Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Hijab adalah penghalang atau kerudung yang digunakan oleh wanita
muslim yang biasa disebut juga dengan Jilbab, namun dalam keilmuan islam,
Hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai
dengan tuntutan agama.
Perintah berhijab atau berjilbab berdasarkan Al Quran; kerudung
menutupi rambut hingga pinggang dan tidak boleh menunjukan lekuk tubuh.
Hanya tangan dan wajah yang boleh tidak tertutup. Nuqab dan Buraq tidak
wajib.
Berdasarkan dua point diatas penulis tertarik untuk melakukan sebuah
survey tentang peresepsi dan alasan berhijab atau berjilbab, yang dimana
survey ini dilakukan didalam ruang lingkup mahasiswi FK UMY 2012.
B. Definisi
B.1Jilbab
Arti kata jilbab ketika Al Quran diturunkan adalah kain yang menutup dari
atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan yang
kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah arti berjilbab menurut
Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma`ani. Sedangkan menurut, Imam
Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain yang lebih besar
ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab
adalah kain yang menutup semua badan.
Dari atas tampaklah jelas kalau jilbab yang dikenal oleh masyarakat
Indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu
sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi
Muhammad Saw sampai sekarang atau disebabkan jarak antar tempat dan
komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu mempunyai peradaban atau
kebudayaan berpakaian yangberbeda.
Namun yang lebih penting ketika kita ingin memahami hukum memakai
jilbab adalah kita harus memahami kata jilbab yang di maksudkan
syara`(agama), Shalat lima kali bisa dikatakan wajib hukumnya kalau
diartikan shalat menurut istilah syara`, lain halnya bila shalat diartikan atau
dimaksudkan dengan berdoa atau mengayunkan badan seperti arti shalat dari
sisi etemologinya.
Allah Swt dalam Al Quran surah Al Ahzab.59, berfirman: Wahai Nabi
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-
orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh
mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal karena
itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah maha pengampun dan
penyayang
Ayat di atas turun ketika wanita merdeka (seperti wanita-wanita sekarang)
dan para budak wanita (wanita yang boleh dimiliki dan diperjual belikan)
keluar bersama-sama tanpa ada suatu yang membedakan antara keduanya,
sementara madinah pada masa itu masih banyak orang-orang fasiq (suka
berbuat dosa) yang suka mengganggu wanita-wanita dan ketika diperingatkan
mereka (orang fasiq) itu menjawab kami mengira mereka (wanita-wanita yang
keluar) adalah para budak wanita sehingga turunlah ayat di atas bertujuan
memberi identitas yang lebih kepada wanita-wanita merdeka itu melalui
pakaian jilbab.
Hal ini bukan berarti Islam membolehkan untuk mengganggu budak pada
masa itu, Islam memandang wanita merdeka lebih berhak untuk diberi
penghormatan yang lebih dari para budak dan sekaligus memerintahkan untuk
lebih menutup badan dari penglihatan dan gangguan orang-orang fasiq
sementara budak yang masih sering disibukkan dengan kerja dan membantu
majikannya lebih diberi kebebasan dalam berpakaian.
Ketika wanita anshar (wanita muslimah asli Makkah yang berhijrah ke
Madinah) mendengar ayat ini turun maka dengan cepat dan serempak mereka
kelihatan berjalan tenang seakan burung gagak yang hitam sedang di atas
kepala mereka, yakni tenang -tidak melenggang- dan dari atas kelihatan hitam
dengan jilbab hitam yang dipakainya di atas kepala mereka.
Ayat ini terletak dalam Al Quran setelah larangan menyakiti orang-orang
mukmin yang berarti sangat selaras dengan ayat sesudahnya (ayat jilbab),
sebab berjilbab paling tidak, bisa meminimalisir pandangan laki-laki kepada
wanita yang diharamkan oleh agama, dan sudah menjadi fitrah manusia,
dipandang dengan baik oleh orang lain adalah lebih menyenangkan hati dan
tidak berorentasi pada keburukan, lain halnya apabila pandangan itu tidak baik
maka tentu akan berdampak tidak baik pula bagi yang dipandang juga yang
melihat, nah, kalau sekarang kita melihat kesebalikannya yaitu ketika para
wanita lebih senang untuk dipandang orang lain ketimbang suaminya sendiri
maka itu adalah kesalahan pada jiwa wanita yang perlu dibenarkan sedini
mungkin dan dibuang jauh jauh terlebih dahulu sebelum seorang wanita
berbicara kewajiban berjilbab.
B.2 Khimar
Al Quran juga datang dengan kata lain selain kata jilbab dalam
mengutarakan penutup kepala sebagaimana yang termaktub dalam surah An
Nuur .31 Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman:Hendaklah
mereka menahan pandangannya,dan memelihara kemaluannya,dan jangan
menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak padanya, dan
hendaklan mereka menutupkan kain kudung di dadanya.
Kata Khumur dalam penggalan ayat di atas bentuk jama`(plural) dari kata
Khimar yang biasa diartikan dalam bahasa indonesia sebagai kerudung yang
tidak lebar dan tidak panjang, sedang kalau kita melihat arti sebenarnya ketika
Al Quran itu datang kepada Nabi Muhammad Saw maka Mufassirin (ulama
ahli tafsir Al Quran) berbeda pendapat dan kita akan melihat sedikit reduksi
atau penyempitan arti dari arti pada waktu itu. Imam Qurthubi
menterjemahkan khumur secara lebih luas, yaitu semua yang menutupi kepala
wanita baik itu panjang atau tidak, begitu juga dengan Imam Al Alusiy beliau
menterjemahkannya dengan kata miqna`ah yang berarti tutup kepala juga,
tanpa menjelaskan bentuknya panjang atau lebarnya secara kongkrit.
Ayat Al Quran di atas memerintahkan untuk memanjangkan kain penutup
itu ke bagian dada yang di ambil dari kata juyuub (saku-saku baju) sehingga
kalau wanita hanya memakai penutup kepala tanpa memanjangkannya ke
bagian dada maka dia masih belum melaksanakan perintah ayat di atas,
dengan kata lain penutup kepala menurut ayat di atas haruslah panjang
menutupi dada dan sekitarnya, disamping juga ada baju muslimah yang
menutupinya.