You are on page 1of 12

5.

4 Prosedur Kerja
Untuk mempelajari sifat fisik mikroba, maka mikroba perlu di inokulasi dengan
prosedur sebagai berikut :

Daging Ikan

Diambil daging ikan sebanyak 5 gram

Diambil 1 ml larutan tersebut dan masukkan kedalam tabung reaksi yang telah diisi 9 ml akuades, sehingga
terbentuk larutan 10-1

Diambil 1 ml larutan 10-1 dan masukkan ke tabung reaksi yang telah diisi 9 ml akuades, sehingga terbentuk
larutan 10-2

Dilakukan pengenceran hingga terbentuk larutan 10-6

Dituangkan 1 ml larutan 10-6 ke dalam cawan petri

Diaduk dengan cara menggeserkan cawan petri di atas meja membentuk pola angka delapan

Dituangkan media agar cair yang sudah hangat

Dilakukan inkubasi pada suhu 37oC

Dilakukan pengamatan karakter fisik mikroba yang tumbuh

6.4 Hasil dan Pembahasan


6.4.1 Hasil
Data Pengamatan Kelompok 2
Deskripsi
Mikroba Bentuk Bentuk Warna
Gambar /foto Bentuk
ke- pinggiran permukaan Koloni
koloni
koloni koloni mikroba
1. Round Entire rugose Putih

2. Irreguller Undulate Dull Putih


kekuningan

3. Filamento Filiform Rugose Putih pekat


us

4. Rhizoid Filiform Dull Putih


5. Curled Undulate Rough Putih

6. Round Entire Rugose Putih

Data Kelas
Data Pengamatan Kelompok 1

Mikroba Deskripsi
Bentuk Bentuk Warna
ke- Bentuk
pinggiran permukaan Koloni
koloni
koloni koloni mikroba
1. Irregular Undulate Umbonate Putih
kekuningan
2. Irregular Lobate Conver Putih
kekuningan
3. Irregular Undulate Flate Putih
kekuningan
4. Irregular Lobate Flate Putih
kekuningan
5. Irregular Undulate Umbate Putih
kekuningan
6. Irregular Undulate Umbate Putih
kekuningan

Data Pengamatan Kelompok 3

Deskripsi
Mikroba Bentuk Bentuk Warna
ke- Bentuk
pinggiran permukaan Koloni
koloni
koloni koloni mikroba
1. Filamentous Undulate Crateriform Bening

2. Round Curled Umbonate Putih


3. Round Filiform Flat Putih
4. Round Entire Flat Putih

5. Irregular Curled Raised Putih

6. Irregular Undulate Convex Putih

Data Pengamatan Kelompok 4

Mikroba Deskripsi
Bentuk Bentuk Warna
Bentuk
ke- pinggiran permukaan Koloni
koloni
koloni koloni mikroba
1. Irregular Undulate Dull Putih

2. Filamentous Filiform Rugose Putih


3. Irregular Undulate Glistening Putih pekat
4. Irregular Lobate Rough Putih

5. Round Rurled Rugose Putih

6. Round Entire Rugose Putih

Data Pengamatan Kelompok 5

Deskripsi
Mikroba Bentuk Bentuk Warna
ke- Bentuk
pinggiran permukaan Koloni
koloni
koloni koloni mikroba
1. Curled Undulate Dull Putih

2. Round Entire Dull Putih kusam


3. Irregular Undulate Dull Putih bagian
sisi
4. Round Entire Glistening Biru

5. Irregular Undulate Glistening Biru

6. Round Entire Dull Cream sedikit


merah

Data Pengamatan Kelompok 6

Deskripsi
Mikroba Bentuk Bentuk Warna
ke- Bentuk
pinggiran permukaan Koloni
koloni
koloni koloni mikroba
1. Curled Curled Smooth Putih
Kekuningan
2. Irregular Lobate Rough Putih
Kekuningan
3. Round Entire Rugose Kuning
4. Irregular Undulate Smooth Putih
Kekuningan
5. Round Entire Smooth Putih

6. Curled Curled Smooth Putih

Data Pengamatan Kelompok 7

Deskripsi
Mikroba Bentuk Bentuk Warna
ke- Bentuk
pinggiran permukaan Koloni
koloni
koloni koloni mikroba
1. Coklat
Irregular Undulate Dull
keemasan
2. Round Entired Dull Putih kusam
3. Round Entired Dull Putih kusam
4.
Round Entired Dull Putih kusam
5. Round Entired Dull Putih kusam
6. Round Entired Dull Putih kusam

Data Pengamatan Kelompok 8

Deskripsi
Mikroba Bentuk Bentuk Warna
ke- Bentuk
pinggiran permukaan Koloni
koloni
koloni koloni mikroba
1. Irregular Undulate Smoth putih

2. Irregular Undulate Smoth putih


3. filamentous Filiform Smoth putih
4. Rizoid Lobate Smoth putih

5. Irregular Undulate Smoth putih

6. Round Entired Smoth putih

6.4.2 Pembahasan
Identifikasi mikroba berguna untuk mempelajari secara detail karakter fisik, kimiawi,
dan biologis mikroba sehingga dapat diketahui dan dimanfaatkan secara optimal. Identifikasi
merupakan kegiatan utama dalam kegiatan untuk membuat klasifikasi atau taksonomi.
Berdasarkan klasifikasi dan taksonomi keanekaragaman hayati makhluk hidup dapat
dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah dan utuh. Kegiatan identifikasi adalah
menentukan nama hewan atau tumbuhan dengan benar dan menempatkannya di dalam sistem
klasifikasi hewan dan tumbuhan. Adapun langkah untuk melakukan identifikasi mikroba
adalah sebagai berikut :
1. mempelajari ciri morfologi mikroba yang diidentifikasi
2. membandingkan atau menyamakan dengan ciri mikroba yang sudah dikenal
identifikasinya
Beberapa tahapan standar yang harus dilakukan untuk dapat mengidentifikasi
mikroba, yaitu berdasarkan morfologis, sifat kimiawi, sifat biakan, sifat metabolisme, sifat
antigenik, sifat genetik, patogenitas dan sifat ekologi. Dalam proses identifikasi mikroba
salah satu yang dilakukan adalah melihat bagaimana bentuk morfologi mikroba tersebut, dan
yang diperhatikan dalam pengelompokan secara morfologi adalah bentuk, ukuran, struktur,
reaksi pewarnaan, alat gerak dan susunan flagelatanya. Metode klasifikasi atau identitas
mikroba ada beberapa tahapan, yaitu Klasifikasi Alami, Phenetic System, Taksonomi
Numerikal dan Sifat Filogenik.
Isolasi suatu mikroba ialah memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannya di alam
dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Isolasi harus diketahui
cara-cara menanam dan menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta syarat-syarat lain
untuk pertumbuhannya (Jutono 1980). Memindahkan bakteri dari medium lama kedalam
medium yang baru diperlukan ketelitian dan pengsterilan alat-alat yang digunakan, supaya
dapat dihindari terjadinya kontaminasi. Pada pemindahan bakteri dicawan petri setelah agar
baru, maka cawan petri tersebut harus dibalik, hal ini berfungsi untuk menghindari adanya
tetesan air yang mungkin melekat pada dinding tutup cawan petri (Dwijoseputro 1987).
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap
pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan
metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk
memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu
jenis sel yang dapat diamati (Afrianto 2004). Biakan murni diperlukan dalam berbagai
metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk
mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang
berasal dari satu spesies (Dwidjoseputro 2005).
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh
biakan murni yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode
cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan ( 50 oC) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba
di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu
dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut
mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini
memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu.
Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang
biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua
macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai
mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-
baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan
cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan
sel-sel yang digoreskan (Ratna 1990).
Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar
lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut :
1. Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi.
Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar,
serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul
melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi
koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang
bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting.
2. Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni
dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa duri, serupa
tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3. Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin.
Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni
yang tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak
mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika
bakteri mampu mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah,
serupa mangkuk, serupa corong, pundi-pundi dan berlapis.
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan setelah
inkubasi akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat, dan
berbagai ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba tersebut
pada media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat penting untuk
diperhatikan (Ratna 1990).
Pada data tabel yang tersedia, dapat diketahui hasil dari isolasi mikroba masing
masing kelompok. Dapat diketahui, pada kelompok 2, diperoleh 6 jenis mikroba yang dapat
teridentifikasi. Adapun deskripsi dari keenam mikroba tersebut adalah : Mikroba 1 (Bentuk
koloni : Round (Bulat); Bentuk Pinggiran Koloni : Entire, Bentuk Permukaan Koloni :
Rugose (Kasar); Warna Koloni Mikroba ; Putih), Mikroba 2 (Bentuk koloni : Irregular (Tidak
Beraturan); Bentuk Pinggiran Koloni : Undulate, Bentuk Permukaan Koloni : Dull ; Warna
Koloni Mikroba ; Putih Kekuningan), Mikroba 3 (Bentuk koloni : Filamentous (Benang);
Bentuk Pinggiran Koloni : Filiform, Bentuk Permukaan Koloni : Rugose (Kasar); Warna
Koloni Mikroba ; Putih Pekat), Mikroba 4 (Bentuk koloni : Filamentous (Benang); Bentuk
Pinggiran Koloni : Filiform, Bentuk Permukaan Koloni : Dull; Warna Koloni Mikroba ;
Putih), Mikroba 5 (Bentuk koloni : Curled; Bentuk Pinggiran Koloni : Undulate, Bentuk
Permukaan Koloni : Rugose (Kasar); Warna Koloni Mikroba ; Putih), Mikroba 6 (Bentuk
koloni : Round (Bulat); Bentuk Pinggiran Koloni : Entire, Bentuk Permukaan Koloni :
Rugose (Kasar); Warna Koloni Mikroba ; Putih).
Pada tabel diatas dapat diketahui pula hasil dari isolasi bakteri dari masing masing
kelompok, dari kelompok 1 s/d 8. Hasil mikroba (bentuk koloni) yang diperoleh dari berbagai
kelompok dengan kelompok kami tidak jauh berbeda, hal ini karena sampel yang digunakan
sama, yakni ikan kembung (Rastrelliger sp.). Namun, terdapat beberapa sampel yang
memiliki hasil mikroba dengan warna yang berbeda. Contohnya pada kelompok 5, terdapat
mikroba yang berwarna biru dan cream sedikit kemerahan. Selain itu, pada kelompok 7,
terdapat mikroba yang berwarna kuning keemasan. Menurut Sudarsono (2008), warna pada
koloni bakteri disebabkan karena adanya pigmen yang dihasilkan oleh bakteri.
Pada saat isolasi, mikroba perlu dilakukan inokulasi mikroba. Sebelum dan sesudah
menginokulasikan mikroba jarum ose yang digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu. Hal
ini bertujuan agar jarum ose yang digunakan bersifat steril dan bebas kontaminasi dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sedangkan pada cawan petri, setelah sampel
dimasukan ke dalam cawan petri setiap membuka dan menutup cawan petri harus terlebih
dahulu dipanaskan untuk meminimalkan terkontaminasinya sampel. Wadah media yang
menggunakan cawan petri, pada saat inkubasi mikroba pada cawan petri selalu dalam posisi
terbalik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah mikroba terkena uap air yang dihasilkan pada
saat inkubasi, sehingga kualitas mikroba tidak rusak atau mengalami gangguan.
Menurut Jutono (1980), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi
bakteri, yaitu :
1. Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi
2. Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut
3. Medium untuk pertumbuhannya yang sesuai
4. Cara menanam mikrobia tersebut
5. Cara inkubasi mikrobia tersebut
6. Cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa biakan murni dan
sesuai
dengan yang dimaksud
7. Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan biakan
murni
Medium agar merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan campuran
mikroorganisme. Teknik yang digunakan memungkinkan bakteri tumbuh pada jarak yang
berjauhan dari sesamanya dan membentuk koloni. Semua sel dalam koloni dianggap sebagai
turunan atau progeni suatu mikroorganisme yang disebut dengan biakan murni. Bahan yang
diinokulasikan pada medium disebut inokulum. Dengan menginokulasikan medium agar
nutrien dengan metode yang benar, maka sel-sel bakteri akan terpisah sendiri-sendiri. Setelah
diinkubasi, bakteri akan memperbanyak diri dengan cepat selama 18-24 jam, sehingga
terbentuk massa sel (koloni) yang dapat terlihat dengan mata telanjang (Pelczar dan Chan
1986).

7.4 Pendalaman
1. Berdasarkan teori yang saudara baca, apa tujuan dilakukannya pengenceran hingga
10-6?
Jawab : Menurut Pradhika (2008), cara untuk memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba yang tersuspensi dalam cairan dapat dilakukan pengenceran. Dengan
pengenceran, koloni akan lebih mudah diamati. Penentuan besarnya atau banyaknya
tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.

2. Apakah karakter fisik sudah dapat membantu menentukan jenis mikroba? Jelaskan
pendapat saudara.
Jawab : Karakter fisik dapat membantu menentukan jenis mikroba. Pada bakteri
umumnya memiliki bentuk bulat (coccus) dan batang (basil), sedangkan bentuk jamur
umumnya berbentuk benang dan tidak beraturan.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala (Suplemen
pikiran rakyat untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB : Bandung.

Dwidjoseputro, 1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.

Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.

Nur Indriyani, Asnani, 2007, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Unhalu : Kendari.

Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta : Gramedia.

Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikroiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit
Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar, Jilid 1, Edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
Sudarsono A. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri pada Ikan Laut dalam Spesies Ikan
Gindara (Lepidocibium flavobronneum). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

You might also like