You are on page 1of 23

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


(PD3I)

DOSEN PEMBIMBING :
dr. FAUZIAH ELYTHA, Msi
Disusun Oleh :
KELOMPOK 11

APRINA IKA NURRAHMI 1611216062


F YOSI IKHSANA 1611216052
HARYATI PUTRI HASIBUAN 1611216057
HERLINDA OKTAVIA 1611216025
PENIA RESTY 1611216074
MIFTAKHUL HUDA 1611216064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kelompok ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

kelompok berkat, rahmat, kesehatan, kesempatan, dan kemauan hingga kelompok dapat

menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam tidak lupa kelompok kirimkan ke junjungan

Nabi besar Muhammad SAW Nabi yang telah membawa kita kembali ke jalan Allah SWT

hingga kita dapat menikmati indahnya dunia sekarang ini.

Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit

Menular tentang Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi yang diberikan oleh ibu

dosen bersangkutan. Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa kami adalah manusia yang

mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.

Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna dalam makalah

ini. Kelompok melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kelompok miliki.

Maka dari itu, kelompok bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Akhirnya

kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah Epidemiologi Penyakit Menular ini bermanfaat

bagi teman-teman dan pembaca khususnya di bidang Kesehatan.

Padang, 3 September 2016

Kelompok

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
1.4. Metode Penulisan............................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

2.1 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


2.2.1 Pengertian ............................................................................. 3

2.2 Jenis-Jenis Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


2.2.1 Tuberkolosis......................................................................... 3
2.2.2 Poliomyelitis......................................................................... 5
2.2.3 Difteri................................................................................... 7
2.2.4 Pertusis................................................................................. 10
2.2.5 Tetanus................................................................................. 11
2.2.6 Campak................................................................................. 14
2.2.7 Hepatitis B............................................................................ 16

BAB 3 PENUTUP................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 18
3.2 Saran........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 5% (1,7 juta) kematian pada anak

balita akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sementara pada

tahun 1972, sesuai laporan WHO, berdasarkan hasil evaluasi kejadian penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi, diperkirakan setiap tahun sebanyak 5000 anak

meninggal karena difteri dan penemuan kasus difteri tenggorok pada balita sebanyak

28.500 kasus.
Imunisasi sebagai upaya preventif yang harus dilaksanakan secara terus menerus,

menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memutus mata rantai

penularan penyakit dan menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak individu itu terpapar oleh dengan penyakit

tersebut tidak menderita sakit.


Imunisasi adalah suatu upaya atau proses untuk menimbulkan/ meningkatkan

kekebalan seseorang terhadap suatu antigen sehingga bila kelak individu itu terpapar

oleh antigen serupa tidak akan terjadi penyakit. Tujuan jangka panjang dari upaya

pelayanan imunisasi adalah eradikasi atau eliminasi suatu penyakit. Tujuan jangka

pendek adalah pencegahan penyakit secara perorangan atau kelompok.


Banyak penyakit yang telah ditemukan vaksin sebagai upaya pencegahannya, tetapi

tidak semua dijadikan program imunisasi nasional. Menurut Depkes RI (2005),

beberapa pertimbangan untuk memasukkannya kedalam program antara lain adalah

besarnya masalah yang ditimbulkan (disease burdens), keganasan penyakit, efektifitas

vaksin, dan ketersedian vaksin. Sehingga kelompok tertarik membuat makalah tentang

1
Upaya pencegahan penyakit melalui progran imunisasi lebih populer dengan sebutan

Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi?
2. Sebutkan jenis-jenis penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular

mengenai Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


2. Untuk menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca dalam mengetahui

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


3. Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang definisi Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

1.4 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode study

pustaka yaitu dalam sumber pembuatan makalah ini kami menggunakan referensi buku-

buku teks yang berkaitan dengan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)


2.1.1 PENGERTIAN

2
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang

diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi,

adapun penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah Difteri,

Pertusis, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis B. Penyakit-penyakit ini timbul karena

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi.

2.2 JENIS-JENIS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI

(PD3I)

Ada 7 macam atau jenis penyakit menular yang dapat diupayakan pencegahan dengan

imunisasi.

2.2.1 TUBERKOLOSIS
Penyakit tuberkolosis atau TBC merupakan salah satu jenis penyakit infeksi

menular. Penyakit ini biasanya menyerang saluran pernafasan atau paru-paru yang

dipicu oleh suatu bakteri. Bakteri tersebut merupakan bakteri basil yang sangat kuat

sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan pengobatan.


2.2.1.1 Faktor Penyabab
Adanya infeksi dari bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Dan biasanya

merangsang paru-paru dan juga menyerang orang tubuh lain seperti gelenjar getah

bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, dan biasanya menyerang otak.


Jika bakteri ini masuk dan berkumpul di dalam paru-paru, ia akan berkembang

biak menjadi banyak, terutama pada orang yang daya tahan tubuh yang rendah, dan

dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh karena itu,

infeksi TBC menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti paru-paru, otak, ginjal,

saluran pernafasan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain. Meskipun demikian,

organ tubuh yang paling sering terjangkit adalah paru-paru. Saat bakteri ini berhasil

3
menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk

globular (bulat).
2.2.1.2 Gejala

Gejala umum:

1. Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Mengalami batuk-batuk selama lebih dari 1 bulan dan disertai dengan keluarnya

darah.
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah, lesu.
Gejala khusus:
1. Jika terjadi penyumbatan pada sebagian saluran yang menuju ke paru-paru akibat

penekanan kelenjar getah bening yang membesar, penderita akan mengeluarkan

suara mengi yaitu suara nafas yang melemah dan disertai dengan sesak.
2. Jika ada cairan pada pembungkus paru-paru,penderita bisa mengalami sakit dada.
3. Apabila mengenai tulang, penderita akan menunjukkan gejala seperti infeksi tulang

yang suatu saat nanti dapat membentuk saluran dan bermaura pada kulit diatasnya.

Selanjutnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.


2.2.1.3 Penularan
Sama seperti penyakit influenza dan penyakit saluran pernafasan lainnya,

penyakit TBC juga menular dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak langsung.

Selain itu penularan juga bisa melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mycobacteriium Tuberculosis yang dilepas dapat saat penderita TBC batuk dan bersin.

Sedangkan pada anak,sumber Infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
2.2.1.4 Pencegahan

Beberapa yang hal yang bisa kita lakukan agar terhindar dari penyakit TBC:

1. Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC aktif


2. Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi

makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga agar lingkungan agar tetap sehat, baik

4
itu dirumah maupun di tempat kerja,dan menjaga kebugaran tubuh. Dengan cara

menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolahraga.


3. Kesehatan badan harus sering dijaga supaya system imun senantiasa terjaga.
4. Pemberian vaksin BCG yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kasus infeksi

TBC yang lebih berat. Imunisasi BCG sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2

bulan.vaksin ini di berikan satu kali saja,tidak perlu diulang(booster). Sebab,vaksin

ini berisi kuman hidup,sehingga antibody di hasilkannya sangat tinggi.lokasi

penyuntikan vaksin BCG yaitu lengan kanan atas (insersio M.deltoideus). Dosis

untuk anak < 1 tahun adalah 0,05 ml.

2.2.1.5 Pengobatan
1. Minum obat secara teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter selama 6 bulan

berturut-turut tanpa terputus. Karena bila obat di minum secara teratur,kuman TBC

tidak akan mati,tumbuh resisten obat,dan kuman akan menjadi kebal sehingga

penyakit TBC akan semakin sulit untuk disembuhkan.


2. Makanlah makanan yang baik dan bergizi seimbang.
3. Berhenti merokok dan hindari juga minum-minuman yang berakohol.
4. Selalu melakukan control terhadap perkembangan pengobatan.
5. Istirahat yang cukup.
2.2.2 POLIOMYELITIS
polio merupakan penyakit paralisis atau kelumpuhan yang disebabkan oleh

virus. Penyakit polio ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Biasanya,kasus

terbanyak panyakit polio dialami anak-anak.


2.2.2.1 Faktor Penyebab
Penyebab penyakit Poliomyelitis adalah virus polio sendiri yang terdiri dari atas

3 strain,yaitu strain 1(Brunhilde),strain 2 (lanzig),dan strain 3(leon). Strain 1 adalah

paralitogenik atau paling ganas dan sering menyebabkan kejadian luar biasa

5
(wabah),sedangkan strain 2 paling jinak. Virus polio termasuk genus enteroviorus,

family picornavirus. Bentuk virus ini icosahedral, tanpa sampul (envelope) dengan

genom RNA, single stranded messenger molecule. Single stranded RNA membentuk

hampir 30% bagian virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan satu

protein kecil.

2.2.2.2 Gejala

Berikut ini adalah gejala awal menandai serangan penyakit Poliomyelitis:

1. Demam 6. Nyeri punggung atau kekakuan


2. Sakit tenggorokan 7. Nyeri atau kekakuan pada leher
3. Sakit kepala 8. Nyari lengan atau kaki
4. Muntah 9. Nyeri atau kejang otot
5. Kelelahan 10. Radang selaput

2.2.2.3 Penularan
Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-faring(mulut dan tenggorokan) atau

tinja penderita infeksi. Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia

melalui fekal-oral (dari tinja-mulut). Fekal-oral berarti minuman dan makanan tang

tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk kedalam mulut manusia

sehat lainnya. Penularan juga bisa terjadi melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Oral-

oral adalah penyebaran dari percikan air liur penderita yang masuk ke mulut manusia

sehat lainnya.
2.2.2.4 Pencegahan
1. Imunisasi polio yang biasanya dilakukan saat bayi usia 0 ,2,4,6 bulan. Pemberian

imunisasi selanjutnya bisa dilakukan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Pemberian

imunisasi polio selalu di barengi dengan imunisasi DPT. Pemberian imunisasi polio

bisa jadi lebih dari jadwal yang telah ditentukan,mengingat adanya imunisasi polio

missal. Namun,jumlah yang berlebihan tidak berdampak buruk. Sebab,tidak ada

6
istilah overdosis dalam pemberian imunisasi. Cara pemberiannya yaitu melalui

mulut.
2. Jika memasakkan air harus mendidih dengan sempurna. Sebab,suhu yang tinggi

dapat cepat mematikan virus polio. Sebaliknya,bila keadaan beku atau suhu yang

rendah,virus ini bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun.


3. Hindari kontak langsung dengan penderita polio, khususnya percikan air liurnya.
4. Biasakan menjadi pola hidup yang sehat.
2.2.2.5 Pengobatan
Setalah melakukan pemeriksaan secara seksama dan dokter mendapatkan

kesimpulan bahwa pasien positif mengidap polio, ada beberapa tindakan pengobatan

yang dapat dilakukan. Pengobatan ini dimaksudkan untuk mempercepat pemulihan dan

mencegah terjadinya komplikasi. Berikut ini adalah beberapa tindakan pengobatan yang

biasa dilakukan.
1. Antibiotik untk infeksi sekunder
2. Analgetik untuk nyeri
3. Ventilator portable untuk membantu pernafasan.
2.2.3 DIFTERI
Difteri adalah sebuah penyakit infeksi yang menyerang selaput mukosa hidung

dan tenggorokan. Difteri merupakan penyakit infeksi akut pada jaringan tonsil,pharynx,

laring, dan kadang juga terjadi pada kulit,selaput lendir,conjungtiva mata, dan alat

kelamin. Oleh karena itu, penyakit ini dapat mengancam jiwa para penderitanya. Selain

itu,toksin yang dikeluarkan dari bakteri yang memicu terjadinya penyakit ini dapat

menyebabkan gangguan terhadap fungsi jantung dan saraf.


2.2.3.1 Faktor Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Bakteri ini

umumnya menyerang membran mukosa yang melapisi hidung,tenggorokan,dan

tonsil.
2.2.3.2 Gejala

7
Gejala yang dibahas disini adalah gejala-gajala yang terkait dengan difteri yang

menyerang tenggorokan dan tonsil serta bisa menjalar ke bagian paru-paru yang

lain.gejala timbul biasanya 2-5 hari setelah terjadinya infeksi.


Gejala-gejala tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Nyeri pada tenggorokan dan suara parau.
2. Terasa sakit saat menelan
3. Kelenjar submandibular membengkak (leher kelihatan membesar)
4. Adanya selaput berwarna keabu-abuan yang menutupi tenggorokan dan tonsil

(amandel).
5. Susah bernafas,bisa juga bernafasnya cepat
6. Keluar cairan dari hidung yang purulen (bernanah).
7. Terasa panas dan atau dingin
8. Badan terasa tidak fit atau lemah
9. Keluar keringat dingin,nadi cepat,dan pucat.

2.2.3.3 Penularan
Difteri ditularkan melalui kontak langsung denga penderita melalui pernafasan

atau juga carrier. Sementara itu,masa penularannya sangat beragam,biasanya

berlangsung 2-4 minggu atau bahkan kurang. Penyakit ini tetap menular sampai tidak

ditemukan lagi bakteri dari discharge dan lesi.


2.2.3.4 Pencegahan
Berikut ini beberapa tindakan pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar

dari penyakit difteri:


1. Tindakan pencegahan yang paling utama untuk penyakit difteri adalah imunisasi

DPT secara rutin. Yang mana imunisasi ini di berikan secara intramuscular. Di

berikan sejak usia bayi 2 bulan dengan selang waktu 4 minggu. Imunisasi dasar DPT

di berikan 5 kali yaitu:


a. DPT 1 di berikan saat anak berusia 2-4 bulan

8
b. DPT 2 di berikan saat anak berusia 3-5 bulan
c. DPT 3 di berikan saat anak berusia 4-6 bulan
d. DPT 4 di berikan saat anak berusia 1 tahun setelah DPT 3, yaitu usia 18-24

bulan.
e. DPT 5 di berikan pada anak mulai masukk sekolah, yaitu sekitar usia 5-7 tahun

berikutnya, tepatnya dalam kegiatan imunisasi di sekolah dasar dan di berikan

pada usia 12 tahun,diberikan dT (adt-adult dose untuk vaksin difteri).


2. Pakailah masker agar tidak tertular bila berada ditempat yang sedang terjangkit

wabah difteri.
3. Dan jangan lupa untuk selalu mencuci tangan sengan sabun bila hendak makan.
2.2.3.5 Pengobatan
Pengobatan yang diberikan rumah sakit biasanya adalah Anti Dipheria Serum

(ADS). Pemberian obat ini disesuaikan dengan lokasi penyakit,adanya komplikasi,dan

lama penyakit. Selain itu,dokter biasanya juga memberikan antibiotik

antiroksin,diantaranya:
1. Eritromisin (oral atau dengan suntikan) selama 14 hari (40 mg/kg per hari dengan

maksimum 2g/d).
2. Prokain penisilin G di berikan interamuskular selama 14 hari (300.000 U/hari untuk

pasien dengan berat badan < 10 kg dan 600.000 U/hari untuk pasien dengan berat

badan >10 kg).


Pasien dengan alergi terhadap penisilin G atau eritromisin dapat menggunankan

rifampisin atau klindamisin.


2.2.4 PERTUSIS (BATUK REJAN ATAU BATUK SERATUS HARI)
Pertusis merupakan salah satu penyakit infeksi pernafasan yang sangat menular.

Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak,terutama yang berusia dibawah 1 tahun.

Pertusis juga bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi tidak bahaya.
2.2.4.1 Faktor Penyebab
Pertusis di sebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis dan Bordetella

parapertusis digolongkan dalam batuk kronis.


2.2.4.2 Gejala
Ada beberapa gejala yang umum di jumpai pada penderita pertusis,diantaranya:

9
1. Penderita mengalami batuk secara terus-menerus,utamanya malam hari seperti tidak

ada waktu untuk bernafas sama sekali.


2. Setelah 7-14 hari,batuk menjadi semakin hebat dan berulang-ulang dengan cepat

disertai dahak kental. Setiap batuk diakhiri dengan melengking.


3. Infeksi mata dan muka penderita kelihatan merah kebiruan.
4. Penderita terkadang muntah saat batuk
5. Mengalami pusing.
6. Susah untuk tidur
7. Tubuh terasa lemah dan tidak bertenaga
8. Nafsu makan menurun.
2.2.4.3 Penularan

Pertusis dapat menular dengan cara-cara berikut:

1. Melalui kontak langsung dengan penderita


2. Menular melalui udara saat penderita bersin,batuk,atau muntah.
2.2.4.4 Pencegahan
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah serangan pertusis adalah

sebagai berikut:
1. Hindari kontak langsung senga penderita pertusis
2. Biasakan menggunakan masker jika keluar rumah agar terhindar dari polusi asap

dan polusi-polusi lainnya.


3. Memberikan makan-makannya yang bergizi agar meningkatkan kekebalan tubuh

anak secara alami


4. Lakukan vaksinasi agar anak terlindung dari penyakit ini yaitu imunisasi DPT.

2.2.4.5 Pengobatan
Penderita penyakit pertusis sebaiknya mendapatkan penanganan lebih dini agar

proses penyembuhannya lebih cepat. Namun sayangnya,banyak penderitanya yang

terlampat didiagnosa. Sebaiknya ,segera bawa penderita ke dokter agar mendapatkan

penanganan yang cepat dan tepat. Selain itu, berikut beberapa langkah yang bisa

dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit pertusis yaitu:

10
1. Tempatkan penderita dalam ruang terpisah sekitar 6 minggu untuk menghindari

penularan.
2. Berikan makanan yang bergizi yang mudah di cerna sedikit demi sedikit.
Hindari makanan yang banyak mengandung gula pasir,pemanis buatan,dan

gorengan.
3. Hindari dari berbagai polusi yang menyebabkan iritasi ,misalnya asap rokok,asap

kendaraan dan polusi lainnya.


4. Selalu menjaga kebersihan tubuh penderita.

2.2.5 TETANUS
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang

menghasilkan racun neurotoxin yang menyerang saraf sehingga dapat membuat

kontraksi otot yang menyakitkan terutama otot rahang dan leher serta dapat

mempengaruhi otot-otot pernafasan sehingga dapat mengancam jiwa.

2.2.5.1 Faktor Penyebab


Bakteri penyebab tetanus adalah Clostridium tetani, yang secara alami

ditemukan di tanah, debu dan kotoran hewan. Merupakan sejenis bakteri yang hanya

dapat tumbuh dan berkembang pada situasi lingkungan yang kurang oksigen (anaerob).
Ketika bakteri ini memasuki luka yang dalam (miskin oksigen), spora bakteri

dapat menghasilkan toksin yang kuat, yang disebut tetanospasmin. Secara aktif toksin

ini akan mengganggu neuron motorik, yaitu saraf yang mengendalikan pergerakan otot

manusia. Efek racun pada neuron motorik yaitu menyebabkan kekakuan otot dan kejang

yang menjadi tanda-tanda utama dan gejala tetanus.


2.2.5.2 Gejala

tanda dan gejala tetanus dapat muncul kapan saja mulai dari beberapa hari sampai

beberapa minggu setelah bakteri penyebab tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka.

Dengan rata-rata masa inkubasi tujuh sampai delapan hari gejala tetanus baru muncul.

11
Tanda-tanda dan gejala tetanus secara berurutan adalah sebagai berikut:

1. Spasme dan kaku pada otot rahang

2. Dikuti kekakuan pada otot leher

3. Kesulitan menelan

4. Otot perut menjadi kaku

5. Kejang tubuh yang menyakitkan sampai tulang punggung melengkung

(epistotonus), berlangsung selama beberapa menit. Kejang ini biasanya dipicu oleh

kejadian kecil, seperti suara keras, sentuhan fisik atau cahaya

6. Kematian dapat terjadi karena kesulitan bernafas, lantaran otot-otot pernafasan

tidak berfungsi normal.

Tanda dan gejala tetanus lainnya yang mungkin menyertai antara lain:

1. Demam

2. Berkeringat

3. Tekanan darah tinggi

4. Denyut nadi atau jantung cepat

Penularan

Tetanus juga dapat terjadi pada bayi baru lahir sebelum berusia 1 bulan yang

disebut tetanus neonatorum. Hal ini terjadi karena alat-alat yang digunakan untuk

persalinan (memotong tali pusar) tidak steril atau luka tali pusar yang terkontaminasi,

sedangkan bayi belum memiliki kekebalan terhadap tetanus, karena sang ibu tidak

melakukan imunisasi TT (tetanus toxoid).


2.2.5.3 Pencegahan

12
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya.

Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri,

pertusis, tetanus). Dewasa sebaiknya menerima booster.

Pada seseorang yang memiliki luka, jika:

1. Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu

menjalani vaksinasi lebih lanjut

2. Belum pernah menerima booster dalam waktu 5 tahun terakhir, segera diberikan

vaksinasi.

2.2.5.4 Pengobatan
Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik

tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut.

Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan

mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan

dalam ruangan yang tenang. Untuk infeksi menengah sampai berat, mungkin perlu

dipasang ventilator untuk membantu pernafasan. Makanan diberikan melalui infus atau

selang nasogastrik. Untuk membuang kotoran, dipasang kateter.


2.2.6 CAMPAK (MORBILLI)
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi virus yang hidup

pada cairan lendir di saluran hidung,tenggorokan dan di dalam darah. penyakit ini juga

tergolong dalam penyakit menular.


2.2.6.1 Faktor Penyebab
Penyakit campak disebkan oleh virus ,yaitu virus campak itu sendiri

(Parammiksovirus,Genius morbilli). Virus campak ini dapat hidup dan berkembang biak

pada selaput lendir tenggorokan,hidung dan saluran pernafasan. Campak bisa di alami

13
siapa saja. Namun umumnya, penyakit ini banyak menyerang anak-anak. Sasaran virus

campak adalah anak-anak yang sedang mengalami kondisi tubuh yang lemah (system

imunitas yang kurang) dan kurangnya asupan gizi yang bagus.


2.2.6.2 Gejala
Campak memiliki masa inkubasi sekitar 10 sampai 14 hari. Inkubasi adalah

masa sejak pertama kali virus masuk ke dalam tubuh penderita (terjangkit), kemudian

virus berkembang biak dan menimbulkan ciri-ciri dan gejala berikut

Gejala Awal:

1. Demam yang berlangsung selama 3-5 hari


2. Pilek
3. Batuk
4. Tubuh tidak fit atau lemas
5. Peradangan selaput ikat mata (konjungtivitis)
6. Takut terhadap cahaya
7. Yang paling khas adalah timbulnya bercak berwarna putih keabu-abuan di keliling

warna kemerahan. Biasanya,serangan campak diawali pada pipi sebelah dalam.


Gejala Lanjutan.
1. Demam lebih tinggi lagi
2. Timbul bercak-bercak (bintik-bintik) berwarna merah di badan.
3. Menimbulkan rasa gatal
4. Sering juga di sertai dengan perdarahan pada kulit,mulut,hidung dan saluran

pencernaan.
Gejala Akhir
1. Pada stadium yang akhir,gejala-gejala awal sudah mulai menghilang
2. Bekas campak pada kulit akan berubah warna menjadi kehitaman.
2.2.6.3 Penularan
Meskipun penyakit campak termasuk golongan penyakit yang rungan karena

bisa sembuh sendiri, namun penyakit ini harus tetap diwaspadai karena sangat mudah

menular. Selain itu,tidak ada penanganan dan pengobatan yang serius penyakit ini bisa

berakibat fatal dan berujung kamatian. Penyakit ini menular dengan cara-cara berikut:
1. Bersentuhan langsung atau melalui air liur dengan penderita campak
2. Penyebaran melalui udara yang berasal dari batuk dan bersin penderita.
3. Berada dalam satu ruangan dengan penderita juga memungkinkan terjadinya

penularan.

14
2.2.6.4 Pencegahan
1. Pencegahan dengan vaksin campak dan MMR
2. Menghindari kontak langsung
3. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian asupan bergizi yang seimbang

dan pemberian vitamin.


4. Menjaga kebersihan tubuh
5. Istirahat yang cukup
2.2.6.5 Pengobatan
Pengobatan campak bersifat simptomatik dan pendukung saja, seperti pemberian

obat demam sesuai anjuran dokter dan pemberian vitamin A. Tujuan pemberian vitamin

A untuk mempercepat penyembuhannya.


2.2.7 HEPATITIS B
Hepatitis merupakan istilah untuk penyakit peradangan pada hati (liver).

Peradangan terjadi karena adanya toksin yang berada di hati (liver). Penyakit ini dapat

menyerang pada semua orang tak terkecuali orang memiliki kekebalan tubuh yang

sangat baik. Hepatitis bisa berakit fatal apabila tidak di tanggani segera. Hepatitis yang

dialami penderita selama kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut,sedangkan hepatitis

yang dialami lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Salah satu jenis hepatitis yang

menular adalah hepatitis B.


2.2.7.1 Faktor Penyebab
Sesuai dengan namanya,penyakit ini disebabkan oleh Hepatitis B virus (HBV).

Virus ini menular melalui darah,sperma, atau cairan tubuh lainnya. Pada saat virus

hepatitis B tersebut masuk ke dalam liver seseorang, maka virus ini akan langsung

menyerang sel liver dan akan berubah menjadi berlipat ganda.


2.2.7.2 Gejala
1. Kulit dan mata yang tampak kekuningan.
2. Kelelahan
3. Hilangnya nafsu makan dan merasa mual
4. Urine yang berwarna gelap
5. Perut membuncit
6. Demam
7. Nyeri sendi,muntah darah,badan lemas,dan
8. Kaki bengkak.
2.2.7.3 Penularan

15
1. Secara vertikal yaitu penularan dari ibu yang menginap virus Hepatitis B kepada bayi

yang beru lahir.


2. Secara horizontal, yaitu penularan melalui penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik

telinga,tusuk jarum,transfuse darah,penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara

bersamaan ,hubungan oral atau lendir,atau luka yang mengeluarkan darah, serta

hubungan seksual dengan penderita hepatitis B.


2.2.7.4 Pencegahan
1. Imunisasi hepatitis . penyuntikan vaksin hepatitis B di lakukan sekurang-kurangnya

diberikan 12 jam setelah bayi dilahirkan,asalkan kondisi stabil,serta tidak ada

gangguan pada paru dan jantungnya.imunisasi ini dilakukan di lengan dengan cara

intramuscular. Sedangkan pada bayi dipaha lewat anterolateral (antero = otot-otot

bagian depan, sedangkan lateral = otot bagian luar).


2. Jangan sekali-sekali melakukan hubugan badan tanpa alat pengaman, kecuali jika

yakin pasangan tidak terjangkit penyakit hepatitis.


3. Tidak meminjam barang orang lain selama tidak yakin dengan kondisi kesehatan

orang yang bersangkutan tersebut.


4. Tidak melakukan donor darah bila terkena penyakit hepatitis
5. Berhenti menggunakan obat-obatan terlarang.
6. Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman keras lainnya.
7. Berhati-hatilah terhadap tindik atau tato tubuh karena jarum yang digunakan bisa

saja tidak steril.


2.2.7.5 Pengobatan
1. Biasanya pengobatan untuk hepatitis B menggunakan interveron ( perinjeksi) dan

lamivudine (oral) dari kelompok nukleosida analog yang dikenal dengan nama 3TC-

HBV. Obat ini bisa di berikan pada orang dewasa maupun anak-anak.
2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (hepsera)
3. Pemberian obat Baraclude (entecair). Obat ini di berikan pada penderita hepatitis B

kronik.

BAB III

16
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang

diharapkan dapat diberantas atau ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi,

adapun penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah

tuberkolosis Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis B.


Penyakit tuberkolosis atau TBC merupakan salah satu jenis penyakit infeksi

menular. Penyakit ini biasanya menyerang saluran pernafasan atau paru-paru yang

dipicu oleh suatu bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang dapat di cegah dengan

imunisasi BCG..

Difteri adalah sebuah penyakit infeksi yang menyerang selaput mukosa hidung dan

tenggorokan disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Pertusis merupakan

salah satu penyakit infeksi pernafasan yang sangat menula dan ditularkan oleh bakteri

Bordetella pertusis dan Bordetella parapertusis. Tetanus adalah penyakit yang

disebabkan oleh infeksi bakteri yang menghasilkan racun neurotoxin yang menyerang

saraf sehingga dapat membuat kontraksi otot yang menyakitkan terutama otot rahang

dan leher penyebabnya adalah bakteri Clostridium tetani. Penyakit-penyakit ini dapat

cegah dengan imunisasi DPT.

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi virus yang hidup

pada cairan lendir di saluran hidung,tenggorokan dan di dalam darah yang ditularkan

oleh virus campak itu sendiri,dan dapat dicegah dengan imunisasi campak.

polio merupakan penyakit paralisis atau kelumpuhan yang disebabkan oleh virus

polio itu sendiri tetapi dapat di cegah dengan imunisasi polio.

17
Hepatitis merupakan istilah untuk penyakit peradangan pada hati (liver) yang

disebabkan oleh Hepatitis B virus (HBV). Dan dapat dicegah dengan imunisasi hepatitis

B.

3.2 SARAN

Dengan terbentuknya makalah ini, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun bagi pembaca umumnya dan dosen pembimbing khususnya

sehingga kelompok dapat memahami dan mempelajari penyakit yang dapat di cegah

dengan imunisasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sunar, Dwi . 2012. Daftar Tanda dan Gejala Ragam Penyakit. Penerbit Flashbook
:Jogyakarta
Mahayu, Puri . 2014. Imunisasi & Nutrisi. Penerbit bukubiru: Jogyakarta

Rimbi, Noviya. 2014. Buku Cerdik Penyakit-Penyakit Menular . Penerbit Saufa:.


Jogyakarta
Wahab,Samik dan Julia, Madarina. 2002 . Sistem Imun, Imunisasi , dan Penyakit Imun .
Penerbit Widia Medika : Jakarta
http://dinkes-kabmelawi.blogspot.co.id/2013/01/penyakit-menular-yang-dapat-
dicegah.html

You might also like