You are on page 1of 28

BIOETANOL

A. PENDAHULUAN
Biotetanol merupakan cairan yang dihasilkan dari proses fermentasi
gula dari sumber karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol
merupakan bahan bakar alternatif yang dapat digunakan untuk
menggantikan minyak tanah, minyak bumi, maupun BBM. Bioetanol
mempunyai kelebihan dibanding bahan bakar fosil yaitu ramah lingkungan,
dapat diperbaharui dan terbukti penggunaannya sebagai campuran BBM
dapat mengurangi emisi karbon monoksida dan asap lainnya dari
kendaraan.

Selain sebagai bahan bakar alternatif, bioetanol dapat digunakan


untuk industri kimia, farmasi, kedokteran, kosmetik, bahan baku aneka
minuman, dan lain sebagainya.

Bahan baku untuk proses produksi


bioetanol dapat dikelompokkan menjadi
3, yaitu gula, pati, dan selulosa. Sumber
gula dapat berasal dari gula tebu, gula
bit, molase dan buah-buahan dapat
langsung dikonversi menjadi ethanol.
Sumber bahan berpati dapat berasal
dari jagung, singkong, kentang dan akar
tanaman, namun dengan menggunakan
sumber bahan berpati ini harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula.
Sumber selulosa dapat berasal dari kayu, limbah pertanian, limbah pabrik
pulp dan kertas. Sumber selulosa ini harus dikonversi menjadi gula dengan
bantuan asam mineral.

Dari penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa bioetanol dapat


dihasilkan dari hasil pertanian yang tidak layak atau tidak bisa dikonsumsi,
seperti dari sampah atau limbah pasar.

Saat ini harga minyak bumi semakin tinggi, selain kurang ramah
lingkungan, minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Oleh karena itu, kita bisa menggunakan bioetanol sebagai
pengganti minyak bumi.

B. TEKNIK PEMBUATAN BIOETANOL DARI


JERAMI PADI
Proses pengolahan bioetanol meliputi perlakuan awal, hidrolisis,
fermentasi, dan distilasi. Bahan yang mengandung gula dapat langsung di
fermentasi, akan tetapi bahan yang mengandung pati dan selulosa harus
dihidrolisis terlebih dahulu. Secara umum, jerami dan bahan lignoselulosa
lainnya terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa berbentuk
serat-serat yang terpilin dan diikat oleh hemiselulosa, kemudian dilindungi
oleh lignin yang sangat kuat. Salah satu langkah penting untuk bikonversi
jerami menjadi ethanol adalah memecah perlindungan lignin ini.

Proses bikonversi jerami menjadi ethanol adalah :

PANEN => PRETREATMENT =>


HIDROLISIS

DEHIDRASI <= DISTILASI <= FERMENTASI

KETERANGAN :
Panen : pemetikan hasil pertanian atau perkebunan
Pretraetment : suatu proses yang dijalankan sebelum melakukan
proses inti.
Hidrolisis : proses pemecahan suatu senyawa menjadi
senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan molekul air.
Fermentasi : pemanfaatan mikroba melalui pemanasan
anaerob (tanpa oksigen) untuk menghasilkan glukosa dan alkohol
Distilasi : proses pemisahan air dari dalam etanol (alkohol)
yang kadar airnya masih tinggi. Dalam proses distilasi ini kadar
etanol sampai 96%
Dehidrasi : proses pembuangan air sampai menjadi 99,5
%.

C.BAHAN DAN ALAT PEMBUATAN BIOETANOL


JERAMI PADI
a. Bahan :

1. jerami padi

2. NaOH 0,5 N
3. mikrofungi Trichoderma reseei dan Aspergillus niger
4. larutan buffer sitrat pH 5
5. pupuk NPK dan ZA

6. HCl
7. substrat strater khamir Saccharomyces serevisiae
8. NaOH 6 M
9. 6 gram ammonium sulfat dan 6 gram
10. ragi tape (saccharomyces cereviseae)

b. Alat :

1. wadah

2. disk mill

3. oven
4. ayakan

5. microwave
6. beaker glass

7. waterbath shaker
8. Erlenmeyer

9. mesin distilasi

10. alat ukur alkohol

D.TAHAP-TAHAP PEMBUATAN BIOETANOL DARI JERAMI


PADI

1. Persiapan bahan baku jerami padi sebelum digunakan sebagai


substrat
2. Jerami padi dibersihkan dari sisa daun dan kotoran dengan air
mengalir
3. Jerami padi yang telah dibersihkan dari sisa daun dan kotoran
kemudian dijemur sampai benar-benar kering
4. Kemudian, jerami padi yang telah kering dipotong-potong
5. Selanjutnya, jerami dikecilkan ukurannya dengan maksimal
menggunakan disk mill
6. Kemudian jerami di oven selama 1 jam
7. Kemudian jerami diseragamkan ukurannya dengan ayakan 100
mesh
8. Kemudian dilakukan proses pretreatment. Proses ini dilakukan
untuk merusak struktur lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih
mudah dikonversi menjadi glukosa. Pretreatment dilakukan dengan
menmbahkan NaOH 0,5 N pada jerami padi berukuran 100 mesh
dengan perbandingan 1:10 (10 gram jerami dan 100 ml NaOH 0,5
N)
9. Kemudian jerami dipanaskan dengan microwave selama 40 menit.
10. Sludge yang dihasilkan kemudian dikeringkan pada suhu 1050C
selama 24 jam
11. Bubuk jerami hasil pretreatment inilah yang dipakai dalam proses
hidrolis enzimatik
12. Selanjutnya proses produksi enzim selulase diproduksi dari
mikrofungi Trichoderma reseei dan Aspergillus niger. Dari hasil
produksi tersebut diperoleh cairan enzim yang akan digunakan
pada tahap hidrolis enzimatik dimana jerami padi hasil
pretreatment diseragamkan ukurannya menjadi 100 mesh
13. Selanjutnya sebanyak 5 gram jerami ditimbang dan dimasukkan ke
dalam beaker glass
14. Tambahkan larutan buffer sitrat pH 5 sebanyak 50 ml dengan
volume enzim sesuai perlakuan
15. Setelah itu, perbandingan volume enzim Trichoderma reesei dan
Aspergillus niger ditambahkan sesuai perlakuan secara berturut-
turut, yaitu 1:0, 0:1, 1:1, 2:1, 1:2, 3:1, 1:3.
16. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam waterbath shaker selama 72 jam
dengan suhu 500C dan kecepatan pengadukan 75 rpm (sampel
diambil sebanyak 2 ml setiap 8 jam selam 72 jam)
17. Pada setiap pengambilan sampel, pengadukan dihentikan selama 1
menit untuk mengendapakan bubuk jerami
18. Substrat fermentasi yaitu sirup gula dari jerami padi sebanyak 100
ml dalam botol fermentasi
19. Kemudian, ditambahkan pupuk NPK dan ZA masing-masing
sebanyak 0,04 gr dan 0,15 gr, pH cairan substrat diatur 4,8
menggunakan NaOH dan HCl kemudian dipasteurisasi pada suhu
850C selama 5 menit setelah itu didingankan hingga 30oC
20. Sebanyak 10% substrat strater khamir Saccharomyces cerevisiae
yang sudah disiapkan, dimasukkan ke dalam media fermentasi
berupa substrat gula dan jerami padi dalam kondisi anaerob.
Fermentasi dilakukan dengan suhu kamar selama 0, 3, 6 dan 9 hari
21. Hasil fermentasi kemudian dianalisa
22. Proses fermentasi dilakukan dengan mengambil sebanyak 100 ml
filtrat dari proses hidrolisis dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambah NaOH 6 M sampai pH 5
23. Kemudian ditambah dengan 6 gram ammonium sulfat dan 6 gram
urea sebagai nutrisi
24. Selanjutnya di pasteurisasi pada suhu 800C selama 15 menit lalu
didinginkan
25. Tambahkan ragi tape (saccharomyces cereviseae) 7 gram dan
variasi waktu fermentasi yaitu 5, 7, 9, 11 dan 13 hari, selanjutnya
dilakukan inkubasi dengan cara menutup rapat labu erlenmeyer
pada suhu berkisar antara 27-3000C
26. Kemudian disaring dan diambil filtratnya untuk proses distilasi.
a. Pada fermentasi glukosa ini digunakan ragi Saccharomyces
cereviseae karena merupakan sumber mikroorganisme unggul yang
digunakan untuk proses fermentasi dalam usaha untuk
menghasilkan etanol.
b. Kadar etanol jerami padi yang dihasilkan selama fermentasi oleh
khamir S. Cereviseae pada hari ke 0, 3, 6, dan 9 secara berturut-
turut ialah sebesar 0%, 0,77%, 0,64%, 0,37%. Hal ini terjadi karena
pada hari tersebut, khamir mengalami peningkatan jumlah sel.
Penigkatan jumlah sel khamir diikuti peningkatan enzim yang
dihasilkan untuk merombak gula menjadi etanol.
c. Perbandingan pencampuran A.niger : T.reesei = 1:2 mampu
menghasilkan endo dan eksoglukanase yang akan merubah jerami
padi menjadi selobiosa dengan sedikit penambahan -glukosidase
dari A.niger yang kemudian selobiosa beraksi dengan -glukosidase
untuk menghasilkan glukosa.
27. Cairan hasil fermentasi kita saring terlebih dahulu
28. Setelah proses penyaringan, masukkan ke dalam mesin distilasi,
kemudian panaskan dengan api
29. Pertahankan suhu diangka 780C (angka ini adalah penguapan titik
didih penguapan etanol)
30. Tunggu beberapa saat, etanol akan keluar dengan sendirinya
31. Output hasil distilasi kita ukur dengan alat ukur alkohol, disitu akan
terlihat angka persen atau kadar hasil output olahan boetanol
32. Output hasil distilasi akan berbeda-beda karena dipengaruhi
banyak faktor antara lain, bahan baku, ragi, alat disitilasi
33. Bioetanol siap digunakan.
PUPUK KOMPOS JERAMI

A. PENDAHULUAN

a. Kompos

Kompos atau Pupuk


Kompos adalah salah satu
pupuk organik buatan manusia
yang dibuat dari proses
pembusukan sisa-sisa bahan
organik (tanaman maupun
hewan). Proses pengomposan
dapat berlangsung secara
aerobik dan anaerobik yang
saling menunjang pada kondisi
lingkungan tertentu. Proses ini disebut juga dekomposisi atau
penguraian.

Proses pembuatan kompos sebenarnya meniru proses


terbentuknya humus di alam. Namun dengan cara merekayasa kondisi
lingkungan, Kompos dapat dipercepat proses pembuatannya, yaitu
hanya dalam jangka waktu 30-90 hari. Waktu ini melebihi kecepatan
terbentuknya humus secara alami. Oleh karena tu, kompos selalu
tersedia sewaktu-waktu diperlukan tanpa harus menunggu bertahun-
tahun lamanya.

Manfaat :
1) untuk memperbaiki kondisi fisik tanah
2) untuk menyediakan unsur hara
3) menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah
dimanfaatkan oleh tanaman.
4) menyediakan unsur hara bagi tanaman
5) memperbaiki struktur tanah
6) meningkatkan Kapasitas Tukar Kation
7) meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air
8) meningkatkan aktivitas biologi tanah
9) meningkatkan pH pada tanah asam
10) menyediakan unsur mikro bagi tanaman (Zn, Mn, Cu, Fe
dan Mo.)

b. Jerami
Jerami adalah hasil samping usaha pertanian berupa tangkai dan
batang tanaman serealia
yang telah kering, setelah
biji-bijiannya dipisahkan.
Massa jerami kurang lebih
setara dengan massa biji-
bijian yang dipanen. Jerami
memiliki banyak fungsi, di
antaranya sebagai bahan
bakar, pakan ternak, alas
atau lantai kandang,
pengemas bahan pertanian
(misal telur), bahan bangunan (atap, dinding, lantai), mulsa, dan
kerajinan tangan.

Kandungan jerami

c. Aktivator pengomposan

Proses pengomposan dapat


dipercepat dengan bantuan
aktivator. Beberapa jenis
aktivator sering kali
ditambahkan pada saat
mebuat kompos karena ada
beberapa hal yang kerap
menyebabkan gagalnya
pengomposan. Misalnya karena tumpukan bahan organik terlalu
sedikit sehingga beberapa parameter untuk terjadinya
pengomposan tidak bekerja secara alamiah.

a. Aktivator abiotic

Aktivator abiotik dapat berupa bahan kimia atau biokimia yang


dapat memacu pembusukan bahan organik. Fungsi aktivator ini
sebetulnya untuk memacu pertumbuhan mikroba di dalam
tumpukan bahan organik yang dikomposkan. Dengan demikian,
bahan-bahan tersebut harus mengandung nutrien yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan mikroba.

Berikut beberapa contoh aktivator abiotik yang dapat digunakan


dalam pengomposan.

1) Pupuk nitrogen: pupuk dengan kandungan nitrogen tinggi seperti


urea atau bahan organik lainnya yang mengandung nitrogen.
2) Kotoran hewan: kotoran hewan juga dapat berfungsi sebagai
aktivator. Selain mengandung bahan nutrien, umumnya juga
mengandung berbagai jenis mikroba yang mampu
mendegradasi bahan organik.
3) Bahan organik: sebagai alternatif dapat diberikan bahan organik
seperti tepung darah, kompos matang, kompos kotoran hewan
sebagai aktivator.
4) Larutan enzim: ada berbagai jenis larutan enzim yang mampu
mendegradsai bahan organik seperti enzim selullase, ligno-
selulase, lipoprotease. Hanya penggunaan ensim ini terkadang
kurang efisienkarena harganya mahal. Hanya untuk yang
keperluan sifatnya sangat spesifik digunakan enzim sebagai pra-
perlakuan pengomposan.

b. Bioaktivator

Istilah bioaktivator umum diartikan sebagai bahan bioaktif yang


mampu merombak bahan-bahan organik pada umumnya. Secara
spesifik, bioaktivator merupakan isolat mikroba yang telah
dimurnikan dan mempunyai kemampuan khusus mencerna bahan
organik yangmengandung serat selulosa. Melalui proses seleksi
kemampuan mencerna bahan selulosa yang optimal, kemudian
diformulasikan dan penerapannya dapat digunakan pada berbagai
bidang untuk eksplorasi bahan-bahan yang bersumber dari bahan
organik berkayu yang dikenal dengan biorefinery. Salah satu
pemanfaatannya adalah untuk mempercepat proses pengomposan.
Selain mempercepat pengomposan, kelebihan penggunaan
bioaktivator adalah kualitas produk lebih terjamin dan proses
produksinya relatif sederhana. Beberapa contoh kelompok mikroba
yang mampu merombak bahan selulosa, antara lain Trichoderma
sp., Pseudomonas, dan Streptomyces.

Kini telah banyak bioaktivator yang diproduksi secara komersial.


Beberapa bioaktivator yang sudah tersedia di pasaran, antara lain
EM-4, OrgaDec, Stardec, Boisca/Propuri, dan Promi. Masing-masing
bioaktivator tersebut memiliki keunggulan dan spesialisasinya
sendiri. Ada bioaktivator yang digunakan untuk membuat kompos
padat dan ada juga bioaktivator yang digunakan untuk membuat
kompos cair. Oleh karena itu, pemilihan bioaktivator harus
disesuaikan dengan kompos yang akan dibuat dan bahan organik
yang akan digunakan.
B. HASIL PRODUK SAMPINGAN

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah


menemukan bahwa kandungan bahan
organik di sebagian besar sawah di P
Jawa menurun hingga 1% saja. Padahal
kandungan bahan organik yang ideal
adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan
organik ini menimbulkan banyak
masalah, antara lain: efisiensi pupuk
yang rendah, aktivitas mikroba tanah
yang rendah, dan struktur tanah yang
kurang baik. Akibatnya produksi padi
cenderung turun dan kebutuhan pupuk
terus meningkat. Solusi mengatasi
permasalah ini adalah dengan
menambahkan bahan organik/kompos ke
lahan-lahan sawah. Komposharus ditambahkan dalam jumlah yang
cukup hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula.

Padi atau tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah.


Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah
ditambah dengan CO2 dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek
untuk membentuk batang, daun, dan bulir-bulir padi/beras. Padi/beras
akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa
panen umumnya dibakar.

Proses ini berlangsung lama. Unsur hara dan bahan organik


tanah semakin lama akan semakin habis. Selama ini unsur hara lebih
banyak dipenuhi dengan menambahkan pupuk-pupuk kimia anorganik.
Bahan-bahan organik yang ada di dalam tanah tidak mendapat
perhatian dan kandungannya di dalam tanah semakin menipis.

Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan


dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah.
Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan
bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan
kesuburan tanah.

Kompos selain dibuat dari jerami dapat juga dibuat dari seresah
atau sisa-sisa tanaman lain. Rumput-rumputan, sisa-sisa daun dan
batang pisang, atan daun-daun tanaman dapat juga dibuat kompos.
Pada prinsipnya semua limbah organik dapat dijadikan kompos.
Batang kayu, bambu, ranting-ranting pohon, atau tulang juga
termasuk bahan organik tetapi sebaiknya tidak ikut dikomposkan
dengan jerami. Limbah-limbah ini termasuk limbah organik keras.
Meskinpun dapat juga dibuat kompos, namun bahan-bahan ini
memerlukan waktu yang lama untuk terdekomposisi.
C. ALAT DAN BAHAN

Alat :
a. Sabit/parang

b. Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri
dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain
berukuran 1 x 1 m.

c. Ember/bak untuk tempat air.

d. Penyiram tanaman.

e. Tali.

f. Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam
(ukuran leber 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.

Bahan :
a. Jerami padi
b. Air bersih

c. Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).


d. Dedaunan kering

D.CARA PEMBUATAN

1. Siapkan bak dan air. Masukkan air ke dalam bak.

Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke dalam


bak air.

Aduk hingga aktivator tercampur merata.

2. Siapkan cetakan dari bambu. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan


ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila
jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila
jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.

3. Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat


dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran
besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.

4. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.

5. Injak-injak agar jerami padat

6. Tambahkan lagi satu lapis jerami/sereah.


7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan
lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh
jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan
cetakannya.

10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastik yang telah


disiapkan.
11. Ikat plastik dengan tali agar plastik tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain
agar plastic tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan
perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang
lebih satu bulan.

Pengamatan Selama Fermentasi

Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan


penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan
terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat
diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan
volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.

Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat


sehari/dua hari setelah inkubasi.
Suhu akan terus meningkat
selama beberapa minggu dan
suhunya dapat mencapai 65-70O
C. Pada saat suhu meningkat,
mikroba akan dengan giat
melakukan
penguraian/dekomposisi jerami.
Akibat penguraian jerami,
volume tumpukan jerami akan
menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula.
Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat
kehitam-hitaman.
E. MASALAH PENGOMPOSAN JERAMI

Masalah pengomposan hampir selalu ditemui pada teman-


teman yang baru pertama kali mengomposkan jerami, yaitu:
KURANG AIR. Kompos jerami biasanya kurang air pada bagian
tengahnya.Oleh karena itu sangat saya sarankan untuk selalu
memeriksa kompos pada minggu pertama.Periksa sampai bagian
dalam, kalau kering. Tambahkan air secukupnya, kemudian kompos
ditutup kembali.

Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu,
atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi
kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses
penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama
sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk
mengatasi permasalahan ini.
Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut.
Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang
kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah
muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut
dingin atau panas?
Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo
perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul
bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-
bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.

F. WAKTU PENGOMPOSAN

Waktu pengomposan sebaiknya segera setelah panen, yaitu


waktu pada saat penyiapan bibit padi hingga sebelum penanaman
bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos jerami juga disiapkan. Setelah
kompos matang dalam waktu kira-kira satu bulan, kompos bisa segera
disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah.

G. KEUNGGULAN CARA INI

a. Mudah. Cara pembuatannya sangat mudah sekali. Semua bahan


bisa diperoleh di tempat. Hanya PROMI yang perlu dipesan dulu.
Cara ini juga tanpa pencacahan, jadi tidak perlu mesin pencacah
atau parang.
b. Murah. Biaya pembuatannya sangat murah. Bahan-bahan dan alat
pendukung lainnya pun bisa menggunakan bahan lain yang lebih
murah, jika ada.
c. Manfaat. Kompos ini tiak diragukan lagi memiliki banyak manfaat.
Insya Allah.

H.LOKASI PENGOMPOSAN
Lokasi pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan
diaplikasi atau dipetak dimana jerami tersebut dipanen. Lokasi
sebaiknya dipilih dekat dengan sumber air, karena pembuatan kompos
membutuhkan banyak air. Lokasi juga dipikirkan untuk kemudahan
saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas, sebaiknya dibuat di
beberapa tempat yang terpisah.

I. PANEN DAN APLIKASI KOMPOS JERAMI

Kompos yang telah cukup


matang ditandai dengan adanya
perubahan fisik jerami. Perubahan itu
antara lain:

Jerami berwarna coklat


kehitam-hitaman,
lunak dan mudah
dihancurkan,
suhu tumpukan sudah
mendekati suhu awal
pengomposan,
tidak berbau menyengat, dan
volume menyusut hingga setengahnya.

Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti


sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami
diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
BEKATUL (PAKAN TERNAK)

A. PENDAHULUAN

Bekatul adalah bagian terluar dari bagian


bulir yang terbungkus oleh sekam. Bulir adalah
buah sekaligus biji berbagai tumbuhan serealia
sejati, seperti padi, gandum, dan jelai. Istilah
bekatul terutama disematkan kepada padi, karena serealia
inilah yang dikenal dalam budaya Nusantara. Namun,
bekatul dapat diperoleh pula dari jagung,
gandum, milet, serta jelai.

Asal-usul bekatul secara anatomi adalah lapisan aleuron dan sebagian


perikarp yang terikut. Aleuron adalah lapisan sel terluar yang kaya gizi dari
endospermium, sementara perikarp adalah bagian terdalam dari sekam.
Bekatul padi dapat dilihat pada beras yang diperoleh dari penumbukan.
Proses pemisahan bekatul dari bagian beras lainnya dikenal sebagai
penyosohan (polishing) untuk memperpanjang masa penyimpanan beras,
sekaligus memutihkannya.

Kandungan gizi bekatul dikenal luas sejak ditemukannya vitamin B1


(tiamin) dari beras yang belum disosoh, yang bila dikonsumsi terbukti
menekan frekuensi penyakit beri-beri oleh Dr. Eijkman. Kandungan gizi
lainnya adalah serat pangan, pati, protein, serta mineral. Selain kaya dengan
kandungan gizinya, bekatul dikenal juga dengan berbagai banyak manfaat
untuk kesehatan kita.

Sekam adalah bagian dari bulir


padi-padian (serealia) berupa lembaran
yang kering, bersisik, dan tidak dapat
dimakan, yang melindungi bagian
dalam (endospermium dan embrio).
Sekam dapat dijumpai pada hampir
semua anggota rumput-rumputan
(Poaceae), meskipun pada beberapa
jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam (misalnya jagung
dan gandum). Dalam pertanian, sekam dapat dipakai sebagai campuran
pakan, alas kandang, dicampur di tanah sebagai pupuk, dibakar, atau
arangnya dijadikan media tanam.
Jerami adalah hasil samping usaha
pertanian berupa tangkai dan batang
tanaman serealia yang telah kering, setelah
biji-bijiannya dipisahkan. Massa jerami kurang
lebih setara dengan massa biji-bijian yang
dipanen. Jerami memiliki banyak fungsi, di
antaranya sebagai bahan bakar, pakan
ternak, alas atau lantai kandang, pengemas
bahan pertanian (misal telur), bahan
bangunan (atap, dinding, lantai), mulsa, dan
kerajinan tangan. Jerami umumnya dikumpulkan dalam bentuk gulungan,
diikat, maupun ditekan. Mesin baler dapat membentuk jerami menjadi
gulungan maupun kotak.

B. PRODUK HASIL SAMPING

Sekam padi untuk saat ini masih sebatas pembuatan arang sekam
untuk media tanaman. Dan selebihnya hanya dibuat kayu bakar batu bata.
Dan lainnya lagi dibuang begitu saja. Bahkan ada sebagian orang yang
menganggap sekam padi ini hanyalah sampah kecil yang susah dibersihkan
dan membuat gatal gatal pada kulit. Sehingga sekam ini sering dibuang jauh
dari pekarangan rumah agar debunya gak diterbangkan angin dan
mengotori halaman.

Namun sekam padi ini sebetulnya bisa saja digunakan untuk membuat
bahan pakan ternak sehingga mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi jika
hanya dipakai sebagai kayu bakar, apalagi dibuang begitu saja.

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang


terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling
bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir
beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Kuli beras ini dibagi
menjadi dua bagian yautu sekam dan dedak. Dari proses penggilingan padi
biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras
giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase
yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan yang sering
menggangu kebersihan lingkungan sekitar pembuangan limbah padi ini.

Sekam padi mempunyai potensi menjadi bahan pakan ternak karena


produksinya sangat tinggi, Penggunaannya tidak bersaing dengan
kebutuhan manusia, masih belum banyak dipergunakan untuk tujuan-tujuan
lain yang lebih bernilai ekonomi sehingga hanya terbuang atau dibakar
langsung, dan kontinuitas ketersediaan terjamin karena seiring dengan
produk utamanya berupa beras yang merupakan kebutuhan pokok manusia.
Masalah utama dari sekam padi sebagai bahan pakan ternak yaitu
nilai nutrisinya rendah, ditandai oleh kandungan serat kasar tinggi, protein
dan energi rendah. Penggunaan sekam padi secara langsung atau sebagai
pakan tunggal tidak dapat memenuhi asupan yang sesuai dengan
kebutuhan ternak. Selain itu sekam padi yang memiliki tekstur yang sangat
kasar juga tidak disukai oleh ternak. Close dan Menke (1986), menyatakan
rendahnya kecernaan sekam padi antara lain disebabkan oleh tingginya
kandungan silika dan lignin serta adanya ikatan lignoselulosa, dan jika
dikonsumsi oleh ternak akan sulit untuk dicerna bahkan dapat menimbulkan
gangguan pencernaan dan produksi ternak. Untuk mengatasi hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara difermentasi terlebih dahulu. Sehingga tekstur
sekam menjadi lebih lunak sehingga proses pencernaannya akan lebih
mudah sehingga tidak mengganggu kesehatan ternak Itu sendiri.

Bahan pakan ternak yang mengalami fermentasi memiliki nilai gizi


yang lebih tinggi dari bahan asalnya. Hal ini disebabkan oleh sifat katabolik
mikroorganisme yang mampu memecah komponen yang komplek menjadi
komponen yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Dilaporkan juga
bahwa proses fermentasi pada kulit biji-bijian akan merombak struktur
jaringan kimia dinding sel, pemutusan ikatan lignoselulosa dan lignin.
Pangestu (1997) menyatakan bahwa kandungan serat kasar dan karbohidrat
dalam bahan pakan yang difermentasi menurun secara nyata, dan
sebaliknya kandungan protein dan energinya meningkat.

C.FERMENTASI SEKAM PADI DENGAN EM4

a. Bahan-bahan yang disiapkan adalah:


1 Sekam padi 2,5 Kg

2 Dedak kasar jagung 2,5 Kg

3 Gula aren 250 gr

4 Larutan EM4 25 ml
5 Air untuk pelarut 2500 ml

b. Cara Membuat Fermentasi Sekam Padi Dengan EM4.

1 Gula aren dihaluskan terlebih daulu kemudian dilarutkan dengan air


dan dihomogenkan.( Zat dapat didefinisikan sebagai homogen jika
mengandung hanya satu jenis senyawa atau satu elemen. Homogen
adalah bahasa Latin untuk jenis yang sama)
2 Larutan gula aren dicampur dengan EM4 dan dihomogenkan.
3 Sekam padi dan dedak kasar jagung dicampur sampai rata.
4 Campuran sekam padi dan dedak kasar tadi ditambahkan Larutan
gula aren dan EM4.
5 Kemudian simpan ditempat yang kedap udara, bisa didalam tong
ataupun wadah lain.
6 Setelah 1-2 minggu, sekam padi fermentasi telah jadi
7 Sebelum diberikan kepada ternak di angin-anginkan terlebih dahulu
dan perlu dicampur bahan pakan yang lain karena sekam padi
fermentasi saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak.

Pada Tabel terlihat, sekam padi yang difermatsi dengan EM4


menghasilkan peningkatan protein dari 1,92% menjadi 2,67 %. Terjadi
penurunan kadar serat kasar dari 37,33% menjadi 13,02%, dan
menghasilkan peningkatan kadar energi yaitu dari 302,33 KKal/Kg menjadi
375,62 KKal/Kg

Pakan ternak bukan hanya rumput segar. Hijauan dapat diganti


dengan bahan pakan lain seperti bungkil kacang kedelai, jagung, umbi-
umbian, dan olahan jerami. Khususnyadalam pemeliharaan ternak jenis
rumnisia (ternak kambing, sapi, kerbau, domba) yang terpenting adalah
dapat tercukupi kebutuhan gizi ternak seperti mineral, vitamin, dan protein
untuk membantu peningkatan reproduksi

Mengolah jerami padi menjadi pakan ternak yang bermutu tinggi


tidaklah sulit. Hanya membutuhkan sedikit perlakuan saja, jerami dapat
diubah pakan kaya protein kasar dan bisa dicerna ternak dengan baik.
D. PEMBUATAN JERAMI MENJADI PAKAN TERNAK

Pakan ternak silase jerami


Metode membuat silase pada intinya hamper sama dengan metode
fermentasi, tetapi silase dapat dibuat dengan bahan jerami basah, dan
diolah dengan bakteri laktat supaya terjadi fermentasi. Berikut pembuatan
silase:

a. Alat:

1. Tong plastik/ drum

b. Bahan:

1. Jerami 100 kg (jerami basah)-untuk campuran pakan

2. Bekatul 10 kg (seperti yang sudah dibuat di atas)

c. Cara pembuatan :

1. Jerami dipotong atau bisa digiling menjadi bagian kecil-kecil


2. Masukkan jerami ke dalam tong plastic dan dipadatkan secara
bertahap (sebaiknya 20 cm)
3. Taburkan bekatul secara merata dibagian permukaan jerami yang
sudah ditumpuk
4. Lakukan proses tersebut berulang-ulang hingga tong plastic/drum
penuh
5. Diamkan 3 minggu dan silase jerami sudah bisa digunakan untuk
pakan ternak
Pembuatan silase jerami cukup menguntungkan, karena tidak harus
digunakan sekaligus. Pemberian pakan ternak dapat dialkuakn secara
bertahap mengambil dari tong. Selain lebih efisien waktu dan tenaga
pembuatan silase sangat baik untuk proses penggemuakn ternak, karena
kandungan protein kasar bisa secara optiamal dicerna ternak.

Demikian laporan saya mengenai Pengolahan Produk Hasil Sampingan


(membuat bekatul dari sekam padi dan jerami) yang biasa dibuang
masyarakat tani karena dianggap hanya sampah. Padahal, hal sekecil
apapun dapat berguna bagi kehidupan makhluk hidup lainnya.
PAKAN TERNAK

A. ALAT DAN BAHAN

a. Bahan :
1) Jerami

2) Tetes tebu / probiotik

3) Air

b. Alat:
1) Karung /kardus

B. FERMENTASI JERAMI PADI

Proses fermentasi jerami padi memerlukan lokasi yang ternaungi


beralas tanah. Fermentasi jerami padi dimaksudkan untuk memanfaatkan
hasil samping usaha pertanian padi dan meningkatkan kualitas jerami padi
agar dapat dijadikan sebagai sumber pakan berserat ternak .

a. Proses Fermentasi Jerami Padi :


1. Jerami ditumpuk dan dipadatkan dengan cara dinjak-injak dengan
ketinggian 50 cm pada lokasi ternaungi beralas tanah

2. Diatas tumpukan tersebut diperciki tetes tebu sebanyak 2 liter/ton


(bila tidak ada tetes tebu dapat digunakan urea sebanyak 0,3% dari
berat jerami) dan atau Probiotik

3. Diatas tumpukan pertama diberi lagi jerami dan dipadatkan dengan


cara dinjak-injak dengan ketinggian 50 cm serta diperciki tetes tebu
sebanyak 2 liter/ton ton (bila tidak ada tetes tebu dapat digunakan
urea sebanyak 0,3% dari berat jerami) dan atau Probiotik

4. Perlakuan yang sama dilakukan sampai terbentuk beberapa


tumpukan (tinggi minimal tumpukan adalah 1,5 meter)

5. Setelah terbentuk tumpukan yang dimaksud, dilakukan penyiraman


untuk memberi kadar air tumpukan min 60% (kondisi yang baik untuk
pertumbuhan mikroba fermentor). Lakukan penutupan bagian atas
tumpukan dengan karung plastic atau kardus atau daun lebar

6. Biarkan terjadi proses fermentasi selama 14 hari

7. Setelah 14 hari, tumpukan dibongkar dan dikeringkan atau diangin-


anginkan sampai kering sebagai stok pakan atau dapat juga langsung
diberikan sebagai pakan berserat untuk ternak
KERAJINAN BUNGA

A. ALAT DAN BAHAN


a. Bahan:

Jerami kering

Batang bambu.

Pewarna.

Kertas krep/flora tape.

Benang

Lem kayu

Lem kertas

Kapas
b. Alat:

Pisau

Gunting

Pensil atau spidol

Penggaris

Kertas.

B. LANGKAH KERJA

Sebelum membuat bunga Elhaqi disiapkan terlebih dahulu lembar-


lembar anyaman bunga dari batang jerami yang dianyam serta benang sari
yang terbuat dari ranting jerami.
a. Membuat dasar anyaman bunga:

1. Pipihkan 6 batang jerami dan atur secara berjajar dengan jarak 1 mm.
2. Tekuk batang jerami paling kiri(batang 1)kesamping kanan 90o.
3. Anyam batang jerami yang telah
ditekuk dengan satu lompatan.
4. Tekuk batang 2 seperti batang 1.
5. Anyam dengan satu lompatan.
6. Ikuti langkah pada batang jerami
berikutnya.
7. Tekuk kebawah batang 6.
8. Anyam batang 6 dengan satu
lompatan juga.
9. Ikuti secara bergantian batang
5,4,3,2,dan 1 dengan langkah yang
sama.
10. Ikat ujung anyaman batang.
11. Ikatan-ikatan anyaman batang
jerami siap diproses lebih lanjut.

b. Membuat benang sari:

1. Tangkai dari bamboo diolesi lem pada salah satu ujungnya.


2. Balutkan kapas atur sedemikian rupa hingga berbentuk bulat.
3. Bulatan kapas diberi lem pada sebagai penguat bulatan.
4. Siapkan ikatan jerami kering yang sudah bersih dengan diameter
sekitar 2 cm.
5. Rapikan ikatan jerami dengan memotong ujung ikatan.
6. Potong jerami dengan ukuran 2 cm pada bahagian ujung dengan
terlebih dahulu menjepit ujungnya dengan kertas yang berukuran 2
cm x 8 cm(sebagai alat bantu ukuran potongan jerami)
7. Dalam keadaan masih terjepit kertas beri lem ujung jerami dan
tempelkan padabulatan kapas.
8. Rapihkan dan mekarkan potongan jerami yang menempel.Lanjutkan
menempelkanjerami hingga memenuhi bulatan kapas.
9. Rapihkan bentuk benang sari dengan gunting.

c. Membuat bunga.

1. Siapkan benang sari.


2. Beri lem pada bagian pangkal anyaman.
3. Tempelkan pada benang sari.
4. Tempelkan 6 lembaran anyaman pada benang sari,mengelilingi
benang sari.
5. Lapisi batang bunga dengan kertas krep atau flora tape.

You might also like