You are on page 1of 9

ISSN 1693-7945

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN SISTEM


SANITARY LANDFILL DI TPA PECUK KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh:
Hamdani Abdulgani
Sipil Fakultas Teknik Universitas Wiralodra Indramayu

ABSTRAK
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Pecuk berada di Desa Rambatan Wetan
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu melayani daerah Kota Indramayu yang meliputi 4
Kecamatan, yaitu Kecamatan Indramayu, Sindang, Balongan dan Pasekan mulai beroperasi tahun
1991, dengan sistem operasional Open Dumping. Total luas areal TPA Pecuk seluas 5,93 ha yang
dipergunakan 1,93 ha untuk prasarana umum TPA dan 4,0 ha digunakan sebagai area penimbunan
sampah yang terbagi dalam 3 (tiga) Zona, yaotu Zona I (1,2 ha) sudah digunakan dengan system
open dumping, Zona II (1,54 ha) dan Zona III (1,26 ha) dan 1,93 akan digunakan sebagai tempat
prasarana TPA akan direncanakan dengan system Sanitary Landflll.
Untuk lapisan dasar lahan penimbunan sampah di TPA Pecuk terdiri dari 3 (tiga) lapisan,
yaitu : lapisan geomembran, lapisan geotextile dan lapisan batu pecah ukuran 5-7 mm dan
dilengkapi dengan penanganan gas, Instalasi Pengolahan Lindi yang menggunakan proses biologi,
yaitu proses anaerobik proses fakultatif, proses maturasi dan proses polishing.
Sedangkan untuk timbunan sampah dibentuk sel sel sampah dengan sudut kemiringan
sebesar 22,50. Dengan kemiringan tersebut maka zona II dengan ketinggian maksimum 9,6 m dan 6
lapis sampah yang kemudian ditutup dengan lapisan penutup akhir dengan timbunan tanah
ketebalan 20 cm dan zona III dengan ketinggian maksimum 11,2 m dan 7 lapis sampah, dengan
tebal setiap lapis sel adalah 1,5 m padat yang juga ditutup dengan lapisan penutup akhir.

Kata Kunci: Perencanaan, Tempat Pemrosesan Akhir (Tpa) Sampah, Sanitary Landfill

PENDAHULUAN
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat
(UU No. 18 Tahun 2008). Oleh karena itu sampah memerlukan pengelolaan yang harus dilakukan
secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat
bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan. Dalam hal pengelolaan sampah menemui
permasalahan permasalahan yang bukan lagi sekedar masalah kebersihan dan lingkungan saja,
tetapi sudah menjadi masalah sosial yang berpotensi menimbulkan konflik,hal ini merupakan
dampak dari perkembangan perkotaan dengan berbagai aktifitas penduduknya dan untuk
mendapatkan lahan TPA semakin tidak mudah karena terdapatnya persyaratan teknis dan juga
salah satunya harus berhadapan dengan reaksi penolakan dari masyarakat. Hal tersebut mendorong
pada usaha untuk mengoptimalkan pengelolaan operasi TPA yang memperhatikan keselamatan
kerja, aman terhadap lingkungan dan efisien dalam penggunaan ruang supaya memperlama masa
pakai TPA. Kebutuhan akan pengelolaan sampah merupakan salah satu implikasi dari
perkembangan penduduk yang terus meningkat sehingga akan meningkatkan timbulan sampah.
Sementara itu Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Pecuk yang berada di Desa
Rambatan Wetan Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu menurut Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Indramyu diperuntukan untuk melayani daerah Kota Indramayu yang
meliputi 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Indramayu, Sindang, Balongan dan Pasekan mulai
beroperasi Sejak tahun 1991, dengan sistem operasional Open Dumping pada luas lahan 1,2 ha.
Total luas areal TPA Pecuk pada tahun 2006 seluas 5,93 ha yang dipergunakan 1,93 ha untuk
prasarana umum TPA dan 4,0 ha digunakan sebagai area penimbunan sampah. Dengan penerapan
system operasional open dumping tersebut dapat menimbulkan dampak negatif dan tidak aman bagi
3
ISSN 1693-7945

manusia dan lingkungan sehingga dibutuhkan perencanaan untuk meningkatkan system operasional
menjadi Sanitary Landflll (Lahan Urug Saniter). Sistem lahan urug saniter ini merupakan cara
pembuangan/pemusnahan sampah yang dilakukan dengan meratakan dan memadatkan sampah
yang dibuang, serta menutupnya dengan lapisan tanah setiap hari pada akhir jam operasi. Setelah
jam operasi berakhir, tidak terlihat adanya timbunan sampah. Dengan system sanitary landfill ini
juga dapat mengurangi emisi dari gas dan lindi yang dihasilkan TPA sehingga lebih aman terhadap
lingkungan dan manusia untuk generasi selanjutnya (Bilgili et al., 2006). Adapun sampah yang
berasal dari system open dumping TPA Pecuk dapat dijadikan sebagai material penutup pada
system sanitary landfill , karena menurut Damanhuri, 2008, sampah yang sudah menjadi kompos
selama 2 tahun ataupun lebih masih dapat dimanfaatkan sebagai material penutup. Selain sampah
lama atau kompos, tanah penutup juga dapat berasal dari reruntuhan bangunan, debu sapuan jalan,
hasil pembersihan saluran.
Komposisi sampah di Indonesia pada umumnya lebih banyak sampah basahnya dari sampah
kering, sehingga untuk pengolahan sampah basah dapat dijadikan sebagai kompos dan biogas,
namun demikian dengan kondisi sampah basah yang mempunyai kandungan air yang sangat tinggi
akan menghasilkan lindi yang cukup besar. Lindi yang dihasilkan dari sampah tersebut ini dapat
mencemari lingkungan mengingat lindi merupakan salah satu air limbah yang mengandung
ammonium, bahan organik, serta garam dalam konsentrasi yang tinggi (Laconi et al, 2011) sehingga
harus dilakukan pengelolaan terlebih dahulu agar zat zat pencemar tersebut dapat diturunkan
konsentrasinya hingga pada konsentrasi yang aman untuk lingkungan. Sampah di TPA juga akan
menghasilkan gas-gas dari proses biodegradasi dari sampah biodegradable yang mengandung
hidrogen dan karbon dioksida pada tingkatan awal, selanjutnya akan terbentuk gas metana dan
karbon dioksida (Williams, 2005). Oleh karena itu, gas tersebut harus dilepaskan melalui ven
ataupun dikumpulkan yang kemudian akan dimanfaatkan lebih lanjut (Guyer, 2009).Oleh karena itu
dalam penelitian ini akan merencanakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dengan Sistem
Sanitary Landfill di TPA Pecuk Kabupaten Indramayu.

METODE PENELITIAN
Langkah langkah dalam perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Pecuk
Kabupaten Indramayu ini adalah sebagai berikut :
Mulai

Analisis Proyeksi Timbulan Sampah

Analisis Kamposisi Sampah

Pengukuran Topografi

Site Plan dan Desain TPA Pecuk

Lapisan Dasar TPA

Profil Hidrolis Perpipaan dan IPAL

Pembentukan Sel Sampah

Pasca Operasi TPA

Selesai

Gambar 1 Diagram Alir Perencanaan


4
ISSN 1693-7945

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Proyeksi Timbulan Sampah
Pelayanan TPA Pecuk untuk melayani daerah Kota Indramayu yang meliputi 4 Kecamatan,
yaitu Kecamatan Indramayu, Sindang, Balongan dan Pasekan, sehingga untuk memproyeksikan
timbulan sampah didasarkan pada jumlah penduduk dan proyeksinya pada 4 (empat) kecamatan
tersebut. Proyeksi timbulan sampah didasarkan pada tingkat pelayanan TPA Pecuk pada tahun
2013, yaitu sebesar 40% dengan jumlah sampah yang masuk ke TPA Pecuk sebanyak 271 m3/hari.
Tingkat pelayanan TPA Pecuk diproyeksikan meningkat pada beberapa tahun proyeksi. Untuk
jumlah timbulan perorangnya digunakan standar timbulan perorang perharinya sebesar 2,5
l/orang/hari. Pada Tabel 1 dibawah ini menunjukkan hasil proyeksi penduduk dan timbulan sampah
sampai tahun 2022.
Tabel 1. Hasil Proyeksi Penduduk dan Timbulan Sampah
Vol.
Penduduk Vol. Vol.
Penduduk % Timbulan Sampah/
Tahun yg dilayani Sampah Sampah
Layanan tahun
(jiwa) (jiwa) (l/o/h) (l/h) (m3/h) (m3)
2013 270.580 40% 108.232 2.5 270.580 271 98.762
2014 275.830 40% 110.332 2.5 275.830 276 100.678
2015 281.079 40% 112.432 2.5 281.079 281 102.594
2016 286.329 45% 128.848 2.5 322.120 322 117.574
2017 291.578 45% 131.210 2.5 328.025 328 119.729
2018 296.828 45% 133.572 2.5 333.931 334 121.885
2019 302.077 45% 135.935 2.5 339.837 340 124.040
2020 307.327 45% 138.297 2.5 345.742 346 126.196
2021 312.576 45% 140.659 2.5 351.648 352 128.352
2022 317.826 45% 143.021 2.5 357.554 358 130.507

2. Sumber dan Komposisi Sampah


Berdasarkan sarana non permukiman dan permukiman di wilyah pelayanan TPA Pecuk
didapatkan bahwa timbulan sampah dari sumber permukiman sebesar 67,93% dan sebesar 32,07%
dari sumber non permukiman. Adapun jumlah dan prosentase masing-masing sumber timbulan
sampah dapat dilihat dalam Gambar 2 berikut ini :

Gambar 2 Prosentase Sumber Timbulan Sampah (%) Daerah Pelayanan TPA Pecuk

Sedangkan untuk komposisi sampah sebagian besar berupa sampah organik yaitu sebesar
60% dan sisanya 40% merupakan sampah anorganik. Pada Gambar 3 menunjukkan komposis
sampah di TPA Pecuk.

5
ISSN 1693-7945

Gambar 3 Prosentase Komposisi Sampah di TPA Pecuk

Dari jumlah sampah yang diproyeksikan dan komposisi sampah yang masuk ke TPA Pecuk,
sebagian dari sampah tersebut diperkirakan akan berkurang volumenya karena ada sebagian
sampah, terutama yang bersifat organik, dimanfaatkan untuk proses kompos. Sedangkan sebagian
lagi yang bersifat anorganik didaur ulang dengan memanfaatkan aktifitas pemulung. Dari total
sampah yang masuk dan komposisi sampah 60% berupa organik dan sisanya sekitar 40% adalah
anorganik. Dari jumlah organik yang diperkirakan masuk, sekitar 20% diambil untuk dijadikan
kompos. Sedangkan 10% dari sampah yang masuk didaur ulang. Sisanya ditimbun dalam TPA.
Tabel 2 dibawah ini merupakan jumlah sampah yang ditimbun di TPA Pecuk.
Tabel 2. Perhitungan Jumlah Sampah yang Ditimbun di TPA Pecuk
Volume Sampah Volume Volume
Sampah Sampah
Volume Sampah Organik Dibuat Sampah Daur Sampah
No. Organik Anorganik
Kompos Ulang Tertimbun
Tahun m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari m3/hari
1 2013 270,58 162,35 108,23 32,47 27,06 211,05
2 2014 275,83 165,50 110,33 33,10 27,58 215,15
3 2015 281,08 168,65 112,43 33,73 28,11 219,24
4 2016 322,12 193,27 128,85 38,65 32,21 251,25
5 2017 328,03 196,82 131,21 39,36 32,80 255,86
6 2018 333,93 200,36 133,57 40,07 33,39 260,47
7 2019 339,84 203,90 135,94 40,78 33,98 265,08
8 2020 345,74 207,44 138,30 41,49 34,57 269,68
9 2021 351,65 210,99 140,66 42,20 35,17 274,29
10 2022 357,55 214,53 143,02 42,91 35,76 278,89

3. Site Plan TPA Pecuk


Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan luas area TPA Pecuk 5,93 ha dengan topografi
datar. Dari luas area tersebut akan digunakan 4,0 ha untuk tempat penimbunan sampah yang terbagi
dalam 3 (tiga) Zona, yaotu Zona I (1,2 ha) sudah digunakan dengan system open dumping, Zona II
(1,54 ha) dan Zona III (1,26 ha) dan 1,93 akan digunakan sebagai tempat prasarana TPA. Untuk
Zona I akan di nonaktifkan dan untuk Zona II dan III akan direncanakan sebagai penimbunan
sampah dengan system sanitary landfill. Berikut ini adalah site plan TPA Pecuk.

6
ISSN 1693-7945

Gambar 4 Site Plan TPA Pecuk

Sedangkan fasilitas prasarana TPA penunjang kelancaran operasional di lokasi. TPA Pecuk
dibangun dengan prasarana sebagai berikut:
a) Pintu gerbang
b) Pagar di sekeliling lahan TPA
c) Jalan operasi
d) Kantor TPA
e) Garasi dan Bengkel
f) Gudang
g) Pos jaga
h) Bangunan Kompos
i) Instalasi pengolah lindi
j) Tempat cuci kendaraan
k) Zona penyangga
l) Sistem drainase
m) IPAL
n) Sumur Pnatau
o) Tempat Pemulung

Untuk desain TPA, karena lahan yang digunakan TPA Pecuk ini mempunyai topograsi
datar, maka disekeliling tiap zona penimbunan sampah akan ditahan dengan TPT dari pasangan
batu dengan ketinggian 3 meter dan dilapisi geomembran dan geotextile pada bagian dalamnya
yang berfungsi sebagai lapisan kedap air agar lindi sampah tidak bisa keluar dari zona penimbunan
sampah, sedangkan pada bagian luar TPT terdapat saluran drainase untuk mengalirkan air hujan
menuju ke badan air penerima, yaitu saluran air yang menuju ke Sungai Cimanuk lama yang berada
pada radius 500 meter sebelah barat TPA Pecuk. Adapun gambar potongan TPT pasangan batu
yang berfungsi sebagai penahan timbunan sampah adalah sebagai berikut :

7
ISSN 1693-7945

Gambar 5 TPT Penahan Timbunan Sampah TPA Pecuk

4. Lapisan Dasar TPA


Lapisan dasar lahan penimbunan sampah di TPA Pecuk direncanakan terdiri dari 3 (tiga)
lapisan, yaitu:
a) Lapisan Geomembran dengan ketebalan sebesar 1.5 mm
Lapisan geomembran direncanakan untuk mencegah infiltrasi lindi ke dalam lapisan tanah atau
air tanah ataupun keluarnya lindi dari zona penimbunan sampah.
b) Lapisan Geotextil non woven dengan ketebalan 1,5 mm
Lapisan geotextile ini untuk melindungi geomembran dari operasional alat berat.
c) Lapisan batu pecah ukuran 5-7 mm dengan ketebalan 15 cm

Lapisan batu pecah ini berfungsi untuk memfiltrasi lindi dari partiekl partikel sehingga aliran
lindi didalam pipa tidak menyumbat.
Lapisan lapisan tersebut dapat digambarkan dalam gambar 6 di bawah ini :

Gambar 6 Lapisan Dasar TPA Pecuk

5. Penanganan Gas
Dekomposisi sampah, khususnya zat organik dalam kondisi anaerobik mengakibatkan
produksi gas. Sebagian besar gas yang dihasilkan adalah metan dan karbondioksida dan sisanya
berupa hidrogen sulfida. Strategi Penanganan gas pada perencanaan TPA Pecuk adalah usaha untuk
melakukan pengamanan lingkungan, yaitu dengan memasang ventilasi gas, sehingga yang
terakumulasi dalam timbunan sampah di TPA dapat keluar. Berikut ini adalah gambar ventilasi gas
pada TPA Pecuk.

8
ISSN 1693-7945

Gambar 7. Ventilasi Gas pada Timbunan Sampah TPA Pecuk

6. Profil Hidrolis Perpipaan dan IPAL


Pipa pengumpul direncanakan untuk mengumpulkan dan mengalirkan leachate yang terjadi
ke bangunan pengolahan leachate. Pipa yang digunakan direncanakan jenis HDPE (High Density
Polyethylene). Untuk pipa yang dipasang di dalam lahan penimbunan sampah, dipasang pipa
berpori (perforated pipe) sedangkan untuk pipa yang dipasang di luar lahan penimbunan sampah
yang digunakan untuk mengalirkan lindi ke bangunan pengolahan lindi (IPAL) merupakan pipa
tidak berpori (non perforated pipe). Pemasangan pipa lindi dipasang dengan kemiringan
Kemiringan minimu 0,50 % atau 5/1000. Dalam jaringan perpipaan ini dilengkapi dengan bak
control. Pada gambar di bawah ini menunjukkan profil hidrolis perpipaan lindi mulai dari lahan
penimbunan sampah sampai ke IPAL kemudian ke badan air penerima.

Gambar 8. Profil Hidrolis Perpipaan Lindi pada TPA Pecuk

Sedangkan untuk instalasi pengolahan lindi yang akan diterapkan di TPA Pecuk
menggunakan sistem pengolahan biologis yang terdiri dari 3 (tiga) fase, yaitu :
a) Fase I : Pengolahan melalui proses an-aerobik
b) Fase II : Pengolahan melalui proses fakultatif
c) Fase III : Pengolahan melalui proses maturasi
d) Fase IV : Pengolahan melalui proses polishing
Gambar instalasi pengolahan lindi tersebut adalah sebagai berikut :

9
ISSN 1693-7945

Gambar 9. Instalasi Pengolahan Lindi pada TPA Pecuk

7. Pembentukan Sel Sampah dan Lapisan Penutup


Pola penimbunan sampah dimulai dari bagian yang rendah titik elevasinya, yaitu pada area
operasi yang sudah disiapkan terlebih dahulu, setelah sampah diratakan kemudian dipadatkan
dengan alat berat. Bila bagian yang paling bawah telah dipenuhi sampah sampai ketinggian 1,5 m
padat, dilanjutkan kepada sel di sampingnya. Setelah satu lapis penuh, dilanjutkan dengan lapisan di
atasnya. Rencana penimbunan ditujukan untuk mengatur operasi penimbunan sampah ke suatu
bentuk akhir yang diinginkan.
Bentuk akhir didasarkan pada estetika, kemudahan operasi dan kondisi topografi setempat.
Tinggi timbunan sampah (maksimum) yang direncanakan disesuaikan dengan kemiringan lereng
sampah yang optimum untuk diterapkan, yaitu dengan sudut kemiringan sebesar 22,5 0. Dengan
kemiringan tersebut maka zona II dengan ketinggian maksimum 9,6 m dan 6 lapis sampah yang
kemudian ditutup dengan lapisan penutup akhir dengan timbunan tanah ketebalan 20 cm dan zona
III dengan ketinggian maksimum 11,2 m dan 7 lapis sampah, dengan tebal setiap lapis sel adalah
1,5 m padat yang juga ditutup dengan lapisan penutup akhir.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah terdiri dari sel-sel sampah. Timbunan sampah (sel
sampah) yang terbentuk setiap hari disebut sel harian. Setiap timbunan sampah yang telah
dipadatkan mencapai luas tertentu dan ketinggian 1,5 m. Penutupan tanah ini dilakukan setiap hari
pada akhir kerja. Dalam operasi penimbunan sampah, mengikuti langkah langkah sebagai berikut:
a) Pembentukan sel dimulai dari lapisan paling bawah, arah pembentukan dari bawah ke atas.
b) Sel harus memiliki satu bidang tumpu, dimana bidang tumpu ini dapat merupakan lereng dari
sel yang lain atau lereng dari lahan kerja, sehingga tidak ada satu sel pun yang terpisah dari sel
lainnya.
c) Lereng kemiringan sel direncanakan 22,5
d) Tebal sel harian sebesar 1,5 m dengan lebar minimal 5 m dan panjang minimal 5 m.
Pembentukan sel sel sampah dari awal sampai penutup akhir tersebut dapat digambarkan
dalam gambar 10 dibawah ini :

10
ISSN 1693-7945

Gambar 10. Pembentukan Sel Sampah dan Lapisan Penutup Akhir pada TPA Pecuk

8. Pasca Operasi
Pasca operasi TPA Pecuk ini akan direncanakan untuk digunakan antara lain untuk
kegunaan:sebagai lahan penghijauan dan Penggunaan kembali sebagai TPA setelah lapisan sampah
yang sudah membusuk di ambil / di gali dan dapat dijadikan sebagai humus setelah berusia minimal
20 tahun dengan perbaikan perbaikan konstruksi.

PENUTUP
Dari hasil dan pembahasan Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Dengan
Sistem Sanitary Landfill di TPA Pecuk Kabupaten Indramayu dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Sumber timbulan sampah di TPA Pecuk bersumber dari sumber permukiman sebesar 67,93%
dan sebesar 32,07% dari sumber non permukiman;
2) Komposisi sampah di TPA Pecuk 60% berupa organik dan 40% adalah anorganik;
3) Luas area TPA Pecuk 5,93 ha dengan topografi datar;
4) Lahan yang digunakan untuk penimbunan sampah adalah 4,0 ha yang terbagi dalam 3 (tiga)
Zona, yaotu Zona I (1,2 ha) sudah digunakan dengan system open dumping, Zona II (1,54 ha)
dan Zona III (1,26 ha) dan 1,93 akan digunakan sebagai tempat prasarana TPA;
5) Lapisan dasar lahan penimbunan sampah di TPA Pecuk terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu:
lapisan geomembran, lapisan geotextile dan lapisan batu pecah ukuran 5-7 mm;
6) Jaringan perpipaan lindi menggunakan pipa HDPE (High Density Polyethylene)
7) TPA Pecuk dengan sanitary landfill ini dilengkapi dengan penanganan gas, Instalasi
Pengolahan Lindi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Indramayu Dalam Angka Tahun 2012

Bilgili, S.M., Demir, A., dan Ozkaya. 2007. Influence of Leachate Recirculation on Aerobic and
Anaerobic Decomposition of Solid Wastes. Journal of Hazardous Materials 143:177-183.

Damanhuri, E. 2008. Diktat Landfilling Limbah. FTSL ITB

Guyer, J. P. 2009. Introduction to Sanitary Landfills. Continuing Education and Development, Inc.

Laconi, C. D., Rossetti, S., Lopez, A., Ried, A. 2011. Effective Treatment of Stabilized Municipal
Landfill Leachates. Chemical Engineering Journal 168: 1085-1092.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008. Pengelolaan Sampah

Williams, P. T. 2005. Waste Treatment and Disposal. Second Edition. England: John Wiley & Sons
Ltd.
11

You might also like