Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
kembung dan rasa nyeri di perut bagian atas tengah dan atas kiri yang
Pada anggota keluarga tidak didapati keluhan yang sama seperti pasien.
3.5 RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT :
diderita
Nasi : (+)
Ikan : (+)
Sayur-sayuran : (+)
Daging : (+)
Keadaan Umum
- Sensorium : CM
- Tekanan Darah : 90 / 50 mmHg
- Heart rate : 100 x/i , regular, equals
- Pernafasan : 24 x/i Torako abdominal
- Temperature : 36 0C
- Anemia : (+)
- Ikterus : (-)
- Sianosis : (-)
- Dispnue : (+)
- Edema : (+)
- Purpura : (-)
- Turgor Kulit : Kembali Lambat
- Pancaran Wajah : Lelah
- Sikap Tidur Paksa : ( - )
BB : 55 Kg TB : 160 cm
: 92 % Normoweight
1. KEPALA
- Bentuk : Normocephali
- Nyeri Tekan : ( - )
- Perubahan Lokal : ( - )
A. Muka
- Sembab : ( - )
- Pucat : ( - )
- Kuning : ( - )
- Parase : ( - )
- Gangguan Lokal : ( - )
B. MATA
- Exofthalmus : ( - )
- Ptosis : ( - )
- Ikterus : ( + )
- Anemia : ( + )
- Gangguan Local : ( - )
C. TELINGA
- Sekret : ( - )
- Radang : ( - )
- Bentuk : DBN
- Atrofi : ( - )
D. HIDUNG
- Sekret : ( - )
- Bentuk : DBN
- Benjolan Benjolan : ( - )
E. BIBIR
- Sianosis : ( - )
- Pucat : ( - )
- Kering : ( - )
- Radang : ( - )
F. GIGI
- Karies : ( + )
- Pertumbuhan : DBN
G. Lidah
- Kering : ( - )
- Pucat : ( + )
- Beslag : ( - )
- Tremor : ( - )
H. Tonsil
- Merah : ( - )
- Bengkak : ( - )
- Beslag : ( - )
2. LEHER
Inspeksi
- Kelenjar Bengkak : ( - )
- Pulsasi Vena : ( + )
- Venektasi : ( - )
Palpasi
3. THORAX
THORAX DEPAN
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis
- Retraksi Iga : ( - )
- Bendungan Vena : ( - )
- Ketinggalan Bernafas : ( - )
- Venektasi : ( - )
- Pembengkakan : ( - )
- Ginekomastia : ( - )
- Spider Naevi :( + )
Palpasi
- Nyeri Tekan : ( - )
- Fremitus Suara :
b. Kuat Angkat : ( - )
c. Melebar : ( - )
Perkusi
a. Relatif : ICR V
b. Absolut : ICR VI
- Gerakan Bebas : ( - )
- Batas Jantung
Auskultasi
Paru Paru
a. Suara Pernafasan
b. Suara Tambahan
- Ronkhi Basah : ( - )
- Ronkhi Kering : ( - )
- Krepitasi : ( - )
- Gesek Pleura : ( - )
Cor
P2 > P1 A2 < P2
c. Suara Tambahan
THORAX BELAKANG
Inspeksi
- Bentuk : Fusiformis
- Simetris / Asimetris : Simetris
- Benjolan Benjolan : ( - )
- Scapulae Alta : ( - )
- Ketinggalan Bernafas : ( - )
- Venektasi : ( - )
Palpasi
- Nyeri Tekan : ( - )
- Fremitus Suara
Perkusi
Auskultasi
- Suara Pernafasan
- Suara Tambahan
a. Ronkhi Basah : ( - )
b. Ronkhi Kering : ( - )
c. Wheezing : ( - )
d. Krepitasi : ( - )
e. Gesek Pleura : ( - )
4. ABDOMEN
Inspeksi
- Membesar : ( + )
- Venektasi : ( - )
- Gelembung : ( -)
- Sirkulasi Kolateral : ( + )
- Pulsasi : ( - )
- Caput Medusa : ( - )
Palpasi
- Defens Muscular : ( - )
- Nyeri Tekan : (+), regio epigastrium dan hipokondrium
kiri
- Undulasi : (+)
Perkusi
- Shiffting Dullnes : ( + )
- Pekak Hati : ( - )
Auskultasi
- Peristaltic Usus : ( + )
- Double Sound : ( - )
6. EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas
- Bengkak : ( - )/ ( - )
- Merah : ( - )/ ( - )
- Eritema Palmaris : ( - )/ ( - )
- Stand Abnormal : ( - )/ ( - )
- Gangguan Fungsi : ( - )/ ( - )
- Triceps ( + ) / ( + )
Ekstremitas Bawah
- Bengkak : ( - )/ ( - )
- Merah : ( - )/ ( - )
- Oedem : ( + )/ ( + )
- Pucat : ( - )/ ( - )
- Gangguan Fungsi : ( - )/ ( - )
- Varises : ( - )/ ( - )
- Reflex : - KPR ( + ) / ( + )
- APR ( + ) / ( + )
Eritrosit Ascaris
Leukosit Anchylosis
Silinder T.Trichuria
Epitel Kremi
3.13 RESUME
Anamnesa
Status Present
TD : 90 / 50 mmHg Ikterus : ( + ) BB : 55 kg
RR : 24 x /i thorakal Dispnue : ( - )
abdominal
Edema : ( + )
Temp : 36 C Eritema : ( - )
Pancaran wajah : ( + )
Sikap Paksa : ( - )
PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala : DBN
Double sound ( - )
WARNA SEDIMENT
REDUKSI ERITROSIT
PROTEIN LEUKOSIT
BILIRUBIN SILINDER
UROBILINOGE EPITEL
N
========================DARAH RUTIN=====================
Hb 4,8 g/Dl
Leukosit 15 x 109 / L
LED TDP
Eritrosit 1,99 x 10 12 / L
Konsistensi
Eritrosit
Leukosit
Amoeba / kista
Telur Cacing
DIFFERENTIAL DIAGNOSA
DIAGNOSA SEMENTARA
TERAPI
Terapi Umum
- Bed Rest
- Diet Lambung 1 btk M II
- Batasi Cairan
Terapi Medikamentosa
- Ulsafat Syr 3 x C1
- B. Comp 3x1
ANJURAN
- Foto Thorax
- LFT
- Urine Rutin
- Feses Rutin
- Endoskopi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
lienalis colon. Dengan kemajuan obat-obatan dan peralatan untuk diagnosa dan
terapi, banyak kasus ini dapat ditangani tanpa pembedahan. Yang memerlukan
tindakan bedah sekitar 3-15% . PSCA 4 kali lebih sering dari pada PSCB.
Epidemiologi
penduduk/tahun, laki-laki lebih 2 kali lebih banyak dari wanita. Insidensi ini
50-60%, gastritis erosiva hemoragika sekitar 25-30%, tukak peptik sekitar 10-
15% dan karena sebab lainnya < 5%. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa
yaitu sekitar 25%, kematian pada penderita ruptur varises bisa mencapai 60%
sedangkan kematian pada perdarahan non varises sekitar 9-12%. Sebahagian besar
melainkan karena penyakit lain yang ada secara bersamaan seperti penyakit gagal
ginjal, stroke, penyakit jantung, penyakit hati kronis, pneumonia dan sepsis.
Etiologi
Perdarahan saluran cerna dapat yang bermanifestasi klinis mulai dari yang
seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang
mengancam hidup. Hematemesis adalah muntah darah segar (merah segar) atau
hematin (hitam seperti kopi) yang merupkan indikasi adanya perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) atau proksimal dari ligamentum Treitz. Melena (feses
berwarna hitam) biasanya berasal dari perdarahan SCBA, walaupun perdarahan
usus halus dan bagian proksimal kolon dapat juga bermanifes dalam bentuk
melena. Adapun penyebab dari perdarahan SCBA, antara lain:
6. Sindroma Mallory-Weiss
Hematemesis atau melena yang secara khas mengikuti muntah-muntah berat
yang berlangsung beberapa jam atau hari, dapat ditemukan satu atau beberapa
laserasi mukosa lambung mirip celah, terletak memanjang di atau sedikit
dibawah esofagogastrikum junction.
7. Keganasan
Keganasan, misalnya kanker lambung.
8. Angiodisplasia
Angiodisplasia ialah kelainan vaskular kecil, seperti yang terdapat pada
traktus intestinalis.
Presentasi klinis
perdarahan. Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80% sumber
pada pasien dengan perdarahan masif dimana transit time dalam usus yang
pendek (15-20%)
Syncope (14%)
Presyncope (43%)
Dispepsia (18%)
Nyeri epigastrium (41%)
Nyeri abdomen difus (10%)
BB menurun (12%)
Ikterus (5%)
Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah gambaran klinis dari
komorbid seperti penyakit hati kronis, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit
ginjal dsb.
Hematemesis, melena dan hematoschizia, dan pemeriksaan hasil laboratorium
tertentu bisa digunakan sebagai indikator sumber perdarahan berasal dari tabel 1
dibawah ini .
feses berwarna hitam seperti melena. Namun pada melena berbau khas.
Melena terjadi bila perdarahan lebih dari 50-100 cc. Dan lama kontak
dubur
Warna feses bercampur darah tergantung waktu transit; waktu transit yang
normal ; bila rasio >35 kemungkinan PSCA, bila <35 kemungkinan PSCB.
Pendekatan diagnosis
yang sangat cermat dan pemeriksaan fisik yang sangat detil, dalam hal ini yang
terlebih dahulu. Bila pasien dalam keadaan tidak stabil yang didahulukan adalah
resusitasi ABC. Setelah keadaan pasien cukup stabil maka dapat dilakukan
Mallory Weiss.
aspirasi atau sumbatan jalan nafas, hal ini sering ini sering dijumpai pada
pasien usia tua dan pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Khusus
untuk penilaian hemodinamik(keadaan sirkulasi) perlu dilakukan evaluasi
jumlah perdarahan.
mungkin perdarahan arteri. Seperti halnya warna feses maka warna aspirat
Laboratorium darah lengkap, faal hemostasis, faal hati, faal ginjal ,gula
standard
Angiografi bila perdarahan tetap berlangsung dan endoskopi tak
Esofagus :Varises,erosi,ulkus,tumor
Gaster :Erosi, ulkus, tumor, polip, angiodisplasia, Dilafeuy,
Patofisiologi
PSCA karena varises terjadi 25-30% pasien sirosis hati. Varises esofagus
dan gaster disebabkan karena peningkatan aliran darah dalam vena-vena kolateral
dan aliran darah porta melalui vena gastrica coronaria akibat hipertensi portal.
varises biasanya memakai cara red whale marking. Yaitu dengan menentukan
besarnya varises (F1-F2-F3), jumlah kolom (sesuai jam), lokasi di esofagus
Ulkus Peptikum
terkena.
Tipe 1a, 1b, 2a, 2b, perlu terapi dengan endoskopi; risiko perdarahan ulang 43-
55%
Tipe 2c, 3 tidak perlu terapi endoskopi; risiko perdarahan ulang 5-10%
Stress Gastritis
tekanan intrakranial meningkat (ulkus cushing) dan luka bakar (ulkus curling) dan
asam lambung / refluxate lain misal pada GERD atau obat-obatan tertentu seperti
NSAID/OAINs.
tropikal terjadi karena NSAID bersifat asam dan lipofili, sehingga mempermudah
Efek sistemik NSAID lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat
merupakan substansi sitoprotektif yang amat penting bagi mukosa lambung. Efek
tahap katalitikator dalam produksi prostaglandin. Sampai saat ini dikenal ada dua
bentuk COX, yakni COX-1 dan COX-2. COX-1 ditemukan terutama dalam
otak dan ginjal yang juga bertanggung jawab dalam respon inflamasi. Endotel
yang apabila terjadi gangguan atau hambatan (COX-1) akan timbul vasokonstriksi
sehingga aliran darah menurun dan menyebabkan nekrosis epitel. Sebagian besar
obat OAINS bekerja sebagai inhibitor non selektif enzim siklooksigenase, dimana
tromboksan dari asam arakidonat. Asam arakidonat ini dihasilkan dari lapisan
pembawa dalam proses inflamasi. Penghambatan COX oleh NSAID ini lebih
lanjut dikaitkan dengan perubahan produksi mediator inflamasi. Sebagai
Penatalaksanan pasien
Pemberian Vitamin K
Vasopressin
Balon Tamponade
Tindakan umum:
Terhadap pasien yang stabil setelah pemeriksaan dianggap memadai, pasien dapat
pemasangan CVP
Oksigen sungkup / kanula.Bila ada gangguan A-B perlu dipasang ETT
Mencatat intake output,harus dipasang kateter urine
Memonitor Tekanan darah, Nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya
tetapi pada 20% dapat berlanjut. Walaupun sudah dilakukan terapi endoskopi
pasien dapat mengalami perdarahan ulang. Oleh karena itu perlu dilakukan
assessmen yang lebih akurat untuk memprediksi perdarahan ulang dan mortalitas.
Dalam hal ini tampak bahwa makin tinggi skor makin tinggi risiko
perdarahan ulang dan mortalitasnya Untuk pasien dengan skor > 4 harus
dilakukan penanganan secara tim dengan melibatkan Penyakit dalam, bedah, ICU,
Terapi khusus
1. Varises gastroesofageal
Otreotid
Somatostatin
Glipressin (Terlipressin)
Terapi endoskopi
Skleroterapi
Ligasi
Terapi pembedahan
Shunting
Transeksi esofagus + devaskularisasi + splenektomi
Devaskularisasi + splenektomi
2. Tukak peptik
Terapi medikamentosa
PPI
Obat vasoaktif
Terapi endoskopi
Terapi bedah
dapat diberikan diit segera setelah endoskopi sedangkan pasen dengan risiko
tinggi perlu puasa antara 24-48 jam , kemudian baru diberikan makanan secara
bertahap.
Pencegahan perdarahan ulang
Varises esofagus
Tukak peptik
Tukak gaster PPI selama 8-12 minggu dan tukak duodeni PPI 6-8 minggu
Bila ada infeksi helicobacter pilory perlu dieradikasi
Bila pasien memerlukan NSAID, diganti dulu dengan analgetik dan
kemudian
dipilih NSAID selektif(non selektif) + PPI atau misoprostol
Memulangkan pasien
Apabila tidak ada komplikasi, perdarahan telah berhenti dan hemodinamik stabil
serta risiko perdarahan ulang rendah pasien dapat dipulangkan. Pasien biasanya
pulang dalam keadaan anemis arena itu selain obat untuk mencegah perdarahan
Initial assessment
History &
physical
exam
Vital sign
NGT
Empirical tx LAB
Hemostatic
agen Hemodynamic instability
Active bleeding
RESUSCITATION
Cristaloid
Colloid
Blood
Transfusion
Urgent
Definitive Tx Surgery
History &
physical
exam
Vital sign
NGT
LAB
Empirical tx
Cristaloid
Colloid
Blood
Transfusion
Vasoactive Drug
Elective
Bleeding stop
Endoscopy
Emergency or
eraly UGI
Endoscopy
Surgery
DAFTAR PUSTAKA
Peter DJ, Dougherty JM. Evaluation of the patient with gastrointestinal bleeding :
an evidence based approach. Emerg Med Clin North Am, Feb 1999;17 (1):
239-61
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-perdarahan-saluran-
cerna-bagian.html
Djumhana A. Perdarahan akut saluran cerna bagian atas. Bagian Ilmu Penyakit
Dalam RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung;2003
Abdullah, M. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas dan Occult Bleeding. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi IV, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2007; 295-298
Abdurrachman, S.A. Tumor Esofagus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1
edisi IV, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2007; 327
Adi, P. Pengelolaan perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1 edisi IV, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2007; 289-292
Akil, H.A.M. Tukak Duodenum. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi IV,
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta 2007; 345-347
Lindseth, Glenda N. Gangguan Lambung dan Duodenum. Patofisiologi-Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Volume I. Edisi 6. EGC, Jakarta 2003