You are on page 1of 14

Gejala penyakit Merupakan respon dari tumbuhan terhadap infeksi (yang bisa diukur), dari

enyakit tertentu dapat dibedakan dengan penyakit lain berdasarkan gejala. Gejala juga dapat
berbeda bergantung pada lingkungan, varietas dari inang dan ras patogen. Gejala selalu
berubah dengan berkembangnya penyakit karena penyakit adalah suatu proses yang
dinamik.
.Gejala secara umum gejala dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe pokok, yaitu:
A. Gejala Nekrotik
Gejala nekrotik terjadi karena adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian
sel. gejala Nekrotik dibagi kedalam beberapa gejala seperti:

1. Nekrosis atau matinya bagian tanaman Sekumpulan sel yang terbatas dalam jaringan
tertentu mati dan pada alat tanaman terlihat adanya becak-becak atau bintik-bintik hitam.
2.Hidrosis Disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel masuk kedalam ruang sela-sela sel,
bagian ini akan tampak kebasah-basahan.

3. Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya


berwarna hijau.

4. Layu, ini adalah gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan dalam berkas
pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar yang menyebabkan tidak
seimbangknya penguapan dengan pengangkutan air.

5. Gosong Gejala gosong atau scorch yang sering disebut terbakar adalah mati dan
mengeringnya bagian tanaman tertentu hampir sama dengan gejala nekrosis. Gejala gosong
biasanya terjadi karena penyebab abiotik.

6. Mati ujung Mati ujung biasanya terjadi pada ranting atau cabang yang dimulai dari
ujungnya baru meluas kepangkal.

7. Busuk Busuk disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. Sebenarnya gejala
busuk sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya perkataan busuk dipakai untuk bagian-
bagian yang tebal seperti buah, batang, akar. Busuk terbagi menjadi dua yaitu busuk basah
dan busuk kering. Busuk basah biasanya disertai bau yang tidak enak atau cairan-cairan yang
kental biasanya terjadi pada bagian tanaman yang berdaging, sedangkan busuk kering jarang
berbau.

8. Rebah semai Jamur yang biasanya menyerang adalah jenis Rhizoctonia, Sclerotium,
Fusarium, Phytium, Phytophthora dan menyebkan batang membusuk atau tanaman rebah.

9. Kanker Gejala ini lazimnya terjadi pada bagian-bagian yang berkayu pada batang, ranting
ataupun akar.

10. Perdarahan atau eksudasi Gejala ini biasanya ditunjukkan dengan adanya cairan-cairan
yang keluar bagian tanaman..

B. Gejala Hipolastik
Gejala Hipoblastik adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya
pertumbuhan sel , gejala ini terbagi menjadi berikut:
1. Kerdil atau tumbuh terhambat Terhambatnya pertumbuhan bagian-
bagian tanaman sehingga ukurannya lebih kecil daripada biasanya.
2. Klorosis Rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya
berwarna hijau.
3. Etiolasi Gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh memanjang
dan mempunyai daun-daun yang sempit.
4. Pemusaran (resetting)

C. Gejala Hiperplastik
Gejala hiperplastik ini disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya
(overdevelopment). Gejala hiperplastik terbagi sebagai berikut:
1. Menggulung atau mengeriting Gejala gulung daun (leaf roll) atau gejala mengeriting
(curling) disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun.
2. Rontok Peristiwa ini dianggap sebagai gejala penyakit jika terjadi sebelum waktunya
(premature) dan dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Rontoknya.
bagian tanaman disebabkan terjadinya lapisan pemisah yang terdiri atas sel-sel yang
membulat seperti tepung dan lepas-lepas.
3. Perubahan warna Yang dimaksud disini adalah perubahan warna yang bukan klorosis
misalnya daun yang sakit berubah warna menjadi kengu-unguan karena membentuk
antosianin.

Tanda
Dalam Diganosis seringkali tanda-tanda, yaitu kenampakan makroskopis pathogen atau
bagiannya memegang peranan penting. bahkan lebih penting dari gejala. Tanda-tanda
umumnya terbatas pada penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Jamur-jamur
parasit tertentu akan membentuk struktur-struktur di luar badan tumbuhan, khususnya yang
menghasilkan spora, karena dengan demikian spora akan lebih mudah tersebar. Tanda-tanda
yang sering muncul adalah dalam bentuk miselium, karat, tepung, jamur hitam, smut (gosong
bengkak), cacar putih, bercak ter, tubuh buah, sklerotium dan lendir bakteri.

Erwinia merupakan bakteri berbentuk batang, motil, flagela peritrik,


penyebab kematian jaringan yang bersifat kering, juga penyebab benjolan-
benjolan, layu dan busuk basah. Genus
Erwinia
mempunyai 22 jenis yang
bersifat patogen tanaman dan biasanya sangat sulit dikendalikan. Contoh :
Erwinia
amylovora
penyebab penyakit fireblight pada apel,
Erwinia carotovora
penyebab
penyakit busuk basah pada wortel dan sayuran lain sampai tembakau,
Erwinia
chrysanthemi
penyebab penyakit busuk lunak pada kentang, talas dan nenas,
Erwinia dissolvens
penyebab penyakit busuk lunak pada batang jagung

Mikoplasma dan MLO (mycoplasma like organism). Mikoplasma juga


merupakan
mikroorganisme prokariotik seperti bakteri yang organel-organelnya tidak
bermembran. Informasi genetiknya berupa rantai DNA yang berbentuk cincin
dan
terdapat bebas dalam sitoplasma. Mikoplasma tidak mempunyai dinding sel
dan
hanya diikat oleh unit membran berupa triple-layered, mempunyai
sitoplasma,
ribosom, dan substansi inti yang tersebar dalam sitoplasma. Mikoplasma
dapat
berbentuk ovoid sampai filamen (benang) dan kadang-kadang berbentuk
menyerupai hifa bercabang-cabang dan biasanya dijumpai di dalam jaringan
di
luar sel-sel inang. Mikoplasma like organisme (MLO) tanaman biasanya
terdapat
dalam cairan floem. Berbeda dengan mikoplasma, MLO dapat tumbuh pada
sitoplasma sel-sel parenkhim floem. MLO sering dijumpai membentuk
koloni
1. Jamur

Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian
tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis
penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. Atau Jamur
adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok fungi
(Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung: terdiri dari bagian yang tegak (batang)
dan bagian yang mendatar atau membulat

Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi
busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak
bercak kecokelatan. Dari bercak bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau
oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya
kering dan rontok.

Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang
yang terserang umumnya akan membusuk, mula mula dari arah kulit kemudian menjalar ke
dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan
mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk,
kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut.

a) Penyakit embun tepung.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang kadang
menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati.
Jamur ini kadang kadang menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tumbuhan
menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun daunnya terdapat
kercak bercak hitam.

2. Bakteri

Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar di tanah,
air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan
akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir
keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama
kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan
menggunakan bakterisida.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh
tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD disebabken oleh
bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup daun menjadi kecil dan berwarna
kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang
belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik.

3. Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri
Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus.
Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar
ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk
disembuhkan. Penularan penyakit oleh virus diperantarai oleh serangga. Contoh penyakit
yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak bercak
putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang
permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk.

Menurut Ni Wayan dan Retno (2015), salah satu kendala dalam usaha ini adalah adanya OPT
baik hama maupun penyakit. Salah satu penyakit yang menyerang adalah Soft rots yang
disebabkan oleh Erwinia carotovora yang tidak hanya menyerang tanaman yang masih berada
dalam perkebunan tetapi juga pada saat penyimpanan atau pemasaran. Gejala
yang umum pada tanaman wortel (Daucus Carota )adalah busuk basah, berwarna coklat atau
kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi
bercak kebasahan. Bercak- bercak tersebut membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya
tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit
tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dantampak agak berbutir-butir halus.
Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau hitam. Suhu yang
cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri ini yaitu berkisar 27-30 C.

E. carotovora dapat mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman dilapang. Suhu
yang optimal untuk perkembangan bakteri yaitu 27 C. Pada keadaan suhu rendah dan
kelembaban yang rendah bakteri akan terhambat pertumbuhannya. Pada umunya infeksi
terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka karena gigitan
serangga atu alat-alat pertanian yang tertempel dengan bakteri tersebut. Larva dan imago lalat
buah dapat menularkan bakteri karena serangga ini membuat luka dan mengandung bakteri
dalam tubuhnya. Untuk mengendalikan penyakit ini digunakan beberapa cara antara lain,
Melakukan sanitasi, Menjaga kebersihan kebun khususnya dari sisa- sisa tanaman sakit
sebelum penanaman, Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan
kelembaban yang terlalu tinggi, terutama di musim hujan. Pada waktu memelihara tanaman
diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari terjadinya luka yang tidak perlu.

Menurut Hardiyanto (2010), Bakteri Erwinia carotovora pv. carotovora (Jones) Dye. Adalah
satu-satunya bakteri patogenik tumbuhan yang bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini
mempunyai aktivitas pektolitik yang kuat dan menyebabkan busuk lunak pada tanaman
famili solanaceae. Bakteri ini menyerang jaringan tanaman pada umumnya melalui pelukaan
dan juga dapat melalui lubang alami. Pathogen ini dapat memperbanyak diri pada ruang
intraseluler serta menghasilkan sekresi berupa enzim pektolitik dalam jumlah besar. Ciri khas
bakteri tersebut terlihat dari sel bakteri yang berbentuk batang dengan ukuran (1,5-2,0) x
(0,6-0,9) micron, umumnya membentuk rangkaian sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul
dan tidak berspora. Bakteri bergerak menggunakan flagella yang terdapat di sekeliling sel
bakteri (flagella peritrichous). Bakteri bersifat gram negative. Suhu optimal untuk
perkembangan bakteri adalah 170C pada kondisi kelembapan rendah dan suhu yang rendah
maka perkembangan bakteri akan terhambat.

Menurut Suharto et.al (2010), Gejala yang timbul pada buah akibat penyakit ini
adalah Mula-mula timbul bercak kecil kehijau-hijauan, membusuk, berbentuk
bulat, selanjutnya bercak berubah warna menjadi coklat dan terdapat bintik-
bintik berwarna hitam. Pada akhirnya warna buah menjadi oranye. di bawah kulit
terdapat bagian yang warnanya berubah menjadi coklat muda. Bagian ini melebar dan
pusatnya mengendap, sehingga mirip dengan kerucut. Infeksi yang terjadi di kebun
menjelang buah dipetik dapat berkembang terus selama buah diangkut dan disimpan sebagai
penyakit pascapanen. Penyakit dapat menyerang batang juga dan menyebabkan terjadinya
kanker yang jorong dan mengendap . Mekanisme jamur dalam mengadakan infeksi langsung
dengan menembus kutikula setelah pembentukan apresorium. Meskipun demikian, jamur
sering mengadakan infeksi melalui lentisel. Kanker pada batang, kayu-kayu mati dan mummi
buah dapat bertindak sebagai sumber infeksi. Konidium terutama dipencarkan oleh air hujan
yang memercik. Tetapi disamping itu dapat juga dipencarkan oleh serangga atau burung , dan
dalam keadaan kering juga dipencarkan oleh angin. Pengendalian Gloeosporium sp secara
kultur teknis dapat dilakukan antara lain dengan memetik buah apel tidak terlalu masak.
Selain itu, juga dapat dilakukan dengan menanam tanaman apel menggunakan varietas yang
tahan penyakit Gloeosporium sp, yaitu varietas Manalagi. Hal lain yang dapat dilakukan ialah
dengan mengatur kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan untuk perbaikan
sirkulasi udara. Pengendalian biologi alternatif salah satunya adalah dengan pemanfaatan
agens hayati seperti virus, jamur atau cendawan, bakteri atau aktiomisetes. Beberapa jamur
atau cendawan mempunyai potensi sebagai agens hayati dari dari jamur patogenik
diantaranya adalah Trichoderma spp. Jamur ini digunakan sebagai jamur atau cendawan
antagonis yang mampu menghambat perkembangan patogen melalui proses
mikroparasitisme,antibiosis, dan kompetisi

Busuk buah pada apel termaksud antraknos yang disebabkan oleh jamur Gloeosporium sp.,.
Ukuran aservulus tidak menentu, kadang-kadang sampai bergaris tengah 50 nm. Konidium
seperti tabung dengan ujung-ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk bulat telur dengan
ujung yang membulat, dengan pangkal yang agak mendatar, hialin, bersel 1, berukuran 9-24 x
3-6nm

Bean common mosaic virus (BCMV) termasuk dalam famili Potyviridae, genus
Potyvirus. Panjang partikel BCMV yaitu 750 nm dan lebar 12-15 nm. Asam
nukleatnya memiliki tipe single stranded RNA (ssRNA/RNA utas tunggal) dengan
kandungan sebesar 5%.

Penyakit mosaik kuning pada kacang panjang (Vigna sinensis) disebabkan oleh Bean
common mosaic virus (BCMV). Gejala yang ditimbulkan pada tanaman kacang panjang jika
terserang penyakit mosaik kuning adalah pertama kali muncul berupa pemucatan tulang daun
(vein clearing) pada daun-daun muda, mengakibatkan jaringan sekitarnya mengalami
klorosis, menjadi hijau muda, kemudian berkembang menjadi mosaik kuning disertai dengan
malformasi daun, Tulang daun mengerut sehingga daun bergelombang dan permukaan daun
tidak merata, Terjadi lepuhan, pengerdilan, dan akhirnya layu pada daun.Akibat yang
ditimbulkan pada tanaman kacang panjang yang terserang penyakit mosaik kuning adalah
Terhambatnya proses pembungaan, Penurunan bobot polong dari 27.5% hingga 85.15%,
Mekanisme penyakit mosaik kuning pada kacang panjang yang disebebkan oleh BCMV
sebagian dapat ditularkan oleh kutu daun (A. Craccivora) yang diawali dengan terjadinya
pemucatan tulang daun (vein banding), mosaik, dan malformasi daun. Efisiensi penularan
BCMV berkolerasi positif dengan jumlah kutu daun yang terdapat pada tanaman. Penularan
oleh kutu daun yang mengandung virus tidak terjadi jika kutu daun tidak menghisap jaringan
tanaman

Bean common mosaic virus (BCMV) merupakan salah satu virus penting yang
menginfeksi kacang panjang karena menyebabkan produksi menurun dan bersifat
tular benih. Penelitian bertujuan menentukan terjadinya infeksi BCMV pada umur
tanaman berbeda terhadap efisiensi BCMV terbawa benih serta pengaruhnya pada
pertumbuhan vegetatif dan produksi kacang panjang. Inokulasi BCMV dilakukan
secara mekanis pada tanaman berumur 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam (MST).
Pengamatan dilakukan terhadap periode inkubasi, insidensi dan keparahan
penyakit, persentase BCMV terbawa benih, tinggi tanaman, dan produksi polong.
Virus dideteksi dengan metode indirect ELISA. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda tanaman terinfeksi BCMV, periodeinkubasi semakin cepat,
gejala penyakit semakin parah, pertumbuhan tanaman semakin terhambat, dan
produksi polong semakin menurun.

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea e. Jamur ini termasuk ke dalam
Ascomycetes, konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua. Jamur ini
bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia.

Gejala penyakit blas dapat tampak pada hampir seluruh bagian tanaman padi. Gejala dapat
berupa bercak pada daun, malai, batang, dan bulir padi. Blas daun berupa bercak-bercak
berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau putih
dengan tepi berwarna cokelat kemerahan. Infeksi pada malai menyebabkan gejala yang khas
berupa membusuknya tangkai malai yang umum disebut sebagai busuk leher (neck rot). Jika
busuk leher terjadi sebelum masa pengisian bulir, maka gabah akan hampa. Gejala serangan
pada batang berupa busuk dan mudah rebah. Penyakit blas leher dapat menurunkan
hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau
patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir
padi hampa. Gangguan penyakit blas leher di daerah endemis sering
menyebabkan tanaman padi menjadi puso

Penyakit sapu (witches broom) pada kacang tanah adalah penyakit yang
disebabkan pathogen yang masuk dalam spesies Alterina porri dan kelas
Deuteromycetes, tipe parasitini adalah obligat dengan mekanisme biotropik. Tipe
gejala pada penyakit yangmenyerang pada kacang tanah ini adalah hipoplastis
dan hiperplasis. Gejala hipoplasisditunjukkan dengan pertumbuhan tunas yang
kerdil, sedangkan gejala hiperplasisditunjukkan dengan pertumbuhan tunas yang
banyak. Ukuran daun menjadi lebih kecildan lebih sempit, jarak ruas-ruas pada
batang kacang tanah ini menjadi lebih pendek dibanding tanaman yang sehat.

SUDIR ET AL.: PENYAKIT BLAS DAN STRATEGI

Sudir, A. Nasution, Santoso, Dan B. Nuryanto. Pengendalian .2014.Penyakit Blas Pyricularia


Grisea Pada Tanaman Padi Dan Strategi Pengendaliannya. Iptek Tanaman Pangan. Vol. 9 No.
2

Kelayuan bibit atau tanaman adalah tanda pertama dari infeksi. Hal ini menunjukkan bahwa
akar telah rusak. Gejala pertama kali terlihat pada akar adalah pembengkakan yang
berkembang menjadi distorsi besar atau seperti gada. Keseriusan bergantung kepada usia
tanaman dan waktu bersentuhan dengan penyakit tersebut. Awalnya, ladang -ladang tanaman
yang sangat kerdil akan muncul diladang. Pada tanaman di waktu-waktu selanjutnya, ladang
-ladang tanaman akan meluas hingga seluruh ladang terinfeksi. Semakin banyak spora yang
ada di dalam tanah, maka semakin parah gejalanya. Tanaman kubis mungkin tumbuh tanpa
kepala.
Penyebaran

Spora Penyakit akar gada dapat bertahan hidup di dalam tanah hingga 20 tahun. Ini berarti
jika penyakit akar gada masuk ke ladang hampir tidak mungkin untuk benar-benar
menyingkirkannya.Spora bangun dan kemudian berkecambah dengan hadirnya akar keluarga
kubis. Mereka mengeluarkan spora berenang yang tertarik ke akar kubis dan berenang ke
arah mereka ketika tanah sangat basah.Spora melekat pada akar di mana mereka tumbuh dan
menyebabkan pembengkakan.Penyakit akan memburuk dengan meningkatnya kelembaban
tanah dan suhu tanah naik di atas 20 C.Kondisi ideal untuk infeksi penyakit akar gada
termasuk tanah asam (pH kurang dari 7), tanah basah,suhu hangat (20-25C) dan tanaman
inang rentan.Penyebaran spora yang dorman ke ladang adalah dengan obyek yang dapat
membawa tanah yang terkontaminasi, seperti alat pertanian, sepatu kotor, bibit terinfeksi,
hewan pemakan rumput dan air permukaan. Penyebaran jarak jauh pada umumnya adalah
dengan bibit ditanam di tanah pada tanah terkontaminasi.

ean common mosaic virus - BCMV merupakan salah satu virus anggota famili
Potyviridae, genus Potyvirus dengan genom ssRNA (utas tunggal), positive
sense, berbentuk filamen dengan panjang 750 nm dan lebar 14 nm. Badan
inklusi Potyvirus berbentuk cakra atau beberapa bentuk yang lain . Vektor BCMV
yang paling penting pada tanaman kacang panjang adalah A. craccivora karena
A. craccivora merupakan hama utama pada tanaman kacang panjang di
Indonesia. BCMV ditularkan kutudaun ke tanaman secara nonpersisten.
Penularan virus tipe ini menunjukkan bahwa virus dalam vektor hanya terdapat
di alat mulut dan tidak dapat memperbanyak diri dalam vektor. Virus ini
mempunyai kisaran inang yang cukup luas, dapat ditularkan oleh kutudaun
secara nonpersisten dan bersifat terbawa benih.
ean common mosaic virus - is a virus BCMV family members Potyviridae, genus
Potyvirus with genomic ssRNA (single-stranded), positive sense, shaped
filaments with a length of 750 nm and 14 nm wide. Inclusion bodies
Potyvirus disc-shaped or some other shape. Vector BCMV most important in
the long bean crop is A. craccivora because A. craccivora is a major pest
in crops of beans in Indonesia. BCMV transmitted to plant nonpersisten
aphids. Transmission of the virus shows that the type of virus in the
vector is only found in the mouth of the tool and can not reproduce
themselves in the vector. This virus has pretty broad host range, can be
transmitted by aphids in nonpersisten and are seed-borne.

Secara morfologi, cendawan Pyricularia oryzae mempunyai Satu daur penyakit dimulai
ketika spora cendawan menginfeksi dan rnenghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan
berakhir ketika cendawan bersporulasi dan rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila
kondisi lingkungan menguntungkan, satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu.
Selanjutnya dari satu bercak dapat rnenghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu
malam dan dapat terus rnenghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi
kelembapan dan suhu yang mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur
penyakit dan menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada akhir musim. Tingkat
inokulum yang tinggi ini sangat berbahaya bagi tanaman padi yang rentan patogen
Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh biji dan jerami. Cendawan ini mampu
bertahan dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar,
spora masih bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan sampai
lebih dari 3 tahun. Sumber inokulasi primer di lapang pada umumnya adalah jerami. Sumber
inokulasi benih biasanya memperlihatkan gejala awal pada pesemaian. Untuk daerah tropis,
sumber inokulasi selalu ada sepanjang tahun, karena adanya spora di udara dan tanaman
inang lain selain padi
The morphology, Pyricularia oryzae fungus have one disease cycle begins
when spores of the fungus infects and rnenghasilkan a spot on rice crops
and ends when the fungus sporulation and new spores rnelalui rnenyebarkan
air. If the environmental conditions favorable, the cycle can occur in
about 1 week. Furthermore, one can spot rnenghasilkan hundreds to thousands
of spores in the evening and may continue rnenghasilkan spores for more
than 20 days. In conditions of humidity and temperature favor, blast fungus
disease can experience many cycle and produce spores tremendous abundance
at the end of the season. This high level of inoculum that is very
dangerous for the rice plants vulnerable to pathogenic spread of spores
occur apart by the wind as well as by seed and straw. This fungus can
survive in the rest of the hay and grain sick sick. Dry and room
temperature, the spores still survive up to one year, while the mycelia
able to survive for more than 3 years. Sources of primary inoculation in
the field in general is straw. Source inoculation seed usually show
symptoms early in the nursery. For the tropics, there is always the
inoculation source throughout the year, because of the spores in the air
and other host plants other than rice

Dwinita wikan utami, hajrial aswidinnoor, sugiono moeljopawiro dan ida hanarida. 2006.
Inheritance of blast resistance (pyricularia grisea sacc.) On interspecific crossing between
ir6.4 and oryza rufipogon griff J hayati., vol. 13, no. 3: 107-112 issn 0854-8587

Pembengkakan akar merupakan ciri khas penyakit akar gada .Bentuk dan
letak tergantung pada spesies inang dan tingkat infeksi. Pada Brassica mula-
mula pembengkakan berbentuk "spindel" (kurus panjang) yang sangat kecil
pada akar-akar utama dan lateral. Dengan pertumbuhan jaringan inang yang
tidak terkendali, akar-akar menjadi sangat besar dan berubah bentuk, dan
akhirnya bersatu membentuk gada . Makin lama akar yang membengkak
makin besar dan biasanya hancur sebelum akhir musim tanam karena
serangan bakteri dan cendawan lain. pembengkakan dapat mencapai ukuran
kepalan tinju manusia dan warnanya nampak kelabu dan kuning pucat
Warna kekuning-kuningan berbeda dengan akar-akar yang sehat berwarna
putih
Swelling is a characteristic root root disease .Bentuk mace and layout
depending on the host species and the rate of infection. In Brassica
swelling initially shaped "spindle" (the long skinny) is very small on the
roots of the main and lateral. With the growth of host tissue uncontrolled,
roots become very large and deformed, and eventually united to form a club.
The longer roots that swell bigger and usually destroyed before the end of
the growing season for bacteria and other fungi. swelling can reach the
size
the clenched fist of humans and the colors appear gray and pale yellow
Yellowish color in contrast to the healthy roots are white

Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting di Indonesia.


Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans adalah
penyakit yang sangat penting pada tanaman kentang di Indonesia. penyakit ini
telah menjadi kendala utama produksi kedua komoditas pertanian tersebut di
dunia, terutama di daerah yang beriklim sejuk dan lembab.
Pada kentang, patogen hawar daun mula-mula dideskripsi di Perancis pada tahun
1845 oleh Montagne. Pada tahun 1876, setelah melakukan penelitian selama
bertahun-tahun, Anton de Bary mengukuhkan nama patogen Phytophthora
infestans sebagai penyebab penyakit hawar daun pada kentang. Penyakit hawar
daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena Phytophthora infestans
merupakan jamur patogen yang memiliki patogenisitas beragam. Pada
umumnya, patogen ini berkembangbiak secara aseksual dengan zoospora, tetapi
dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora. Jamur ini bersifat
heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan
oospora hanya terjadi apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua
isolat Phytophthora infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan)
berbeda. Cara ini dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel
kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri
dari masa protoplasma yang mempunyai bulu bulu halus yang bisa bergetar
dan disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan
oospora, yaitu penggabugan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet
jantan kecil tapi aktif.

Potatoes are one of the important vegetable crops in Indonesia. Leaf blight
caused by the fungus Phytophthora infestans is a very important disease in
potato crops in Indonesia. This disease has become the main obstacle of the
second production of agricultural commodities in the world, especially in
cool climates and humid.
Potato late blight pathogen initially be described in France in 1845 by
Montagne. In 1876, after doing research for many years, Anton de Bary
confirmed the name of the pathogen Phytophthora infestans causing leaf
blight in potatoes. Leaf blight is very damaging and difficult to control,
because it is a fungus Phytophthora infestans pathogen has varied
pathogenicity. In general, these pathogens multiply asexually by zoospores,
but can also reproduce sexually with oospore. This fungus is heterotalik,
meaning that proliferation of sexually or oospore formation occurs only in
the event of mating (cross-breeding) between the two isolates of
Phytophthora infestans having a mating type (type of marriage) is
different. How this is done without the incorporation of sex cells and
female sex cell of a male, but with the formation of spores that zoospores
which consists of a period of protoplasm that have feathers - fuzz that can
vibrate and called cilia, but can also reproduce sexually with oospore,
namely penggabugan of gametes large female and male gametes passive with a
small but active.

Penyakit hawar daun kentang disebabkan oleh cendawan XANTHOMONAS


ORYZAE, yang semula disebut Botrytis infestans Mont. Miselium interseluler tidak
bersekat, mempunyai banyak houstorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit,
berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan yang
khas. Konidium berbentuk buah peer, 22-32 x 16-24 m, berinti banyak 7-32.
Konidium berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk hifa (benang)
baru, atau secara tidak langsung dengan membantuk spora kembara, konidium
dapat juga disebut sebagai sporangium atau zoosporangium. Cendawan ini
dapat membentuk oospora meskipun agak jarang. Jamur P. infestans diketahui
mempunyai banyak ras fisiologi.
Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan
terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa
sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat
menyebar ke batang, tangkai dan umbi. Perkembangan bercak penyakit pada
daun paling cepat terjadi pada suhu 18C - 20C. Pada suhu udara 30C
perkembangan bercak terhambat.. Daun-daun yang sakit mempunyai bercak-
bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan
kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan
mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca sedemikian berlangsung lama,
seluruh bagian tanaman di atasakan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah
bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru
tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun kadang-kadang
sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu. Pembentukan penyakit
busuk daun ini bervariasi sesuai kondisi lingkungan. Kelembaban relative, suhu,
intensitas cahaya, dan pemeliharaan kentang itu sendiri akan mempengaruhi
gejala yang timbul. Daun yang sakit terlihat berbecak bercak pada ujung dan
tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam
waktu 1 sampai 4 hari; hal ini terjadi jika udara lembab. Bila udara kering jumlah
daun yang terserang terbatas, bercak bercak tetap kecil dan jadi kering dan
tidak menular ke daun lainnya.

Potato leaf blight caused by Xanthomonas oryzae fungus, which was


originally called Botrytis infestans Mont. Intercellular mycelium is not
insulated, has a lot houstorium. Conidiophores out of the mouth of the
skin, gathered 1-5, with branching simpodial, has a distinctive swelling.
Konidium shaped fruit peer, 22-32 x 16-24 m, multinucleated 7-32. Konidium
germinate indirectly by forming hyphae (threads) are new, or indirectly by
membantuk spores wanderer, konidium can also be referred to as sporangium
or zoosporangium. This fungus can form oospore though rather sparse. P.
infestans fungus known to have many physiological races.
The initial symptoms spots on the edges and tips of the leaves, spotting
widened and formed brown necrotic area. Spotting surrounded by masses
sporangium white with gray green background. Attacks may spread to the
trunk, stems and tubers. The development of leaf spot diseases of the
fastest occurs at a temperature of 18C - 20C. At air temperature 30C
spotting hampered development .. The leaves are sick have necrotic patches
on the edges and ends. If the temperature is not too low and humidity is
high enough, blotches were going to spread rapidly on and off all the
leaves. Even if the weather is so long, the entire plant in atasakan dead.
In dry weather a limited number of spots, dries quickly and does not
extend. Generally, new symptoms appear when the old plant over a month,
although sometimes it has been seen in plants aged 3 weeks. Formation of
late blight will vary according to environmental conditions. Relative
humidity, temperature, light intensity, and the maintenance of the potato
itself will affect the symptoms. Sick leaves look berbecak - spots on the
leaf tips and edges and may extend to the bottom and turn off all the
leaves within 1 to 4 days; this occurs when moist air. When dry air limited
number of affected leaves, spots - spots remain small and dry and do not
spread to other leaves.

T Penyakit sapu setan menyerang kacang tanah. Penyakit ini disebabkan oleh mycoplasma
like organism (MLO). Tanaman yang terserang sapu setan terlihat tumbuh kerdil kekuningan,
daun daun mengecil, bertunas banyak, dan ginofor berubah bentuk menjadi seperti kait,
membelok ke atas tidak masuk ke dalam tanah. Pengendalian penyakit ini dengan cara
mencabut tanaman terserang melakukan rotasi tanaman, dan memupuk tanaman secara
seimbang. tanaman yang terserang mempunyai cabang lateral atau cabang
yang tumbuh pada buku-buku batang/cabang dalam jumlah banyak.
Ginofor mengalami geotropi negatif atau tumbuh ke atas Cabang lateral
ini ruasnya pendek, daun-daun yang tumbuhpun kecil-kecil sehingga
penampakan tanaman seperti sapu Phytoplasma adalah organisme satu
sel, tidak mempunyai dinding sel sehingga bentuknya berubah-ubah. Di
dalam tanaman, phytoplasma terbatas pada jaringan phloem. Wereng
Orosius argentatus adalah vektor yang efektif menyebarkan di lapangan.
Sanitasi dengan mencabut tanaman kacang tanah yang tumbuh liar dan
tanaman yang terserang sudah cukup untuk mengendalikan penyakit
yang tidak berbahaya ini

Evans (2014)..T Disease broom vicious attack peanuts. The disease is


caused by a mycoplasma like organism (MLO). Plants are attacked by a
vicious look broom yellow stunting, leaf leaves shrinking, sprout a lot,
and ginofor transformed into such as hooks, turned up no sign into the
ground. Control of this disease by uprooting infected plants crop rotation,
and cultivate crops in a balanced manner. the affected plants have a
lateral branch or branches that grow on the books stems / branches in large
quantities. Ginofor experiencing negative geotropi or grow up this lateral
branch ruasnya short, tumbuhpun leaves into small pieces so that the
appearance of plants such as broom Phytoplasma is a single-celled organism,
does not have a cell wall so that its shape changes. Inside the plant,
phytoplasma limited to the phloem tissue. Wereng Orosius argentatus are
vector-effectively deploy in the field. Sanitation by unplugging the peanut
plants that grow wild and affected plants is enough to control the disease
is not dangerous

Mikroorganisme yang mirip dengan bakteri penyebab sakit pada tanaman ialah
mycoplasma-like organism (MLO) dan spiroplasma.
MLO adalah mikroorganisme yang bersel satu, bentuknya bervariasi,
sering berubah-ubah karena tidak mempunyai dinding sel, selnya mengandung
protoplasma yang terdiri dari ribosom dan inti sel.
Diameter selnya hanya 100 nanometer (1 nm = 1/1.000.000 mm),
termasuk makhluk hidup yang sangat kecil, lebih kecil dari virus.
Mikroorganisme ini menyerang floem dengan gejala tajuk kerdil dan menyapu,
ukuran daun mengecil dan klorosis. Kalau intensitas serangan telah berat, maka
pohon dapat mati. Penularan MLO dari satu pohon yang lain terjadi dengan
perantara serangga vektor dan dari pembiakan secara vegetatif (stek, cangkok,
sambungan dll).

Anderson (2008)The microorganisms similar to bacteria that cause illness in


crops is mycoplasma-like organism (MLO) and Spiroplasma.
MLO is a single-celled microorganisms, shape varies, often capricious
because it has no cell wall, the cell contains protoplasm consisting of
ribosomes and the cell nucleus.
Cell diameter of only 100 nanometers (1 nm = 1 / 1,000,000 mm), living
creatures that are very small, smaller than a virus.
These microorganisms attacking the phloem with symptoms of stunted canopy
and rake, smaller leaf size and chlorosis. If the intensity of the attack
was heavy, then the tree can die. MLO transmission from one tree else
happens with intermediaries and insect vectors of vegetative propagation
(cuttings, grafts, connections, etc.).

Penyakit kerdil pisang disebabkan oleh Banana Bunchy Top Virus (BBTV). Gejala
awal ditandai oleh adanya gejala hijau gelap bergaris pada tangkai dan tulang
daun menyerupai sandi morse. Pada lembaran daun di dekat ibu tulang daun
terdapat bercak/garis bengkok hijau gelap. Ketika tanaman semakin tua,
pertumbuhan daun menjadi terhambat, berukuran kecil, kaku dan mengarah ke
atas, tanaman menjadi kerdil. Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penularannya
melalui vektor Pentalonia negronervosaCoq. Gejalanya adalah daun muda
tampak lebih tegak, pendek, lebih sempit dan tangkainya lebih pendek dari yang
normal, daun menguning sepanjang tepi lalu mengering, daun menjadi rapuh
dan mudah patah, Tanaman terlambat pertumbuhannya dan daun-daun
membentuk roset pada ujung batang palsunya. Gulungan daun muda yang baru
mulai membuka lebih tegak dan lebih sempit dari daun sebelumnya. Selanjutnya
tepi daun menguning dan kehilangan kelenturannya sehingga mudah terkoyak.
Tulang daun pun kehilangan kekuatannya sehingga rapuh dan mudah
dipatahkan. Muncul alur bewarna hijau tua pada tangkal daun dan urat daun.
Tahap lanjut, daun baru tumbuh meruncing dan bergelombang. Muncul klorosis
di tepi daun. Daun terlihat bergerombol dibagian pucuk. Pengendalian dilakukan
dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi kebun dengan membersihkan
tanaman inang seperti abaca (Musa textiles),Heliconia spp danCanna spp,
pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada tunas yang
hidup. Cara lain adalah dengan menggunakan insektisida sistemik untuk
mengendalikan vektor terutama di pesemaian.

Dwarf banana disease caused by the 'Banana Bunchy Top Virus' (BBTV). The
early symptoms are characterized by the presence of symptoms of dark green
stripes on the stalk and leaves the bone resembles Morse code. On a leaf near
the midrib are spots / dark green bent lines. When the older the plant, the leaves
become stunted growth, small, rigid and pointing up, the plants become stunted.
The disease is caused by a virus. Transmission through vector Pentalonia
negronervosaCoq. The symptoms are the young leaves appear straighter,
shorter, narrower and shorter stems than normal, leaf yellowing along the edges
and then dries, the leaves become brittle and easily broken, late Plant growth
and the leaves form a rosette at the end of his false stem. Rolls new young
leaves began to open up straighter and narrower than the previous leaf.
Furthermore, the edge of the leaves turn yellow and lose its elasticity so easily
torn. Leaves the bone was losing strength so fragile and easily broken. Dark
green colored grooves appear on leaves and leaf veins desist. Advanced stage,
new leaves grow tapered and bumpy. Chlorosis appears on the edges of the
leaves. The leaves look clustered shoots section. Control is done by planting
healthy seeds and garden sanitation by cleaning the host plants such as abaca
(Musa textiles), Heliconia spp danCanna spp, demolition clumps sick, then cut
into small pieces so that no live buds. Another way is to use a systemic
insecticide to control the vector, especially in the nursery

Banana bunchy top is a viral disease caused by a single-stranded DNA virus


called the Banana Bunchy Top Virus (BBTV). It was first identified in Fiji in 1889,
and has spread around the world since then. [1] Like many viruses, BBTV was
named after the symptoms seen, where the infected plants are stunted and have
"bunchy" leaves at the top.[2] The disease is transmitted from plant-to-plant in
tropical regions of the world by banana aphids, which can also feed on Heliconia
and flowering ginger (from the Zingiberaceae family), which is an important
factor in control of the disease. There are no resistant varieties, so controlling the
spread by vectors and plant materials are the only management methods. [1]
Symptoms include spotting any deformed plant appearance

You might also like