You are on page 1of 21

LAPORAN RESMI

LABORATORIUM HEMATOLOGI

"APTT, MASA REKALSIFIKASI, PTT "

Penyusun :
RIBCA ANGGA FEBRILIA
(30114168)

PROGRAM STUDI D III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah
perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segara akan terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang
terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian
pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor
pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang
akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan
dapat dihentikan.
Jadi dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa
vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat
trombosit, dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang
memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit,
dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi
hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh
darah dan keadaan otot.
Pedarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit,
ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan
bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut
diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan
yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu
pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer,
treombosit, dan koagulasi.
Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa
klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre
operasi, tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan
hemostasis. Yang paling penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun
hasil pemeriksaan penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu
dikerjakan jika ada riwayat perdarahan

B. Tujuan
1. APTT
Tes penyaring utama factor koagulasi melalui jalur intrinsic.
2. Pada pemeriksaan masa rekalsifikasi ini tujuannya adalah untuk menguji
adanya kekurangan faktor pembekuan darah pada jalur intrinsik yaitu pada
faktor pembekuan V, VIII, IX, XI, XII protrombin dan fibrinogen

1
3. Pada pemeriksaan PPT ini tujuannya adalah untuk menguji adanya
kekurangan faktor pembekuan darah pada jalur ekstrinsik yaitu pada faktor
pembekuan V, VII, X protrombin dan fibrinogen

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang APTT, Masa Rekalsifikasi dan PTT


1. APTT
APTT berbeda dengan PT, mengukur aktivitas jalur intrinsik dan
umum koagulasi. Pembagian kaskade pembekuan ke dalam intrinsik,
ekstrinsik dan umum jalur memiliki sedikit validitas vivo tetapi tetap menjadi
konsep yang berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium.
Istilah 'tromboplastin' dalam tes ini mengacu pada pembentukan
kompleks yang terbentuk dari berbagai faktor pembekuan plasma yang
mengubah prothrombin untuk trombin dan pembentukan berikutnya dari
bekuan fibrin.
Istilah 'Diaktifkan Partial Thromboplastin Waktu (APTT)' berasal dari
bentuk asli dari tes (dirancang pada tahun 1953) di mana hanya konsentrasi
fosfolipid tes dikontrol (yang bertentangan dengan fosfolipid dan konsentrasi
aktivator permukaan) dan nama 'tromboplastin parsial' diaplikasikan pada
waktu untuk persiapan fosfolipid yang dipercepat pembekuan tetapi tidak
memperbaiki waktu pembekuan berkepanjangan plasma haemophilic. Pada
dasarnya istilah 'parsial' berarti fosfolipid hadir tapi tidak ada Tissue Factor.

APTT ini juga dikenal sebagai :


1. Kaolin cephalin Pembekuan Waktu (KCCT) - jangan bingung ini dengan
Kaolin Pembekuan Waktu (KCT) yang merupakan tes skrining untuk
lupus anticoagulant tetapi yang tidak mengandung cephalin. Cephalin
adalah pengganti fosfolipid trombosit.
2. Partial Thromboplastin Waktu dengan Kaolin (PTTK).
Secara historis, kaolin digunakan sebagai aktivator permukaan. Ia
mengikat langsung ke FXII mengakibatkan aktivasi permukaan ke XIIa.
XIIa memotong FXI Xia tetapi dengan tidak adanya kalsium, aktivasi
faktor berikutnya tidak terjadi. Kaolin jarang digunakan ketika APTT
otomatis sebagai opacity membuat deteksi optik endpoint (yaitu
pembentukan bekuan fibrin) sulit. Aktivator Umumnya digunakan untuk
analisis otomatis termasuk micronized silica dan asam ellagic.
Cephalin adalah pengganti fosfolipid yang menggantikan fosfolipid
trombosit dalam ujian (ingat tes menggunakan platelet miskin plasma dan
sehingga membutuhkan sumber fosfolipid untuk koagulasi terjadi.)

PROSES PEMBEKUAN DARAH

Proses pembekuan darah yang normal mempunyai 3 tahap yaitu

3
1. Fase koagulasi

Koagulasi diawali dalam keadaan homeostasis dengan adanya cedera


vascular. Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang
diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang
terpajan dengan cedera. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka
mengeluarkan suatu zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain
di tempat tersebut. Kemudian ADP dilepas oleh trombosit, menyebabkan
agregasi trombosit. Sejumlah kecil trombin juga merangsang agregasi
trombosit, bekerja memperkuat reaksi. Trombin adalah protein lain yang
membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan hanya di tempat yang terluka,
dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih atau kurang dari keperluan.

Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada saat
yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang
disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini dapat
merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan
trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga
trombin hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh.
Factor III trombosit, dari membrane trombosit juga mempercepat pembekuan
plasma. Dengan cara ini, terbentuklah sumbatan trombosit, kemudian segera
diperkuat oleh protein filamentosa (fibrin). (Sylvia A.Price &Lloraine
M.Wilson.,2003)

Produksi fibrin dimulai dengan perubahan factor X menjadi Xa,


seiring dengan terbentuknya bentuk aktif suatu factor. Factor X dapat
diaktivasi melalui dua rangkaian reaksi. Rangkaian pertama memerlukan
factor jaringan, atau tromboplastin jaringan, yang dilepaskan oleh endotel
pembuluh darah pada saat cedera.. karena factor jaringan tidak terdapat di
dalam darah, maka factor ini merupakan factor ekstrinsik koagulasi, dengan
demikian disebut juga jalur ekstrinsik untuk rangkaian ini. (Sylvia A.Price
&Lloraine M.Wilson.,2003.)

Rangkaian lainnya yang menyebabkan aktivasi factor X adalah jalur


intrinsic, disebut demikian karena rangkaian ini menggunakan factor-faktor
yang terdapat dalam system vascular plasma. Dalam rangkaian ini, terjadi
reaksi kaskade, aktivasi satu prokoagulan menyebabkan aktivasi bentuk
pengganti. Jalur intrinsic ini diawali dengan plasma yang keluar terpajan
dengan kulit atau kolagen di dalam pembuluh darah yang rusak. Factor

4
jaringan tidak diperlukan, tetapi trombosit yang melekat pada kolagen
berperan. Faktor XII, XI, dan IX harus diaktivasi secara berurutan, dan faktor
VIII harus dilibatkan sebelum faktor X dapat diaktivasi. Zat-zat prakalikrein
dan HMWK juga turut berpartisipasi, dan diperlukan ion kalsium. (Sylvia
A.Price &Lloraine M.Wilson.,2003)

Dari hal ini, koagulasi terjadi di sepanjang apa yang dinamakan jalur
bersama. Aktivasi aktor X dapat terjadi sebagai akibat reaksi jalur ekstrinsik
atau intrinsik. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa kedua jalur tersebut
berperan dalam hemostasis. Langkah selanjutnya pada pembentukan fibrin
berlangsung jika faktor Xa, dibantu fosfolipid dari trombosit yang diaktivasi,
memecah protrombin, membentuk trombin. Selanjutnya trombin memecahkan
fibrinogen membentuk fibrin. Fibrin ini pada awalnya merupakan jeli yang
dapat larut, distabilkan oleh faktor XIIIa dan mengalami polimerasi menjadi
jalinan fibrin yang kuat, trombosit, dan memerangkap sel-sel darah. Untaian
fibrin kemudian memendek (retraksi bekuan), mendekatkan tepi-tepi dinding
pembuluh darah yang cederadan menutup daerah tersebut. (Sylvia A.Price
&Lloraine M.Wilson.,2003.)

2. Penghentian pembentukan bekuan

Setelah pembentukan bekuan, sangat penting untuk melakukan


pengakhiran pembekuan darah lebih lanjut untuk menghindari kejadian
trombotik yang tidak diinginkan.yang disebabkan oleh pembentukan bekuan
sistemik yang berlebihan. Antikoagulan yang terjadi secara alami meliputi
antitrombin III (ko-faktor heparin), protein C dan protein S. Antitrombin III
bersirkulasi secara bebas di dalam plasma dan menghambat sistem
prokoagulan, dengan mengikat trombin serta mengaktivasi faktor Xa, IXa,
dan XIa, menetralisasi aktivitasnya dan menghambat pembekuan. Protein C,
suatu polipeptida, juga merupakan suatu antikoagulan fisiologi yang
dihasilkan oleh hati, dan beredar secara bebas dalam bentuk inaktif dan
diaktivasi menjadi protein Ca. Protein C yang diaktivasi menginaktivasi
protrombin dan jalur intrinsik dengan membelah dan menginaktivasi faktor Va
dan VIIIa. Protein S mempercepat inaktivasi faktor-faktor itu oleh protein
protein C. Trombomodulin, suatu zat yang dihasilkan oleh dinding pembuluh
darah, diperlukan untuk menimbulkan pengaruh netralisasi yang tercatat
sebelumnya. Defisiensi protein C dan S menyebabkan spisode trombotik.
Individu dengan faktor V Leiden resisten terhadap degradasi oleh protein C
yang diaktivasi. (Sylvia A.Price &Lloraine M.Wilson.,2003.)

5
3. Resolusi bekuan

Sistem fibrinolitik merupakan rangkaian yang fibrinnya dipecahkan


oleh plasmin (fibrinolisin) menjadi produk-produk degradasi fibrin,
menyebabkan hancurnya bekuan. Diperlukan beberapa interaksi untuk
mengubah protein plasma spesifik inaktif di dalam sirkulasi menjadi enzim
fibrinolitik plasmin aktif. Protein dalam bersirkulasi, yang dikenal sebagai
proaktivator plasminogen, dengan adanya enzim-enzim kinase seperti
streptokinase, stafilokinase, kinase jaringan, serta faktor XIIa, dikatalisasi
menjadi aktivator plasminogen. Dengan adanya enzim-enzim tambahan
seperti urokinase, maka aktivator-aktivator mengubah plasminogen, suatu
protein plasma yang sudah bergabung dalam bekuan fibrin, menjadi plasmin.
Kemudian plasmin memecahkan fibrin dan fibrinogen menjadi fragmen-
fragmen (produk degradasi fibrin-fibrinogen), yang mengganggu aktivitas
trombin, fungsi trombosit, dan polimerisasi fibrin, menyebabkan hancurnya
bekuan. Makrofag dan neutrofil juga berperan dalam fibrinolisis melalui
aktivitas fagositiknya. (Sylvia A.Price & Lloraine M.Wilson.,2003.)

WAKTU PEMBEKUAN DARAH

Kisaran waktu terjadinya pembekuan darah adalah 15 detik sampai 2


menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal
akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam.

Prothrombin time (PT) adalah tes darah yang mengukur berapa lama
waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Sebuah tes waktu prothrombin
dapat digunakan untuk memeriksa masalah pendarahan. PT juga digunakan untuk
memeriksa apakah obat-obat untuk mencegah pembekuan darah bekerja.

Sebuah tes PT juga dapat disebut tes INR. USD (rasio normalisasi
internasional) singkatan cara standardisasi hasil tes waktu prothrombin, tidak
peduli metode pengujian.

Darah faktor pembekuan yang diperlukan untuk darah menggumpal


(koagulasi). Protrombin, atau faktor II, adalah salah satu faktor pembekuan dibuat
oleh hati. Vitamin K dibutuhkan untuk membuat faktor-faktor pembekuan
protrombin dan lainnya. waktu protrombin adalah tes penting karena memeriksa
untuk melihat apakah lima faktor pembekuan darah yang berbeda (faktor I, II, V,
VII, dan X) yang hadir. Waktu prothrombin dibuat lagi oleh:

1. Obat pengencer darah, seperti heparin. Tes lain, diaktifkan waktu

6
tromboplastin parsial (APTT) uji, adalah tes yang lebih baik untuk
mengetahui apakah dosis yang tepat heparin sedang digunakan.

2. Rendahnya tingkat faktor pembekuan darah.

3. Perubahan dalam aktivitas dari setiap faktor pembekuan.

4. Tidak adanya faktor pembekuan.

5. Zat lain, yang disebut inhibitor, yang mempengaruhi faktor-faktor pembekuan.

6. Peningkatan dalam penggunaan faktor-faktor pembekuan.

Tes lain pembekuan darah, disebut tromboplastin parsial waktu (PTT),


langkah-langkah faktor pembekuan lainnya. Tromboplastin parsial waktu dan
waktu prothrombin sering dilakukan pada waktu yang sama untuk memeriksa
perdarahan masalah atau kesempatan untuk perdarahan terlalu banyak dalam
operasi.

Prothrombin time (PT) diukur untuk:

1. Cari penyebab perdarahan abnormal atau memar.

2. Periksa untuk melihat apakah obat pengencer darah, seperti warfarin


(coumadin), bekerja. Jika tes ini dilakukan untuk tujuan ini, PT dapat
dilakukan setiap hari pada awalnya. Ketika dosis obat yang benar ditemukan,
Anda tidak perlu begitu banyak tes.

3. Periksa rendahnya tingkat faktor pembekuan darah. Kurangnya beberapa


faktor pembekuan dapat menyebabkan perdarahan gangguan seperti hemofilia
, yang dilewatkan dalam keluarga (diwariskan).

4. Periksa tingkat rendah vitamin K. Vitamin K dibutuhkan untuk membuat


faktor-faktor pembekuan protrombin dan lainnya.

5. Memeriksa seberapa baik hati bekerja. Tingkat protrombin diperiksa bersama


dengan tes-tes hati yang lain, seperti aspartat aminotransferase dan alanin
aminotransferase.

6. Periksa untuk melihat apakah tubuh menggunakan sampai faktor pembekuan


sangat cepat sehingga darah tidak bisa menggumpal dan perdarahan tidak
berhenti. Ini mungkin berarti orang tersebut telah disebarluaskan koagulasi
intravaskular (DIC) .

2. Masa Rekalsifikasi

7
Masa rekalsifikasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyusun fibrin dari
plasma rendah trombosit dan Ca2+ dengan adanya penambahan CaCl2. Sebenarnya
masa rekalsifikasi ini digunakan untuk mengetahui adanya kelainan defisiensi factor
intrinsic, yaitu factor pembekuan V, VIII, IX, X, XI, XII, dan fibrinogen serta
protrombin. Reagen yang diperlukan adalah larutan kalsium klorida 0.025M dan
larutan natrium klorida 0.9%.

Fungsi penambahan CaCl2 adalah untuk mengaktifkan ion Ca2+ yang berfungsi
sebagai katalisator terbentuknya fibrinogen karena Ca mengendap saat dilakukan
pemusingan, padahal Ca2+ ini diperlukan untuk mempercepat terbentuknya benang
fibrin hingga terjadi bekuan.

Pada pemeriksaan masa rekalsifikasi digunakan sampel plasma rendah trombosit,


karena semakin banyak jumlah trombosit maka akan semakin singkat masa
rekalsifikasinya sehingga akan diperoleh hasil masa rekalsifikasi yang dipercepat.

Untuk memperolehnya, dilakukan tahap-tahap sebagai berikut:


1. Lakukan pengambilan darah vena.
2.Campur 4,5 ml darah dengan 0,5 ml antikoagulan Na.Citrat (perbandingan darah:Na.
Citrat=1:9).
3. Centrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 20 menit.
4. Ambil plasma.

Kecepatan dan lamanya pemusingan harus diperhatikan, karena kurangnya


kecxepatan atau waktu pemusingan akan mendapatkan plasma tinggi trombosit. Jika
plasma tinggi trombosit, maka akan cepat terbentuk fibrin sehingga mempercepat
masa rekalsifikasi.

Berikut sedikit penjelasan mengenai factor pembekuan darah jalur intrinsic:

FactorV : plasma aselerator globulin, yaitu suatu plasma yang


mempercepat perubahan protrombin menjadi thrombin.

Factor VIII : antihemofilik globulin (AHG), yaitu suatu factor plasma yang
berkaitan dengan factor III trombosit, dan factor Christmas; mengaktifkan
protrombin.

8
Factor IX : factor Christmas, yaitu factor serum yang berkaitan dengan factor III
trombosit dan VIIAHG; mengaktifkan protrombin.

Factor X : factor stuart-power, yaitu suatu factor plasma dan serum; aselerator
konversi protrombin.

Factor XI :plasma tromboplastin antecedent (PTA), yaitu suatu factor plasma


yang diaktifkan oleh factor Hageman (F XII); aselerator pembentukan
protrombin.

Factor XII : factor Hageman, yaitu suatu factor plasma; mengaktifkan PTA (F XI).

Contoh penyakit gangguan koagulasi yang berhubungan dengan masa rekalsifikasi


adalah hemophilia. Ada dua jenis hemophilia yang secara klinik identik, yaitu:
1. Hemophilia klasik atau hemophilia A, dimana aktivitas factor antihemofilia VIII
kurang atau tidak ada.
2. Penyakit Christmas atau hemophilia B, dimana aktivitas factor IX kurang atau
tidak ada.
3. PPT
PT Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses
pembekuan. Protrombin (F II) dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin untuk
membentuk bekuan darah. Pemeriksaan PT digunakan untuk menilai kemampuan
faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor
II (prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan faktor X
(faktor Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT selama 2 detik
atau 10% dari nilai normal.
PT diukur dalam detik. Dilakukan dengan cara menambahkan campuran
kalsium dan tromboplastin pada plasma. Tromboplastin dapat dibuat dengan berbagai
metoda sehingga menimbulkan variasi kepekaan terhadap penurunan faktor
pembekuan yang bergantung pada vitamin K dan menyebabkan pengukuran waktu
protrombin yang sama sering mencerminkan ambang efek antikoagulan yang
berbeda. Usaha untuk mengatasi variasi kepekaan ini dilakukan dengan menggunakan
sistem INR (International Normalized Ratio). International Committee for
Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan tromboplastin jaringan yang
digunakan harus distandardisasi dengan tromboplastin rujukan dari WHO dimana
tromboplastin yang digunakan dikalibrasi terhadap sediaan baku atas dasar hubungan

9
linier antara log rasio waktu protrombin dari sediaan baku dengan dari tromboplastin
lokal.
Bahan pemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel darah
vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan perbandingan 9:1.
Darah sitrat harus diperiksa dalam waktu selambat-lambatnya 2 jam setelah
pengambilan. Sampel disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 2.500 g.
Penyimpanan sampel plasma pada suhu 2-8 oC menyebabkan teraktivasinya F VII
(prokonvertin) oleh sistem kalikrein.
PT dapat diukur secara manual (visual), foto-optik atau elektromekanik.
Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan
lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat
dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih dapat digunakan. Metode otomatis
dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat dan teliti.
Prinsip pengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam
plasma yang telah diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion
kalsium. Reagen yang digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin
jaringan dalam larutan(CaCl2). Beberapa jenis tromboplastin yang dapat
dipergunakan misalnya
Tromboplastin jaringan berasal dari emulsi ekstrak organ otak, paru atau otak
dan paru dari kelinci dalam larutan CaCl2 dengan pengawet sodium azida
(misalnya Neoplastine CI plus)
Tromboplastin jaringan dari plasenta manusia dalam larutan CaCl2 dan
pengawet (misalnyaThromborelS).
PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika
kadarnya <30%. Pemanjangan PT dijumpai pada penyakit hati (sirosis hati, hepatitis,
abses hati, kanker hati, ikterus), afibrinogenemia, defisiensi faktor koagulasi (II, V,
VII, X), disseminated intravascular coagulation (DIC), fibrinolisis, hemorrhagic
disease of the newborn (HDN), gangguan reabsorbsi usus. Pada penyakit hati PT
memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin. Pemanjangan PT
dapat disebabkan pengaruh obat-obatan : vitamin K antagonis, antibiotik (penisilin,
streptomisin, karbenisilin,kloramfenikol, kanamisin, neomisin, tetrasiklin),
antikoagulan oral (warfarin, dikumarol), klorpromazin, klordiazepoksid,
difenilhidantoin , heparin, metildopa), mitramisin, reserpin, fenilbutazon , quinidin,
salisilat/ aspirin, sulfonamide. PT memendek pada tromboflebitis, infark miokardial,
embolisme pulmonal. Pengaruh Obat : barbiturate, digitalis, diuretik, difenhidramin,
kontrasepsi oral, rifampisin dan metaproterenol.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah sampel darah

10
membeku, membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu kamar selama
beberapa jam, diet tinggi lemak (pemendekan PT) dan penggunaan alkohol
(pemanjangan PT)
Test PPT ini abnormal / memanjang pada :

1. Obstructive jaundice

2. Penyakit-penyakit hepar yang lanjut

3. Penyakit-penyakit perdarahan pada newborns

4. Penyakit-penyakit congenital seperti :


Deficiency faktor VII
Deficiency faktor V
Deficiency faktor II

5. Syndrome nephrotic.

6. Penderita-penderita yang mendapatkan pengobatan dengan obat-


obatanticoagulansia (hal ini memang kita buat memanjang, sering dibuat
menjadi 2 kali dari normal, misalnya : PPT kontrol 12,0 detik ; PPT penderita
23 detik).

Pada faktor intrinsic membutuhkan waktu yang lebih lama, agar waktunya
menjadi lebih pendek, maka faktor contact diganti dengan kaolin = china clay = bolus
alba, dan juga faktor thrombocyte diganti dengan partial thromboplastine
(aktivitasnya mirip dengan phospholipid). Jadi disini faktor XII dan faktor XI by
pass.

11
BAB III
PROSEDUR KERJA

A. PRA ANALITIK
1. Alat
a. Waterbath
b. Tabung serologi
c. Pipet 1 ml
d. Rak tabung
e. Stopwatch
3 Reagen
a. Larutan NaCl 0,95 ml
b. Cacl2
c. Thrombosit
d. Na Citrat 3,8%
e. Plasma citrat
f. Reagent OBT (Ortho Brain Tromboplastin)
4 Probandus
Nama : Ribca Angga Febrilia
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

B. ANALITIK
1. Prinsip
a. APTT
Kalsium dalam darah penderita diikat oleh antikoagulan yang
ditambahkan,sehingga koagulasi tercegah dalam plasma terdapat semua
factor koagulasi intrinsic,kecuali kalsium dan thrombocyte ke dalam
plasma tersebut ditambahkan kalsium untuk mengaktivasi thrombocyte
dalam mensubtitusikan hospolipid dan tambahkan aktivasi kaolin, terjadi
pembekuan (coagulasi)

b. Masa rekalsifikasi
Keapada plasma yang rendah trombosit yang tidak mengandung ion Ca
ditambahkan sejumlah CaCl2 lamanya.
c. PPT
Kepada plasma diberi dengan sejumlah tromboplastin dan ion kalsium
yang optimal dan lamanya waktu untuk menyusun fibrin dapat diukur

2.Prosedur Kerja
a. APTT
1) Waterbath dipasang suhunya hingga konstan 37 C dan semua reagen
dimasukkan dalam waterbath selama 1-2 menit.
2) Siapkan tabung serologi ukuran 13 x 100 nm,kemudian isi dengan 0,1 ml

12
plasma citrat
3) Tambahkan 0,1 ml reagen trombosit,kemudian kocok dan diinkubasi 3-5
menit dalam waterbath 37 C
4) Tambahkan 0,1 ml cacl2, stopwatch dipasang campur baik-baik.
5) 20 detik kemudian diangkat, dan catat masa pembekuan terbentuknya
kekeruhan atau benang-benang fibrin

b. Masa rekalsifikasi
1) Diinkubasi di dalam waterbath semua reagen dan plasma
2) Dipipet sebanyak 0,1 ml PZ
3) Ditambahkan dengan 0,1 ml plasma citrat dalam tabung serologi
4) Diinkubasi 37C selama 60 -80 detik
5) Ditambahkan dengan 0,1 ml CaCl2 (stopwatch dinyalakan)
6) Diinkubasi lagi 60 80 detik
7) Diamati terjadinya bekua tiap 20 detik

c. PPT (Plasma Protrombine Time)


1) Diinkubasi di dalam waterbath semua semua reagen dan plasma

2) Siapkan tabung serologi ukuran 13 x 100 nm,kemudia isi dengan 0,1 ml


plasma citrate.Tunggu 1-2 menit pada suhu 370C.
3) Tambahkan 0,2 ml suspense tromboplastin ,stopwatch dipasang ,campur
baik-baik dalam waterbath.
4) 10 detik kemudian diangkat,lihat apakah sudah ada bekuan plasma atau
terbentuk kekeruhan .Kalau sudah stopwatch dimatikan dan catat
hasilnya.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. POST ANALITIK
1. Interpretasi Hasil
a. APTT
35 45 detik.

b. Pemeriksaan masa rekalsifikasi


90 250 detik.
c. Pemeriksaan PPT
11 16 detik.

2. Hasil
a. APTT
Didapatkan hasil 40 detik.
b. Pemeriksan Rekalsifikasi
Di dapatkan hasil 95 Detik
c. Pemeriksaan PPT
Di dapatkan hasil 12 Detik

DISKUSI
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan hemostasis :
a. Antikoagulan
Untuk pemeriksaan koagulasi antikoagulan yang dipakai adalah natrium
sitrat 0,109 M dengan perbandingan 9 bagian darah dan 1 bagian natrium
sitrat.Untuk hitung trombosit antikoagulan yang dipakai adalah Na2EDTA.
Jika dipakai darah kapiler, maka tetes darah pertama harus dibuang.
b. Penampung
Untuk mencegah terjadinya aktivasi factor pembekuan, dianjurkan
memakai penampung dari plastic atau gelas yang telah dilapisi silicon.
c. Semprit dan Jarum
Dianjurkan memakai semprit plastic dan jarum yang cukup besar.

14
Paling kecil nomor 20.
d. Cara pengambilan darah
Pada waktu pengambilan darah, harus dihindari masuknya
tromboplastin jaringan. Yang dianjurkan adalah pengambilan darah dengan
memakai 2 semprit. Setelah darah dihisap dengan semprit pertama, tanpa
mencabut jarum, semprit pertama dilepas lalu pasang semprit kedua. Darah
semprit pertama tidak dipakai untuk pemeriksaan koagulasi, sebab
dikhawatirkan sudah tercemar oleh tromboplastin jaringan.
e. Kontrol
Setiap kali mengerjakan pemeriksaan koagulasi, sebaiknya
diperiksa juga satu kontrol normal dan satu kontrol abnormal. Selain
tersedia secara komersial, kontrol normal juga dapat dibuat sendiri dengan
mencampurkan plasma yang berasal dari 10 sampai 20 orang sehat, yang
terdiri atas pria dan wanita yang tidak memakai kontrasepsi hormonal.
Plasma yang dipakai sebagai kontrol tidak boleh ikterik, lipemik, maupun
hemolisis.
f. Penyimpangan dan pegiriman bahan
Pemeriksaan koagulasi sebaiknya segara dikerjakan, karena
beberapa faktor pembekuan bersifat labil. Bila tidak dapat diselesaikan
dalam waktu 4 jam setelah pengambilan darah, plasma disimpan dalam
tempat plastik tertutup dan dalam keadaan beku. Untuk pemeriksaan APTT
dan assay faktor VIII atau IX, bahan yang dikirim adalah plasma citrat
dalam tempat plastik bertutup dan diberi pendingin, tetapi untuk PT dan
agregasi trombosit jangan diberi pendingin karena suhu dingin dapat
mengaktifkan F VII tetapi menghambat agregasi trombosit.
A. Pemeriksaan APTT

APTT kontras dengan PT, mengukur aktivitas jalur intrinsik dan umum dari
koagulasi. Pembagian kaskade pembekuan ke dalam intrinsik, ekstrinsik dan
umum jalur memiliki sedikit di validitas vivo tetapi tetap konsep yang berguna
untuk menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium.
Istilah 'tromboplastin' dalam tes ini mengacu pada pembentukan kompleks
terbentuk dari berbagai faktor pembekuan plasma yang mengubah protrombin
trombin dan pembentukan berikutnya dari bekuan fibrin.
Istilah 'Activated Partial Thromboplastin Waktu (APTT)' berasal dari bentuk
asli dari tes (dibuat pada tahun 1953) di mana hanya konsentrasi fosfolipid
dari tes itu dikendalikan (yang bertentangan dengan fosfolipid dan konsentrasi
aktivator permukaan) dan nama 'tromboplastin parsial' diaplikasikan pada
waktu untuk persiapan fosfolipid yang dipercepat pembekuan tetapi tidak
memperbaiki kali pembekuan berkepanjangan plasma haemophilic. Dasarnya
istilah 'parsial' berarti fosfolipid hadir tapi tidak ada Tissue Factor.

APTT yang juga dikenal sebagai:


1. Kaolin cephalin Pembekuan Waktu (KCCT) - jangan bingung ini dengan
Kaolin Pembekuan Waktu (KCT) yang merupakan tes skrining untuk

15
antikoagulan lupus tetapi yang tidak mengandung cephalin. Cephalin adalah
pengganti fosfolipid trombosit.
2. Partial Thromboplastin Waktu dengan Kaolin (PTTK).
Secara historis, kaolin digunakan sebagai aktivator permukaan. Ia mengikat
langsung ke FXII mengakibatkan aktivasi permukaan untuk XIIa. XIIa
memotong FXI untuk Xia tetapi dengan tidak adanya kalsium, aktivasi faktor
berikutnya tidak terjadi. Kaolin jarang digunakan ketika APTT otomatis
sebagai opacity membuat deteksi optik endpoint (yaitu pembentukan bekuan
fibrin) sulit. Aktivator umum digunakan untuk analisis otomatis termasuk
micronized silica dan asam ellagic.
Cephalin adalah pengganti fosfolipid yang menggantikan fosfolipid trombosit
dalam ujian (ingat tes menggunakan trombosit miskin plasma dan sehingga
membutuhkan sumber fosfolipid untuk koagulasi terjadi.)

B. Pemeriksaan masa rekalsifikasi

Masa rekalsifikasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyusun fibrin


dari plasma rendah trombosit dan Ca 2+ dengan adanya CaCl2. Pemeriksaan ini
digunakan untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor pembekuan darah
pada jalur intrinsik yaitu faktor pembekuan V,VIII,IX,X,XI,XII,protrombin dan
fibrinogen.
Selain faktor tersebut ,masa rekalsifikasi juga dipengaruhi oleh jumlah
trombosit. Makin banyak trombosit, makin singkat masa rekalsifikasi. Untuk
itu dalam pemeriksaan ini dianjurkan memakai plasma rendah trombosit.
Faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan:
Pembekuan sampel darah
Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok
Pengambilan sampel darah pada intravena lines
Reaksi-reaksi pada jalur intrinsik digerakkan oleh banyak stimuli yang belum
dimengerti dengan jelas. Dua peristiwa yang terjadi adalah perubahan
trombosit dan pengaktifan faktor VIII. Perubahan trombosit menghasilkan
penggumpalan trombosit yang menetap dan pelepasan secara selektif
komponen-komponen tertentu antara lain fosfolipid (platelet faktor III),setelah
pengaktifan faktor VIII bersama faktor IX membentuk produk aktivasi, kontak,
faktor-faktor pembekuan IX,VIII,fosfolipid dan ion calsium merubah
protrombin menjadi trombin.

C. Pemeriksaan PPT

Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur


ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII, X, V, protrombin dan
fibrinogen. Selain itu juga dapat dipakai untuk memantau efek antikoagulan

16
oral karena golongan obat tersebut menghambat pembentukan faktor
pembekuan protrombin, VII, IX, dan X.
Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila
ke dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37C, ditambahkan reagens
tromboplastin jaringan dan ion kalsium.
Hasil pemeriksaan ini dipengaruhi oleh kepekaan tromboplastin yangh
dipakai oleh teknik pemeriksaan. Karena itu pemeriksaan ini harus dilakukan
duplo dan disertai kontrol dengan plasma normal.
Nilai normal tergantung dari reagen, cara pemeriksaan dan alat, dan alat
yang digunakan. Sebaiknya tiap laboratorium mempunyai nilai normal yang
ditetapkan sendiri dan berlaku untuk laboratorium tersebut.
Jika hasil PT memanjang maka penyebabnya mungkin kekurangan faktor-
faktor pembekuan di jalur ekstrinsik dan bersama atau adnya inhibitor. Untuk
membedakan hal ini, pemeriksaan diulang sekali lagi dengan menggunakan
campuran plasma penderita dan plasma kiontrol dengan perbandingan 1:1. Bila
ada inhibitor, masa protombin plasma tetap memanjang.
Selain dilaporkan dalam detik, hasil PT juga dilaporkan dalam rasio, aktivitas
protombin dan indeks. Rasio yaitu perbandingan antara PT penderita dengan
PT kontrol. Aktivitas protombin dapat ditentukan dengan menentukan dengan
menggunakan kurva standart dan dinyatakan dalam %.
Pemeriksaan PT juga sering dipakai untuk memantau efek pemberian
antikoagulan oral. Pemberian kepekaan reagen tromboplastin yang dipakai dan
perbedaan cara pelaporan menimbulkan kesulitan bila pemantauan dikerjakan
di laboratorium yang berbeda-beda. Untuk mengatasi masalah tersebut ICTH
(International Comittee on Thrombosis and Haemostasis) dan ICSH
(International Comitte for Standardization in Haematology) menganjurkan
agar tromboplastin jaringan yang akan digunakan harus dikalibrasi terlebih
dahulu terhadap tromboplastin rujukan untuk mendapatkan ISI (International
Sensitivity Index). Juga dianjurkan agar hasil pemeriksaan PT
dilaporkansecara seragam dengan menggunakan INR (International
Normalized Ratio), yaitu rasio yang dipangkatkan dengan ISI dari reagens
tromboplastin yang digunakan.

17
18
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. APTT
Jadi, dari pemeriksaan di atas didapatkan hasil 40 detik.
2. Pemeriksaan masa rekalsifikas
Jadi dari pemeriksaan yang telah di lakukan di dapat hasil 95 detik
3. Pemeriksaan PPT
Jadi dari pemeriksaan yang telah di lakukan di dapat hasil 12 detik

D. SARAN
1. Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya lebih berhati hati dan teliti dalam
melihat hasil.
2. Praktikan harus mematuhi prosedur kerja untuk mengantisipasi agar tidak
terjadi kesalahan dalam praktikum.
3. Gunakan Alat Pelindung Diri.
4. Taati peraturan yang ada didalam Laboratorium.
5. Hindari makan dan minum saat melakukan praktek.

DAFTAR PUSTAKA

19
Bakta, I Made,Prof.,Dr. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC. Halaman
238-239
Setiabudi, Rahajuningsih D. 2009. Hemostasis dan Trombosis. Jakarta : FKUI.
Halaman 23-32

Anonim. 2011. Sejarah Pembekuan Darah. http:// www.wikipedia.com, diakses pada


tanggal 22 Oktober 2011.

Miletich JP: Activated partial thromboplastin time. In Williams Hematology. Fifth


edition. Edited by E Beutler, MA Lichtman, BA Coller, TJ Kipps. New York,
McGraw-Hill, 1995, pp L85-86

Greaves M, Preston FE: Approach to the bleeding patient. In Hemostasis and


Thrombosis: Basic Principles and Clinical Practice. Fourth edition. Edited by
RW Colman, J Hirsh, VJ Marder, et al. Philadelphia, JB Lippincott Co, 2001,
pp 1197-1234

Olson JD, Arkin CF, Brandt JT, et al: College of American Pathologists Conference
XXXI on laboratory monitoring of anticoagulant therapy: laboratory
monitoring of unfractionated heparin therapy. Arch Pathol Lab Med
1998;122:782-798

20

You might also like