You are on page 1of 27

LAPORAN TAHUNAN RSUD Dr.

SOETOMO
SURABAYA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Data
Pelayanan Kesehatan

OLEH :

1. SEPTIANE PUTRI W.T (G41140115)


2. RIZQY FATWAH P. (G41140122)
3. YESSY RETNO (G41140127)
4. KHOLIFATUR R (G41140131)
5. NOVIKA HUMAIROH (G41140133)
6. INTAN KUMALANING T (G41140135)
7. FIKI RATNASARI (G41140137)
8. HELMAN KAMILA (G41140144)
9. SIVA AMALIA (G41140148)
10. FITRIA OCTAVIANTINI (G41140155)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN


PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, dan taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
tentang Review laporan tahunan RS Dr. Soetomo Surabaya ini dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai laporan tahunan RS
Dr.Soetomo Surabaya, serta memberi pangetahuan tentang pelayanan-pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang
baik di Rumah Sakit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk diri sendiri dan bagi
siapapun yang membacanya, dan semoga laporan ini dapat dijadikan motivasi
agar bisa diapresiakan dalam kehidupan social khususnya dalam pelayanan
kesehatan yang sesuai standard di Rumah Sakit. Kami selaku penyusun mohon
maaf atas kekurangan dari laporan ini.

Jember, 16 November 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap organisasi baik organisasi perusahaan, organisasi sosial maupun
organisasi pemerintah mempunyai tujuan yang dapat dicapai melalui pelaksanaan
pekerjaan tertentu, dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada didalam
organisasi tersebut, termasuk sumber daya manusia sebagai alat utama. Berhasil
tidaknya suatu perusahaan tergantung pada kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam menjalankan aktivitasnya. Salah satu organisasi yang dimaksud
adalah organisasi yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan, yaitu
Rumah Sakit.
Pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas di Rumah Sakit tidak
terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu diantaranya adalah
tenaga perawat. Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam
menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang
diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual dan dilaksanakan
selama 24 jam secara berkesinambungan (Depkes RI, 2001).
Pelayanan keperawatan di berbagai rumah sakit belum mencerminkan
praktek pelayanan profesional dan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya
pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih pada pelaksanaan tugas. Selain itu,
uraian tugas, peran dan fungsi setiap kategori perawat berdasarkan jenjang
pendidikan belum diterapkan secara jelas dan kualifikasi tenaga perawat untuk
jenjang dan jenis keperawatan tertentu belum ada kejelasan, mangerial skill serta
technical skill juga masih kurang (Wasisto, 1994).
Salah satu unsur yang sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan
rumah sakit adalah tenaga kesehatan. Dari tenaga kesehatan yang terdapat di
rumah sakit yang terutama memiliki peranan yang besar adalah perawat, hal ini
disebabkan profesi perawat memiliki proporsi yang relatif besar, yaitu hampir
melebihi 50% dari seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit
(Nursalam, 2002).
Keperawatan adalah suatu interaksi antara perawat dan pasien, perawat
danprofesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi
manusia terjadi melalui komunikasi: verbal dan nonverbal, tertulis dan tidak
tertulis, terencana dan tidak terencana. Agar perawat efektif dalam berinteraksi,
mereka harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik. Mereka harus
menyadari kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain.
Ketika perawat mengemban peran kepemimpinan, mereka harus menjadi efektif,
baik dalam ketrampilan komunikasi verbal maupun komunikasi tertulis (Kathleen,
2007).
Komunikasi yang efektif adalah suatu keadaan dimana komunikator dan
komunikan memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan (Pratikto, 1987).
Komunikasi yang efektif penting bagi pimpinan karena komunikasi ini
menyediakan saluran untuk proses manajemen, yaitu merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan (Stoner et al, 1996).
Rumah sakit sebagai institusi yang bersifat sosio ekonomis mempunyai
fungsi dan tugas pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Secara
struktural, setiap rumah sakit memiliki ruangan-ruangan dalam melayani
kesehatan kepada pasien, diantaranya ruang rawat inap dan rawat jalan yang
dikepalai oleh seorang kepala ruangan dan membawahi beberapa perawat pada
masing-masing ruangan atau unit kerja.
Setiap Kepala Satuan Organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk
serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan
laporan berkala tepat pada waktunya. Laporan berkala merupakan laporan
pelaksanaan tugas dan fungsi dari satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Upaya
Kesehatan yang memuat perkembangan dan hasil pencapaian kinerja baik
kegiatan maupun anggaran dalam kurun waktu Semester 1 maupun tahunan. Dan
untuk laporan berkala tersebut berisi uraian yang lebih menyeluruh mengenai
kondisi sumber daya (sumber daya manusia, sarana prasarana dan dana), hasil
kegiatan program, pencapaian kinerja dan masalah, hambatan serta terobosan
sebagai upaya pemecahan masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan program.
Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya sebagai Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan berkewajiban melaporkan seluruh
kegiatan, capaian kinerja maupun indicator instalasi/bagian sebagai pertanggung
jawaban pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pencapaian kinerja kegiatan
dan anggaran, dasar perbaikan dan perencanaan yang akan datang.

1.2 VISI, MISI dan MOTTO


RSUD Dr. Soetomo Surabaya memiliki Visi, Misi, dan Motto untuk
meningkatkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menentukan arah dan
keadaan yang tidak terkontrol dan mengurangi ketidak efisienan pencapaian
tujuan dan mutu pelayanan kesehatan.
VISI RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah Menjadi Rumah Sakit yang
terkemuka dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian di tingkat ASEAN.
MISI RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah :
Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang prima, aman,
informatif, efektif, dan manusiawi dengan tetap memperhatikan aspek
sosial.
Menyelenggarakan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat
rujukan tertinggi dengan menggunakan teknologi modern.
Membangun sumber daya manusia (SDM) rumah sakit yang
profesional, akuntabel, yang berorientasi pada kastemer serta
mempunyai integritas tinggi dalam memberikan pelayanan.
Melaksanakan proses pendidikan yang menunjang pelayanan
kesehatan prima berdasar standar nasional dan internasional.
Melaksanakan penelitian yang mengarah pada pengembangan ilmu dan
teknologi di bidang kedokteran dan pelayanan perumah sakitan.
MOTTO RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah Noto Roso, Among Roso,
Mijil Tresno, Agawe Karyo

1.3 RUMUSAN MASALAH


1.3.1 Jenis pelayanan apa saja yang ada di R.S.U.D dr.Soetomo ?
1.3.2 Bagaimana tingkat efektivitas dan efisiensi pengelolaan R.S.U.D
dr.Soetomo ?
1.3.3 Bagaimana tingkat utilisasi dibeberapa instansi ?
1.3.4 Bagaimana tingkat pelayanan kesehatan berdasar asal domisili pasien ?
1.3.5 Bagaimana hasil pengukuran indeks kepuasan masyarakat ?

1.4 TUJUAN
Laporan Tahunan bertujuan untuk memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang kegiatan kerja yang sudah dilaksanakan oleh Rumah Sakit
Dr Soetomo Surabaya.Sehingga dengan adanya laporan tertulis dapat memberikan
gambaran sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan yang sudah berjalan dan untuk
mengetahui evaluasi, realisasi kegiatan dan kinerja di Rumah Sakit Dr Soetomo
Surabaya.

1.5 MANFAAT
1. Mendukung sistem akuntabilitas administrasi Negara.
2. Mendorong kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas,agar lebih
profesional, efektif dan eifisien dalam penyampaian hasil yang dicapai
oleh Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya.
3. Sumber dokumentasi informasi tentang apa yang telah dicapai selama
setahun.
4. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dalam
menunjang kepuasan masyarakat.
5. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam pencapaian
akreditasi rumah sakit yang unggul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DASAR TEORI

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di


bidang pelayanan kesehatan dimana salah satu upaya yang dilakukannya adalah
mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar, seperti pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas). Untuk itu, sebagai pusat rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat dasar, maka pelayanan rumah sakit perlu dijaga kualitas
pelayanannya terhadap masyarakat yang membutuhkan. Pelayanan kesehatan
inilah yang selalu dituntut oleh para pengguna jasa di bidang kesehatan agar selalu
bertambah baik dan pada akhirnya tujuan organisasi dalam melakukan pelayanan
prima berkualitas dapat terwujud. Dalam sebuah rumah sakit terdapat bermacam-
macam laporan yang dibutuhkan. Pihak-pihak yang wajib menerima laporan-
laporan tersebut di antaranya adalah pimpinan rumah sakit dan dinas kesehatan.

Pimpinan rumah sakit memerlukan laporan antara lain: laporan evaluasi


sensus harian, laporan morbiditas pasien dan laporan kunjungan pasien. Laporan
laporan tersebut dikumpulkan untuk dikirim kepada dinas kesehatan kota yang
ditambah dengan laporan kegiatan rumah sakit (kecuali laporan evaluasi sensus
harian). Laporan tentang morbiditas berdasarkan pada ICD (International
Statistical Classification of Diseases) X, yaitu pengkodean atas penyakit dan
tanda- tanda, gejala, temuan-temuan yang abnormal, keluhan, keadaan sosial dan
eksternal menyebabkan cedera atau penyakit, seperti yang diklasifikasikan oleh
WHO (World Health Organization). Saat ini rumah sakit sudah memakai sistem
berbasis komputer untuk membantu proses pelayanan kepada pasien. Akan tetapi,
sistem tersebut masih belum optimal karena sistem pelaporan masih dilakukan
secara manual. Karena itu dibutuhkan sebuah sistem yang mampu menyajikan
laporan yang nantinya dikirim ke dinas kesehatan dan pimpinan rumah sakit.

Sistem informasi pelaporan rumah sakit yang akan dibuat berguna untuk
mendukung sistem sebelumnya yaitu berupa sistem informasi pelaporan, yaitu
sebuah sistem atau aplikasi yang mempunyai kemampuan untuk melakukan
peringkasan, pemilihan, ataupun merinci lebih lanjut data- data mentah yang telah
ada secara komputerisasi. Sistem tersebut harus dapat menghasilkan laporan-
laporan yang statis terutama dalam bentuk tabel dan grafik yang bersifat drill
down. Hal ini bertujuan agar pimpinan rumah sakit dapat melihat perkembangan
rumah sakit dari segi kunjungan yang dapat dihubungkan dengan pelayanan
kepada pasien. Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibutuhkan aplikasi
sistem informasi pelaporan yang dapat menghasilkan laporan sesuai dengan
format dinas kesehatan dan laporan yang bersifat drill down yaitu memungkinkan
pemakai untuk mengakses kerincian sebuah data secara detil baik berupa 1 tabel
dan grafik, sehingga lebih mudah dalam menganalisis data yang diinginkan (rawat
inap dan rawat jalan).

1. Rawat Inap

Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh
tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di
suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien
dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh
banyak orang sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah
sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat
Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila pasien
tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau menginap di rumah
sakit.

Salah satu pengelolaan pelayanan rumah sakit yang mendapat perhatian yang
cukup besar adalah Unit Rawat Inap. Hal ini dikarenakan fungsi rumah sakit
sebagai institusi pelayanan kesehatan banyak ditentukan oleh pelayanan di Unit
Rawat Inap. Dalam pengelolaan Unit Rawat Inap ( URI ), salah satu aspek yang
perlu diperhatikan adalah pengelolaan tempat tidur pasien. Pengelolaan tempat
tidur pasien perlu mendapat perhatian besar dari manajemen Rumah Sakit karena
sebagai tempat perawatan pasien, perlu diatur guna memperoleh efisiensi
penggunaannya. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk melakukan relokasi
tempat tidur dengan mengurangi tempat tidur pada bangsal yang okupansinya
rendah, dipindah ke bangsal yang tingkat penggunaannya tinggi, bahkan
cenderung over load, menutupnya bahkan mengganti pelayanan lain yang lebih
efisien dan menguntungkan. informasi yang mampu memberikan tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur 3 yang dapat diandalkan dan bersifat kontinyu. Bila ada
informasi, sampai saat ini belum dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
secara optimal. Evaluasi penggunaan tempat tidur, agar tepat dapat menggunakan
indikator BOR ( Bed Occupancy Rate ), BTO ( Bed Turn Over ), AVLOS
( Average Length Of Stay ), Dan TOI ( Turn Over Interval ), serta melihat
kecenderungannya tiap waktu. Oleh karena itu, dengan menggunakan keempat
indikator tersebut, dapat diketahui apakah tempat tidur yang disediakan telah
digunakan efisien.

A. Bed occupancy rate (BOR)-Tingkat Penggunaan TT


Penghitungan pemakaian Tempat Tidur yang dipergunakan untuk
melihat berapa banyak tempat tidur di rumah sakit yang digunakan pasien
dalam suatu masa
Jumlah hari perawatan ( a )
BOR = Jumlah TT ( b ) x hari perhitungan X

100%
Keterangan:
a = total jumlah hari perawatan pt di RS
b = jumlah total tempat tidur tersedia di RS
Jumlah hari perawatan didapat dari penjumlahan hari rawat tiap
ruang selama satu bulan maupun satu tahun.

Standar nilai BOR menurut Barber Johnson adalah 75% - 85% (Standar
Internasional), sedangkan standar nilai DepKes RI adalah 60% - 85%. Apabila
rata-rata tingkat penggunaan tempat tidur di bawah 60% (Depkes RI) berarti
tempat tidur yang tersedia di rumah sakit belum dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya dan apabila lebih dari 85% kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial
akan meningkat dan juga akan mengurangi cadangan tempat tidur bila terjadi
KLB.

Prosentase ini menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian tempat tidur yang
tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. BOR antara rumah sakit
yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitas
rumah sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi. Semua perbedaan
tadi disebut sebagai case mix.

B. Turn over internal (TOI)

TOI adalah waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu
tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain. Rata-
rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi berikutnya.
Indikator ini juga menberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur.

TOI =
{( Jumlah TT x 365 ) (a) hari perawatan }
x 100
Jumlah semua pasienkeluar ( hidup+ mati ) ( b)

Keterangan:

a = jumlah total tempat tidur yang tersedia di RS dikalikan jumlah


hari dalam setahun
b = umlah total semua pasien yang keluar dari RS baik dalam
keadaan hidup atau meninggal

TOI diusahakan lebih kecil daripada 5 hari.

C. Bed Turn Over (BTO)

BTO merupakan berapa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu
tahun.Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu (biasanya per
tahun).Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat pemakaian tempat tidur
RS.Usahakan BTO lebih besar dari 40.

Jumlah pasien keluar RS ( hidup+mati ) (a)


BTO = Jumlah tempat tidur (b)

Keterangan:

a = jumlah total semua pasien yang keluar dari RS baik dalam


keadaan hidup atau meninggal

b = jumlah total tempat tidur yang tersedia di RS

D. Average Length Of Stay (LOS)

LOS merupakan rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini di


samping merupakan gambaran tingkat efisiensi manajemen sebuah RS, indikator
ini juga dapat dipakai untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis penyakit
tertentu dapat dijadikan tracernya (yang perlu pengamatan lebih lanjut).Yang baik
5-13 hari atau maksimum 12 hari, 6-10 hari.Sebenarnya LOS bukan ukuran
efisiensi tetapi ukuran kualitas. Kalau LOS tinggi bisa berarti pelayanan jelek,
mungkin ada infeksi nosokomial dll.

Jumlah hari perawatan pasien keluar( a)


ALOS : Jumlah pasien keluar ( hidup+ mati ) (b)

Keterangan:

a = total jumlah hari perawatan di RS yang keluar

b = jumlah total semua pasien yang keluar dari RS baik dalam


keadaan hidup atau meninggal
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 JENIS JENIS PELAYANAN.


RSUD Dr. Soetomo dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat
menyediakan pelayanan sebagai berikut :
3.1.1 Pelayanan Rawat Jalan.
1. Pelayanan Rawat Jalan (termasuk Poli Onkologi Satu Atap dan
Poli Obat Tradisional, Poli Rumatan Metadon).
2. Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut.
3. Pelayanan Rehabilitasi Medik.
4. Pelayanan Hemodialisa.

3.1.2 Pelayanan Rawat Darurat didukung ambulan 118 dan Radio


Medik.
3.1.3 Pelayanan Rawat Inap.
1. Pelayanan Rawat Inap Anak.
2. Pelayanan Rawat Inap Kebidanan dan Kandungan.
3. Pelayanan Rawat Inap Medik.
4. Pelayanan Rawat Inap Bedah.
5. Pelayanan Rawat Inap Jiwa.
6. Pelayanan Rawat Intensif dan Reanimasi (ICU, ICCU, NICU,
Burn Unit)
3.1.4 Pelayanan Bedah Terpadu.
3.1.5 Pelayanan Rawat Inap Utama.
3.1.6 Pelayanan Medik Khusus, meliputi :
1. Pelayanan Invasif Minimal Urogenital.
2. Pelayanan Diagnostik Invasif Kardiovaskuler.
3. Pelayanan Medical Check up.
4. Pelayanan Onkologi Terpadu dan Paliatif.
5. Pelayanan Endoscopik.

3.1.7 Pelayanan Rehabilitasi Medik, Rehabilitasi Mental dan


Keterapian Fisik (Termasuk pelayanan pembuatan prostotik dan
orthotik).
3.1.8 Pelayanan Kedokteran Forensik (Pemulasaraan Jenazah).
3.1.9 Pelayanan Diagnostik dan Penunjang Medik.
1. Pelayanan Radiologi, meliputi :
3.1.9.1 Pelayanan Radiodiagnostik.
3.1.9.2 Pelayanan Radioterapi.
2. Pelayanan Laboratorium, meliputi :
a. Pelayanan Patologi Klinik.
b. Pelayanan Patologi Anatomi
c. Pelayanan Mikrobiologi Klinik.

d. Pelayanan Bank Jaringan dan Biomaterial


e. Pelayanan Transfusi Darah.
f. Pelayanan Farmasi Klinik.
g. Pelayanan Gizi Klinik (Diet Pasien, Konsultasi).
h. Pelayanan Ambulan 118, Ambulan Umum dan Mobil
Jenazah.
i. Pelayanan Medico Legal (Visum et repertum, Resume
Medik)
3.1.10 Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
3.1.11 Pelayanan Sanitasi Rumah Sakit (Pengolahan Limbah Medis dan
pembakaran sampah medis : IPAL, Incenerator).
3.1.12 Pelayanan Pendidikan klinik (Praktek Klinik), Pelatihan Tenaga
Kesehatan dan Studi Banding.
3.1.13 Pelayanan Penelitian Kesehatan dan Manajemen Rumah Sakit.

3.2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN RS.


Indikator Kinerja Utama (IKU) pelayanan publik di rumah sakit adalah
tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas pengelolaan RS.

Tingkat efisiensi lebih banyak pada evaluasi utilisasinya, sedangkan tingkat


efektivitas lebih menekankan pada evaluasi mutu pelayanannya.

Tingkat Efesiensi Pengelolaan RSUD Dr Soetomo


Tahun 2006 2008
Uraian Tahun Jumlah Rerata Trend
No 2006 2007 2008
Indikator
BOR
1 75.73 83.51 67.9 227.14 75.71 Turun

2 TOI
2.63 1.8 3.97 8.4 2.8 Naik

3 BTO
33.64 33.5 30.2 97.34 32.45 Turun

4 ALOS
7.55 7.68 7.58 22.81 7.6 Turun

Sumber : Sub Bag Rekam Medik tahun 2008


Berdasarkan indikator Bed Occupancy Rate (BOR) dengan standar Depkes
RI sebesar 60%-85%, dapat dikatakan telah efesien,namun pada tahun 2008 ada
penurunan BOR RSU Dr. Soetomo namun masih dalam batas standar Depkes.
Berdasarkan indikator TOI (1-3 hari), penggunaan tempat tidur rawat inap RSU
Dr. Soetomo masih efisien dan pada tahun 2008 angka cenderung menjauh dari
angka standar efisien yaitu 3.97 dan secara rerata angka TOI masih batas standar
Depkes. Berdasarkan indikator BTO sebesar 30-40 dapat dikatakan telah efisien
namun pada tahun 2008 ada penurunan namun dalam batas standart. Berdasarkan
indikator ALOS sebesar 6-9 dapat dikatakan sudah efisien namun pada tahun
2008 ada penurunan namun dalam batas standart.
1. Saran
Mempertahankan layananan dan tingkat efektifitas pengelolaan RS.
Tingkat Efektivitas Pengelolaan Rumah Sakit RSUD Soetomo
Tahun 2006 2008
N Uraian Tahun Jumlah Rerata
o 2006 2007 2008 Trend
1 Jumlah tempat tidur 1496 1499 1482 1482 1482 Tetap
2 Jumlah pasien baru 50369 50248 45042 145659 48553 Turun
Jumlah pasien keluar 44408 Turun
3 hidup 46147 45902 41176 133225
Jumlah pasien keluar 4169 Turun
4 mati 4180 4316 4013 12509
5 Pasien mati < 48 jam 1610 1830 1549 4989 1663 Turun
6 Pasien mati > 48 jam 2570 2486 2464 7520 2506 Turun
7 GDR 8.31 8.59 8.88 25.78 8.59 Naik
8 DOA 184 198 166 548 183 Turun
9 NDR 5.11 4.95 5.45 15.51 5.17 Naik
Angka 58.884 Naik
10 kematian bayi/1000 48.018 58.714 69.92 176.652
Kelahiran
Angka 19.6 Naik
11 kematian ibu/10.000 7.48 7.69 42.02 57.19
Kelahiran
12 Jumlah pasien di rawat 51386 51307 46131 148824 49608 Turun
13 Jumlah hari perawatan 413516 456906 369435 1239857 413285 Turun
14 Infeksi Nosokomial
A ILO Bersih 0 0 0 0 0 Tetap
B Dekubitus 0.03 0.031 0.032 0.093 0.031 Naik
C Plebitis Infeksi 0 0 0 0 0 Tetap
D Plebitis Non Infeksi 0.72 0.701 0.71 0 0.71 Tetap
ISK (Infeksi Saluran 0.069 Turun
E Kemih) 0.071 0.069 0.068 0
Sumber : Sub Bag Rekam Medik tahun 2008
Dengan jumlah tempat tidur sebanyak 1482 buah dan jumlah pasien yang
dirawat rata-rata setahun 49.608 orang/tahun, tentunya ini memerlukan
kedisiplinan yang tinggi, karena tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kepada pasien tidak membeda-bedakan asal usul dan status pasien. Untuk Angka
Infeksi Nosokomial, masih di atas standar Nasional maupun Internasional (ILO
Bersih). Sebagai rumah sakit rujukan, kasus-kasus yang dirujuk kategori kasus
berat dan beberapa kasus langka. Angka DOA menggambarkan kualitas
penanganan pra-hostital (penanganan dini, ransportasi, upaya life saving).
Sedangkan GDR menggambarkan respon time dalam mengatasi kegawatan yang
mengancam jiwa. NDR lebih menggambarkan kualitas pelayanan murni dari RS.
Angka kematian bayi menggambarkan tingkat penanganan persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan ini juga tidak lepas dari perawatan sang ibu
saat kehamilan pada tribulan pertama hingga tribulan ke tiga. Adanya Protap
PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Komprehensif), pemeriksaan ibu
hamil, persalinan aman, persalinan nifas dan rawat gabung merupakan prosedur
yang dilaksankan di rumah sakit salah satu tujuannya untuk menekan angka
kematian bayi dan atau ibu melahirkan.

3.3 TINGKAT UTILISASI DIBEBERAPA INSTANSI


3.3.1 Instalasi Rawat Inap.

Cakupan Jumlah Pasien Rawat Inap Per Kelas


Perawatan RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2008
Irna
Kelas Irna Irna Irna Irna Jumla Rerata
No Bersal
Perawatan Anak Jiwa Bedah Medik h /bulan
in
1 Kelas I 241 250 92 913 1266 2762 230
2 Kelas II 1747 820 93 1883 3889 8432 703
3 Kelas III 4017 4155 252 6968 7240 22632 1866
4 Pav Khusus 0 0 22 0 0 22 2
Jumlah 6005 5225 459 9764 12395 33848 2821
Sumber : Print out Laporan ITI RSU Dr. Soetomo,12 Januari 2009
ANALISA:
Dari tabel di atas dapat di gambarkan jumlah pasien miskin yang di rawat
sebanyak 16.745 (49.46 %) dan ini menggambarkan hampir setengah pasien yang
rawat inap merupakan pasien miskin. Sedangkan pasien yang di rawat dengan
membayar sendiri (umum) 31.29 %. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah
tentang JAMKESMAS bagi masyarakat miskin dengan mendapatkan pelayanan
dengan gratis, sehingga jumlah pasien miskin terbanyak di tiap-tiap Irna.

SARAN:
Walaupun pasien banyak dari kalangan miskin, mereka harus tetap
mendapatkan pelayanan yang sama dengan pasien lainnya. Karena sudah ada
kebijakan dari Pemerintah berupa JAMKESMAS.

Cakupan Jumlah Pasien Rawat Inap Per Kelas Perawatan Graha Amerta
RSUD Dr. Soetomo Tahun 2006 2008
Kelas Tahun
2006 2007 2008
No Perawata Jumlah Rerata Trend
n
1 VVIP 1924 2273 2629 6826 2275 Naik
2 VIP 5436 5449 5522 16407 5469 Naik
3 Utma I 14493 15567 17061 47121 15707 Naik
4 Utama II 6982 7457 7310 21749 7249 Naik
5 Utama III 7772 8079 7490 23341 7780 Turun
Jumlah 36607 38825 40012 115444 38481 Naik
Sumber : Laporan Graha Amerta Tahun 2008

ANALISA:
Graha Amerta merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di RSU Dr.
Soetomo untuk masyarakat yang menginginkan kepuasan tersendiri (customized
service). Merupakan pengembangan dari Paviliun RSU Dr. Soetomo yang
dikelola secara profesional dan dilengkapi dengan peralatan medis, penunjang
medis yang mutakhir, memiliki fasilitas medis yang siap selama 24 jam dalam
menerima pasien dan melakukan tindakan medis. Dari tabel di atas selama tiga
tahun pertumbuhan jumlah pasien rawat inap mengalami kenaikan ( 3.97 %).
Jumlah pasien rawat inap yang dirawat di Graha Amerta terbanyak pada kelas
perawatan utama I (40.81%).

SARAN:
Mempertahankan layanan secara profesional dan di lengkapi dengan alat
penunjang medis yang mutakhir.

3.3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.


Pelayanan Farmasi Rumah Sakit meliputi pelayanan obat, pelayanan
farmasi klinik (konsultasi obat dan sediaan farmasi) serta penyediaan logistik
medik rumah sakit. Kinerja pelayanan Farmasi Rumah Sakit selama tiga tahun
sebagaimana tabel berikut.
Cakupan Penggunaan Obat Generik Per Unit Kerja Di RSUD Dr. Soetomo
Tahun 2006 2008
No Unit Penggunaan Obat/Tahun Jumlah Rerata Tren
2006 2007 2008
Kerja d
1 Rawat
Jalan
A Jumlah 249260 285726 260536 795522 265174 Turun
Resep
(R/)
B Jumlah 127012 243479 206665 577156 192238 Naik
Lbr R/ 5
C Jumlah 766760 900403 755955 2423119 807706 Turun
Obat 3 0 8 1 3
2 Rawat
Darura
t
A Jumlah 47359 64487 60205 172051 57350 Naik
Resep
(R/)
B Jumlah 20097 50214 41300 111611 37203 Naik
Lbr R/
C Jumlah 209141 461496 261171 931808 310302 Turun
Obat
3 Rawat
Inap
A Jumlah 232381 289413 340481 862275 287425 Naik
Resep
(R/)
B Jumlah 123514 236579 267954 628047 209349 Naik
Lbr R/
C Jumlah 194751 164963 178971 5386863 179562 Turun
Obat 5 4 4 1
Sumber : Laporan Tahunan Sub Bag Rekam Medik tahun 2008
ANALISA:
Dari tabel di atas pertumbuhan penggunaan obat generik untuk masing-
masing unit kerja secara umum trendnya naik. Dari lembar resep yang ada
ternyata dokter menulis resep rata-rata dua resep (R/) per lembar lembar resep.
Untuk pengobatan rawat jalan , pasien biasanya menderita penyakit kronis
(jantung, diabet, dll.) yang butuh pengobatan cukup lama, sehingga jumlah obat
yang diberikan cukup banyak (30 biji per resep). Untuk pengobatan rawat inap
jumlah obat diberikan per resep 6 biji. Selama menjalani perawatan, dokter juga
melakukan observasi terhadap obat yang diberikan. Sedangkan untuk rawat
darurat (5 biji), karena sifatnya darurat pengobatan lanjutan akan dilanjutkan di
rawat inap atau rawat jalan (kontrol) .
SARAN:
Karena trend turun pada pelayanan rawat jalan maka disarankan oleh
semua pihak tenaga medis terutama dokter untuk menganjurkan pasien
menggunakan obat generik,karena menurut pasar obat indonesia menurut
jenis,obat generik berpotensi meningkat terus. Dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa dampak dari turunnya trend ini sangat buruk untuk pihak rumah sakit.

Penggunaan Obat Non Generik


Pemberian obat non generik (jumlah dan jenis) bila dibandingkan dengan
obat generik ( tabel 2.39) tidak terlalu berbeda, tapi dari porsi jumlah ternyata
dokter lebih senang menggunakan obat non generik dari pada obat generik, ini
mungkin dikarenakan kasus penyakit yang dihadapi mengharuskan untuk
menggunakan obat non generik.
Penggunaan obat di RSUD Dr Soetomo diatur dalam Pedoman Formularium
Rumah Sakit Tahun 2008, Pedoman Penggunaan Antibiotika dan Pedoman
Diagnosis dan Terapi. Kebebasan profesi medik dalam pemberian terapi tetap
mengacu pada pedoman yang ada.
Monitoring penggunaan obat menjadi penting terutama obat antibiotika yang
berkaitan dengan resistensi kuman.

Cakupan Penggunaan Obat Non Generik Per Unit Kerja Di RSUD Dr.
Soetomo Tahun 2006 2008
No Unit Penggunaan Obat/ Tahun Jumlah Rerata Trend
2006 2007 2008
. Kerja
1. Rawat
Jalan
A Jumlah 19295 334809 354455 882215 294071 Naik
Resep 1
(R/)
B Jumlah 75615 96370 294611 466596 155532 Naik
Lbr R/
C Jumlah 82085 1033889 999387 2854128 9513760 Naik
Obat 07 7 8 2
2 Rawat
Darurat
A Jumlah 20952 201586 120993 532100 177366 Turun
Resep 1
(R/)
B Jumlah 43739 83260 73644 200643 66881 Naik
lbr R/
C Jumlah 21331 1381021 117465 4688814 1562938 turun
Obat 41 2
3. Rawat
Inap
A Jumlah 45496 534712 663902 1653575 551191 Naik
Resep 1
(R/)
B Jumlah 24578 388248 420131 1054160 351386 Naik
Lbr R/ 1
C Jumlah 29755 4024897 520149 1220193 1220193 Naik
Obat 45 7 9 9
Sumber : Laporan Tahunan Sub Bag Rekam Medik tahun 2008
Dari kedua tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan obat non
generik jauh lebih banyak dari obat generik, baik di IRD, IRJ maupun di IRNA.

3.3.3 Instalasi Gizi Rumah Sakit.


Jumlah Pasien Rawat Inap Yang Dilayani Per Kelas Perawatan Di RSUD
Dr. Soetomo Tahun 2008
No Kelas Perawatan Jumlah
IRNA
. I II III
1. Medik 12369 31923 72725 117017
2. Anak 1760 9016 33721 44497
3. Bersalin 174 1074 7598 8846
4. Jiwa 1251 1631 4981 7863
5. Bedah 21821 23491 105643 150955
6. GBPT 87 1670 1 1758
7. IRD 181 16904 52 17137
8. Anesthesia 197 3476 0 3673
Jumlah 37840 89185 224721 351746
Sumber : Laporan Tahunan Instalasi Gizi
Dari tabel di atas terlihat jumlah pasien rawat inap yang dilayani oleh
Instalasi Gizi, khususnya pasien kelas III lebih banyak bila dibandingkan dengan
pasien kelas I dan kelas II. Jumlah pasien yang dirawat di Irna
Bedah 41.48% dari seluruh pasien rawat inap. Jumlah pasien per hari yang
dilayani oleh Instalasi Gizi (makanan/diet pasien) sebanyak 1107 pasien.

Jumlah Pasien Rawat Inap Yang Dilayani Per Kelas


Perawatan Inst Gizi RSU Dr. Soetomo Tahun 2006 2008
No Jumlah Tahun Jumlah Rerata Trend
2006 2007 2008
. pasien
1. Kelas I 35771 37192 37840 110803 36934 Naik
2, Kelas II 94602 94122 89185 277909 92636 Turun
3. Kelas III 263113 267085 224721 754919 251636 Turun
jumlah 393483 398399 351746 1143631 381210 Turun

Jumlah rerata pasien rawat inap selama tiga tahun yang mendapatkan
pelayanan gizi (diet/makanan) mengalami penurunan sebesar 7.72 % terutama
kelas II dan III. Pelayanan gizi pasien kelas I mengalami kenaikan pertumbuhan
2.45%. selama tiga tahun mengalami penurunan.
3.4 PELAYANAN KESEHATAN BERDASAR ASAL DOMISILI PASIEN.
Asal domisili pasien juga menggambarkan asal rujukan (pola rujukan) di RSU Dr
Soetomo. Tabel berikut menggambarkan karakteristik tersebut.

Jumlah Cakupan Pelayanan Berdasarkan Domisili


Kab/Kota Di Jawa Timur Tahun 2006-2008
No Asal pasien 2006 2007 2008 jumlah rerata trend
kabupaten/Kot
a
1 Surabaya 24320 45643 98406 168369 56123 Naik
2 Sidoarjo 2910 6256 13898 23064 7658 Naik
3 Gresik 1471 2170 6407 10048 3349 Naik
4 Lamongan 995 2170 4458 7623 2541 Naik
5 Bangkalan 812 1848 3620 6280 2093 Naik
6 Jombang 831 1576 3321 5728 1909 Naik
7 Kediri 667 1553 2670 4890 1630 Naik
(Kab+Kota)
8 Mojokerto 1004 2294 4710 8008 2669 Naik
(Kab+Kota)
9 Tuban 667 1553 3000 5220 1740 Naik
10 Bojonegoro 568 1312 3132 5012 1670 Naik
11 Pasuruan 406 770 1828 3004 1001 Naik
(Kab+Kota)
12 Tulungagung 454 838 1375 2667 889 Naik
13 Banyuwangi 383 728 1458 2569 856 Naik
14 Nganjuk 370 1024 1909 3303 1101 Naik
15 Trenggalek 295 550 1022 1867 622 Naik
16 Madiun 300 702 1259 2261 754 Naik
(Kab+Kota)
17 Malang (Kab 152 288 511 951 317 Naik
+ Kota)
18 Lumajang 144 293 659 1096 365 Naik
19 Sampang 332 924 1784 3040 1013 Naik
20 Ponorogo 220 491 910 1621 540 Naik
21 Probolinggo
(Kab+Kota)
22 Pamekasan 237 427 808 1472 490 Naik
23 Sumenep 250 641 1285 2176 725 Naik
24 Magetan 244 693 1159 2096 698 Naik
25 Ngawi 173 348 679 1200 400 Naik
26 Situbondo 97 244 502 843 281 Naik
27 Pacitan 68 246 340 654 218 Naik
28 Bondowoso 55 133 284 472 157 Naik
29 Jember 76 192 340 608 202 Naik
(Kab+Kota)
30 Blitar 265 531 1121 1917 639 Naik
(Kab+Kota )
31 177 399 586 1162 387 Naik
JUMLAH 38943 76837 163446 279226 93075 Naik
Sumber : Laporan Tahunan Sub Bidang Rekam Medik RSU Dr Soetomo
Dari tabel 2.51 di atas terlihat bahwa mayoritas (90.29 %) pasien berasal
dari Surabaya. Ini mengindikasikan pola rujukan belum berjalan dengan baik.
Diperlukan peran serta dari Pemerintah Kota untuk mengoptimalkan pelayanan di
puskesmas-puskesmas di wilayah Surabaya serta mengoptimalkan mutu dan
cakupan pelayanan RSU Dr. Soewandie Tambakrejo. Seharusnya dalam APBD
Kota Surabaya dialokasikan subsudi bantuan pelayanan kesehatan ke RSU Dr.
Soetomo dalam bentuk Block Grand (pengelolaannya bisa dengan model
Kapitasi atau model Klaim).
Jumlah Cakupan Pelayanan Berdasarkan Propinsi Asal
Pasien Rawat Inap Tahun 2006 2008
No. Asal Propinsi Tahun Jumlah Rerata Trend
2006 2007 2008
Pasien
1 Jawa Timur 7476 76837 163446 315047 105015 Naik
4
2 Jawa Tengah & DIY 267 271 760 1298 432 Naik
3 Jawa 55 57 126 238 79 Naik
Barat,Banten,DKI
4 Kalimantan 644 552 883 2079 693 Naik
5 Sulawesi 98 63 168 329 109 Naik
6 Maluku,Ambon 41 114 184 339 113 Naik
7 Papua 98 118 176 392 131 Naik
8 NTT,NTB,Bali 454 524 959 1937 646 Naik
9 Sumatera,Aceh,Ria 85 71 126 280 93 Naik
u
Jumlah 7650 78607 166826 321939 107313 Naik
6
Sumber : Laporan Tahunan Sub Bidang Rekam Medik RSU Dr Soetomo
Dari table 2.52 di atas terlihat bahwa jangkauan pelayanan dan brand
image mutu pelayanan RSU Dr. Soetomo telah menjangkau sampai wilayah
Sumatera sampai ke Papua. Disini tergambar bahwa konstribusi Pemerintah
Propinsi tidak hanya menyehatkan masyarakat Jawa Timur, tapi juga masyarakat
Indonesia secara keseluruhan meski prosentasenya kecil. Dengan demikian
alokasi bantuan Subsidi APBN meskinya secara proporsional juga ada
peningkatan.

3.5 HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT.


RSUD Dr. Soetomo merupakan rumah sakit Pemerintah Provinsi Jawa
Timur, sebagai rumah sakit kelas A Pendidikan dan sebagai rumah sakit rujukan
tertinggi untuk pelayanan kesehatan wilayah Indonesia bagian Timur. Seiring
dengan perkembangan paradigma layanan terhadap pelanggan, dimana pada saat
ini dirasakan tuntutan masyarakat agar segenap jajaran Aparatur Pemerintah
pelayanan publik mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional dan
produktif. Rumah sakit adalah bisnis jasa, dimana kepuasan pelanggan adalah
prioritas utama. Salah satu untuk melihat tingkat kepuasan pelanggan adalah
dengan mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Sejak tahun 2005 RSU
Dr. Soetomo telah melakukan pengukuran IKM diawali di IRJ (Instalasi Rawat
Jalan) karena di rawat jalan terdapat semua pelayanan spesialis dan dapat
menggambarkan karakter RS (sebagai show of windows). Tahun 2008 dilakukan
pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat pada unit pelayanan IRD, IRJ dan
IRNA (Anak,Medik,Bedah,Obsgyn). Metode yang digunakan adalah Random
Sampling (secara acak) dilakukan pada bulan Januari April tahun 2008 dan
jumlah sampel keseluruhan sebanyak 900 karesponden (pasien), diperoleh hasil
sebagai berikut :
Hasil Pengukuran IKM Pelayanan Empat IRNA Tahun 2006 2008.
NO INDIKATOR IKM ( % )
2006 2007 2008
1 Prosedur / alur pelayanan 75.17 73.8373.75
2 Persyaratan yang diperlukan 76.17 73.8373.88
3 Kejelasan petugas yang melayani 74.83 74.575.04
4 Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan 75.67 74.8375.50
5 Tanggung jawab petugas terhadap kesembuhan 77.17 75.3376.88
6 Kemampuan petugas yang menangani kesembuhan 75.67 71.1776.13
7 Kecepatan petugas dalam melayani 73.5 72.6774.42
8 Keadilan petugas dalam melayani 75.17 73.1775.21
9 Kesopanan dan keramahan petugas dalam melayani 75.33 7474.63
10 Kewajaran biaya pelayanan 78.17 77.575.17
11 Kepastian biaya yang sudah ditetapkan dengan 78 76.780.90
yang dibayar
12 Kepastian jadwal pelayanan 76.67 76 74.63
13 Kenyamanan lingkungan 70.5 67 71.21
14 Keamanan tempat perawatan 75.17 75 73.54
IKM AGREGAT 75.05 73.6 75.07
Sumber : Bidang LITBANG Tahun 2008
Dari hari pengukuran IKM Irna (Medik,Bedah,Obsgyn,Anak) secara
agregat pada tahun 2008 sebesar 75.07 % (baik). Dari semua item yang ada
setelah dilakukan pengukuran mempunyai nilai IKM semuanya baik (>70%). Ini
menggambarkan bahwa pelayanan pasien selama mendapat perawatan inap telah
sesuai dengan harapan pasien. Khusus terhadap kepastian biaya yang sudah
ditetapkan dengan yang dibayar (80.90 % ), setiap kali pasien mendapat
pemeriksaan kesehatan telah dilengkapi dengan bukti pembayaran yang sah dari
rumah sakit, sehingga tidak ada anggapan bahwa biaya telah di mark up oleh
rumah sakit. Hasil pengukuran IKM tingkat RSU Dr Soetomo Tahun 2006 dan
Tahun 2007 menunjukkan peningkatan untuk pelayanan di Rawat Jalan (IRJ), dari
72,69% menjadi 73,33%, IRD diperoleh IKM dari 76,8% menjadi 72,13%,
IRNA dari 75,05% menjadi 73,6%.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
dan kinerja di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya dapat dikatakan sudah
memenuhi standart dilihat berdasarkan indikator efisiensi, namun pada tahun 2008
ada penurunan BOR RSU Dr. Soetomo namun masih dalam batas standar Depkes.
Sehingga laporan yang sudah ada tersebut dapat menjadi acuan untuk
menjalankan program kinerja rumah sakit agar lebih baik lagi.

4.2 SARAN
Menurut kami saran untuk untuk Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya ialah
lebih meningkatkan lagi kinerja dari tiap tiap pegawai agar pasien atau konsumen
lebih puas lagi terhadap pelayanan yang ada di Rumah Sakit tersebut. Sehingga
citra Rumah Sakit dr. Soetomo lebih terkenal lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://eprints.dinus.ac.id/7900/1/jurnal_12997.pdf
2. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/9.%20Budi%20Eko
%20S._JAKIv1n1.pdf
3. http://core.ac.uk/download/pdf/11715916.pdf
4. http://fkep-
james.weebly.com/uploads/1/2/7/6/12761858/penghitungan_efisi
ensi.pdf
5. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-
lain/glosarium-2006.pdf
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32843/3/Chapter%20II.pdf
7. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/318
8. http://jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/article/download/39/25.
9. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=131535&val=5018&title=TINGKAT%20PEMANFAATAN
%20TEMPAT%20TIDUR%20PADA%20RUMAH%20SAKIT%20UMUM
%20DAERAH
10.http://publikasi.uniska-
kediri.ac.id/data/uniska/Fokari/fokarivol1no1juli2012/fokari-
vol1no1juli2012-01.%20Yusuf%20Aditya%20Rahman.pdf

You might also like