You are on page 1of 23

1.

ANALISIS MASALAH
1. Sandi, bayi laki-laki usia 6 bulan, dibawa ibu ke fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP) karena tidak mau makan/anoreksia. Sandi tidak muntah, tidak diare.
a. Apa saja yang dapat menyebabkan anoreksia pada bayi? Fidella Prima Alif
Jawaban alif lebih ke kenapa tidak mau makan.

b. Bagaimana penanganan awal pada bayi anoreksia? Shiva Esya Ulfa


a) Berikan makanan tambahan
Kalau bayi sudah berumur 6 bulan dan mulai mengkonsumsi makanan
lembut seperti bubur Promina, maka bisa dicoba dengan bubur nasi buatan
sendiri. Caranya, masaklah bubur sebanyak segenggam beras sampai benar-
benar lembut. Lalu masukkanlah sepotong daging ayam, sayur mayur
(seperti kol, buncis, seledri, tomat). Rebus menjadi satu bersama beras
sampai benar-benar empuk lalu diulek atau diblender sampai benar-benar
lembut. Lalu siap disajikan untuk si kecil. Karena makanan untuk bayi,
jangan campurkan bahan-bahan lain seperti perasa makanan, vetsin, gula dan
pewarna. Cukup bahan-bahan yang alami saja.
b) Buat vairasi makanan
Buat variasi makanan untuk si kecil. Misalnya hari ini bubur nasi campur
kentang, besok bubur nasi campur tomat, besok lagi bubur campur sayur
mayur. Supaya lebih harum dan menarik, bisa ditambahkan bawang goreng
sedikit ya sobat.
c) Berikan demo contoh saat makan
Ibu bisa juga mencontohkan makan bubur tersebut. Misalnya mencicipi dan
menunjukkan mimik wajah bahwa makanan tersebut lezat atau gumam
Mmmm yang menandakan makanan enak agar si kecil tertarik untuk
meniru ikut makan.
d) Berikan makan dalam porsi sedikit
Beri porsi secara sedikit demi sedikit. Cara ini agar anak mudah mengunyah
dan menelan. Bila langsung dihadapkan porsi besar, bisa-bisa si kecil malas
makan. Terlebih bagi bayi yang sedang sakit, demam, pilek, batuk. Karena
bila si kecil sakit biasanya muut terasa pahit dan enggan makan. Maka suapi
dalam porsi sedikit demi sedikit.
c. Apa saja komplikasi anoreksia pada bayi? Eadiva Yudis Jessica
Komplikasi yang dapat muncul akibat anoreksia di antaranya adalah anemia,
ketidakseimbangan cairan elektrolit, konstipasi, penurunan tekanan darah dan
tingkat pernapasan, detak jantung tidak teratur, dan bahkan gagal jantung.
Pengidap anoreksia juga terancam menderita kerusakan pada hati, ginjal, dan
otak.

d. Apakah anoreksia mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak? Hasan


Marini Andika
Malnutrisi atau gizi buruk berpengaruh terhadap kegagalan anak untuk tumbuh,
baik melibatkan berat ataupun tinggi badan. Anorexia nervosa yang terjadi
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kekurangan gizi, dan kekurangan
intake kalori pada anak dapat menyebabkan kurangnya atau tertundanya
pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Riwayat Kelahiran
Lahir aterm, spontan, cukup bulan, ditolong bidan, skor APGAR tidak diketahui,
dengan BB lahir 2500 gram, PB lahir 46 cm, LK lahir tidak diukur.
1. Bagaimana interpretasi dari riwayat kelahiran pada kasus? Fidella Prima Alif
BB lahir 2500 gram = normal (2500 4000 g)
PB lahir 46 cm = pendek (48-50 cm)

2. Apa hubungan riwayat kelahiran dengan penyakit pada kasus? Shiva Esya Ulfa
Tidak ada hubungan yang jelas dengan keluhan yang dialami Sandi karena skor
APGAR yang tidak diketahui.

3. Bagaimana interpretasi z-score pada kasus? Eadiva Yudis Jessica


3. Riwayat Perkembangan
Sandi juga belum bisa tengkurap, hanya berbaring saja.
1. Bagaimana interpretasi dari riwayat perkembangan pada kasus? Hasan
Marini Andika
Abnormal, karena tengkurap seharusnya sudah bisa dilakukan pada anak usia 6-
9 bulan. Tidak adanya energi untuk belajar tengkurap dan menyebabkan
defisiensi nutrisi yang diperlukan untuk perkembangannya, dan gizi buruk yang
dialaminya yang menyebabkan perkembangan otak Sandi tidak optimal
sehingga perkembangan motoric kasarnya terhambat (terdapat keterlambatan
perkembangan motorik kasar).

2. Bagaimana perkembangan anak usia 6 bulan:


- Motorik kasar Fidella Prima Alif

- Motorik halus Shiva Esya Ulfa


1. Usia 1 bulan: hampir sepanjang waktu bayi 1 bulan anda mengepalkan
tangannya. Bayi berusaha memperpanjang lengan tetapi tidak pernah
menyentuh objek yang diinginkan
2. Usia 2 bulan: dapat menggenggam mainannya ketika ditempatkan oleh
kita di telapak tangannya.
3. Usia 3 bulan: berusaha untuk meraih ke depan, baik itu pada suatu objek
ataupun mencoba meraih wajah anda. Pada 3 bulan, bayi Anda tersenyum
wajah dan pada benda-benda yang menyerupai wajah. Memegang tangan
terbuka atau dengan tinju longgar. Keterampilan motorik yang paling baik
adalah reaksi refleks disengaja seperti erat menutup tinju, dimana bayi
tidak setiap kali sesuatu menyentuh telapak tangannya. Pada titik ini,
ketika bayi menggenggam mainan atau ibu jari, itu juga hanya refleks
4. Usia 4 bulan: memegang dan mengoyangkan mainan bunyinya, bayi anda
dapat bermain dengan mainannya itu. Bayi anda mulai suka memerhatikan
jari-jari kecilnya. Bayi dapat meraih dan memahami objek antara telapak
dan jari melampirkan. Ini adalah pemahaman ulnaris. Perkembangan
penting yang terjadi sekitar waktu ini adalah bahwa ketika bayi meraih
benda dengan kemampuan fokus pada objek, bukan tangan mereka
5. Usia 5 bulan: menggunakan kedua tangannya, baik untuk meraih ataupun
menggemgam mainannya itu. Bayi mulai memindahkan benda dari satu
tangan ke tangan lain.
6. Usia 6 bulan: Bayi mulai mengeksplorasi benda, termasuk kaki sendiri,
dengan kedua tangan dan mulut. Beberapa bayi mungkin menggerakkanl
benda. Mampu membentur-benturkan mainannya ke meja atau suatu
permukaan.

- Bahasa Eadiva Yudis Jessica


- Sosial dan Kemandirian Hasan Marini Andika
a. Perkembangan Sosial Bayi Usia 67 Bulan
Mengenali bayi lain yang dianggap mirip dengannya dan mengajaknya
berteman dengan cara menepuk atau mengajaknya bicara meski tidak jelas
apa yang diucapkan.
b. Perkembangan Kemandirian Bayi Usia 6-7 bulan
- Meraih sendiri biskuit yang ada di dekatnya, lalu memegangnya dan
memasukkannya ke mulut
- Dapat menggeser tubuh atau mukanya bila tertutupi kain selimutnya
atau bantal kecil
c. Perkembangan Emosi Bayi Usia 6-7 Bulan
Menunjukkan emosi dengan cara tertawa, menangis, menjerit, cemberut,
tersenyum secara tepat sesuai suasana yang dihadapinya saat itu.

3. Apa kemungkinan penyebab dari terhambatnya perkembangan Sandi?


Fidella Prima Alif
Asupan gizi yang kurang.

4. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Sejak usia 2 bulan Sandi sering menderita diare hampir setiap bulan 1-2x lamanya 3-
4 hari.
1. Apa penyebab dan mekanisme diare yang sering pada
kasus? Shiva Esya Ulfa
Sebagian besar karbohidrat yang dimakan sehari-hari terdiri dari disakarida dan
polisakarida. Karbohidrat dapat dibagi dalam monosakarida (glukosa, galaktosa,
dan fruktosa), disakarida (laktosa atau gula susu, sukrosa atau gula pasir dan
maltosa) serta polisakarida (glikogen, amilum, tepung). Setelah masuk ke dalam
usus, disakarida akan diabsorbsi dan masuk ke dalam mikrovili usus halus dan
dipecah menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase (laktase, sukrase, dan
maltase) yang ada di permukaan mikrovili tersebut.
Defisiensi enzim disakaridase selektif menyebabkan gangguan hidrolisis
karbohidrat pada membran enterosit meskipun tidak ada cedera mukosa.
Pada intoleransi laktosa terjadi defisiensi enzim laktase dalam brush border usus
halus, sehingga proses pemecahan laktosa menjadi glukosa terganggu dan
akibatnya terjadi gangguan penyerapan makanan atau zat sehingga akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat dan akan
mengakibatkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.

2. Apa saja dampak dari diare yang berkepanjangan? Eadiva


Yudis Jessica

3. Apa saja klasifikasi diare pada anak? Hasan Marini Andika


Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Lama waktu diare
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005)
diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek
dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14
hari. Diare akut biasanya sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14
hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak
terjadi (Wong, 2009).
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
b. Mekanisme patofisiologik
Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik
Sekresi cairan dan elektrolit meninggi
Malabsorbsi asam empedu
Defek sisitem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit
Motilitas dan waktu transport usus abnormal
Gangguan permeabilitas usus
Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik
Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi
c. Penyakit infektif atau non-infektif
d. Penyakit organik atau fungsional
4. Bagaimana kriteria seorang anak menderita diare? Fidella
Prima Alif
Buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari
1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali.

5. Apakah ada dampak dari diare terhadap pertumbuhan dan


perkembangan? Shiva Esya Ulfa
Riwayat diare yang sering terjadi pada Sandi dapat menyumbang sebagai faktor
predisposisi malnutrisi yang dialami oleh Sandi sekarang, mengingat Sandi
sudah mengalami malnutrisi semenjak dia lahir dan keadaan ini diperparah
dengan kondisi di mana ia sering mengalami diare setiap bulannya. Kondisi
diare yang parah akan menyebabkan seorang anak bisa memasuki kondisi
letargis sehingga ia akan kehilangan nafsu makan (anoreksia) yang juga dapat
memperburuk kondisi malnutrisi yang dia alami.

6. Bagaimana tatalaksana awal diare pada kasus? Eadiva


Yudis Jessica
YUDIS!!!

5. Riwayat Nutrisi
Walaupun sudah usia 6 bulan, Sandi belum diberi makanan tambahan (MP ASI).
Sebelumnya: usia 0-2 bulan: ASI saja dengan frekuensi pemberian sering setiap kali
menangis @ 5 menit, usia 2 bulan sampai sekarang: susu formula standar (67
kkal/100 mL, sekarang 12x sehari @ 2 sendok takar peres. Dalam membuat susu, si
ibu biasa mencampur 2 sendok takar dengan air panas sampai 40 cc dan air dingin
10 cc.
a. Apakah ada hubungan pemberian susu formula terhadap diare pada kasus?
Hasan Marini Andika
Pada kasus pemberian ASI sudah dihentikan sejak usia 2 bulan. Hal ini dapat
menyebabkan produk-produk imunitas dan nutrisi esensial (yang bisa
didapatkan dari ASI) tidak tercukupi, mengakibatkan sistem imunitas Sandi
menurun, sehingga mudah terjadi infeksi seperti diare berulang. Sandi mungkin
juga mengalami intoleransi terhadap susu formula yang diberikan (lactose
intolerance), yang juga menjadi salah satu faktor risiko penyebab diare yang
berulang pada anak.

b. Bagaimana pemberian nutrisi yang tepat pada kasus dan apakah yang dilakukan
oleh ibu Sandi sudah benar? Fidella Prima Alif
Untuk bayi usia 0-6 bulan seharusnya hanya diberikan ASI eksklusif saja. Pada
usia 6 bulan, baru diperkenalkan dengan MP-ASI. Adapun hanya 1 jenis
makanan dan semi cair.

c. Bagaimana kebutuhan nutrisi Sandi pada usia 6 bulan? Shiva Esya Ulfa
Status Nutrisi Sandi :
Berat Aktual : 3,8 kg
Berat Ideal : 4,9 kg
3,8
x100% 77,55%
Status Nutrisi : 4,9 (Malnutrisi Sedang)
Kebutuhan Nutrisi
Panjang Aktual : 57 cm
Panjang ideal : 56 cm
Kkal : RDA (kkal/kg) sesuai usia tinggi aktual x berat ideal (kg)
: 110 kkal/kg x 5,1 kg
: 561 kkal
MP ASI : 200 kkal
Susu Formula : 561 kkal -200 kkal
: 361 kkal
Susu Formula tanpa MP ASI : 561 kkal
: 561 kkal / 12x = 46,75 kkal/minum
: 46,75 kkal/minum = 70mL/minum
Dua sendok takar peres susu formula + 60 mL air

d. Bagaimana pengaruh riwayat nutrisi terhadap perkembangan? Eadiva Yudis


Jessica
Nutrisi adalah salah satu komponen yang paling penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Tidak adekuatnya
asupan nutrisi pada saat masa pertumbuhan dan perkembangan, maka Sandi
dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek seperti perkembangan motorik kasar, motorik halus, perkembangan
oromotor, terhambatnya pertumbuhan tinggi badan, dan lain-lain.

e. Bagaimana kandungan susu formula? Hasan Marini Andika


Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah kandungan
komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak
100% sama. Proses pembuatan susu formula, kandungan karbohidrat, protein
dan mineral dari susu sapi telah diubah kemudian ditambah vitamin serta
mineral sehingga mengikuti komposisi yang dibutuhkan sesuai untuk bayi
berdasarkan usianya (Suririnah, 2009). Menurut Khasanah (2011) ada beberapa
kandungan gizi dalam susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g
tiap 100 ml, protein berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidrat
berkisar antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml.
Kandungan Susu Formula

Apabila bayi hanya diberikan susu formula, maka dampaknya adalah


pertumbuhan bayi akan melambat dan meningkatkan resiko untuk terjadinya
malnutrisi dan defisiensi dari mikronutrien. Kemampuan oromotornya kurang
terstimulasi sehingga dapat mengakibatkan kesulitan dalam makan.

f. Bagaimana cara menyiapkan susu formula yang benar? Fidella Prima Alif
1. Bersihkan dan desinfeksi permukaan yang akan dipakai untuk menyiapkan
susu.
2. Cucui tangan dengan air dan sabun, dan keringkan dengan kain bersih.
3. Masak air hingga matang
4. Baca instruksi pada kemasan untuk mengetahui berapa banyak air dan susu
yang diperlukan.
5. Tuang air yang sudah dimasak ke botol yang sudah dibersihkan dan
disterilkan. Air tidak boleh lebih dingin dari 70oC, jadi jangan dibiarkan
lebih dari 30 menit setelah direbus.
6. Masukkan jumlah susu yang tepat ke air di botol
7. Aduk dengan gentle atau dengan memutar botol
8. Langsung dinginkan ke temperature ruangan dengan menaruh botol dibawah
air keran yang mengalir.
9. Keringkan bagian luar botol dengan kain bersih.
10. Cek suhu susu dengan meneteskan ke pergelangan tangan. Bila masih panas,
dinginkan sedikit lagi.
11. Beri susu pada bayi
12. Buang susu yang tidak dikonsumsi lebih dari 2 jam.

g. Kapan kita memberikan MP ASI yang tepat? Shiva Esya Ulfa


Setelah bayi berumur 6 bulan.

h. Apa saja jenis-jenis dan komposisi MP ASI? Eadiva Yudis Jessica


Usia Energi yang Tekstur Frekuensi Jumlah rata-
(bulan) dibutuhkan rata makanan
sebagai yang biasanya
tambahan dimakan per
ASI kali
6-8 200 kkal per Mulai dengan bubur 2-3 kali Mulai dengan
hari kental, makanan perhari. 2-3 sendok
yang dihaluskan. Tergantung makan per
Lanjutkan dengan nafsu makan makan,
makanan keluarga anak, dapat tingkatkan
yang dihaluskan diberikan 1-2 bertahap,
kali snack maksimal
waktu makan
setengah jam
9-11 300 kkal per Makanan yang 3-4 kali per Makanan
hari dicincang halus atau hari. ditingkatkan
dihaluskan, dan Tergantung bertahap
makanan yang dapat nafsu makan sesuai dengan
diambil sendiri oleh anak, dapat kemampuan
bayi diberikan 1-2 bayi. Waktu
kali snack makan
maksimal
setengah jam
12-23 550 kkal per Makanan keluarga, 3-4 kali per Makanan
hari dicincang atau hari. ditingkatkan
dihaluskan bila perlu Tergantung bertahap
nafsu makan sesuai dengan
anak, dapat kemampuan
diberikan 1-2 bayi. Waktu
kali snack makan
maksimal
setengah jam

i. Apa saja aturan dalam pemberian MP ASI? (misal harus menunggu penegakkan
kepala dll) Hasan Marini Andika

6. Riwayat Imunisasi
Sudah dapat imunisasi BCG, DPT 1x, Hepatitis B 1x, dan Polio.
a. Bagaimana pemberian imunisasi pada anak usia 6 bulan? Fidella Prima Alif

b. Apakah pemberian imunisasi pada Sandi sudah tepat dan lengkap? Shiva Esya
Ulfa

BCG Adekuat, pada anak usia 6 bulan seharusnya sebanyak 3 kali


(saat Lahir, 1 bulan, dan 6 bulan)
DPT Tidak adekuat, seharusnya sudah dapat 3 kali (saat usia 2 bulan,
4 bulan, dan 6 bulan)
Hepatitis B Tidak adekuat, seharusnya sudah dapat 3 kali (saat usia 2 bulan,
4 bulan, dan 6 bulan)
Polio Tidak adekuat, seharusnya sudah dapat 3 kali (saat usia 2 bulan,
4 bulan, dan 6 bulan)
Influenza Ulangan 1 kali (saat usia 6 bulan 18 tahun)
Untuk imunisasi yang tidak adekuat sesuai data pada skenario tidak ada kaitan
dengan keluhan yang dialami oleh Sandi

7. Riwayat Keluarga
Ayah usia 25 tahun tidak tamat SD dan buruh bangunan. Ibu usia 23 tahun, tidak
tamat SD ibu rumah tangga. Sandi adalah anak tunggal.
a. Apa hubungan sosial ekonomi dengan keluhan yang dialami oleh Sandi? Eadiva
Yudis Jessica
Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini dapat
dilihat pekerjaan ayah buruh bangunan dan ibu tidak bekerja. Sandi yang berada
dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah,
bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi makanan bergizi. Tentunya
keluarganya akan mendapat kesulitan untuk membantu anak mencapai status
gizi yang baik.
Keluarga yang pendidikannya rendah akan sulit untuk menerima arahan dalam
pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya
pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang
menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga
dengan latar belakang pendidikan rendah juga sering kali tidak dapat, tidak mau,
atau tidak meyakini pentingnya penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan ekonominya cukup akan
mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua yang di
terima anaknya, terutama kalau jarak anak yang terlalu dekat. Pada keluarga
dengan jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih
sayang dan perhatian pada anak juga kebutuhan primer seperti makan sandang
dan perumahan yang terpenuhi.
8. Pemeriksaan Fisik
Tampak sangat kurus, kulit kusam dan pucat, dan kesadaran apatis, cengeng, denyut
nadi 140x/menit, isi dan tegangan cukup, pernapasan 30x/menit, suhu 35,0oC. Hasil
pengukuran antropometri: BB 3.8 kg, PB 57 cm, LK 42 cm, wajah seperti orang tua
dengan tulang pipi menonjol, warna rambut seperti warna rambut jagung-jarang,
tipis, dan mudah dicabut. Pada mata terdapat bercak seperti busa sabun,
kongjungtiva pucat, tidak ada edema diseluruh tubuh, ada iga gambang, perut
cekung, lengan dan tungkai atrofi dan terdapat baggy pants.
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada kasus? Disertai gambar!
Hasan Marini Andika
b. Keadaan Normal Interpretasi Gambar
Tampak sangat kurus Tampak Kurang gizi
sehat
Kulit kusam Tampak Kurang gizi dan
segar dehidrasi
Kesadaran apatis Compos Kesadaran
mentis menurun
Cengeng (-) Kehausan/kelapara
n

Denyut nadi 140x/menit 115x/meni Takikardia


t
Isi dan tegangan cukup Normal Normal
Pernapasan 30x/menit 30-40 Normal
x/menit
Suhu 35,00C 36,00C- Hipotermia
37,50C

Hasil Interpretasi Mekanisme Gambar


Pengukuran
BB 3,8 kg dibawah -3 SD: Diare kronik dan asupan
severely gizi yang inadekuat
underweight kekurangan gizi kronik
severely underweight
PB 57 cm dibawah -3 SD: Diare kronik dan asupan
severely stunted gizi yang inadekuat
kekurangan gizi kronik
severely stunted
BB/PB (status gizi) : di bawah -3 SD severely wasted
BMI : 3,8/ (0,57 x 0,57) = 11,69
Status pertumbuhan: kekurangan gizi kronik (menyimpang lebih
dari 2 kurva)
LK 42 cm (N:43-49) Diantara -1 SD dengan 0
SD
Wajah seperti Abnormal Kompensasi tubuh
orang tua dengan akibat kelaparan yang
tulang pipi kronis menyebabkan
menonjol peningkatan
metabolisme salah
satunya lemak. Lemak
subkutan dibawah pipi
bila berkurang lagi akan
menimbulkan kesan
seperti wajah orang tua
Warna rambut Abnormal Diare kronik dan asupan
seperti warna gizi yang inadekuat
rambut jagung- kekurangan gizi kronik
jarang, tipis, kekurangan protein,
mudah dicabut vitamin A, vitamin C,
dan vitamin E
degenerasi rambut,
kutikula rambut jadi
rusak, proses
keratinisasi rambut
terganggu rambut
mudah dicabut, tipis,
dan jarang
Diare kronik dan asupan
gizi yang inadekuat
kekurangan gizi kronik
kekurangan protein
vitamin A, vitamin C,
dan vitamin E warna
rambut tidak hitam,
melainkan seperti
jagung
Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi Gambar
Mata terdapat bercak Tidak terdapat bercak Abnormal
seperti busa sabun seperti busa sabun
Konjunctiva pucat Tidak pucat Abnormal
Tidak ada edema di Tidak ada edema Normal
seluruh tubuh

Iga gambang Iga tidak gambang Abnormal

Perut cekung Perut tidak cekung Abnormal

Lengan dan tungkai Tidak kurus Abnormal


atrofi

Baggy pants Tidak terdapat baggy Abnormal


pants

z
c. Bagaimana mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan fisik pada kasus?
Fidella Prima Alif
d. Bagaimana interpretasi z-score saat Sandi usia 6 bulan? Shiva Esya Ulfa

e. Apa saja penyakit yang mungkin dengan tanda dan gejala seperti yang dialami
Sandi? Eadiva Yudis Jessica
a) Gizi buruk (Marasmus)
b) Defisiensi Vitamin A
c) Anemia

2. HIPOTESIS

Sandi, bayi laki-laki usia 6 bulan, menderita gizi buruk tipe marasmus, diare
kronik, anemia, defisiensi vitamin A, imunisasi dasar yang belum lengkap dengan
faktor predisposisi sosial-ekonomi dan pengetahuan orangtua yang minim.

a Diagnosis Banding Hasan Marini Andika

a) Kwashiorkor
Ditandai gejala tampak sangat kurus dan/atau edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh; perubahan status mental; rambut tipis kemerahan seperti
warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok; wajah membulat
dan sembab; pandangan mata sayu; pembesaran hati; kelainan kulit berupa
bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman
dan terkelupas (crazy pavement dermatosis); cengeng dan rewel.
b) Marasmus
Ditandai dengan gejala tampak sangat kurus; wajah seperti orang tua; cengeng
dan rewel; kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada,
pantat kendur dan keriput (baggy pants); perut cekung; rambut tipis, jarang, dan
kusam; tulang iga tampak jelas atau menonjol (iga gambang).
c) Marasmik-kwashiorkor
Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinik yang ada pada kwashiorkor
dan marasmus.

b Penegakan Diagnosis dan Diagnosis Kerja Fidella Prima Alif

c Epidemiologi Shiva Esya Ulfa

Epidemiologi Gizi Buruk


Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 825 juta orang yang menderita gizi buruk
pada tahun 2000 2002, dengan 815 juta orang yang hidup di negara berkembang.
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 5
juta anak menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya
menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000
menderita gizi buruk tingkat berat yang disebut marasmus, kwashiorkor, dan
marasmus-kwashiorkor, yang memerlukan perawatan kesehatan yang intensif di
Puskesmas dan Rumah Sakit. Masalah gizi kurang dan gizi buruk terjadi hampir di
semua Kabupaten dan Kota. Pada saat ini masih terdapat 110 Kabupaten / Kota dari
440 Kabupaten / Kota di Indonesia yang mempunyai prevalensi di atas 30% (berat
badan menurut umur). Menurut WHO keadaan ini masih tergolong sangat tinggi.
Berdasarkan hasil surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dari bulan Januari sampai
dengan bulan Desember 2005, total kasus gizi buruk sebanyak 76.178 balita.
Untuk Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan riskesdas 2010, angka kejadian gizi
kurang pada balita sebesar 14.4% dan buruk sebanyak 5.5% dengan indikator berat
badan per umur. Sebagai perbandingan berdasarkan laporan yang ada dalam profil
kesehatan Kota Palembang tahun 2007 dijelaskan bahwa angka gizi buruk tahun
2007 adalah 1,4% menurun bila dibanding tahun 2006 yaitu 2,21%, angka KEP total
tahun 2007 adalah 15% meningkat dibanding tahun 2006 yaitu 12,9%, sedangkan
gizi lebih tahun 2007 adalah 2,8% menurun dibanding dengan tahun 2006 yaitu 4%
dan balita yang gizi baik tahun 2007 adalah 82,12% bila dibanding tahun 2006
terdapat penurunan dimana tahun 2006 berjumlah 84%. Pada tahun 2008 dari 144
ribu balita dikota Palembang, 400 diantaranya mengalami kurang gizi atau berada
dibawah garis merah dalam Kartu Menuju Sehat hasil pantauan di 889 posyandu
aktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk Kota Palembang, angka kurang gizi
pada balita juga masih tegolong tinggi. Pada tahun 2010, angka kejadian gizi buruk
berjumlah 24 kasus dengan prevalensi gizi buruk tertinggi terjadi di wilayah
Kecamatan Seberang Ulu 1 sejumlah 8 kasus (33,3%). Angka kejadian gizi kurang
berjumlah 876 kasus, dengan prevalensi gizi kurang tertinggi terjadi di wilayah
Kecamatan Ilir Timur 1 sebanyak 143 kasus.

Epidemiologi ADB
Berdasarkan hasilhasil penelitian terpisah yang dilakukan dibeberapa tempat di
Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70%, anak
belita 30-40%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah 30-
40% (Husaini 1989). Menurut SKRT 1995, prevalensi ratarata nasional pada ibu
hamil 63,5%, anak balita 40,1% (kodyat, 1993). Prevalensi ADB pada anak di
Negara sedang berkembang masih tinggi. Pada anak sekolah dasar umur 7-13 tahun
di Jakarta(1999) di dapatkan 50% dari seluruh anak penderita anemia adalah ADB.

Epidemiologi Defisiensi Vitamin A


Estimasi yang dibuat oleh WHO adalah lebih dari 250 juta anak mengalami
kekurangan penyimpanan vitamin A. Prevalensi defisiensi yang tertinggi ditemukan
pada anak pra sekolah, ibu hamil dan menyusui. Namun tingkat defisiensi vitamin A
subklinik juga terlihat banyak pada anak sekolah dan dewasa di beberapa lokasi.
Data yang selalu tersedia di setiap negara hanyalah prevalensi dari anak prasekolah yang
berarti prevalensi pada kelompok umur lainnya tidak tersedia.
Kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar
1 juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata tingkat berat (xeropthal
mia) diantaranya menjadi buta dan 60 % dari yang buta ini akan meninggal dalam beberapa
bulan. Kekurangan vitamin A menyebabkan anak berada dalam resiko besar mengalami kesakitan,
tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian sebesar 30
% antara anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan rekan-rekannya yang tidak
kekurangan vitamin A.
Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan survai kesehatan
indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia
1,5 % dari jumlah penduduk atau setara dengan 3 juta orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi
dibanding Bangladesh (1%), India (0,7 %), dan Thailand (0,3 %). Kekurangan vitamin
A (defisiensi vitamin A) yang mengakibatkan kebutaan pada anak-anak telah dinyatakan sebagai
salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kebutaan karena kekurangan vitamin A terutama
dikalangan anak pra sekolah masih banyak terdapat didaerah-daerah. Berdasarkan riset
kesehatan dasar tahun 2010 pada pasca persalinan, atau masa nifas, ibu yang mendapat kapsul
vitamin A hanya 52,2 persen (rentang: 33,2% di Sumatera Utara dan 65,8% di Jawa Tengah).
Berdasarkan tingkat pendidikan, cakupan Ibu nifas yang tidak sekolah mendapat kapsul vitamin A
hanya 31 persen dibanding yang tamat PT (62,5%). Demikian pula kesenjangan yang cukup lebar
antara ibu nifas di perkotaan dan pedesaan, serta menurut tingkat pengeluaran. Persentase distribusi
kapsul vitamin A untuk anak umur 6-59 bulan sebesar 69,8%. Persentase tersebut bervariasi antar
provinsi dengan persentase terendah di Papua Barat (49,3%) dan tertinggi di DiYogyakarta
(91,1%).

d Etiologi dan Faktor Resiko Eadiva Yudis Jessica

Marasmus merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selan faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak
sendiri yang dibawa sejak lahir yang diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus. Secara garis besar, berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya marasmus (Mclaren DS., et al., 1967):
a) Faktor diet
Rendahnya kualitas dan kuantitas diet yang dikonsumsi.
b) Faktor sosial
Pantangan mengkonsumsi bahan makanan tertentu yang sebenarnya memiliki
kandungan energi tinggi oleh karena tradisi
Kebiasaan/pola makan yang tidak tepat
Hubungan orang tua dengan anak terganggu dapat menurunkan nafsu makan
anak
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua mengenai pemberian makanan
sesuai kebutuhan anak
Kemiskinan atau penghasilan yang rendah sehingga menyebabkan
ketidakmampuan memenuhi ketersediaan makanan yang bernilai gizi baik
dalam rumah tangga
Lingkungan padat penduduk menyebabkan buruknya higienitas sehingga
meningkatkan resiko terjadinya infeksi
c) Faktor penyakit penyerta
Terdapat interaksi sinergis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat
memperburuk keadaan gizi melalui gangguan asupan dan tingginya kehilangan
zat-zat gizi esensial tubuh. Infeksi tersebut antara lain infantil gastroenteritis,
bronkopneumonia, pielonefiritis, dan sifilis kongenital. Kelainan struktur
bawaan juga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus misalnya penyakit
jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,
mocrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, dan kistik fibrosis.
d) Faktor lain
Faktor pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir yang diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup
Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, hiperkalsemia idiopatik,
galaktosemia, intoleransi laktosa.
Tumor hipotalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan
Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan
yang kurang
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai
infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.

e Patofisiologi dan/atau Patogenesis Eadiva Yudis Jessica Marini

Patofisiologi gizi buruk


Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa
terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan,
pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan
kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen
ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun
senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada
sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang
dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein.
Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel
tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi
rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau
kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek
patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti
gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan
protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan
lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL
dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada
akhirnya penumpukan lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema adalah
edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema disebabkan
oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal
ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada
kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi
menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi
protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial
lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan
mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat.
Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi,
tekanan hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang kalori
protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang
tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan
metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari
interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan
ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut:
Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer.
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital.
Kelainan struktur bawaan, misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus.
Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan.
Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus.
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus,
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat
dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama
gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

Patofisiologi Diare Kronik


Patogenesis terjadinya proses diare kronik sangat kompleks dan multipel.
Patogenesis utama pada diare kronik adalah kerusakan mukosa usus, yang
menyebabkan gangguan digesti dan transportasi nutrien melalui mukosa. Faktor
penting lainnya adalah faktor intraluminal yang menyebabkan gangguan proses
digesti saja misalnya akibat gangguan pankreas, hati, dan membran brush border
enterosit. Biasanya kedua faktor tersebut terjadi bersamaan sebagai penyebab diare
kronik. Pada tahap awal kerusakan mukosa usus disebabkan oleh etiologi diare akut
yang tidak mendapat penanganan dengan baik. Akhirnya berbagai faktor melalui
interaksi timbal balik mengakibatkan lingkaran setan. Keadaan ini tidak hanya
menyebabkan perbaikan kerusakan mukosa tidak efektif tetapi juga menimbulkan
kerusakan mukosa yang lebih berat dengan segala komplikasinya.
Enteropatogen misalnya infeksi bakteri/infestasi parasit yang sudah resisten
terhadap antibiotik/anti parasit, disertai overgrowth bakteri non-patogen seperti
Pseudomonas, Klebsiella, Streptococcus, Staphylococcus, dan sebagainya akan
memprovokasi timbulnya lesi di mukosa usus. Kerusakan epitel usus menyebabkan
kekurangan enzim laktase dan protease yang mengakibatkan maldigesti dan
malabsorpsi karbohidrat dan protein. Pada tahap lanjut, setelah terjadi malnutrisi,
terjadi atrofi mukosa lambung, usus halus disertai penumpulan vili, dan kerusakan
hepar dan pankreas yang mengakibatkan terjadinya maldigesti dan malabsorpsi
seluruh nutrien. Makanan yang tidak dicerna dengan baik akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik dalam lumen usus sehingga terjadilah diare osmotik.
Overgrowth bakteri yang terjadi mengakibatkan dekonjugasi dan dehidroksilasi
asam empedu. Dekonjugasi dan dehidroksilasi asam empedu merupakan zat toksik
terhadap epitel usus dan menyebabkan gangguan pembentukan ATP-ase yang sangat
penting sebagai sumber energi dalam absorpsi makanan.
Usus merupakan organ utama untuk pertahanan tubuh. Defisiensi sekretori IgA
(SigA) dan cell mediated immunity akan menyebabkan individu tidak mampu
mengatasi infeksi bakteri/virus/jamur atau infestasi parasit dalam usus, akibatnya
kuman akan berkembang biak dengan leluasa, terjadi overgrowth dengan akibat
lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan yang lebih berat.
f Pemeriksaan Penunjang Hasan Marini Andika Esya

Pemeriksaan laboratorium darah tepi yaitu Hb memperlihatkan anemia ringan


sampai sedang. Pada pemeriksaan faal hepar, kadar albumin serum sedikit
menurun.Kadar elektrolit seperti Kalium dan Magnesium rendah, bahkan K
mungkin sangat rendah, sedangkan kadar Natrium, Zinc, dan Cuprum bisa normal
atau menurun. Kadar glukosa darah umumnya rendah, asam lemak bebas normal
atau meninggi, nilai -lipoprotein dapat rendah ataupun tinggi, dan kolesterol serum
rendah. Kadar asam amino esensial plasma menurun. Kadar hormon insulin
umumnya menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapar normal, rendah, maupun
tinggi. Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai
kasus dengan perlemakan yang berat. Pada pemeriksaan radiologi tulang tampak
pertumbuhan tulang yang terlambat dan terdapat osteoporosis ringan.

g Penatalaksanaan Shiva Esya Ulfa

h Komplikasi Eadiva Yudis Jessica

a) Hipotermi
b) Hipoglikemia
c) Kekurangan elektrolit
d) Dehidrasi
e) Anemia
f) Gangguan hormone (kortisol, insulin, GH, dan tiroid)
g) Anoreksia
h) Pneumonia berat
i) Anemia berat
j) Dehidrasi berat
k) Demam sangat tinggi
l) Penurunan kesadaran

i Pencegahan Hasan Marini Andika

Pencegahan Diare
Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif adalah pemberian ASI, memperbaiki
makanan sapihan, menggunakan air bersih yang cukup banyak, mencuci tangan,
menggunakan jamban keluarga, cara membuang tinja yang baik dan benar serta
pemberian imunisasi campak (Suraatmaja, 2007).

j Prognosis Fidella Prima Alif Esya

Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering
disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak dapat dibedakan antara kematian
karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat
pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya
pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari,
mungkin disebabkan perubahan yang irrever-sibel dari set-sel tubuh akibat under
nutrition maupun overnutrition.

You might also like