You are on page 1of 8

Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras dalam tubuh manusia dan

kemampuannya untuk menahan stress diposisi ke dua setelah kemampuan tulang


rawan terutama tulang rawan jenis fibrouscartilage. Sebagai unsur utama kerangka
tubuh, ia menyokong struktur-struktur tubuh lainnya, melindungi organ-organ vital
seperti yang terdapat di dalam rongga tengkorak dan dada, serta mengandung
sum-sum tulang tempat di mana sel-sel darah dibentuk.11,12 Tulang dewasa
diklasifikasikan menurut bentuknya menjadi tulang panjang (seperti femur), tulang
pipih atau flat (seperti panggul), dan tulang pendek (seperti tulang tangan dan
kaki). Tulang panjang (dan beberapa tulang pendek seperti tulang metakarpal)
dibagi menjadi tiga wilayah topografi: diafisis, epifisis, dan metafisis. Diafisis
merupakan bagian poros tulang. Epifisis tampak di kedua ujung tulang dan
sebagian tertutup oleh tulang rawan artikular. Metafisis merupakan persambungan
antara bagian diafisis dan epifisis. Dalam perkembangan tulang, proses
perkembangannya sendiri dimulai dari lempeng epifisis (epifisis disk).
Di sinilah tempat osifikasi tulang terjadi. Pembentukan tulang dimulai sejak manusia
masih berada di dalam perut sang ibu (janin). Proses pertumbuhan tulang pada
masa ini merupakan proses penulangan primer dimana tulang yang terbentuk
merupakan tulang rawan (kartilago) sehingga tulang yang dimiliki masih lunak,
contohnya tulang pada bayi.
Setelah dilahirkan, tulang bayi akan mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun.
Pertumbuhan yang dimaksud di sini adalah perpanjangan tulang. Hal ini
dikarenakan bagian epifise tulang akan menyatu dengan bagian diafisis sehingga
kemungkinan tulang manusia untuk bertambah panjang sangat sedikit, namun
penebalan / pemadatan tulang masih dapat terjadi.
Proses pembentukan tulang atau osifikasi terjadi pada bagian tengah tulang terlebih dahulu kemudian disusul
oleh bagian ujung tulang. Pada bagian tengah tulang terdapat banyak osteosit (sel tulang) yang akan tumbuh
sehingga membentuk tulang sejati / tulang kompak. Tulang yang terbentuk pada bagian ini lambat laun akan
membentuk rongga sumsum tulang dan akan diisi oleh pembuluh darah pada bagian dalamnya. Pada saat
yang sama proses pembentukan tulang juga berlangsung pada bagian ujung tulang / epifisis. Dengan demikian
pertumbuhan tulang pada bagian epifisis dan diafisis akan bertemu dan membentuk tulang yang kokoh.

http://www.apki.or.id/wp-content/uploads/2016/02/Osifikasi-tulang.jpg
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atautulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Trauma yang
menyebabkantulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan
pada lengan bawah yangmenyebabkan fraktur radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah.
https://id.scribd.com/doc/77364879/Definisi-fraktur
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-nurhidayah-6731-2-
babii.pdf
Lempeng epifisis merupakan suatu diskus tulang rawan yang terletak diantara
epifisis danmetafisis. Fraktur lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh fraktur
pada anak-anak. Tulangrawan lempeng epifisis lebih lemah daripada tulang lain.
Daerah yang paling lemah dari lempengepifisis adalah zona transformasi tulang
rawan pada daerah hipertrofi dimana biasanya terjadigaris fraktur disebabkan oleh
meningkatnya aktfifitas metabolik dan berkurangannya suplai darah
KLASIFIKASI
Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis antara lain menurut Salter-Harris,
Polland, Aitken, Weber, Rang, Ogend. Tapi klasifikasi menurut Salter-Harris yang
paling mudahdan praktis serta memenuhi syarat untuk terapi dan prognosis.
Klasifikasi menurut Salter-Harris
merupakan klasifikasi yang dianut dan dibagidalam lima tipe :
1. Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,
sel-selpertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini
meliputi zona hipertrofidan zona kalsifikasi. Fraktur ini terjadi oleh karena
adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak-
anak yang lebih muda.
2. Tipe II
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui sepanjang
lempengepifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk suatu fragmen
metafisis yangberbentuk segitiga yang disebut dengan tanda Thurston-Holland.
Sel-sel pertumbuhan padalempeng epifisis juga masih melekat. Trauma yang
menghasilkan jenis fraktur ini biasanyaterjadi karena trauma shearing force dan
membengkok dan umumnya terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum
mengalami robekan pada daerah konveks tetapi begitu sulit kecualibila reposisi
terlambat harus dilakukan tindakan operasi.
3. Tipe III
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler.
Garis fraktur mulaipermukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang
garis lempeng epifisis. Jenis inibersifat intra-artikuler dan biasanya ditemukan pada
epifisis tibia distal.
4. Tipe IV
Fraktur tipe IV juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui sendi
memotongepifisis serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada
sebagian metafisis. Jenis frakturini misalnya fraktur kondilus lateralis humeri pada
anak-anak.
5. Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan.
Padalempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan yaitu
sendi pergelangankaki dan sendi lutut. Diagnosis sulit karena secara radiologik
tidak dapat dilihat.

https://id.scribd.com/doc/98293310/Fraktur-Epifisis
Sebuah tulang panjang terdiri dari tiga bagian: epifisis, diafisis dan metafisis.
Sebuah tulang panjang adalah tulang silinder yang memanjang seperti terlihat pada
femur, atau tulang paha; dan humerus, atau tulang lengan atas.
Sebuah epifisis adalah salah satu ujung bulat tulang panjang tubuh yang membuat
sendi. Diafisis adalah bagian tengah tulang panjang. Di sinilah metafisis berada.
Metafisis adalah daerah melebar tepat di bawah epifisis di mana lempeng
pertumbuhan ditemukan.
Sebuah lempeng pertumbuhan, juga disebut fisis, adalah daerah yang
memungkinkan untuk pertumbuhan tulang selama masa kanak-kanak. Lempeng
pertumbuhan menguat, atau mengeras menjadi tulang setelah pembangunan
selesai, di suatu tempat antara masa remaja akhir dan awal dua puluhan.
Epifisis ditutupi dengan tulang rawan artikular dan penuh dengan sumsum tulang
merah. Tulang rawan artikular adalah bentuk kokoh tapi fleksibel jaringan ikat yang
membantu dalam mendukung dan gerakan sendi. Sumsum tulang merah adalah
jaringan yang terletak di dalam tulang yang menghasilkan sel-sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit.
http://www.sridianti.com/pengertian-epifisis.html
Otot-otot posterior paha
Tiga otot paha posterior dikenal sebagai otot hamstring. Mereka memperpanjang
paha dari posisi tertekuk dan melenturkan kaki.
Semimembranosus: Yang paling medial dari tiga otot hamstring, otot ini berasal dari
tuberositas iskia dan menyisipkan pada kondilus medial tibia. Ini berfungsi dengan
semitendinosus untuk memperpanjang paha dan melenturkan dan medial memutar
kaki. Ini dipersarafi oleh bagian tibia dari saraf sciatic.
Semitendinosus: Otot ini berasal dari tuberositas iskia dan memasukkan ke bagian
superior dari tibia medial. Ini dipersarafi oleh bagian tibia saraf sciatic dan meluas
paha dan flexes dan medial berputar kaki.
Bisep femoris: Yang paling lateral paha belakang, bisep femoris memiliki dua
kepala: panjang dan pendek. Kepala panjang berasal dari tuberositas iskia, dan
kepala pendek berasal pada aspera linea femur. Mereka memasukkan ke sisi lateral
fibula. Kepala panjang dipersarafi oleh bagian tibia dari saraf sciatic, dan kepala
pendek dipersarafi oleh bagian fibula saraf sciatic. Ini meluas paha dan flexes dan
lateral berputar kaki.
http://kliksma.com/2015/04/bagian-bagian-otot-paha-dan-fungsinya.html
Fraktur epifisis merupakan jenis fraktur yang khusus terjadi pada anak-anak
terutama pada masa pertumbuhan. Dapat dicurigai terjadi fraktur episis pada
pasien anak yang menunjukan tanda trauma (seperti edem lokal dan nyeri tekan)
yang berada di ujung tulang panjang, dislokasi traumatik atau cedera ligamen
(termasuk sprain).
Gejala akan bervariasi tergantung dari tipe trauma dan derajat keparahan dari
fraktur. Tandayang dapat ditemukan adanya malformasi pada daerah fraktur.
Terdapat beberapa gejala yangpaling umum terjadi pada fraktur jenis ini, yaitu
Nyeri akut dan berkepanjangan
Tidak mampu untuk menggerakan anggota gerak yang terluka
Tidak mampu untuk memberi tekanan atau sebagai tumpuan berat tubuh pada
bagianyang mengalami trauma
Manifestasi Klinis Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan eksteremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan
perubahan warna(Brunner, 2002). 1.3.1 Nyeri Nyeri terus menerus dan bertambah
beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang intuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang (Brunner, 1997). 1.3.2 Hilangnya fungsi tubuh Setelah terjadi
fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak
alamiah(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran
fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabakan deformitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot tergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. Universitas
Sumatera Utara 1.3.3 Pemendekan Ekstremitas Pada fraktur panjang, terjadi
pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas
dan dibawah tempat fraktur. 1.3.4 Krepitus Saat ekstremitas diperiksa dengan
palpasi, teraba adanya derik tulang(krepitus) yang teraba akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat menyebabkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat. 1.3.5 Pembengkakan dan perubahan warna Pembengkakan
dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan
yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah
cedera. 1.4 Komplikasi 1.4.1 Komplikasi awal Komplikasi awal (dini) setelah fraktur
adalah syok, yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera, emboli
lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih dan sindrom kompartemen yang
berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera.
Komplikasi awal lainnya yang berhubungan dengan fraktur adalah infeksi,
tromboemboli, emboli paru, yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu
setelah cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata(KID). Universitas Sumatera
Utara a. Syok Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan (baik kehilangan
darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel
kejaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis, dan
vertebra. Penanganan syok meliputi mempertahankan volume darah, mengurangi
nyeri yang diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai, melindungi
pasien dari cedera lebih lanjut (Brunner, 1997) b. Sindrom Emboli Lemak Pada saat
terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam darah karena tekanan sumsum
tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan
oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadi
globula lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan
terombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil
yang memasok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain. Gambaran khasnya berupa
hipoksia, takipnea, takikardi, dan pireksia. Dengan adanya emboli sistemik pasien
nampak pucat, tampak ada ptekie pada membran pipi dan kantung konjungtiva,
diatas dada dan lipatan ketiak depan. Lemak bebas dapat ditemukan dalam urine
bila emboli mencapai ginjal dapat terjadi gagal ginjal. Perubahan kepribadian,
gelisah , iritabilitas, atau konfusi pada pasien yang mengalami fraktur merupakan
petunjuk untuk dilakukannya pemeriksaan gas darah. Penyumbatan pada pembuluh
darah kecil meningkatkan tekanan pembuluh darah meningkat, kemungkinan
mengakibatkan gagal jantung ventrikel kanan, edema, dan perdarahan dalam
alveoli mengganggu Universitas Sumatera Utara transport oksigen, mengakibatkan
hipoksia, terjadi peningkatan kecepatan respirasi, nyeri dada prekordial, batuk,
dispnea, dan edema paru akut. c. Sindrom Kompartemen Sindrom kompartemen
merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran
kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau
gips(balutan) yang terlalu menjerat dan peningkatan isi kompartemen otot karena
edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah(iskemi, cedera
remuk, penyuntikan bahan penghancur jaringan). Pencegahan dan penatalaksanaan
sindrom kompartemen dapat dicegah dengan mengontrol edema yang dapat
dicapai dengan meninggikan ekstremitas yang cedera setinggi jantung dan
memberikan kompres es setelah cedera sesuai resep, Bila terjadi sindrom
kompartemen, balutan yang kuat harus dilonggarkan (Brunner, 1997). 1.4.2
Komplikasi Lanjut Selain komplikasi awal(dini) terdapat komplikasi lanjut fraktur
diantaranya: a. Non-union Non-union merupakan akibat imobilisasi yang tidak
adekuat atau adanya fraktur patologis, non union terjadi karena adanya konsolidasi
pada fase pembentukan kalus yang dimulai minggu ke 4-8 dan berakhir pada
minggu ke 8- 14 setelah terjadinya fraktur, sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi
palsu). Universitas Sumatera Utara Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa infeksi
tetapi dapat juga terjadi sama sama dengan infeksi disebut infected
pseudoarthrosis (Pradip, 2005) b. Mal-union Mal-union adalah penyembuhan dengan
angulasi yang buruk, keadaan ini dikatakan buruk karena fraktur sembuh pada
saatnya, tetapi terdapat deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi,
kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna. c.
Nekrosis avaskular Nekrosis avaskular merupakan gangguan aliran darah yang
mengakibatkan kematian tulang, lokasi yang paling sering terkena adalah kaput
femur dan kaput talus. d. Osteoartritis Proses degeneratif dini pada sendi akibat
malaligment yang buruk, pada keadaan ini, sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. e.
Osteoporosis Osteoporosis merupakan akibat penggunaan tulang yang tidak benar,
dan bentuk yang paling berat, atrofi sudeck, dapat menyebabkan nyeri dan
pembengkakan jaringan lunak(Pradip, 2005). 1.5 Tahap penyembuhan tulang Proses
penyembuhan fraktur bervariasi sesuai dengan ukuran tulang dan umur pasien.
Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara Universitas Sumatera Utara
keseluruhan, atau kebutuhan nutrisi yang cukup. Berdasarkan proses penyembuhan
fraktur, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1.5.1 Proses hematom. Proses
hematom merupakan proses terjadinya pengeluaran darah hingga terbentuk
hematom (bekuan darah) pada daerah terjadinya fraktur tersebut, dan yang
mengelilingi bagian dasar fragmen. Hematom ini kemudian akan menjadi medium
pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan vaskuler sehingga hematom berubah menjadi
jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya (Sjamsuhidajat, 2005). 1.5.2 Proses
proliferasi. Pada proses ini, terjadi perubahan pertumbuhan pembuluh darah
menjadi memadat, dan terjadi perbaikan aliran pembuluh darah (Pakpahan, 1996).
1.5.3 Proses pembentukan callus Pada orang dewasa antara 6-8 minggu, sedangkan
pada anak-anak 2 minggu. Callus merupakan proses pembentukan tulang baru,
dimana callus dapat terbentuk diluar tulang (subperiosteal callus) dan didalam
tulang (endosteal callus). Proses perbaikan tulang terjadi sedemikian rupa, sehingga
trabekula yang dibentuk dengan tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara
bersatu dengan ujung-ujung tulang yang patah sehingga membentuk suatu callus
tulang (Smeltzer & Bare, 2002). Universitas Sumatera Utara 1.5.4 Proses konsolidasi
(penggabungan). Perkembangan callus secara terus-menerus, dan terjadi
pemadatan tulangseperti sebelum terjadi fraktur, konsolidasi terbentuk antara 6-12
minggu (ossificasi) dan antara 12-26 minggu (matur). Tahap ini disebut
denganpenggabungan atau penggabungan secara terus-menerus (Smeltzer & Bare,
2002). 1.5.5 Proses remodeling. Proses remodeling merupakan tahapan terakhir
dalam penyembuhan tulang, dan proses pengembalian bentuk seperti semula.
Proses terjadinya remodeling antara 1-2 tahun setelah terjadinya callus dan
konsolidasi (Smeltzer & Bare, 2002). 1.6 Penatalaksanaan fraktur Pengelolaan patah
tul
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39178/4/Chapter%20ll.pdf

You might also like