You are on page 1of 12

PENGARUH GIBERELIN TERHADAP PERPANJANGAN BATANG

Oleh:

Gina Amalia B1J013004


Riska Mey Vitasari B1J013056
Rombongan : VI
Kelompok :5
Asisten : Yenita Riani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan
dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai
hormon tumbuhan atau fitohormon. Beberapa ahli berkeberatan dengan
istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon
endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat
diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan
penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu).
Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (Kusumo,
1990).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik
dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu
terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai
tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan
bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Salah satu hormon
pengatur tumbuh adalah giberelin (Lakitan, 1996).
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat
sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami.
Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup
pengamanan hasil, memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas
produk, atau menyeragamkan waktu berbunga (Ratna, 2008).

B. Tujuan

Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui konsentrasi giberelin


yang efektif dalam merangsang pertumbuhan tanaman, khususnya
terhadap perpanjangan batang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Giberelin merupakan hormon pertumbuhan yang terdapat pada


organ-organ tanaman yaitu pada akar, batang, tunas, daun, tunas bunga,
bintil akar, buah dan jaringan khusus. Respon terhadap giberelin meliputi
peningkatan pembelahan sel. Giberelin juga dapat merangsang
pertumbuhan batang dan dapat juga meningkatkan besar daun beberapa
jenis tumbuhan, besar bunga dan buah. Giberelin juga dapat
menggantikan perlakuan suhu rendah (2-40C) pada tanaman. Giberelin
aktif pada tanaman utuh (Kusumo, 1990).
Giberelin sangat berpengaruh dalam pertumbuhan. Gibrelin
merupakan kunci dari kondisi lingkungan dan morfologi tanaman pada
proses perkembangan seperti perpanjangan batang dan akar,
perkecambahan biji, perkembangan bunga, dan penentuan ukuran serta
bentuk daun. Giberelin memiliki komponen yang tereduksi seperti
Giberellin Insensitve Dwarf 1 (GID 1) (Middleton et al., 2012). Biji
biasanya berkecambah dengan segera bila diberi air dan udara yang
cukup, mendapat suhu pada kisaran yang memadai dan pada keadaan
tertentu mendapat periode terang dan gelap yang sesuai. Tumbuhan
yang bijinya tidak segera berkecambah meskipun telah diletakan pada
kondisi kandungan air, suhu, udara dan cahaya yang memadai.
Perkecambahan tertunda selama beberapa hari hari, minggu atau
mungkin beberapa bulan. Giberelin dormansi dapat dipatahkan.Ada
beberapa macam giberelin yaitu GA1, GA2, GA3, GA4 dan menurut
keaktifannya adalah GA3, GA, GA2 dan GA4 (Kusumo, 1990).
Pembelahan sel menyebabkan pertambahan jumlah sel pada
batang, sehingga ruas batang memanjang (Lakitan, 1996). Giberelin
mampu meningkatkan hidrolisis pati, fruktan, dan sukrosa menjadi
molekul glukosa dan fruktosa. Gula heksosa tersebut menyediakan energi
melalui respirasi yang berperan dalam pertumbuhan sel dan menurunkan
potensial air sehingga air bergerak masuk lebih cepat dan menyebabkan
pelonggaran sel. Pelonggaran sel menyebabkan pembesaran sel pada
ruas-ruas batang sehingga mampu mempercepat proses pertumbuhan
panjang tunas (Salisbury dan Ross, 1992).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi

Alat yang digunakan polybag, penggaris, gelas ukur, pipet dan label.
Bahan yang digunakan, tanaman terong, zat pengatur tumbuh
giberelin dan akuades

B. Metode
1. Pilih salah satu tanaman di polybag yang sudah terdapat tanaman
terong, kemudian diberi label.
2. Setelah itu semprot tanaman dengan larutan giberelin sebanyak 10
kali.
3. Setiap 2 hari sekali dilakukan penyiraman dengan air sumur.
4. Diamati selama 2 minggu, amati tinggi batang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
TABEL 1. ANNOVA Giberelin

TABEL ANNOVA
Sumber F tabel
Keragaman Db JK KT Fhit 0.05 0.01
74.466 24.822 0.1307 n
Perlakuan 3 67 22 28 s 4.06 7.59
1519.0 189.87
Galat 8 2 75
1593.4
Total 11 87
21.183
LSD 85

GRAFIK PERTAMBAHAN TINGGI TANAMAN TERONG

Rata-rata Penambahan Tinggi


Tanaman

Konsentrasi Giberelin

Grafik 1.PertambahanTinggi Terong


Gambar 1. Kontrol Gambar. Minggu ke-
0

Gambar 3. Minggu ke-1 Gambar 4.


Minggu ke-2
B. Pembahasan

Hasil percobaan yang telah dilakukan pada pemeberian hormon


giberelin pada tanaman terong didapat hasil F hitung yang diperoleh
adalah 0,130728 , sedangkan F tabel (0,05) adalah 4,06 untuk
pengukuran pertumbuhan batang dan F table (0,01) adalah 7,59. Data ini
menunjukkan hasil yang nonsignifikan karena F hitung < F tabel.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa larutan tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman. Giberelin merupakan senyawa organik
yang berperan penting dalam proses perkecambahan, karena dapat
mengaktifkan reaksi enzimatik di dalam benih. Hormon tumbuh ada yang
bersifat alami dan ada yang bersifat sintesis. Giberelin merupakan
hormon tumbuh pada tanaman yang bersifat sintesis dan berperan
mempercepat perkecambahan. Giberelin mempercepat munculnya tunas
di permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena GA3 memacu aktivitas
enzimenzim hidrolitik khususnya amilase yang menghidrolisis
cadangan pati sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas supaya
bisa tumbuh lebih cepat (Ratna, 2008).
Giberelin (GA) merupakan hormone yang dapat ditemukan pada
hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi
perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga,
pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp.
Hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi rangsang dari
melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA.
Hormon giberelin ditemukan dalam dua fase (Jacobsen et al., 1995).
Menurut Wulandari et al (2014), GA merupakan salah satu ZPT yang
umum digunakan untuk menghasilkan pertumbuhan buah tanpa biji, yang
banyak digunakan oleh produsen anggur tanpa biji dari kultivar-kultivar
anggur berbiji. Hanya saja perlakuan GA ini mengakibatkan tidak
terbentuknya biji karena gangguan pertumbuhan tabung sari sebelum
pembuahan. Tingkat keberhasilan penyilangan biji ini mencapai hampir
100%.
Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama
yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang
aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam aspek
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan
biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan
pengembangan benih. Seratus lebih GA telah diidentifikasi pada tahun
2008 dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti GA1
dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon (Jacobsen et al.,
1995). Menurut Gardner (1991,) giberelin mampu merangsang
pemanjangan ruas-ruas batang melalui pembelahan dan pembesaran sel
batang sehingga memacu pemanjangan tunas batang, pada peristiwa
pembelahan sel, GA akan merangsang fase G1 (fase pertumbuhan sel
sebelum DNA direplikasi) untuk cepat masuk ke fase S (fase pertumbuhan
sel ketika DNA direplikasi) dan mempersingkat fase S. GA juga akan
meningkatkan pembelahan sel di daerah meristematik (contohnya pada
ruas-ruas batang).
Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang mempunyai peranan
dalam menstimulir perpanjangan sel (cell elongation), pembelahan sel
(cell devisition), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA
baru sreta sintesis protein. Pemberian giberelin pada tanaman selain
menambah tinggi tanaman, juga akan menambah luas daun dan berat
kering tanaman. Pertambahan berat kering tanaman disebabkan adanya
peningkatan aktivitas fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1992).

Mekanisme pemberian zat pengatur tumbuh giberelin juga akan


meningkatkan kandungan auksin dalam tanaman, karena giberelin
mampu mengurangi kerusakan IAA akibat adanya enzim IAA oksidase.
Pengaruh giberelin terhadap perpanjangan sel karena adanya
hidrolisapati yang dihasilkan giberelin akan mendukung terbentuknya
alpha amylase. Giberelin bekerja pada gen dengan menyebabkan aktivasi
gen-gen tertentu. Gen-gen yang diaktifkan akan membentuk enzim-enzim
baru yang menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetik
(penampilan/kenampakan tanaman) (Salisbury dan Ross, 1992).

Faktor yang mempengaruhi kerja giberelin :

a. Konsentrasi giberelin

Giberelin dengan konsentrasi tinggi (sampai 1000 ppm) dapat


menghambat pembentukan akar. Sedangkan giberelin pada
konsentrasi rendah mendorong pertumbuhan akar adventif seperti
pada batang kacang kapri, dan mempercepat pembelahan serta
pertumbuhan sel hingga tanaman cepat menjadi tinggi (Ashari, 1997).

b. Faktor lama perendaman

Faktor lama perendaman di dalam larutan gibberellin berkaitan dengan


pemberian kesempatan kepada larutan giberelin untuk melakukan
imbibisi kedalam biji yang akan berpengaruh terhadap perkecambahan
biji (Ashari, 1997).

Penuaan putik telah dipelajari dalam kacang (Pisum sativum) dan


Arabidopsis (Arabidopsis thaliana) tanaman. Salah satu penanda fisiologis
penuaan putik di kedua tanaman yaitu kacang dan Arabidopsis adalah
hilangnya kapasitas putik untuk berkembang menjadi buah
parthenocarpic dalam menanggapi eksogen asam giberelat (GA3).
Hilangnya respon putik untuk GA3 di Arabidopsis berkorelasi dengan
timbulnya penuaan bakal biji dan perkembangan acropetal nya sepanjang
ovarium. Sisi lain, beberapa mutan dengan cacat dalam pembangunan
bakal biji menunjukkan set buah berkurang dalam menanggapi GA3.
Secara kolektif, data ini menunjukkan bahwa layak ovula non senescing
memainkan peran penting dalam mempromosikan buah yang diatur
dalam menanggapi GA dalam Arabidopsis unfertilised putik (Bejerano et
al., 2011).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum pengaruh giberelin terhadap perpanjangan


batang yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Konsentrasi giberelin berpengaruh secara nyata dalam merangsang
pertumbuhan tanaman, khususnya terhadap perpanjangan batang.
2. Giberelin atau GA adalah salah satu ZPT tanaman golongan
terpenoid, yang berperan tidak hanya memacu pemanjangan batang,
tetapi juga dalam proses pengaturan perkembangan tanaman.

B.Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya praktikan lebih


teliti dan serius dalam merawat tanaman percobaan, agar tidak terjadi
kesalahan, dan agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR REFERENSI

Ashari, S. 1997. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. PT. Rineka Cipta,


Jakarta.
Bejerano P. C, Urbez C, Granell A, Carbonell J, and Miguel A. P. A. 2011.
Ethylene is involved in pistil fate by modulating the onset of ovule
senescence and the GA-mediated fruit set in Arabidopsis. BMC
Plant Biology 11:84.
Gardner, F. P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Alih bahasa: Herawati
Susilo. UI Press, Jakarta.
Jacobsen, J.V., F. Gubler dan P.M. Chandler. 1995. Gibberellin action in
germinated cereal grains. In 'Plant hormones physiology,
biochemistry and molecular biology'. (Ed PJ Davies) pp. 246-271.
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV Yasaguna, Bogor.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Middleton, M. Alistair, S. beda-Toms, J. Griffiths, T. Holman, P.Hedden, S.
G. Thomas, A. L. Phillips, M. J. Holdsworth, M. J. Bennett, J. R. King,
M. R. Owen. 2012. Mathematical Modeling Elucidates The Role of
Transcriptional Feedback in Gibberellin Signaling. PNAS, 109 (19) :
75717576.
Ratna, D. A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan
Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1992. Plant Physiology 3th. ITB, Bandung
Wulandari, Dwi Cahyani. Yuni Sri Rahayu, dan Evie Ratnasari. 2014.
Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin Terhadap Pembentukan
Buah Secara Partenokarpi Pada Tanaman Mentimun Varietas Mercy.
LenteraBio 3 (1) : 2732.

You might also like