You are on page 1of 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap teori adalah suatu pengetahuan yang diakui kebenarannya.
Kemunculan suatu teori tidaklah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba.
Teori akan muncul berdasarkan suatu proses asumsi, pengujian dan
pengambilan simpulan. Ini artinya suatu teori harus terbentuk dari asumsi
mengenai realitas (ontologi), yang berlanjut pada pencarian kebenaran
berdasarkan asumsi (epistemologi) serta tujuan atas ilmu pengetahuan
(aksiologi), lalu berdasarkan epistemologi yang dipercayai akan
dirumuskan metodologi dalam menguji pengetahuan. Jelas adanya bahwa
ontologi, epistemologi, aksiologi, dan metodologi merupakan sesuatu yang
saling terkait. (Kamayanti, 2014 )
Dalam memahami definisi teori , perlu pula dipahami tentang
asumsi ontologis yang mendasari definisi teresebut. Misalnya jika diambil
definisi teori menurut Belkaoui (2004 : 104), maka teori adalah dalil-dalil
yang menghubungkan konsep- konsep dalam bentuk hipotesis yang akan
diuji. Unsur- unsur yang terkandung dalam suatu teori adalah konsep,
dalil, dan hipotesis, yang saling berhubungan dalam suatu struktur
sistematis yang memungkinkan diberikannya penjelasan dan prediksi. Ini
adalah suatu pandangan akan teori dari satu perspektif asumsi positivis
yang mengakui bahwa realita adalah sistematis dan memiliki hubungan
hypo-deductive atau kausalitas. Di sisi lain sebenarnya teori dapat
dipandang dari lima tingkatan (Llewelyn, 2003) yang bisa menjadi grand
theory, conceptual tools, philosophical (meta) theories, concepts dan
ideas. Bahkan sebenarnya American Accounting Association sendiri telah
menyatakan bahwa empirical studies..may initiate cycle of theory
development (Abdel-khalik dan Ajinkya, 1979 :10), namun juga tidak
menolak bakwa ada pendekatan lain yaitu pendekatan naturalistik atau
interaktif yang akan menghasilkan teori senada dengan grounded theory
(Abdel-khalik dan Ajinkya, 1979 :17).
2

Para peneliti akuntansi telah menerapkan metodologi metodologi


dan teori yang berbeda untuk memeriksa seluruh kemungkinan
permasalahan yang pentig dilapangan. Pada awalnya, diawal tahun 1970-
an, peneliti apriopri seperti ini dikritik sebagai tidak sempurna secara
teoritis atau memiliki nilai yang diragukan. Pada tahun 1970, Gonedes dan
Dopuch berpendapat bahwa sebuah model apriori yang membenarkan
keunggulan dari seperangkat prosedur prosedur akuntansi suatu hal yang
tidak mungkin dilakukan. Untungnya Wells, dalam sebuah artikel yang
berpengaruh di tahun 1976, membela penelitian apriori sebagai suatu
langkah yang dibutuhkan dalam revolusi pemikiran akuntansi. menurut
Belkaoui (2011 : 104)
Wells melanjutkan dengan menunjukkan bahwa peristiwa
peristiwa yang terjadi di dalam akuntansi sepertinya mengikuti suatu pola
yang diuraikan oleh Kuhn sebagai revolusi yang berhasil, sehingga disiplin
ilmu akuntansi muncul dari suatu kondisi krisis. Secara singkat dalam tesis
Kuhn adalah suatu ilmu akan didominasi oleh suatu revolusi dimana
paradigma yang berkuasa akan digantikan oleh paradigma baru yang
dominan. Hal yang utama dari pola revolusioner Kuhn ini adalah definisi
dari kata paradigma. Jika diasumsikan bahwa untuk sementara waktu
definisi seperti ini memiliki kemungkinan untuk terjadi, langkah
berikutnya adalah untuk mengidentifikasi paradigma paradigma dalam
akuntansi.
Langkah ini diambil pada tahun 1977 oleh American Accounting
Association AAA ( Asosiasi Akuntansi Amerika ) dengan diterbitkannya
Statement on Accounting Theory Acceptance- SOATATA ( Pernyataan
Teori Akuntansi dan Penerimaan Akuntansi ). Pernyaatan ini
mempertimbangkan perkembangan perkembangan yang terjadi di dalam
pemikiran akuntansi dari sudut pandang filosofi ilmu pengetahuan yaitu
dilihat dari segi pemikiran oleh Kuhn mengenai bagaimana kemajuan
terjadi di dalam ilmu pengetahuan SOATATA mengidentifikasikan tiga
pendekatan teoritis yang dominan :
3

a. Pendekatan klasik (laba sebenarnya / induktif ), digunakan oleh baik


deduksionis normatif maupun penulis yang positif dan induktif
b. Pendekatan kegunaan keputusan digunakan oleh mereka yang
menekankan model model pengambilan keputusan ( akuntansi
keprilakuan dan penelitian tingkat dasar )
c. Pendekatan informasi / ekonomi , dengan sebuah pembedaan yang
dibuat antara kasus individu tunggal dan kasus multi individu
Beberapa hasil riset akuntansi menjelaskan beberapa peran
akuntansi yang mendukung bahwa setiap kondisi fenomena yang muncul
dalam bidag ekonomi, sosial, politik dan memprediksi fenomena yang
akan muncul di masa yang akan datang maka diperlukan sebuah teori
sebagai pendukungnya yaitu memiliki fungsi menurut Hendriksen (1982)
mengemukakan kegunaan teori akuntansi sebagai berikut :
a. Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur
dan praktik akuntansi.
b. Memberikan pedoman terhadap praktik dan prosedur akuntansi yang
baru.
Menurut Ahmed Belkaoui, tidak ada teori akuntansi yang lengkap
pada kurun waktu. Oleh karena itu, teori akuntansi harus mencakup semua
literature akuntansi yang memberikan pendekatan yang berbeda-beda satu
sama lain. Maka akuntansi masuk dalam sebuah teori degan berbagai riset
yang telah membuktikannya.
Starling (1975) mengatakan bahwa akuntansi adalah ilmu bukan
seni, karena seni tidak dapat memecahkan masalah-masalah akuntansi
yang ada. Namun Stamp (1981) dan Baccouche (1992) dengan berbagai
alasan secara tegas mengatakan bahwa akuntansi bukanlah suatu ilmu.
Bahkan beberapa orang ahli juga mengatakan bahwa akuntansi bukanlah
suatu seni maupun ilmu, tetapi akuntansi adalah teknologi, karena menurut
mereka akuntansi merupakan bagian dari praktik, sehingga jika akuntansi
dianggap sebagai ilmu maka untuk bisa dipakai untuk mempengaruhi
sosial tertentu harus terlebih dahulu diolah menjadi teknologi. (Littleton,
1974; Sudibyo, 1987; Gaffikin, 1991dan Suwardjono, 2005).
4

Pendefinisian akuntansi sebagai bidang ilmu (science) sebenarnya


tidak didasarkan pada kriteria sebagai ilmu murni, tetapi semata-mata
karena akuntansi adalah suatu subyek yang dipelajari di perguruan tinggi
maupun sekolah, sama halnya dengan subyek-subyek lain yang juga
dipelajari. Seseorang yang belajar akuntansi maka akan mendapatkan ilmu
akuntansi. Pengertian ilmu dalam akuntansi tidak sama dengan pengertian
ilmu dalam ilmu-ilmu murni seperti fisika, kimia, biologi, psikologi,
sosiologi dan lain-lain.
Pengertian teori yang terdapat dalam teori akuntansi menurut
Hendriksen dan Paton di atas sebenarnya tidak tepat, karena tidak
memenuhi sifat-sifat teori dalam ilmu murni. Berikut ini adalah sifat-sifat
teori menurut metodologi dalam filsafat ilmu menurut Karl Popper
(dikutip dari Bambang Sudibyo)
a. Teori adalah pernyataan hipotetis mengenai perilaku variabel-variabel
yang diteorikan.
b. Suatu teori tetap statusnya sebagai teori sepanjang penyangkalan-
penyangkalan baik logis maupun empiris tidak berhasil
membuktikannya salah.
c. Teori tidak mungkin dibuktikan kebenarannya, sebaliknya teori
memungkinkan untuk dibuktikan salah. Ilmu bukanlah koleksi
pernyataan-pernyataan tentang kebenaran, melainkan hanya koleksi
pernyataan-pernyataan yang belum terbukti salah.
d. Tujuan teori ada dua yaitu: 1) untuk menerangkan perilaku variabel-
variabel yang diteorikan, dan 2) untuk meramalkan perilaku variabel-
variabel itu di masa yang akan datang.
e. Teori bersifat deskriptif dan eksplanatif, tidak normatif. Teori menjawab
pertanyaan apa (what) dan mengapa (why), bukan apa yang
seharusnya (what should be) dan bagaimana melaksanakan (how to
do).
5

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah akuntansi merupakan teori atau tidak ?
b. Apakah arti penting teori akuntansi ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Memberikan penjelasan tentang teori
b. Memeberikan penjelasan tentang akuntansi dan perkembangan akuntansi
c. Memberikan penjelasan tentang teori akuntansi
d. Memberikan penjelasan arti penting teori akuntansi
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori


Akuntansi terus berkembang seiring dengan perkembangan
masyarakat. Sejarah perkembangan pemikiran akuntansi (accounting
thought) dibagi dalam tiga periode: tahun 4000 SM1300 M; tahun 1300
1850 M, dan tahun 1850 M sampai sekarang. Masing-masing periode
memberi kontribusi yang berarti bagi ilmu akuntansi. Pada periode
pertama akuntansi hanyalah bentuk record-keeping yang sangat sederhana,
maksudnya hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang terjadi dalam
dunia bisnis saat itu. Periode kedua merupakan penyempurnaan dari
periode pertama, dikenal dengan masa lahirnya double-entry book keeping.
Pada periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran akuntansi
yang bukan lagi sekedar masalah debit kirikredit kanan, tetapi sudah
masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi yang
luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern,
pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami
akuntansi sebagai: 1) alat hitung menghitung; 2) sumber informasi dalam
pengambilan keputusan; 3) sampai ke pemikiran bagaimana akuntansi
diterapkan sejalan dengan (atau sebagai bentuk pengamalan) ajaran agama.
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa: A theory is a set of interrelated
constructs (concepts), definitions, and propositions that present a
systematic view of phenomena by specifying relations among variables,
with the purpose of explaning and predicting the phenomena.
Teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya yang
mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena. Definisi ini
mengandung tiga konsep penting antara lain:
1. Teori adalah suatu proporsi yang terdiri dan konstrak yang sudah
didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam
proporsi tersebut secara jelas.
7

2. Teori menjelaskan hubungan antar variabel sehingga pandangan yang


sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut
dapat jelas.
3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel
yang saling berhubungan.
Menurut Hedriksen (1992), pengertian teori adalah suatu susunan
hipotesis, konsep, dan prinsip pragmatis yang membentuk kerangka umum
referensi untuk suatu bidang yang dipertanyakan. Teori adalah hulu atau
sumber suatu proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah melalui prosedur
penelitian dengan asumsi atau hipotesis-hoipotesis kemudian diuji atau
dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan (Tamburaka,
H.Rustam E; 1999). Creswell (2003) menyatakan bahwa teori merupakan
satu set kontruksi yang terkait (variabel) yang menyajikan pandangan
sistematis fenomena dengan menentukan hubungan antara variabel,
dengan tujuan menjelaskan fenomena alam.

2.1.1 Pembentukan Teori


Beberapa teori membentuk suatu kelompok pertanyaan yang
berkaitan satu sama lain sehingga memberi makna pada suatu rangkaian
kejadian. Teori dapat diuji, dirubah, atau digunakan sebagai pemandu riset
atau sebagai dasar evaluasi. Teori diperoleh melalui dua metode pokok,
yaitu:
a. Teori yang deduktif: dimulai dengan menguji suatu gagasan umum,
kemudian melakukan tindakan khusus untuk menarik suatu
kesimpulan khusus.
b. Teori yang induktif: menekankan pada pengamatan dahulu, lalu
menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini
sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan
dari khusus menjadi umum (going from specific to the general)
Llewelyn (2003) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa terdapat lima
tingkatan teori untuk penelitian empiris kualitatif
8

1. metaphor theorizes (dengan membayangkan dan mengumpulkan


pengalaman-pengalaman);
2. differentiation theorizes (dengan memilah-milah pengalaman);
3. concepts theorizes (dengan menghubungkan struktur dan subjek
dengan praktiknya);
4. theorizing settings (menjelaskan hubungan fenomena);
5. theorizing structures (menjelaskan secara struktural dan dalam skala
besar dari kenyataan sosial) yang juga disebut sebagai grand
theorizing.
Kelima tingkatan teori ini memiliki hubungannya tersediri dengan
isu-isu empiris. Sebagai contoh, pemahaman mengenai alasan, aksi,
agensi, proses sosial dan produksi sosial lebih dapat dipahami melalui
tingkatan teori yang paling dasar, yaitu metaphor, differentiation, dan
conceptualization. Sementara pemahaman mengenai penyebab, struktur,
dan hubungan antara individu, organisasi dan lingkungan dapat lebih
dipahami melalui tingkatan teori keempat dan kelima. Sedangkan hal-hal
seperti kelas, gender, hubungan kekuasaan dan distribusi sumber daya
dapat jauh lebih dapat dipahami melalui tingkatan teori kelima.

2.2. Pengertian Akuntansi


Pengertian mengenai akuntansi sampai saat ini belum dapat
didefinisikan secara umum yang dapat menjelaskan apa sebenarnya
akuntansi. Sehingga masih banyak pengertian-pengertian yang diajukan
oleh para ahli dalam buku teks, artikel, maupun dalam jurnal ilmiah.
Organisasi profesional bidang akuntansi publik yaitu American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA) mendefinisikan akuntansi sebagai
berikut:
Accounting is the art of recording, classifying and summarizing in
a significant manner and terms of money, transaction and events which
are, in part at least, of finacial character, and interpreting the result there
of yang memiliki arti bahwa akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, peringkasan yang tepat dan dinyatakan dalam satuan mata
9

uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya


bersifat finansial dan penafsiran hasil-hasilnya.
American Acounting Association (AAA) dalam Soemarso (1996)
mendefinisikan akuntansi sebagai proses pengidentifikasian, pengukur dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian-
penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut.
Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis,
memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada para pengambil keputusan (Horngren dan Harrison, 2007). Warren
dkk (2005) mendefinisikan akuntansi secara umum dan lebih ringkas yaitu
akuntansi didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan
laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas/kinerja ekonomi dan kondisi perusahaan.
Akuntansi menurut Weygandt dkk (2007) dikatakan bahwa
akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan,
mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu
organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.
Suwardjono (2012), mengajukan definisi akuntansi yang dibedakan
menjadi dua aspek yaitu sebagai seperangkat pengetahuan dan akuntansi
sebagai proses, fungsi, atau praktik. Sebagai seperangkat pengetahuan,
akuntansi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan yang
mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan
kuantatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan
cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang
berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan
ekonomik.. Akuntansi sebagai proses, fungsi, atau praktik didefinisi
sebagai proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan,
pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data
keuangan dasar yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi,
atau kegiatan operasi suatu unit organisasi untuk menghasilkan informasi
yang relevan untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
10

2.3 Teori Akuntansi


2.3.1 Pengertian Teori Akuntansi
Hendriksen dan Van Breda (1992) mendefinisikan teori akuntansi
sebagai berikut:....penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-
prinsip yang luas (a set of broad priciples) yang memberikan rerangka
referensi umum untuk mengevaluasi praktek akuntansi dan memberikan
pedoman dalam mengembangkan praktek dan prosedur akuntansi yang
baru. Definisi tersebut dapat dilihat bahwa teori akuntansi tidak lepas
dari praktek akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan praktek
akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan praktek
tersebut.
Macfoedz (1996) mendefinisikan teori akuntansi sebagai konsep,
standar, mode, hipotesis dan metoda yang saling terkait yang diekstraksi
dari disiplin filosofi akademi dan keilmuan untuk menjelaskan dan
memprediksi fenomena bisnis.
Menurut Soewardjono (2012) Pengertian teori akuntansi
bergantung pada apakah akuntansi dipandang sebagai sains atau teknologi.
Apabila Akuntansi dipandang sebagai Sains maka Teori Akuntansi bersifat
Positif. Sedangkan apabila Akuntansi dipandang sebagai Teknologi maka
Teori Akuntansi bersifat Normatif.
11

Akuntansi

Sains Teknolo
gi
Taksonomi

Pengertian Akuntansi Ilmu sosial : mempelajari Perekayasaan


Suatu gejala sosial / manusia sistem pelaporan

Pengertian Teori Penjelasan ilmiah dengan Penalaran logis


Akuntansi metode ilmiah induktif atau dengan
empiris pertimbangan
nilai
atau lingkungan

Hasil Teori atau penjelasan Rerangka Konsep


Sebagai ilmiah sebagai justifikasi dan
generalisasi kebijakan

Pengertian Teori Akuntansi sebagai Sains sebagai berikut :


Seperangkat konsep, definisi, dan proposisi (pernyataan) yang saling
berkaitan secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan
memprediksi fenomena akuntansi.
Fenomena akuntansi yang menjadi perhatian adalah keputusan atau
perilaku pihak (manusia) yang berkepentingan dengan akuntansi.
Menggunakan metoda yang diemulasi dari metoda ilmiah dalam ilmu alam
dengan sasaran menguji kebenaran pernyataan/penjelasan secara ilmiah.
Tidak menghasilkan prinsip, metoda, atau teknik akuntansi yang menjadi
pilihan kebijakan akuntansi.
Pengertian Teori Akuntansi sebagai Teknologi sebagai berikut :
Penalaran logis yang melandasi praktik akuntansi.
Proses penalaran untuk menjustifikasi kelayakan praktik atau prinsip
akuntansi tertentu.
Teknologi melekat pada perekayasaan pelaporan keuangan.
Hasil perekayasaan didokumentasi dalam bentuk rerangka konseptual.
12

Asumsi dasar merupakan basis dalam proses keseluruhan teori


akuntansi. Asumsi dasar akan digunakan untuk menyusun konsep
akuntansi. Konsep akuntansi yang baik akan menghasilkan standar yang
baik. Dari standar selanjutnya diturunkan menjadi metode, kemudian
praktik akuntansi yang harus mengacu kepada standar yang dibuat.
Prekripsi akuntansi dikembangkan untuk memecahkan masalah-
masalah khusus, teori yang mendasarinya juga dikembangkan berdasarkan
model-model yang khusus. Secara umum, fungsi utama dari teori
akuntansi adalah untuk memberikan rerangka pengembangan ide-ide baru
dan membantu proses pemilihan akuntansi (Mathews and Perera, 1993).
Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa teori memiliki karakteristik
sebagai berikut: a) memiliki body of knowledge; b) konsisten secara
internal; c) menjelaskan dan/atau memprediksi fenomena; d) menyajikan
hal-hal yang ideal; e) referen yang ideal untuk mengarahkan praktek; dan
e) membahas masalah dan memberikan solusi.
Meskipun berbagai pendapat teori akuntansi telah banyak
dikembangkan, namun tidak satupun dari teori tersebut yang mampu
menjelaskan secara tuntas dan menyeluruh tentang apa yang dinamakan
teori akuntansi. Belkaoui (1993) juga mengakui pendapat tersebut. Dia
mengatakan harus diakui bahwa sampai saat ini tidak ada teori akuntansi
yang bersifat komprehensif (p 56). Teori yang sekarang muncul dari
pemakaian pendekatan yang berbeda, bukannya dihasilkan dari satu teori
tunggal yang komprehensif. Komite dari American Accounting
Association (AAA, 1997 : 1-2) juga menyatakan hal yang sama yaitu tidak
teori akuntansi tunggal yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan
pemakai, yang ada dalam literatur akuntansi keuangan bukanlah teori
akuntansi, tetapi koleksi teori yang digambaran sesuai dengan perbedaan
pemakainya.
Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang
digunakan dalam ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori
dikembangkan dari hasil observasi empiris. Akuntansi cenderung dikembangkan
atas dasar pertimbangan nilai (value judgment), yang dipengaruhi oleh faktor
13

lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori tersebut kemudian dituangkan


dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam praktek akuntansi.
Perlunya teori dan praktek dapat dilihat dari praktek berikut.
Berlawanan dengan bidang bahasa, meteorologi atau kimia, akuntan dapat
mengubah praktek relatif lebih mudah. Oleh karena itu, masalah yang
dihadapi akuntan adala mengetahui bagaimana praktek akuntansi
seharusnya dikembangkan di masa mendatang. Sanksi yang berkaitan
dengan implementasi kebijakan akuntansi menjadi sangat penting dalam
memahami bidang akuntansi, karena praktek memungkinkan untuk diubah
agar sesuai (cocok) dengan teori.
Hal inilah yang tidak terpikirkan oleh ilmuwan dari bidang lain
sebaik apapun teori yang dihasilkan, jika teori tersebut tidak sesuai dengan
fenomena empiris, maka teori tersebut akan diganti oleh teori lain yang
lebih cocok dengan fenomena tersebut (Ijiri, 1971).Teori akuntansi dapat
dikatakan sebagai suatu konsep modern jika dibandingkan dengan teori-
teori lain seperti matematika atau fisik. Asasannya, bahwa akuntansi
dikembangkan dari model yang spesifik bukannya dikembangkan secara
sistematik dari teori yang terstruktur (Chambers, 1994).
Teori akuntansi yang dihasilkan pada periode Pacioli sampai awal
abad sembilan belas. Berbagai usulan tentang teori muncul, tetapi tidak
satupun yang menempatkan akuntansi pada cara-cara yang sistematis
(Goldberg, 1949). Meskipun akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan murni, akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu
sosial (social science). Seperti halnya ilmu sosial lainnya, konsep
akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang sifatnya universal.
Konsep akuntansi mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana
akuntansi dipraktekkan (Glautier and Underdown, 1994).

Jadi jelas bahwa teori yang selama ini dikembangkan memiliki sudut
pandang yang berbeda dan kadang bertolak belakang.

2.3.2 Perspektif / Aspek / Orientasi Teori Akuntansi


1. Sasaran atau Goals
14

Awal perkembangan teori akuntansi menghasilkan teori normatif yang


didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan. Pendekatan klasikal yang
lebih menitikberatkan pada pemikiran normatif mengalami kejayaannya pada
tahun 1960-an, tetapi dalam tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan
dalam penelitian akuntansi. Alasan yang mendasari pergeseran ini adalah
bahwa pendekatan normatif yang telah berjaya selama satu dekade tidak
dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai di dalam praktek
sehari-hari. Design system akuntansi yang dihasilkan dari penelitian normatif
dalam kenyataannya tidak dipakai dalam praktek.
Pada awal perkembangannya teori akuntansi menghasilkan teori
normative yang didefinisikan sebagai teori yang mengharuskan dan
menggunakan kebijakan nilai (value judgement) yang mengandung minimum
sebuah prem is (Wolk & Tearney, 1997). Teori normatif pada awalnya belum
menggunakan pendekatan investigasi formal, baru pada perkembangan
berikutnya mulai digunakannya pendekatan investigasi terstruktur formal,
yaitu pendekatan deduktif (dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai
dengan dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai dasar untuk
mengembangkan teknik-teknik akuntansi (Anis dan Imam,2003). Selain itu
perkembangan akuntansi juga mengarah pada teori akuntansi positif atau
deskriptif yang investigasinya sudah lebih terstruktur dengan menggunakan
pendekatan induktif didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan
berdasarkan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci (Anis
dan Imam,2003). Berbagai teori positif atau deskriptif berkembang dengan
pesat dalam akuntansi. Perkembangan teori mengarah pada teori positif
(deskriptif) ini dibarengi dengan perubahan fokus teori akuntansi yang
digunakan oleh lembaga akuntansi, misalnya FASB yang menekankan pada
kegunaan dalam pengambilan keputusan dan tidak lagi terfokus pada
postulate seperti terlihat pada kerangka konseptual yang diterbitkan oleh
FASB mulai tahun 1979 yang dimulai dengan perumusan tujuan pelaporan
keuangan (SFAC 1,1979 dalam Anis dan Imam,2003).
2. Aspek Sasaran Teori
15

Aspek sasaran teori akuntansi ini adalah pembedan teori akuntansi


menjadi teori akuntansi positif (berisi pernyataan tentang suatu kejadian,
tindakan, atau perbuatan seperi apa adanya sesuai dengan fakta atas dasar
empiris) dan normatif (berisi pernyataan dan penalaran untuk menilai apakah
sesuatu itu baik atau buruk atau relevan atau tidak relevan dalam
hubungannya dengan kebijakan ekonomik atau sosial tertentu.
Penjelasan positif diarahkan untuk memberi jawaban apakah sesuatu
pernyataan itu benar atau salah atas dasar ilmiah. Penjelasan normatif
diarahkan untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik sehingga
bersifat pembuatan kebijakan.
3. Tataran Semiotika dalam Teori Akuntansi
Teori dapat diekspresikan dalam wujud kata atau tanda (sign). Dalam
filsafat pengetahuan, studi tentang tanda dikenal dengan istilah semiology.
Semiology dibagi menjadi tiga bagian, sintaktik (syntactics), semantik
(semanics), dan pragmatik (pragmatics or behavioral).
1). Sintaktik (Syntactics)
Berhubungan dengan logika internal dari dunia abstrak, logika internal
yang konsisten dikemukakan dalam bentuk pernyataan terstrukur yang dapat
berupa: pernyataan abstrak dengan tata bahasa baku dan pernyataan logika
matematik. Pernyataan dalam bentuk bahasa yang terstrukur, misalnya
apabila permintaan suatu barang naik, maka harga barang itu akan
cenderung ikut naik. Sedangkan pernyataan logika matematika atau dalam
bentuk model-model misalnya: Y = a + bX, atau persamaan dasar akuntansi A
= K + E.
Atas dasar tersebut perlu matematics rules atau systactics rules, yaitu
dengan atribut atau simbol-simbol abstrak sebagai berikut:
(a) Y = a + bX
Keterangan:
Y = variabel dependen
a = bilangan konstan
b = koefisien
X = variabel independen
16

2). Semantik (Semantics)


Semantik pada gambar di atas digambarkan dalam garis yang
dihubungkan dengan kotak-kotak persegi, hubungan ini memusatkan
perhatiannya pada peristiwa, obyek atau gejala yang sesungguhnya terjadi
dengan semua karakteristiknya.
Berdasarkan pernyataan logika matematik atau model-model pada
tingkat sintaktik tersebut di atas, dapat dihubungkan dengan fakta empirik
yang ada di dunia nyata (real world), dengan menetapkan definisi
operasionalnya, sebagai berikut:
(a) Misalnya, memprediksikan jumlah penjualan (Y) pada tahun yang
akan datang, berdasarkan data historis penjualan yang tersedia di perusahaan
dalam 5 tahun sebelumnya, maka penjelasannya sebagai berikut:
Y = a + Bx
Keterangan:
Y = Jumlah penjualan yang diprediksikan sebagai varibel dependen
a = Konstanta
b = Koefisien
X = Data historis penjualan 5 tahun sebelumnya, sebagai variabel
independen atau variabel bebas/pengarus.
Bilangan konstan atau koefisiennya dapat ditentukan dengan
pendekatan : (1) moment, (2) least square (3) regresi, tergantung pada
karakteristik data yang tersedia dan tujuan yang ingin dicapai. Apabila semua
data sudah dimasukkan dalam notasi yang sesuai, maka dapat ditentukan
jumlah prediksi penjualannya (Y), yang dapat dipakai sebagai dasar
penetapan kebijaksanaan penjualan pada masa yang akan datang.
3). Pragmatik (Pragmatics or Behavioral)
Aspek pragmatik cukup berperan dalam bidang penelitian ilmu-ilmu
sosial, seperti: sosiologi, psikologi, antropologi, dan akuntansi. Hubungan
pragmatik, berkaitan dengan perilaku individu atau kelompok kepentingan
sebagai akibat dari adanya situasi tertentu, atau tersedianya informasi
keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi. Apabila
17

suatu hipotesis pada tingkat sintaktik dilakukan pengujian (test) validitasnya


dengan fakta empirik, hasilnya bisa sama atau berbeda, bahkan bisa ditolak.
Supaya lebih mudah dipahami selanjutnya akan diberikan contoh dalam
aplikasi akuntansi sebagai berikut:
(1) Teori Sintaktik
Teori sintaktik berusaha untuk menjelaskan praktik akuntansi dan
memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau
bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Dengan demikian teori ini
berkaitan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan.
Interpretasi teori akuntansi atas dasar sintaksis dapat digambarkan
sebagai berikut: input semantik dalam sistem tersebut adalah transaksi dan
pertukaran yang dicatat dalam jurnal dan buku besar perusahaan. Tranaksi
tersebut kemudian dimanipulasi (dibagi dan dijumlah) atas dasar alasan dan
asumsi-asumsi akuntansi kos historis. Contohnya akuntan menganggap
bahwa inflasi tidak perlu dicatat dan nilai pasar (nilai wajar) aset dan utang
dihiraukan. Akuntan kemudian menggunakan konsep pembukuan
berpasangan (double entry) dan prinsip-prinsip akuntansi kos historis untuk
menghitung laba dan rugi serta neraca saldo. Dalil atau prinsip individu
diverifikasi setiap saat laporan keuangan diaudit, dengan cara mengecek
kebenaran perhitungan dan manipulasi. Dengan cara ini, akuntansi kos
historis telah dipraktekkan sejak dahulu sampai sekarang.
(2) Teori Semantik (Interpretasi)
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek
atau peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Jadi teori ini
memberikan penjelasan mengenai definisi operasional dari praktek akuntansi.
Struktur akuntansi, meskipun dapat dirumuskan secara logis, tidak akan
berarti sama sekali apabila simbol atau istilah yang menggambarkan peristiwa
atau pengukuran tidak berkaitan secara empiris dengan fenomena dunia
nyata. Oleh karena itulah, teori yang berkaitan dengan interpretasi (semantik)
diperlukan untuk memberikan arti bagi proposisi akuntansi. Dengan cara
demikian, konsep interpretasi yang dibuat akuntan diartikan sama oleh
pemakai informasi akuntansi.
18

(3) Teori Pragmatik (Perilaku)


Teori ini berusaha menjelaskan pengaruh informasi akuntansi terhadap
perilaku pengambilan keputusan. Jadi teori pragmatik dimaksudkan untuk
mengukur dan mengevaluasi pengaruh ekonomi, psikologi, dan sosiologi
pemakai terhadap alternatif prosedur akuntansi dam media pelapornya.
(3.1) Pendekatan Pragmatik-Deskriptif
Metoda ini paling universal dan tua, kemungkinan adalah pemakaian
pragmatik deskriptif. Atas dasar metoda ini, perilaku akuntansi diamati terus
menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi.
Proses seperti ini merupakan pendekatan induktif yang digunakan untuk
mengembangkan teori akuntansi.
Ada beberapa kritik yang ditujukan pada pendekatan tersebut yaitu (1)
tidak ada penilaian yang logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan
akuntan. Tidak alasan untuk membenarkan bahwa akuntan mencatat rekening
tertentu dengan cara yang seharusnya dilakukan, dan tidak ada pertimbangan
analitis terhadap kualitas tindakan atau rekening yang dibuatnya; (2) metode
tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena
pendekatannya tidak berujung pangkal. Argumennya, teknik-teknik akuntansi
tidak pernah dipermasalahkan atau diragukan karena teknik-teknik tersebut
terus-menerus digunakan oleh para pendukung pragmatik; serta (3) perhatian
cenderung dipusatkan pada perilaku-perilaku akuntan, bukan pada
pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aset, utang, pendapatan dan
lain-lain.
Atas dasar kenyataan tersebut Sterling (1970) berkesimpulan bahwa
pendekatan pragmatik tidak sesuai untuk penyusunan teori akuntansi.
Kesimpulan tersebut dikaitkan dengan teori normatif tentang bagaimana
akuntansi seharusnya dikerjakan, bukannya teori positif yang menjelaskan
atau memprediksi di dunia nyata.

Pendekatan Pragmatik-Psikologis
Pendekatan pragmatis yang kedua adalah mengamati reaksi pemakai
laporan keuangan. Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi menurut
19

aturan-aturan sintaktik yang berbeda dengan yang digunakan untuk


menghasilkan laporan keuangan (contoh: adanya sistem akuntansi inflasi
yang berbeda). Laporan tersebut kemudian disimpulkan oleh pemakai.
Dilihat dari aspek bahasa, rerangka teoritis akuntansi dapat saja terpusat
pada salah satu unsur teori tersebut: sintaktik (struktur), semantik
(interpretasi) dan pragmatik (perilaku). Namun demikian, Hendriksen dan
Van Breda (1992) berpendapat bahwa rerangka teori akuntansi yang lengkap
seharusnya memiliki tiga komponen teori di atas.
Pendekatan Penalaran
Atas dasar metode penalaran yang digunakan, teori akuntansi dapat
dirumuskan dari berbagai pendekatan yang berbeda yaitu: a) deduktif; b)
induktif; etikal; c) sosiologi; d) ekonomi; dan elektik (Belkaoui, 1993). Pada
pembahsan ini lebih ditekankan pada pendekatan dedukif dan induktif dengan
alasan bahwa pendekatan ini sering digunakan dibanding dengan empat
pendekatan yang lain.
1. Pendekatan Deduktif
Validitas teori yang dikembangkan melalui pendekatan ini, sangat
tergantung pada kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi dan
menghubungkan dengan tepat berbagai komponen proses akuntansi dalam
urutan yang logis. Kesalahan dalam menentukan tujuan dan kemampuan
prosedur untuk mencapai tujuan tersebut, akan menghasilkan konklusi yang
salah.
Perumusan teori akuntansi yang didasarkan pada pendekatan deduktif,
dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi
yang rasional sebagai pedoman dan dasar untuk mengembangkan teknik-
teknik akuntansi.
Secara umum, langkah yang digunakan dalam merumuskan teori
akuntansi adalah sebagai berikut: (a) menentukan tujuan pelaporan keuangan;
(b) memilih postulate akuntansi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik
dan sosiologi, (c) menentukan prinsip akuntansi; serta (e) mengembangkan
teknik akuntansi (Belkaoui, 1993).
20

Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan hal yang paling


penting karena tujuan yang berbeda mungkin memerlukan struktur yang
berbeda dan akan menghasilkan prinsip yang berbeda pula. Apabila tujuan
telah ditetapkan, beberapa definisi dan asumsi dapat dibuat. Peneliti
kemudian mengembangkan logika yang terstrukur untuk mencapai tujuan
tersebut, berdasarkan definisi dan asumsi yang dibuat.
Keuntungan pendekatan deduktif adalah kemampuan untuk
merumuskan struktur teori yang konsisten, terkoordinasi, lengkap dan setiap
tahapan berjalan secara logis. Dengan cara demikian, konsistensi internal
(internal consistency) antar preposisi dapat tercapai. Lebih lanjut dapat
dikatakan bahwa setiap prinsip dapat diuji logika kebenarannya dan dapat
digunakan untuk menentukan apakah digunakan sebagai standar dalam
mengevaluasi berbagai praktek akuntansi (Salmonson, 1969).
Kelemahan pendekatan deduktif didasarkan pada postulat dan tujuan
tertentu yang kemungkinan salah. Apabila hal ini terjadi, otomatis prinsip
yang dihasilkan juga sala. Di samping itu, pendekatan deduktif juga terbukti
sering menghasilkan prinsip yang terlalu teoritis sehingga tidak dapat
diterapkan dalam praktek. Implikasinya, pendekatan ini kurang teruji dalam
praktek.
2. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan
berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci. Littleton (1953)
bahwa prinsip akuntansi dapat dihasilkan secara induktif dengan melakukan
pengujian empiris terhadap kegiatan akuntansi. Hal ini didukung (Moonitz)
mengatakan bahwa observasi terhadap data akuntansi kelihatan lebih tepat
dengan pendekatan induktif. Pendapat ini juga didukung oleh Schrder (1962 :
645) yang menyatakan bahwa perumusan teori akuntansi dapat dilakukan
secara induktif dengan cara mengobservasi data keuangan yang dihasilkan
dari transaksi bisnis.
Kesimpulannya, proses induktif melibatkan kegiatan observasi
mengenai data keuangan yang berkaitan dengan berbagai unit usaha. Dari
hasil observasi tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan dirumuskan
21

prinsip-prinsip akuntansi sesuai hubungan yang ada. Langkah yang dilakukan


adalah sebagai berikut: (a) mencatat semua observasi; (b) menganalisis dan
mengklasifikasikan hasil observasi, sehingga dapat dirumuskan berbagai
kesamaan dan ketidaksamaan; (c) hasil observasi kemudian digeneralisasi;
serta (d) pengujian terhadap generalisasi (Belkaoui, 1993).
Keuntungan uama pendekatan induktif adalah bahwa pendekatan ini
didasarkan pada kebebasan dimana perumusan teori akuntansi tidak dibatasi
oleh struktur atau model yang telah diyakini/disiapkan sebelumnya. Jadi
pihak yang mengobservasi memiliki kebebasan untuk mengamati variabel
tertentu selama hal tersebut relevan dengan tujuanyang akan dicapai.
Kelemahannya yaitu: (1) observer dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak
disadari tentang jenis hubungan yang diamati (unsur bias); dan (2)
generalisasi data yang digunakan dalam observasi cenderung berbeda antara
satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Konsekuensinya, kesimpulan
yang dibuat dari hasil generalisasi kemungkinan besar salah hanya karena
data yang pening justru tidak diobservasi.

2.3.3 Sifat Teori Akuntansi


Menurut Dr. Winwin Yadiati, SE, M.Si, Ak (2007) sifat teori akuntansi
yaitu lebih bersifat deskriptif (positif), yaitu menjelaskan dan meramalkan
variable-variabel yang diteorikan apa adanya dan preskriptif (normatif), yaitu
menjelaska apa yang seharusnya atau menggambarkan variable sesuai dengan
aturan tertentu dan bagaimana seharusnya.
Teori akuntansi memiliki beberapa sifat, diantaranya yaitu :
1. merupakan seperangkat prinsip yang logis, saling terkait dan
membentuk kerangka umum
2. berkaitan erat dengan penyusunan kebijakan akuntansi
3. harus mencakup semua literatur akuntansi yang memberikan
pendekatan yang berbeda-beda satu sama lain
4. harus dapat memberikan penjelasan mengenai praktik akuntansi,
menjawab dan menjelaskan semua fenomena yang
melatarbelakangi penerapan suatu metode dalam praktik akuntansi.
22

5. harus dapat menjelaskan mengapa perusahaan lebih cenderung


menggunakan metode LiFO dartipada FIFO dalam menilai
persediaannya
6. harus bisa memprediksi atau bahkan menemukan gejala akuntansi
yang belum diketahui
7. sangat penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip
akuntansi

2.3.4 Tujuan dan fungsi Teori akuntansi


1. Tujuan teori akuntansi
Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan seperangkat
prinsif yang logis, saling terkait, yang menbentuk kerangka umum, dan dapat
dipakai sebagi acuan untuk menilai dan mengembangkan praktek akuntansi.
2. Fungsi teori akuntansi
Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori
akuntansi sebagai berikut :
1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi
menyusun standarnya.
2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah
akuntansi dalam hal tidak adanya standar resmi.
3. Menentukan batas dalam hal melakukan judgement dalam
penyusunan laporan keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap
informasi yang disajikan laporan keuangan.
5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.
Sedangkan Hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori
akuntansi sebagai berikut :
1. Memberikan kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur
dan praktek akuntansi.
2. Memberikan pedoman terhadap praktek dan prosedur akuntansi yang
baru
Fungsi teori akuntansi ( Hery : 2009: 124 ) adalah :
23

1. Sebagi pedoman bagi lembaga penyusun standar akuntansi


2. Member kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah akuntansi
yang tidak ada standar resminya.
3. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca terhadap
informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan.
4. Agar laporan keuangan dapat diperbandingkan
5. Memberikan kerangka acuan dalam menilai prosedur dan praktek
akuntansi.
Menurut financial accounting standars board ( FASB ), teori dalam
akuntansi di perlukan untuk :
1. Mengarahkan badan penyusun standar dalam menetapkan standar
akuntansi.
2. Memberikan landasan konseptual untuk memecahkan masalah
perlakuan akuntansi tertentu bila belum ada standar yang
mengaturnya.
3. Member batas keleluasaan dalam menyusun laporan keuangan
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai terhadap arti
penting laporan keuangan.
5. Meningkatkan daya banding laporan keuangan.

BAB III
SIMPULAN
24

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perkembangan akuntansi selama ini banyak sekali mengalami perubahan


menyesuaikan kebutuhan informasi yang relevan bagi penggunanya,
namun seiring berjalannya waktu banyak paradigma yang membentuk
pandangan baru dalam memberikan penilaian terhadap informasi yang
disajikan akuntansi sehingga terkadang terjadi banyak perdebatan di
dalamnya seperti apakah akuntansi masuk dalam suatu kajian teori atau
tidak.

2. Definisi teori akuntansi merupakan perdebatan panjang antara akademisi


dan praktisi. Para ahli mendefinisikan akuntansi baik sebagai seni,
komunikasi, aktivitas jasa, sains maupun sebagai teknologi.

3. Menurut pendapat kami guna menghasilkan output yang reliabel maka


akuntansi merupakan suatu kajian teori namun memiliki kekhasannya
dalam suatu kajian teori.

4. Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang
digunakan dalam ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti
teori dikembangkan dari hasil observasi empiris. Akuntansi cenderung
dikembangkan atas dasar pertimbangan nilai (value judgment), yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori
tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan
dalam praktek akuntansi.

5. Teori akuntansi sangat penting dipelajari karena ditinjau dari sifat, tujuan
dan fungsi teori akuntansi yang sangat memepengaruhi informasi yang
dihasilkan melalui proses akuntansi agar relevan dan reliabel. Serta di
dalam teori akuntansi terdapat beberapa kajian yang dijelaskan di
dalamnya seperti pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
angka angka akuntansi guna memberikan informasi bagi pengguna
laporan keuangan yang relevan dan dapat dipertanggugjawabkan
keabsahannya.

You might also like