penyaringan (filtrasi). Filtrasi
merupakan proses alami yang terjadi di dalam tanah, yaitu air tanah melewati
media berbutir dalam tanah dan terjadi proses penyaringan. Dengan meniru
proses alam ini, dikembangkan rekayasa dalam bentuk unit filter.
Tujuan filtrasi adalah untuk menghilangkan partikel yang tersuspensi dan
koloidal dengan cara menyaringnya dengan media filter. Selain itu, filtrasi dapat
menghilangkan bakteri secara efektif dan juga membantu penyisihan warna,
rasa, bau, besi dan mangan.
2.2 JENIS FILTER
1. Berdasarkan kecepatan alirannya, filtrasi dibagi menjadi:
Slow sand filter (saringan pasir lambat)
Filter ini merupakan penyaringan partikel yang tidak didahului proses
pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran dalam media pasir ini
kecil karena ukuran media pasir lebih kecil. Saringan pasir lambat lebih
menyerupai penyaringan air secara alami.
Rapid sand filter (saringan pasir cepat)
Filter ini merupakan penyaringan partikel yang didahului proses
pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran air dalam media pasir
lebih besar karena ukuran media pasir lebih besar. Filter ini digunakan
untuk menyaring partikel yang tidak terendapkan di bak sedimentasi.
2. Berdasarkan arah alirannya, filtrasi dibagi menjadi:
down-flow filtration
up-flow filtration
up flow-down flow filtration
horizontal flow filtration
3. Berdasarkan sistem pengaliran/driving force, filtrasi dibagi menjadi:
gravity filtration
pressure filtration

3
Selain pasir sebagai media filter, terdapat juga membran dan karbon aktif
sebagai media filtrasi dengan tujuan yang lebih khusus. Membran biasanya
digunakan sebagai media filter untuk proses penyaringan bahan yang ukurannya
jauh lebih kecil dibandingkan ukuran partikel (suspended solid). Karbon aktif
digunakan untuk media adsorpsi dengan tujuan untuk menghilangkan bahan
organik.

2.3 FILTER PASIR CEPAT

1. Mekanisme filtrasi dalam filter pasir cepat meliputi:


Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)
Sedimentasi
Adsorpsi atau gaya elektrokinetik
Koagulasi di dalam filter bed
Aktivitas biologis
Biasanya flok yang dibawa ke filter berukuran lebih kecil dari pasir. Jadi filtrasi
tidak dapat menjadi semacam metode penyaringan. Flok akan tertempel pada
permukaan pasir dan mengumpul sehingga bisa tertahan di pasir tanpa keluar
ke air olahan. Oleh karena itu, mekanisme sistem filtrasi cepat (koagulasi-
filtrasi) merupakan perekat dan jembatan, yang berarti bahwa esensi dari
filtrasi cepat adalah "koagulasi".

Flok
Pasir Berpindah Mikro- Permukaan
di antara pasir
flok
pasir Mikro-
Tertempel flok
di pasir

Gambar 12.1 Mekanisme filtrasi


cepat
Dalam filtrasi cepat, flok tertahan (tinggal) di seluruh bagian filter. Tentu,
jumlah retensi terbesar di bagian atas dan menurun ke bawah tetapi lebih baik
untuk menahan jumlah yang lebih banyak di bagian tengah sehingga masa filtrasi
dapat diperpanjang. Penambahan jenis lain dari bahan filter seperti Antrasit
adalah salah satu cara perbaikan. Efek penambahan ini akan memperbesar

4
jumlah retensi dengan menempatkan partikel yang lebih besar untuk membuat
ruang sehingga flok menjadi lebih lebar.

Jumlah retensi Jumlah Jumlah retensi


retensi
maksimum

penambaha
Kedalaman

Kedalaman
n

Anthrasit
pasir

pasir
=> Menaikkan
jumlah retensi
Bagian putih:

Kapasitas tersisa Dasar pasir


Dasar pasir

Gambar 12.2 Retensi dari filtrasi


dalam

Karena bagian mikro-flok yang tertempel tumbuh menjadi lebih besar,


jalan air menjadi lebih sempit dan aliran air menjadi lebih cepat. Selanjutnya,
bagian flok akan terkikis dari pasir dan lolos ke air olahan. Hal ini akan terjadi
ketika filter mencapai jumlah retensi maksimum.

Flok tertempel primer


Flok tertempel sekunder

Pasir

Jika tempelan berproses, Jika jalan air sempit, aliran


jalan air menjadi sempit air cepat

Gambar 12.3 Flok tertempel

5
2. Bagian-bagian dari filter pasir cepat meliputi:
Bak filter, bak ini merupakan tempat proses filtrasi berlangsung. Jumlah
dan ukuran bak tergantung debit pegolahan (minimum dua bak).
Media filter, media filter merupakan bahan berbutir/granular yang
mempunyai pori-pori. Di pori-pori antar butiran inilah air mengalir dan
terjadilah proses penyaringan. Media dapat tersusun oleh satu macam
bahan (single media), dua macam (dual media), atau banyak media (multi
media).
Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi:
o Seragam (uniform)
o Gradasi (stratified)
o Tercampur (mixed)
Sistem underdrain, underdrain merupakan sistem pengaliran air yang telah
melewati proses filtrasi yang terletak di bawah media filter. Underdrain
terdiri atas:
o Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral sebagai jalan masuknya
air dari media filter ke dalam pipa.
o Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjang pipa manifold.
o Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air dari lateral dan
mengalirkannya ke bangunan penampung air.

Gambar 12.4 Bagian-bagian filter

6
3. Pengoperasian filter pasir cepat
Selama proses filtrasi berlangsung, partikel yang terbawa air akan tersaring
di media filter. Sementara itu, air terus mengalir melewati media pasir dan
penyangga, masuk lubang/orifice, ke pipa lateral, terkumpul di pipa
manifold, dan akhirnya air keluar menuju bak penampung (Gambar 10.2).
Partikel yang tersaring di media lama kelamaan akan menyumbat pori-pori
media sehingga terjadi clogging (penyumbatan). Clogging ini akan
meningkatkan headloss aliran air di media. Peningkatan headloss dapat
dilihat dari meningkatnya permukaan air di atas media atau menurunnya
debit filtrasi. Untuk menghilangkan clogging, dilakukan pencucian media.
Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balik pada media
(backwash) dengan tujuan untuk mengurai media dan mengangkat kotoran
yang menyumbat pori-pori media filter. Aliran air dari manifold, ke lateral,
keluar orifice, naik ke media hingga media terangkat, dan air dibuang
melewati gutter yang terletak di atas media (lihat Gambar 10.3).
Bila media filter telah bersih, filter dapat dioperasikan kembali.

Gambar 12.5 Aliran air pada saat operasi filter

Gambar 12.6 Aliran air pada saat pencucian filter

7
Waktu Operasi
o Head loss
Jika filtrasi berlanjut, resistensi tekanan dalam filter meningkat dan
menaikkan permukaan air (head loss).
o Turbiditas air saringan Maximum head loss

Head loss h
Seperti ditunjukkan dalam gambar,
setelah backwash, kekeruhan menurun
ke tingkat minimum dan bertahan dalam
jangka waktu tertentu. Ketika kebocoran

Turbidity C
dimulai, kekeruhan meningkat secara Turbiditas maksimum

bertahap. Ketika sampai ke sebuah


kriteria (biasanya 1 NTU), filtrasi harus
Periode operasi filtrasi t
dihentikan (kekeruhan maksimum)
Oleh karena itu, kekeruhan harus dipantau untuk menghasilkan air
yang baik tetapi hal ini tidak praktis. Supaya lebih mudah, amati head loss
filtrasi bukan kekeruhan. Jika kekeruhan maksimum dicapai pada t1,
periode head loss maksimum (t2) harus ditentukan sebelum t1. t1 dan t2
dapat dicari dengan metode trial and error. Dari situ, putuskan kapan
backwash harus dilakukan dengan melihat head loss pada t2. seperti yang
ditunjukkan pada gambar, kekeruhan akan tinggi di bagian pertama filtrasi,
pembuangan lumpur dianjurkan untuk menjaga kualitas air yang baik.
2.4 FILTRASI MIKRO-FLOK
Ketika kekeruhan air baku rendah, hanya mikro-flok yang terbentuk, bukan
jaringan flok yang dapat mengendap. Mikro-flok tidak dapat ditahan di
sedimentasi dan akan dibawa ke filtrasi. Dalam hal ini, filtrasi mikro-flok harus
dilakukan.
Konsep filtrasi mikro-flok berbeda dari metode koagulasi-filtrasi normal.
Metode mikro-flok diadopsi jika sedimentasi tidak berfungsi. Sebagaimana

8
ditunjukkan dalam tabel di bawah ini, mikro-flok akan ditahan di filtrasi
sementara flok yang tumbuh ditahan di sedimentasi.

Tabel 10.1 Perbedaan antara operasi Normal dan filtrasi Mikro-flok


Metode Filtrasi Mikro-
Operasi Normal
Item flok
Tahan di
Konsep Tahan di filtrasi
sedimentasi
Tingkat ALT Tinggi Rendah
Aluminium
Komponen utama Kekeruhan
hydroxide
Ukuran Besar Kecil
Status Flok
Berat jenis Kecil Besar
Sedimentasi Cepat Lambat
Hardness Halus Keras
Jumlah retensi Kecil Besar
Head loss Besar (tinggi) Kecil (rendah)
Status
Kebocoran
Filtrasi Awal Akhir
turbiditas
Masa operasi Pendek Panjang

Gambar flok

Metode mikro-flok penting untuk menghasilkan tingkatALT yang rendah,


flok keras dan kecil sehingga dapat tertahan di filter. Sebaliknya, jika flok
berbentuk pasta dengan tingkat -ALT-tinggi yang terkirim ke filtrasi, mereka
cenderung untuk menyumbat jalan air di antara pasir, tinggal di bagian atas filter
dan memperpendek periode operasi.

9
Carry-over pada operasi Filtrasi mikro-flok
normal
Gambar 12.7 Filtrasi Mikro flok

Dalam filtrasi mikro flok, perlu untuk memantau kekeruhan air filter karena
adanya flok kecil yang terbentuk yang mungkin lolos dalam metode ini.
2.5 PENCUCIAN FILTER
Metode backwash adalah metode utama untuk memulihkan fungsi filtrasi.
Namun, biasanya, backwash tidak cukup untuk menghilangkan flok secara
efisien. Untuk menghilangkan kotoran yang tidak dapat dihilangkan dengan
backwash, metode surface-washing atau air-washing bersifat efektif untuk
dipakai bersama backwash.
Metode surface-washing merusak lapisan kotoran yang terakumulasi di
permukaan pasir. Potongan kotoran akan tertinggal di pasir, sehingga sebaiknya
dilakukan sebelum backwash. Metode air-washing adalah untuk membilas
kotoran dari partikel pasir dengan mengalirkan udara dari bawah filter. Hal ini
dapat menyebabkan distribusi yang tidak merata dari pasir, sehingga harus mulai
dan selesai selama backwash.

Gambar 12.8 Lapisan kotoran yang terbentuk pada


permukaan (kiri), surface-washing (kanan)

10
Gambar 12.9 Metode alternatif merusak lapisan kotoran

2.6 PEMELIHARAAN
1. Pembersihan lapisan kotoran
Jika lapisan kotoran tebal dan volume
besar yang terbentuk, metode pencucian
normal tidak bekerja. Dalam kasus ini, kotoran
harus diambil langsung dengan tangan. Pada
kolam filter seperti ini, filtrasi susah berfungsi.
Hal ini diasumsikan bahwa lapisan lumpur
terbentuk dengan tingkat-ALT-tinggi, flok
berbentuk pasta dan menumpuk di pasir.

Gambar 12.10 defisiensi filter oleh lapisan kotoran

Kotoran jangka panjang akan menyatukan


dirinya dan akhirnya menjadi bola lumpur.
Bola lumpur akan menebal setiap waktu dan
turun ke pasir jika kerapatannya semakin
besar. Bola lumpur di pasir akan memotong

Gambar 12.11 Bola lumpur pada filter aliran air dan lebih dari itu, fragmen lumpur
bisa lolos keluar ke air olahan.
2. Lumpur yang berproses
Skema berikut mengungkapkan struktur dari satuan pengolahan yang
diperkenalkan ke banyak IPA. Air olahan langsung menuju reservoir dan tidak

11
dikeluarkan dalam hal apapun. Pada saat back-wash, air dari reservoir kembali
ke bak filter sehingga kotoran yang tertahan dalam pasir dapat dihilangkan.

Operasi Back-wash
normal operation
Bak Reservo Bak Reservo
filter ir filter ir

Jika partikel kotoran lolos dari pasir, mereka secara alami akan masuk di
ruang bawah filter atau dasar reservoir. Tetapi, dasar reservoir tidak bisa
dicuci, kecuali reservoir dikosongkan. Biasanya, kotoran akan kembali.

Operasi Back-wash
normal operation
Bak Reservo Bak Reservo
filter ir filter ir

Usaha yang paling penting adalah mencegah kebocoran air keruh


dengan memantau kekeruhan di reservoir. Namun, jika kotoran sudah ada
(jika air reservoir selalu mendung/berwarna putih), jaga supaya air olahan
tetap bersih dengan operasi yang hati-hati (gunakan dosis dengan tingkat-
ALT-rendah dan sering back-wash) dan hilangkan kotoran dengan
mengambilnya secara bertahap.
3. Modifikasi back-wash
Titik lemah back-wash pada pengolahan jenis di atas adalah kontrol laju
back-wash yang sulit. Jika aliran tidak cukup cepat (jika memakan waktu lama
supaya air back-wash menjadi bersih), batasi jumlah kolam yang akan di back-
wash secara bersamaan.
Jika aliran backwash lambat walaupun dengan satu kolam saja,
mengangkat puncak reservoir lebih awal disarankan. Beberapa saluran over-

12
flow ditempatkan lebih rendah dari yang diharapkan dan kita tidak bisa
mendapatkan aliran back-wash yang cukup. Sebelum back-wash, tahan pipa
saluran dengan papan atau sesuatu untuk mengangkat puncak air.
Selanjutnya, mulai back-wash seperti biasa dan angkat papan jika tidak perlu.
Operasi normal Sebelum back-wash
operation
Bak Reservoi Bak Reservoi
filter r filter r

4. Kontrol start dan finish dari keran/katup secara bertahap


Proses tiba-tiba atau arus Filter setelah backwash
cepat dari air backwash dapat
menyebabkan pencampuran
lapisan filter. Kontrol start
dan finish dari keran/katup Kondisi baik Kondisi jelek
pembuangan secara bertahap dapat menjaga lapisan filter dalam kondisi baik.
Di sisi lain, start yang cepat pada backwash akan menghamburkan lapisan
lumpur di bagian bawah reservoir dan finish yang tiba-tiba akan
menyebabkan urutan filter/pasir tidak teratur. Filter dalam kondisi buruk
seperti ini tidak berfungsi dengan baik. Intensitas backwash akan ideal jika
ketinggian pasir naik sampai 120-130% dari tinggi aslinya.
2.7 KRITERIA DESAIN
1. Kecepatan penyaringan : 6 11 m/jam
2. Pencucian :
Sistem pencucian : Tanpa/dengan blower & atau surface wash
Kecepatan : 36 50 m/jam
Lama pencucian : 10 15 menit
Periode antara dua pencucian: 18 24 jam
Ekspansi 30 50%

13
3. Media pasir:
Tebal 300 700 mm
o Singel media : 600 700 mm
o Media ganda : 300 -600 mm
Ukuran efektif,ES : 0,3 0,7 mm
Koefisien keseragaman ,UC : 1,2 1,4
Berat jenis : 2,5 2,65 kg/dm3
Porositas 0,4
Kadar SiO2 > 95 %
4. Media antransit:
Tebal : 400 500 mm
ES : 1,2 1,8 mm
UC : 1,5
Berat jenis : 1,35 kg/dm3
Porositas: 0,5
5. Filter botom/dasar saringan:
a. Lapisan penyangga dari atas ke bawah
Kedalaman : 80 100 mm
Ukuran butir : 2 5 mm
Kedalaman : 80 100 mm
Ukuran butir : 5 10 mm
Kedalaman : 80 100 mm
Ukuran butir : 10 15 mm
Kedalaman : 80 150 mm
Ukuran butir : 15 30
b. Filter Nozel
Lebar Slot nozel : < 0,5 mm
Prosentase luas slot nozel terhadap luas filter: > 4 %

14
III. PENUTUP

3.1 RANGKUMAN
Tujuan filtrasi adalah untuk menghilangkan partikel yang tersuspensi dan
koloidal dengan cara menyaringnya dengan media filter. Selain itu, filtrasi dapat
menghilangkan bakteri secara efektif dan juga membantu penyisihan warna,
rasa, bau, besi dan mangan.
Berdasarkan kecepatan alirannya, filtrasi dibagi menjadi flter pasir cepat dan
filter pasir lambat. Mekanisme filtrasi dalam filter pasir cepat meliputi
Penyaringan secara mekanis (mechanical straining), Sedimentasi, Adsorpsi,
Koagulasi di dalam filter bed dan Aktivitas biologis.

3.2 SOAL TES FORMATIF


Untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang diperoleh
mahasiswa, maka dosen sebagai fasilitator memberikan tes formatif berupa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Sebut dan jelaskan bagian-bagian dari filter pasir cepat !
2. Jelaskan secara singkat pencucian filter dengan metode backwash dan
metode surface-washing !

3.3 UMPAN BALIK


Diskusi dan memberikan pertanyaan untuk memonitor penerimaan
mahasiswa akan bahan kuliah yang disajikan.

3.4 DAFTAR PUSTAKA

Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering:
Planning, Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ
07458, 2000.
Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering, 2nd edition, PWS Publishing Company, Boston,
1996.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6774: 2008 tentang Tata cara perencanaan
unit paket instalasi pengolahan air, Badan Standarisasi Nasional

15

You might also like