Professional Documents
Culture Documents
A Cat lover. A hijaber who not perfect but try to closer with The Great
Perfect, Allah SWT.
Main menu
Skip to content
Beranda
Tugas Kuliah
Article
Pitcure
About me
APR 192014
MAKALAH PERENCANAAN
PENGANTAR MANAJEMEN
(semoga bermanfaat)
MAKALAH
PERENCANAAN
PENGANTAR MANAJEMEN
Disusun oleh:
Kelompok 1 Kelas Manajemen II B
BAB II PEMBAHASAN
.. 5
2.1. Pengertian dan Pentingnya Perencanaaan
. 5
2.2. Hubungan Perencanaan dengan Fungsi Manajemen lainnya .
7
2.3. Tipe-Tipe Perencanaan
7
2.4. Proses Penyusunan Perencanaan
. 8
2.5. Pendekatan dalam Perencanaan
. 8
2.6. Perbedaan Tujuan dan Rencana
. 9
2.7. Masalah Kontemporer dalam Perencanaan
. 9
2.8.Perencanaan yang efektif dalam Lingkungan
10
2.9. Hambatan dalam Penetapan, Perencanaan dan Cara Mengatasinya..
11
.. 13
DAFTAR
PUSTAKA
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Sesuai dengan masalah yang dihadapi maka makalah ini bertujuan untuk :
(1) mengetahui pengertian perencanaan; (2) mengetahui macam-macam
perencanaan; (3) mengetahui apa saja hambatan yang ada dalam
perencanaan dan cara mengatasinya.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dan Pentingnya Perencanaan
1. Pengertian perencanaan
Masing-masing orang memberikan pemahaman yang berbeda sesuai
dengan bidang yang mereka kaji dan amati dalam perencanaan. Namun,
dalam konteks ini perencanaan diartikan sebagai suatu proses
menetapkan tujuan dan sasaran, menentukan pilihan-pilihan tindakan
yang akan dilakukan dan mengkaji cara-cara terbaik untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajer harus bertindak proaktif dan membuat hal-hal terjadi dan bukan
sebaliknya, bertindak rekatif dan membiarkan hal-hal terjadi. Tindakan
perencanaan akan mempertajam kemampuan manajer untuk berfikir
ketika mereka mempertimbangkan gagasan-gagasan abstrak dan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Keberhasilan yang dicapai pada masa lalu akan menjadi standar kinerja
untuk masa yang akan datang. Tanpa perencanaan, standar performa
mungkin menjadi tidak rasional dan subjektif.
2.2 Hubungan Perencanaan Dengan Fungsi-Fungsi Manajemen
Lainnya .
Pengarahan
Pengawasan
Rencana sekali pakai adalah rencana satu kali yang secara spesific
didisain untuk memenuhi kebutuhan dalam situasi yang unik.
Rencana siaga adalah rencana berkelanjutan yang memberikan
panduan untuk aktivitas yang dilakukan
Tujuan riil adalah tujuan yang secara aktual dikejar oleh organisasi,seperti
yang di definisikan oleh tindakan para anggotanya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi
manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang
berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih
mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis. Dalam
perencanaan terdiri dari macam-macam perencanaan, yaitu Perencanaan
berdasarkan jangkauan, Perencanaan berdasarkan kerangka waktu,
Perencanaan berdasarkan spesifisitas, Perencanaan berdasarkan frekuensi
penggunaan. Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan dalam
penetapan tujuan. Hambatan tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat,
sistem penghargaan yang tidak tepat, penolakan terhadap perubahan dan
keterbatasan.
2. Saran
Sebaiknya dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam berbagai
bentuk organisasi menggunakan proses dasar manajemen berupa
perencanaan.
DAFTAR PUSAKA
Rencana Strategi
Manajemen by objektiv(MBO)
Sistem MBO
Program-program MBO sangat bervariasi, banyak dirancang untuk digunakan
dalam suatu kelompok kerja, tetapi banyak juga digunakan untuk keseluruhan
organisasi. Metode-metode dan pendekatan-pendekatan yang digunakan para
manajer dalam program MBO akan berbeda. Berikut ini adalah unsur-unsur umum
sistem MBO yang efektif yang pada hakekatnya merupakan aspek-aspek proses
pokok MBO:
a) Komitmen pada program. Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para
manajer disetiap tingkatan organisasi terhadap pencapaian tujuan pribadi dan
organisasi serta proses MBO.
b) Penetapan tujuan manejemen puncak. Program-program perencanaan efektif
dimulai dengan para manajer puncak yang menetapkan tujuan-tujuan pendahuluan
setelah berkonsultasi dengan para anggota organisasi lainnya.
c) Tujuan-tujuan perseorangan. Setiap manajer dan bawahan merumuskan tanggung
jawab dan tujuan jabatan mereka secara jelas. Maksudnya adalah untuk membantu
para karyawan memahami secara jelas apa yang diharapkan agar dapat tercapai.
d) Partisipasi. Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan sangat bervariasi.
Sebagai pedoman umum, semakin besar partisipasi bawahan, semakin besar
kemungkinan tujuan akan tercapai.
e) Otonomi dalam implementasi rencana. Setelah tujuan ditetapka dan di setujui,
individu mempunyai keluasan dalam memilih peralatan untuk pencapaian tujuan.
Manajer bebas mengimplementasikan dan mengembangkan program-program
pencapaian tujuan tanpa campur tangan atasan langsung dengan batasan-batasan
organisasi.
f) Peninjauan kembali prestasi. Manajer dan bawahan bertemu secara periodik untuk
meninjau kembali kemajuan terhadap tujuan.
5. Kelebihan MBO
Dalam suatu penelitian tentang para manajer, Tosi dan Carroll mencatat
keuntungan-keuntungan utama dari program MBO antara lain:
a-program MBO memberi kesempatan kepada para individu untuk mengetahui apa
yang diharapkan dari mereka.
b-program MBO membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer
menetapkan sasaran dan waktu yang ditargetkan.
c-program MBO meningkatkan komunikasi antara para manajer dan bawahan
d-program MBO membuat para manajer lebih menyadari tentang sasaran organisasi
e-progaram MBO membuat proses manajemen lebih wajar dengan memusatkan pada
suatu pencapaian. Program ini juga memberi kesempatan kepada para bawahan
untuk mengetahui sebaik mana mereka bekerja dalam kaitannya dengan sasaran
organisasi
Dari penelitian ini serta analisis lainnya, tampak jelas bahwa MBO mempunyai
keuntungan bagi para individu dan organisasi. Bagi individu mungkin keuntungan
utamanya ialah meningkatnya rasa keterlibatan dan pengertian tentang sasaran
organisasi. Ini memungkinkan usaha dipusatkan di mana usaha itu sangat
diperlukan dan sangat mungkin untuk diberikan penghargaan. Di samping itu tiap
individu mengetahi bahwa mereka akan dinilai, bukan berdasarkan hubungan pribadi
atau prasangka atasan, tetapi berdasarkan sebaik mana mereka mencapai sasaran
yang mereka sendiri telah membantu menetapkannya. Sebagai akibatnya, individu-
individu dalam suatu proses MBO lebih besar kemungkinannya untuk melaksanakan
tanggung jawab mereka dengan penuh kemauan dan keberhasilan.
Semua keuntungan individu ini setidak-tidaknya secara tidak langsung akan
memberikan keuntungan kepada perusahaan atau organisasi. Di samping itu ada
keuntungan pada suatu program MBO yang dilaksanakan dengan berhasil yang
berlaku langsung pada organisasi. Karena karena semua tingkat dalam organisasi
membantu dalam penetapan tujuan, maka sasaran dan tujuan oraganisasi menjadi
lebih realistis. Juga komunikasi yang bertambah baik sebagai akibat adanya MBO,
dapat membantu organisasi untuk mencapai sasarannya dengan lebih baik. Artinya,
seluruh organisasi mempunyai rasa kesatuan yang meningkat. Dan para pegawai
bawahan lebih menyadari apa yang diharapkan oleh pimpinan puncak dan pada
gilirannya aka membantu dalam penetapan tujuan yang dapat dicapai.
5. Kelemahan MBO
MBO, tentu saja tidak menyelesaikan semua masalah organisasi. Penilaian
dari para bawahan merupakan bidang yang sangat sulit karena hal ini menyangkut
status, gaji, dan kenaikan pangkat. Bahkan dalam program MBO yang paling baik
pun, proses pengkajian kembali mungkin dapat menyebabkan ketegangan dan
kebencian. Tidak semua prestasi dapat dikuantifikasikan atau diukur. Bahkan bila
apa yang akan dicapai dapat diukur, misalnya jumlah penjualan total di daerah
bawahan tersebut mungkin tidak bertanggung jawab untuk hal tersebut. Misalnya,
penjualan mungkin menurun walaupun bawahan telah berusaha dengan sebaik-
baiknya disebabkan oleh langkah dari para pesaing yang tidak diperkirakan
sebelumnya. Perubahan-perubahan yang diinginkan oleh MBO dalam perilaku para
manajer mungkin juga menimbulkan masalah. Dalam MBO, penekanan diubah dari
menilai para bawahan menjadi membantu mereka. Ini merupakan perubahan yang
sulit dilakukan oleh para manajer.
Hampir semua masalah merupakan persoalan yang berulang-ulang terjadi
yang dihadapi oleh para anggota organisasi, baik mereka mempunyai program MBO
maupun tidak. Namun demikian, ada dua kategori kelemahan yang khas bagi
organisasi yang mempunyai program MBO. Dalam kategori pertama adalah
kelemahan yang melekat (inherent) dalam proses MBO. Ini membutuhkan banyak
waktu dan upaya dalam mempelajari penggunaan teknik MBO dengan tepat serta
pekerjaan tulis-menulis yang biasanya diperlukan. Dalam kategori kedua ada
kelemahan yang secara teoritis tidak perlu, tetapi yang tampaknya sering
berkembang bahkan dalam program-program MBO yang dilaksanakan dengan
tepat.
Kategori yang kedua meliputi beberapa masalah penting yang harus
dikendalikan bila program itu tidak berhasil, yaitu:
1. Gaya dan dukungan pimpinan
Bila para manajer puncak lebih menyukai pendekatan yang otoriter dan
pengambilan keputusan yang terpusat, maka mereka akan memerlukan pendidikan
kembali secara serius sebelum dapat melaksanakan program MBO.
2. Adaptasi dan perubahan
MBO mungkin memerlukan banyak perubahan dalam struktur organisasi, pola
wewenang dan prosedur pengendalian. Para manajer harus mendukung perubahan-
perubahan ini. Mereka yang berperan serta hanya karena terpaksa untuk
mendukung organisasi itu akan dengan mudah menyebabkan kegagalan program
tersebut.
3. Kecakapan hubungan antarpribadi (interpersonal skill)
Penetapan tujuan dan proses pengkajian kembali oleh manajer dan bawahan
memerlukan tingkat kecakapan yang tinggi dalam hubungan antarpribadi. Banyak
manajer yang tidak mempunyai pengalaman sebelumnya atau kemampuan yang
lazim dalam bidang ini. Pendidikan dalam pembibingan dan wawancara mungkin
diperlukan
4. Uraian tugas (job description)
Penggunaan daftar khusus dari tujuan dan tanggung jawab individu adalah sulit
dan menghabiskan waktu. Di samping itu uraian tugas harus dikaji kembali dan
direvisi karena keadaan dalam organisasi berubah. Hal ini terutama penting selama
taraf pelaksanaan, bila dampak dari sistem MBO sendiri dapat menyebabkan
perubahan dalam tugas dan tanggung jawab pada tiap tingkat.
5. Penetapan dan pengkoordinasian tujuan
Penyusunan sasaran yang penuh tantangan tetapi realistis sering merupakan
sumber kekacauan bagi para manajer. Mungkin terdapat kesulitan dalam membuat
tujuan itu dapat diukur, dalam menemukan jalur yang baik antara sasaran yang
terlalu mudah dan tidak mungkin dalam melukiskan tujuan secara jelas dan tepat.
Tambahan pula, mungkin sulit mengkoordinasikan seluruh tujuan organisasi dengan
kebutuhan pribadi dan tujuan-tujuan individu.
6. Pengendalian terhadap metode pencapaian sasaran
Frustasi yang mendalam bisa terjadi bila usaha seorang manajer untuk
mencapai sasaran tergantung kepada pencapaian usaha-usaha lain dalam
organisasi. Misalnya, manajer bagian produksi tidak diharapkan akan mencapai
sasaran merakit 100 unit per hari bila bagiannya diberi suku cadang hanya untuk 90
unit. Penetapan sasaran kelompok dan keluwesan diperlukan untuk menyelesaikan
persoalan macam ini.
7. Konflik antara kreativitas dan MBO
Mengutamakan prestasi, peningkatan dan kepuasan pada pencapaian sasaran
mungkin tidak akan produktif bila cenderung menghambat inovasi. Bila para manajer
gagal untuk mencoba sesuatu yang baru dan mungkin mengandung risiko karena
tenaga mereka dicurahkan pada tujuan-tujuan MBO tertentu, beberapa kesempatan
mungkin akan hilang. Untuk menghindari bahaya ini, Odiorne mengusulkan agar
kesepakatan terhadap inovasi dan perubahan harus merupakan bagian dari proses
penetapan sasaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen
berdasarkan sasaran.MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal,
atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan
serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan.
Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif
melibatkan manager dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan
pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan,MBO
membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan perencanaan.
Tahap Pelaksanaan MBO terdiri dari:tahap Persiapan,tahap penyusunan,tahap
Pelaksanaan,tahap Pengendalian,monitor, evaluasi dan Penyesuaian.
MBO yang efektif, terdapat unsur-unsur yang lazim, sebagai
berikut:Kesepakatan pada Program, Penetapan Sasaran Tingkat Atas,Sasaran
Individual,Partisipasi,Otonomi Dalam Pelaksanaan Rencana,Pengkajian Kembali
Untuk Kerja.
unsur-unsur umum sistem MBO yang efektif yang pada hakekatnya merupakan
aspek-aspek proses pokok MBO: Komitmen pada program,Penetapan tujuan
manejemen puncak,Tujuan-tujuan perseorangan,Partisipasi,Otonomi dalam
implementasi rencana,Peninjauan kembali prestasi.
MBO Dalam Pendekatan Sistem mencakup 4 kegiatan. 1).perencanaan,
2).implementasi, 3).evaluasi 4).revisi. secara luas pendekatan sistem dpat diartikan
sebagai alata atau cara berpikir yang menekannkan pada identifikasi masalah dan
pemecahan masalah.
Penerapan MBO dalam suatu sistem dilihat dari objek permasalahan.
Misalnya penerapan MBO dalam sistem pendidikan. Drucker (1954) melalui MBO
(management by objective) dapat memberikan gagasan mengenai prinsip
manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan.
Penerapan MBO misalnya kepala dinas yang memimpin tim beranggotakan pejabat
dan fungsional dinas, dan stakeholders dalam merumuskan visi, misi dan objektif
dinas pendidikan.
Tipe Keputusan
Pengembangan Alternatif
Pemilihan Alternatif
Pelaksanaan Pilihan
1.Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman,
atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang
menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang
memberikan kesenangan.
2.Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu
situasi secara subjective.
3.Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi,
memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4.Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan.
Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui
kemampuanya dalam bertindak.
5.Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu
orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6.Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin
memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku
tertentu