Professional Documents
Culture Documents
LABORATORIUM HEMATOLOGI
Penyusun :
RIBCA ANGGA FEBRILIA
(30114168)
A. Latar Belakang
Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah
perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segara akan terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang
terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian
pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor
pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang
akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan
dapat dihentikan.
Jadi dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa
vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat
trombosit, dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang
memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit,
dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi
hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh
darah dan keadaan otot.
Pedarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit,
ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan
bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut
diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan
yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu
pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer,
treombosit, dan koagulasi.
Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa
klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre
operasi, tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan
hemostasis. Yang paling penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun
hasil pemeriksaan penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu
dikerjakan jika ada riwayat perdarahan
B. Tujuan
1. APTT
Tes penyaring utama factor koagulasi melalui jalur intrinsic.
2. Pada pemeriksaan masa rekalsifikasi ini tujuannya adalah untuk menguji
adanya kekurangan faktor pembekuan darah pada jalur intrinsik yaitu pada
faktor pembekuan V, VIII, IX, XI, XII protrombin dan fibrinogen
1
3. Pada pemeriksaan PPT ini tujuannya adalah untuk menguji adanya
kekurangan faktor pembekuan darah pada jalur ekstrinsik yaitu pada faktor
pembekuan V, VII, X protrombin dan fibrinogen
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Fase koagulasi
Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada saat
yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang
disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini dapat
merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan
trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga
trombin hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh.
Factor III trombosit, dari membrane trombosit juga mempercepat pembekuan
plasma. Dengan cara ini, terbentuklah sumbatan trombosit, kemudian segera
diperkuat oleh protein filamentosa (fibrin). (Sylvia A.Price &Lloraine
M.Wilson.,2003)
4
jaringan tidak diperlukan, tetapi trombosit yang melekat pada kolagen
berperan. Faktor XII, XI, dan IX harus diaktivasi secara berurutan, dan faktor
VIII harus dilibatkan sebelum faktor X dapat diaktivasi. Zat-zat prakalikrein
dan HMWK juga turut berpartisipasi, dan diperlukan ion kalsium. (Sylvia
A.Price &Lloraine M.Wilson.,2003)
Dari hal ini, koagulasi terjadi di sepanjang apa yang dinamakan jalur
bersama. Aktivasi aktor X dapat terjadi sebagai akibat reaksi jalur ekstrinsik
atau intrinsik. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa kedua jalur tersebut
berperan dalam hemostasis. Langkah selanjutnya pada pembentukan fibrin
berlangsung jika faktor Xa, dibantu fosfolipid dari trombosit yang diaktivasi,
memecah protrombin, membentuk trombin. Selanjutnya trombin memecahkan
fibrinogen membentuk fibrin. Fibrin ini pada awalnya merupakan jeli yang
dapat larut, distabilkan oleh faktor XIIIa dan mengalami polimerasi menjadi
jalinan fibrin yang kuat, trombosit, dan memerangkap sel-sel darah. Untaian
fibrin kemudian memendek (retraksi bekuan), mendekatkan tepi-tepi dinding
pembuluh darah yang cederadan menutup daerah tersebut. (Sylvia A.Price
&Lloraine M.Wilson.,2003.)
5
3. Resolusi bekuan
Prothrombin time (PT) adalah tes darah yang mengukur berapa lama
waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Sebuah tes waktu prothrombin
dapat digunakan untuk memeriksa masalah pendarahan. PT juga digunakan untuk
memeriksa apakah obat-obat untuk mencegah pembekuan darah bekerja.
Sebuah tes PT juga dapat disebut tes INR. USD (rasio normalisasi
internasional) singkatan cara standardisasi hasil tes waktu prothrombin, tidak
peduli metode pengujian.
6
tromboplastin parsial (APTT) uji, adalah tes yang lebih baik untuk
mengetahui apakah dosis yang tepat heparin sedang digunakan.
2. Masa Rekalsifikasi
7
Masa rekalsifikasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyusun fibrin dari
plasma rendah trombosit dan Ca2+ dengan adanya penambahan CaCl2. Sebenarnya
masa rekalsifikasi ini digunakan untuk mengetahui adanya kelainan defisiensi factor
intrinsic, yaitu factor pembekuan V, VIII, IX, X, XI, XII, dan fibrinogen serta
protrombin. Reagen yang diperlukan adalah larutan kalsium klorida 0.025M dan
larutan natrium klorida 0.9%.
Fungsi penambahan CaCl2 adalah untuk mengaktifkan ion Ca2+ yang berfungsi
sebagai katalisator terbentuknya fibrinogen karena Ca mengendap saat dilakukan
pemusingan, padahal Ca2+ ini diperlukan untuk mempercepat terbentuknya benang
fibrin hingga terjadi bekuan.
Factor VIII : antihemofilik globulin (AHG), yaitu suatu factor plasma yang
berkaitan dengan factor III trombosit, dan factor Christmas; mengaktifkan
protrombin.
8
Factor IX : factor Christmas, yaitu factor serum yang berkaitan dengan factor III
trombosit dan VIIAHG; mengaktifkan protrombin.
Factor X : factor stuart-power, yaitu suatu factor plasma dan serum; aselerator
konversi protrombin.
Factor XII : factor Hageman, yaitu suatu factor plasma; mengaktifkan PTA (F XI).
9
linier antara log rasio waktu protrombin dari sediaan baku dengan dari tromboplastin
lokal.
Bahan pemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel darah
vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan perbandingan 9:1.
Darah sitrat harus diperiksa dalam waktu selambat-lambatnya 2 jam setelah
pengambilan. Sampel disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 2.500 g.
Penyimpanan sampel plasma pada suhu 2-8 oC menyebabkan teraktivasinya F VII
(prokonvertin) oleh sistem kalikrein.
PT dapat diukur secara manual (visual), foto-optik atau elektromekanik.
Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan
lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat
dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih dapat digunakan. Metode otomatis
dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat dan teliti.
Prinsip pengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam
plasma yang telah diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion
kalsium. Reagen yang digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin
jaringan dalam larutan(CaCl2). Beberapa jenis tromboplastin yang dapat
dipergunakan misalnya
Tromboplastin jaringan berasal dari emulsi ekstrak organ otak, paru atau otak
dan paru dari kelinci dalam larutan CaCl2 dengan pengawet sodium azida
(misalnya Neoplastine CI plus)
Tromboplastin jaringan dari plasenta manusia dalam larutan CaCl2 dan
pengawet (misalnyaThromborelS).
PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika
kadarnya <30%. Pemanjangan PT dijumpai pada penyakit hati (sirosis hati, hepatitis,
abses hati, kanker hati, ikterus), afibrinogenemia, defisiensi faktor koagulasi (II, V,
VII, X), disseminated intravascular coagulation (DIC), fibrinolisis, hemorrhagic
disease of the newborn (HDN), gangguan reabsorbsi usus. Pada penyakit hati PT
memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin. Pemanjangan PT
dapat disebabkan pengaruh obat-obatan : vitamin K antagonis, antibiotik (penisilin,
streptomisin, karbenisilin,kloramfenikol, kanamisin, neomisin, tetrasiklin),
antikoagulan oral (warfarin, dikumarol), klorpromazin, klordiazepoksid,
difenilhidantoin , heparin, metildopa), mitramisin, reserpin, fenilbutazon , quinidin,
salisilat/ aspirin, sulfonamide. PT memendek pada tromboflebitis, infark miokardial,
embolisme pulmonal. Pengaruh Obat : barbiturate, digitalis, diuretik, difenhidramin,
kontrasepsi oral, rifampisin dan metaproterenol.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah sampel darah
10
membeku, membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu kamar selama
beberapa jam, diet tinggi lemak (pemendekan PT) dan penggunaan alkohol
(pemanjangan PT)
Test PPT ini abnormal / memanjang pada :
1. Obstructive jaundice
5. Syndrome nephrotic.
Pada faktor intrinsic membutuhkan waktu yang lebih lama, agar waktunya
menjadi lebih pendek, maka faktor contact diganti dengan kaolin = china clay = bolus
alba, dan juga faktor thrombocyte diganti dengan partial thromboplastine
(aktivitasnya mirip dengan phospholipid). Jadi disini faktor XII dan faktor XI by
pass.
11
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. PRA ANALITIK
1. Alat
a. Waterbath
b. Tabung serologi
c. Pipet 1 ml
d. Rak tabung
e. Stopwatch
3 Reagen
a. Larutan NaCl 0,95 ml
b. Cacl2
c. Thrombosit
d. Na Citrat 3,8%
e. Plasma citrat
f. Reagent OBT (Ortho Brain Tromboplastin)
4 Probandus
Nama : Ribca Angga Febrilia
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B. ANALITIK
1. Prinsip
a. APTT
Kalsium dalam darah penderita diikat oleh antikoagulan yang
ditambahkan,sehingga koagulasi tercegah dalam plasma terdapat semua
factor koagulasi intrinsic,kecuali kalsium dan thrombocyte ke dalam
plasma tersebut ditambahkan kalsium untuk mengaktivasi thrombocyte
dalam mensubtitusikan hospolipid dan tambahkan aktivasi kaolin, terjadi
pembekuan (coagulasi)
b. Masa rekalsifikasi
Keapada plasma yang rendah trombosit yang tidak mengandung ion Ca
ditambahkan sejumlah CaCl2 lamanya.
c. PPT
Kepada plasma diberi dengan sejumlah tromboplastin dan ion kalsium
yang optimal dan lamanya waktu untuk menyusun fibrin dapat diukur
2.Prosedur Kerja
a. APTT
1) Waterbath dipasang suhunya hingga konstan 37 C dan semua reagen
dimasukkan dalam waterbath selama 1-2 menit.
2) Siapkan tabung serologi ukuran 13 x 100 nm,kemudian isi dengan 0,1 ml
12
plasma citrat
3) Tambahkan 0,1 ml reagen trombosit,kemudian kocok dan diinkubasi 3-5
menit dalam waterbath 37 C
4) Tambahkan 0,1 ml cacl2, stopwatch dipasang campur baik-baik.
5) 20 detik kemudian diangkat, dan catat masa pembekuan terbentuknya
kekeruhan atau benang-benang fibrin
b. Masa rekalsifikasi
1) Diinkubasi di dalam waterbath semua reagen dan plasma
2) Dipipet sebanyak 0,1 ml PZ
3) Ditambahkan dengan 0,1 ml plasma citrat dalam tabung serologi
4) Diinkubasi 37C selama 60 -80 detik
5) Ditambahkan dengan 0,1 ml CaCl2 (stopwatch dinyalakan)
6) Diinkubasi lagi 60 80 detik
7) Diamati terjadinya bekua tiap 20 detik
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. POST ANALITIK
1. Interpretasi Hasil
a. APTT
35 45 detik.
2. Hasil
a. APTT
Didapatkan hasil 40 detik.
b. Pemeriksan Rekalsifikasi
Di dapatkan hasil 95 Detik
c. Pemeriksaan PPT
Di dapatkan hasil 12 Detik
DISKUSI
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan hemostasis :
a. Antikoagulan
Untuk pemeriksaan koagulasi antikoagulan yang dipakai adalah natrium
sitrat 0,109 M dengan perbandingan 9 bagian darah dan 1 bagian natrium
sitrat.Untuk hitung trombosit antikoagulan yang dipakai adalah Na2EDTA.
Jika dipakai darah kapiler, maka tetes darah pertama harus dibuang.
b. Penampung
Untuk mencegah terjadinya aktivasi factor pembekuan, dianjurkan
memakai penampung dari plastic atau gelas yang telah dilapisi silicon.
c. Semprit dan Jarum
Dianjurkan memakai semprit plastic dan jarum yang cukup besar.
14
Paling kecil nomor 20.
d. Cara pengambilan darah
Pada waktu pengambilan darah, harus dihindari masuknya
tromboplastin jaringan. Yang dianjurkan adalah pengambilan darah dengan
memakai 2 semprit. Setelah darah dihisap dengan semprit pertama, tanpa
mencabut jarum, semprit pertama dilepas lalu pasang semprit kedua. Darah
semprit pertama tidak dipakai untuk pemeriksaan koagulasi, sebab
dikhawatirkan sudah tercemar oleh tromboplastin jaringan.
e. Kontrol
Setiap kali mengerjakan pemeriksaan koagulasi, sebaiknya
diperiksa juga satu kontrol normal dan satu kontrol abnormal. Selain
tersedia secara komersial, kontrol normal juga dapat dibuat sendiri dengan
mencampurkan plasma yang berasal dari 10 sampai 20 orang sehat, yang
terdiri atas pria dan wanita yang tidak memakai kontrasepsi hormonal.
Plasma yang dipakai sebagai kontrol tidak boleh ikterik, lipemik, maupun
hemolisis.
f. Penyimpangan dan pegiriman bahan
Pemeriksaan koagulasi sebaiknya segara dikerjakan, karena
beberapa faktor pembekuan bersifat labil. Bila tidak dapat diselesaikan
dalam waktu 4 jam setelah pengambilan darah, plasma disimpan dalam
tempat plastik tertutup dan dalam keadaan beku. Untuk pemeriksaan APTT
dan assay faktor VIII atau IX, bahan yang dikirim adalah plasma citrat
dalam tempat plastik bertutup dan diberi pendingin, tetapi untuk PT dan
agregasi trombosit jangan diberi pendingin karena suhu dingin dapat
mengaktifkan F VII tetapi menghambat agregasi trombosit.
A. Pemeriksaan APTT
APTT kontras dengan PT, mengukur aktivitas jalur intrinsik dan umum dari
koagulasi. Pembagian kaskade pembekuan ke dalam intrinsik, ekstrinsik dan
umum jalur memiliki sedikit di validitas vivo tetapi tetap konsep yang berguna
untuk menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium.
Istilah 'tromboplastin' dalam tes ini mengacu pada pembentukan kompleks
terbentuk dari berbagai faktor pembekuan plasma yang mengubah protrombin
trombin dan pembentukan berikutnya dari bekuan fibrin.
Istilah 'Activated Partial Thromboplastin Waktu (APTT)' berasal dari bentuk
asli dari tes (dibuat pada tahun 1953) di mana hanya konsentrasi fosfolipid
dari tes itu dikendalikan (yang bertentangan dengan fosfolipid dan konsentrasi
aktivator permukaan) dan nama 'tromboplastin parsial' diaplikasikan pada
waktu untuk persiapan fosfolipid yang dipercepat pembekuan tetapi tidak
memperbaiki kali pembekuan berkepanjangan plasma haemophilic. Dasarnya
istilah 'parsial' berarti fosfolipid hadir tapi tidak ada Tissue Factor.
15
antikoagulan lupus tetapi yang tidak mengandung cephalin. Cephalin adalah
pengganti fosfolipid trombosit.
2. Partial Thromboplastin Waktu dengan Kaolin (PTTK).
Secara historis, kaolin digunakan sebagai aktivator permukaan. Ia mengikat
langsung ke FXII mengakibatkan aktivasi permukaan untuk XIIa. XIIa
memotong FXI untuk Xia tetapi dengan tidak adanya kalsium, aktivasi faktor
berikutnya tidak terjadi. Kaolin jarang digunakan ketika APTT otomatis
sebagai opacity membuat deteksi optik endpoint (yaitu pembentukan bekuan
fibrin) sulit. Aktivator umum digunakan untuk analisis otomatis termasuk
micronized silica dan asam ellagic.
Cephalin adalah pengganti fosfolipid yang menggantikan fosfolipid trombosit
dalam ujian (ingat tes menggunakan trombosit miskin plasma dan sehingga
membutuhkan sumber fosfolipid untuk koagulasi terjadi.)
C. Pemeriksaan PPT
16
oral karena golongan obat tersebut menghambat pembentukan faktor
pembekuan protrombin, VII, IX, dan X.
Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila
ke dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37C, ditambahkan reagens
tromboplastin jaringan dan ion kalsium.
Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi oleh kepekaan tromboplastin yangh
dipakai oleh teknik pemeriksaan. Karena itu pemeriksaan ini harus dilakukan
duplo dan disertai kontrol dengan plasma normal.
Nilai normal tergantung dari reagen, cara pemeriksaan dan alat, dan alat
yang digunakan. Sebaiknya tiap laboratorium mempunyai nilai normal yang
ditetapkan sendiri dan berlaku untuk laboratorium tersebut.
Jika hasil PT memanjang maka penyebabnya mungkin kekurangan faktor-
faktor pembekuan di jalur ekstrinsik dan bersama atau adnya inhibitor. Untuk
membedakan hal ini, pemeriksaan diulang sekali lagi dengan menggunakan
campuran plasma penderita dan plasma kiontrol dengan perbandingan 1:1. Bila
ada inhibitor, masa protombin plasma tetap memanjang.
Selain dilaporkan dalam detik, hasil PT juga dilaporkan dalam rasio, aktivitas
protombin dan indeks. Rasio yaitu perbandingan antara PT penderita dengan
PT kontrol. Aktivitas protombin dapat ditentukan dengan menentukan dengan
menggunakan kurva standart dan dinyatakan dalam %.
Pemeriksaan PT juga sering dipakai untuk memantau efek pemberian
antikoagulan oral. Pemberian kepekaan reagen tromboplastin yang dipakai dan
perbedaan cara pelaporan menimbulkan kesulitan bila pemantauan dikerjakan
di laboratorium yang berbeda-beda. Untuk mengatasi masalah tersebut ICTH
(International Comittee on Thrombosis and Haemostasis) dan ICSH
(International Comitte for Standardization in Haematology) menganjurkan
agar tromboplastin jaringan yang akan digunakan harus dikalibrasi terlebih
dahulu terhadap tromboplastin rujukan untuk mendapatkan ISI (International
Sensitivity Index). Juga dianjurkan agar hasil pemeriksaan PT
dilaporkansecara seragam dengan menggunakan INR (International
Normalized Ratio), yaitu rasio yang dipangkatkan dengan ISI dari reagens
tromboplastin yang digunakan.
17
18
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. APTT
Jadi, dari pemeriksaan di atas didapatkan hasil 40 detik.
2. Pemeriksaan masa rekalsifikas
Jadi dari pemeriksaan yang telah di lakukan di dapat hasil 95 detik
3. Pemeriksaan PPT
Jadi dari pemeriksaan yang telah di lakukan di dapat hasil 12 detik
D. SARAN
1. Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya lebih berhati hati dan teliti dalam
melihat hasil.
2. Praktikan harus mematuhi prosedur kerja untuk mengantisipasi agar tidak
terjadi kesalahan dalam praktikum.
3. Gunakan Alat Pelindung Diri.
4. Taati peraturan yang ada didalam Laboratorium.
5. Hindari makan dan minum saat melakukan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
19
Bakta, I Made,Prof.,Dr. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC. Halaman
238-239
Setiabudi, Rahajuningsih D. 2009. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta : FKUI.
Halaman 23-32
Olson JD, Arkin CF, Brandt JT, et al: College of American Pathologists Conference
XXXI on laboratory monitoring of anticoagulant therapy: laboratory
monitoring of unfractionated heparin therapy. Arch Pathol Lab Med
1998;122:782-798
20