You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 analisis situasi


Secara konseptual Guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai
persyaratan kompetensi untuk menjalakan tugas dan kewenangannya secara
profesional ,sementara kondisi ril di lapangan masih jauh dari yang di harapkan baik
secara kuantitas ,kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalaan ini masih di
tambah dengan berbagai tantangan kedepan yang masih kompleks di era global ini.
Diuraikan sejauh mana tantangan guru di masa depan wawasan sebagai menambah
khasanah untuk di pergunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan
profesionalan guru.
Sebagai seorang profesional ,guru harusnya memiliki kapasitas yang memadai
untuk melakukan tugas membimbing ,membina dan mengarahkan peserta didik
dalam menumbuhkan semangat ke unggulan ,motivasi belajar dan memiliki
kepribadian serta budi pekerti yang luhur yang sesuai dengan buda bangsa
indonesia ,namun demikian semua kita mengetahui bahwa begitu banyak tantangan
yang di hadapi oleh seorang guru dalam upaya untuk melaksanakan tugas nya secara
profesional di masa datang.
Dalam menghadapi masyarakat abad 21 tugas yang sangat mulia yang di
emban oleh seorang guru agar dilaksanakan dengan penuh kehiklasan dan
mengharuskan seorang guru mengembangkan pengalaman dan pengetahuan di era
globalisasi seperti sekarang ini ,demi meningkatankan kualitas ilmu pengetahuan
yang di terima oleh peserta didik.

Guru dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman baik dari segi
ilmu pengetahuan maupun dari segi teknologi karena hal tersebut sangat berpengaruh
bagi anak didik kita dan guru harus mampu menghadapi tantangan yang

1
beranekaragam dengan berbagai teknik atau cara tersendiri sesuai dengan model
tantangan yang di hadapi.

Dizaman yang sudah berkembang sekarang ini guru harus mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya ,diantara tantangan-tantangan bagi guru yang akan menjadi
sebuah fenomenal dan akan muncul di era mendatang guru di persiapkan dan mampu
menghadapinya dengan baik dan benar menurut aturan-aturan yang telah di tetapkan.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah


Dari Latar belakang, tinjauan pustaka dan pengalaman di lapangan dapat
diidentifikasi masalah bahwa (1) kompetensi yang diperoleh siswa didukung oleh
kemampuan guru dalam mengefektifkan pembelajaran yang memerlukan visualisasi,
(2) penggunaan teknologi oleh guru-guru di sekolah-sekolah pedesaaan di masyarakat
pemanfaatannya belum optimal. Oleh karenanya dalam kegiatan seminar nasional ini
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah sikap profesionalisme guru dalam pembelajaran di desa-desa ?
2) Bagaimanakah guru-guru di indonesia mampu memanfaatkan teknolgi dengan
optimal ?

1.3 Tujuan Kegiatan


1. Sebagai upaya turut mendukung dan mengembangkan sistem dan mutu

pendidikan nasional.
2. Mengajak para guru untuk menerapkan pengajaran dan sikap profesinal dalam

mengajar peserta didik.


3. Mengetahui kepribadian apa saja yang di miliki guru profesional.
4. Mempersiapkan guru di era globalisasi yang akan datang yang mampu bersaing

khususnya di kawasan asia.


5. Menanamkan sikap profesional guru sedini mungkin.
6. Sebagai forum sosialisasi guru pendidikan matematika.

2
1.4 Manfaat Kegiatan
Setelah diadakan kegiatan seminar nasional pada guru maupun calon guru
diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam media pembelajaran
dan mampu menerapkan di sekolah. Selain itu, guru juga diharapkan termotivasi
untuk mengembangkan program-program pembelajaran yang lain yang lebih inovatif
dalam media pembelajarannya.

1.5 Sasaran Kegiatan


1. Guru-guru dan dosen seluruh indonesia.
2. Seluruh pemerintahan kabupaten indramayu terutama dinas yang terkait

pendidikan.
3. Keluarga besar universitas wiralodra indramayu dan beserta masyarakat umum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Matematika


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
nomor 103 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran, pembelajaran
merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap

3
peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di
sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang
semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan,
dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat,
berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Pembelajaran
dapat pula diartikan sebagai suatu rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara
kegiatan belajar sehingga individu dapat belajar secara optimal dalam mencapai
tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik (Erman
Suherman, dkk., 2003: 9). Menurut Gagne (Benny A. Pribadi, 2009: 9) pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang sengaja dilakukan dengan maksud untuk
memudahkan terjadinya proses belajar.

Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran adalah suatu rekaya sosio-psikologis yaitu rancangan kegiatan yang
melibatkan kondisi sosial dan mental peserta didik yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan
yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika.
Rusffendi (Erman Suherman, dkk., 2003: 18) menyatakan bahwa matematika
terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran. Menurut Herman Hudojo (2005: 35) matematika tidak hanya berhubungan
dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang
sebagai sasarannya. Begle (Herman Hudojo, 2005: 36) menyatakan bahwa sasaran
atau objek penelaahan matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa matematika berhubungan dengan gagasan
berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis. Berdasarkan pengertian-
pengertian matematika tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah hasil

4
pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang
berkaitan dengan fakta, operasi, dan prinsip.

Berdasarkan pengertian belajar, pembelajaran, dan matematika, dapat disimpulkan


bahwa pembelajaran matematika adalah suatu rekaya sosio-psikologis yaitu
rancangan kegiatan yang melibatkan kondisi sosial dan mental peserta didik yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan pemikiran
mereka tentang ide, proses, dan penalaran yang berkaitan dengan fakta, operasi, dan
prinsip.
Dalam lampiran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMP
dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
mendapatkan beberapa hal sebagai berikut.
a) Memahami konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Termasuk dalam
kecakapan ini adalah melakukan algoritma atau prosedur, yaitu kompetensi yang
ditunjukkan saat bekerja dan menerapkan konsep-konsep matematika seperti
melakukan operasi hitung, melakukan operasi aljabar, melakukan manipulasi
aljabar, dan keterampilan melakukan pengukuran dan melukis/
menggambarkan /merepresentasikan konsep keruangan.
b) Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu
membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada.
c) Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik
dalam penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam
pemecahan masalah dalam konteks matematika maupun di luar matematika
(kehidupan nyata, ilmu, dan teknologi) yang meliputi kemampuan memahami
masalah, membangun model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh termasuk dalam rangka memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari (dunia nyata).

5
d) Mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti
matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
f) Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika
dan pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten, menjunjung tinggi
kesepakatan, toleran, menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet,
tangguh, kreatif, menghargai kesemestaan (konteks, lingkungan), kerjasama, adil,
jujur, teliti, cermat, bersikap luwes dan terbuka, memiliki kemauan berbagi rasa
dengan orang lain.
g) Melakukan kegiatankegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan
matematika.
h) Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan
kegiatan-kegiatan matematika. Kecakapan atau kemampuan-kemampuan tersebut
saling terkait erat, yang satu memperkuat sekaligus membutuhkan yang lain.
Sekalipun tidak dikemukakan secara eksplisit, kemampuan berkomunikasi
muncul dan diperlukan di berbagai kecakapan, misalnya untuk menjelaskan
gagasan pada Pemahaman Konseptual, menyajikan rumusan dan penyelesaian
masalah, atau mengemukakan argumen pada penalaran.

2.2 Media Pembelajaran Teknologi


Media pembelajaran adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
alat bantu pada proses belajar. Tiga fungsi utama media pembelajaran adalah (1)
memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi dan (3) memberi intruksi
(Azhar Arsyad, 2002: 20).

6
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh yang
cukup luas dalam perkembangan dunia pendidikan. Penggunaan peralatan elektronika
seperti radio, televisi, video, tape recorder, film strips, everhead proyektor, kalkulator
dan komputer semakin memasyarakat dan dirasakan kegunaannya dalam dunia
pendidikan, termasuk pendidikan matematika di sekolah.
Melihat bahwa komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam
berbagai kegiatan di masyarakat termasuk dalam dunia pendidikan, maka sudah
saatnya apabila penggunaan alat ini diperkenalkan di sekolah-sekolah termasuk pada
pendidikan dasar. Sebuah hasil penelitian yang dilakukan terhadap 4000 pembacanya
oleh suatu majalah Instructional di Amerika Serikat yang bertujuan untuk melihat
sikap guru pada tahun 1982 (Ruseffendi, 1988: 84) menunjukkan bahwa 86%
menyatakan tertarik kepada komputer.
Teknologi komputer mampu mengubah cara-cara yang kita gunakan dalam
matematika sehingga isi dari program dan metode matematika yang diajarkan juga
berubah. Siswa harus harus melanjutkan untuk belajar matematika dengan tepat dan
mereka juga harus mampu untuk mengenal kapan dan bagaimana mengoperasikan
komputer secara efektif. Guru pun harus tahu bagaimana dan kapan harus
menggunakan peralatan komputer untuk mengembangkan dan memperluas
pemahaman siswa tentang matematika (Hatfield, 1992: 13).
Ruseffendi (1989: 420) mengemukakan beberapa alasan tentang pentingnya
komputer diterapkan di sekolah, antara lain:
1. Sikap siswa terhadap pelajaran akan positif, sebab komputer itu netral
2. Komputer dapat memberikan umpan balik secara langsung kepada siswa yang
dapat meningkatkan keberhasilan belajar
3. Kekeliruan siswa atau guru akan terhindarkan
4. Soal-soal dapat diselesaikan jauh lebih cepat
Menurut Azhar Arsyad (2002: 54) keuntungan penggunaan komputer pada
pembelajaran yaitu komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan
karena tersedianya animasi grafik dan warna yang menambah realisme. Komputer

7
juga dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran karena ia dapat
memberikan iklim yang lebih afektif dengan cara yang lebih individual, tidak pernah
lupa dan bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan
program yang digunakan. Namun untuk menggunakan komputer diperlukan
pengetahuan dan keterampilan khusus tentang komputer dan harga untuk
pengembangan perangkat lunaknya relatif mahal (Azhar, 2002: 54)

2.3 Animasi Visual


Animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang
terjadi selama beberapa waktu. Animasi bisa berupa gerak sebuah objek dari tempat
yang satu ke tempat yang lain, perubahaan warna, atau perubahan bentuk (yang
dinamakanmorphing). Animasi terhadap suatu benda konkret misalnya gambar,
simbol-simbol atau teks disebut animasi visual. Pada saat ini, software yang paling
lengkap dan mudah digunakan adalah power point. Dengan menggunakan software
ini, dapat disusun multimedia yang profesional. Softwer power point telah
dikembangkan dalam beberapa versi.

BAB III
METODE SEMINAR
3.1 Solusi yang Ditawarkan
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka solusi yang
ditawarkan pada kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a) Menambah pengetahuan guru tentang pemanfaatan teknologi dalam pembuatan
multimedia powerpoint sebagai media pembelajaran matematika yang dapat
menarik dan meningkatkan kualitas guru-guru.

8
b) Menambah pengetahuan guru tentang perkembangan media pembelajaran
berbasis IT di dunia, diantaranya adalah multimedia pembelajaran interaktif
dengan menggunakan powerpoint.

3.2 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan seminar ini mengikuti aktivitas pelaksanaan tindakan
yang terdiri dari Persiapan/Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Refleksi.
3.2.1 Perencanaan
Kegiatan perencanaan sebagai berikut:
a) Melakukan kordinasi dengan Lembaga Kampus Universitas Wiralodra
Indramayu serta lembaga-lembaga intra kampus di dalamnya.
b) Melakukan bimbingan ke kuta prodi matematika dengan kegiatan seminar yang
di adakan.

3.2.2 Pelaksanaan
HARI/TANGGAL : 12 JUNI 2015
WAKTU : 08.00 S/D 11.30
TEMPAT :GEDUNG AULA NYI ENDANG DARMA UNIVERSITAS
WIRALODRA INDRAMAYU

3.2.3 Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan secara langsung oleh pelaksana. Evaluasi berupa
hasil kerja peserta (guru mitra) terhadap pemanfaatan powerpoint dalam
pembelajaran matematika. Proses evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
kekurangan dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan.
3.2.4 Refleksi
Refleksi dilakukan bersama antara pelaksana dan peserta (guru mitra). Hal ini
dilakukan untuk mengetahui seluruh proses pelaksanaan kegiatan.

9
BAB IV
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
Guru-guru mampu mengembangkan dan menerapkan sikap profesionalisme dalam
proses pembelajaran dan menerapkan teknologi dalam pembelajaran seperti
memanfaatkan powerpoint dalam menjelaskan materi yang di ajarakan serta
memanfaatkan microsoft excel dalam proses menghitung sehingga memudahkan
guru-guru dalam penyampaian materi serta lebih efektif dalam proses
pembelajarannya.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.2 Kegiatan seminar nasional bisa membantu guru lebih inovasi lagi dalam
proses pembelajarannya.
5.3 Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh para guru dari kegiatan
seminar nasional ini semoga dapat di terapkan dan di aplikasi dalam
pembelajaran
BAB VI
PENUTUP
Demikian yang kami paparkan mengenai materi yang kami paparkan masih banyak
kekurangan dan kelemahannya semoga bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

10
Ahmad Shofwan. 2000. Menjadikan Matematika Lebih Bermakna. jakarta: FMIPA
UNJ. Makalah seminar.
Marpaung, Y. 2000. Meningkatkan Kualitas Pembelajarang guru Matematika .
Proceeding Konperensi Nasional X Matematika UNJ, 17-20 Juli 2000.
Ruseffendi, E. T. 1988. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru
dan SPG, Seri Kedua dan Kelima. Bandung: Tarsito.
Soedjadi. 2000. Kiat-Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Tim. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta:
Depdiknas.

11

You might also like