You are on page 1of 16

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki sifat yang berbeda antara satu dengan yang lain,

meskipun sebenarnya sifat-sifat tersebut merupakan campuran dari sifat induknya

baik pada hewan, manusia maupun tumbuhan. Beragam variasi sifat tersebut

timbul karena perpindahan sifat dari induk terhadap keturunannya yang parental.

Peristiwa tersebut dikenal dengan pewarian sifat. Teori mengenai pewarisan sifat

ini dikemukakan oleh Gregor Mendel yang memberikan dasar pengetahuan bagi

genetika modern. Mendel menggunakan tanaman kapri atau ercis dalam

percobaannya. Percobaan tersebut menghasilkan hukum-hukum genetika, yaitu

hukum Mendel I dan hukum Mendel II.

Hukum Mendel I dilakukan dengan persilangan monohibrid Perisilangan

monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat

beda. Keturunan yang didapat pada F2 yang akan menunjukkan perbandingan

fenotip dominan dan resesif 3 : 1 atau perbandigan genotip 1 : 2 : 1. Persilangan

ini bersifat respirokal, artinya penggunaan individu jantan dan betina dengan satu

tanda beda tertentu dapat secara bebas tanpa ada pengaruhnya dalam rasio fenotip

generasi kedua (F2).

Praktikum mengenai persilangan monohybrid ini, menggunakan biji kedelai

sebagai objek pengamatan untuk membuktikan hukum Mendel I. Pembuktian

dilakukan dengan melakukan pengamatan warna hipokotil tanaman kedelai

populasi P1, P2, F1 dan F2. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian dihitung dan

dikalkulasikan menggunakan rumus X2.

B. Tujuan

45
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan hukum Mendel I pada

persilangan monohibrid.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Cahyono (2010), menyatakan bahwa hukum Mendel adalah hukum yang

mengatur pewarisan sifat secara genetic dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Hukum ini didapat dari hasil penelitian Gregor Johann Mendel, seorang biarawan

Austria. Hukum mendel adalah salah satu hukum terpenting dalam perkembangan

46
ilmu genetika dunia. Teori pewarisan sifat ini ia kemukakan setelah membuat

penelitian tentang persilangan berbagai varieatas dari kacang ercis (Pissum

sativum). Tanaman ini dipilih karena sifat- sifatnya yang mudah diamati, seperti

mahkota bunganya, kemudahan saat melakukan penyilangan dan sebagainya.

Ciri-ciri yang dapat diamati suatu organisme ditentukan oleh suatu faktor

penentu yang disebut gen. Setiap sifat fenotipik pada organisme diploid

dikendalikan setidaknya oleh satu pasang gen, satu anggota gen pasangan tersebut

diwariskan dari tetuanya. Gamet-gamet yang terbentuk karena meiosis, maka

pasangan-pasangan gen akan menjadi terpisah dan didistribusikan kepada setiap

gamet yang dikenal sebagai hukum segregasi Mendel (Hukum Mendel I)

(Kimball, 1992).

Persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan satu karakter

dengan dua sifat beda. Keturunan pertamanya memiliki sifat yang sama dengan

salah satu induk, hal ini dipengaruhi jika dipengaruhi oleh alel dominan dan

resesif (Yatim, 1983). Menurut Crowder (1986), alel adalah pasangan gen pada

kromosom homolog yang memberikan sifat yang berbeda atau sama pada satu

karakter. Gamet adalah sel kelamin. Parental adalah induk yang dikawinkan atau

disilangkan

Persilangan monohibrid dibagi menjadi dua macam, yaitu:


1. Monohibrid dominan penuh
Persilangan ini menghasilkan sifat gen yang dominan. Contoh: kacang

ercis berbatang tinggi disilangkan dengan yang berbatang rendah

menghasilkan tanaman yang berbatang tinggi. Bila pada keturunan

47
pertamanya (F1) dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, maka rasio

genotipnya 1 : 2 : 1 dan rasio fenotipnya 3 : 1.


2. Monohibrid dominan tidak penuh (Intermediet)
Intermediet adalah sifat gen yanag tidak dominan dan juga tidak resesif

(sama kuat). Contoh: bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) warna merah

disilangkan dengan warna putih menghasilkan warna merah muda 100%. Bila

keturunan pertamanya dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, maka

rasio genotip dan rasio fenotipnya adalah 1 : 2 : 1 (Crowder, 1986).


Percobaan Mendel pada pesilangan monohibrid menghasilkan kesimpulan

bahwa:
1. Galur murni akan menghasilkan sifat-sifat dominan maupun resesif dari suatu

karakter tertentu. Dan jika disilangkan F1 akan menghasilkan kedua macam

alel, tetapi menampakkan sifat dominan.


2. Individu heterozigot menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai

alel dominan dan setengahnya lagi mempunyai alel resesif.


3. Dengan rekombinasi antara gamet-gamet secara rambang, F2 menghasilkan

sifat-sifat dominan da resesif dengan perbandingan fenotipe 3 dominan

berbanding 1 resesif dan perbandingan genotipe 1 dominan lengkap

berbanding 2 hibrida dan 1 resesif lengkap (Yunus, dkk., 2006).


Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau

tidak terjadi. Segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang

dalam ilmu genetika. Rasio persilangan heterozigot adalah 3 : 1 jika sifat tersebut

diturunkan secara dominan penuh. Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak

sesuai dengan teori, kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square

dengan rumus menurut Didjosapoetro (1974):

x 2=
(OE)2
E

48
Dengan: X2 = Chi-square
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan

III. METODE PRAKTIKUM


A. Bahan dan Alat

Praktikum mengenai persilangan monohibrid ini dalam pelaksanaannya

menggunakan bahan dan alat. Adapun bahan yang digunakan adalah biji kedelai,

media tanam (tanah), air dan lembar pengamatan. Sedangkan alat yang digunakan

adalah seedbox dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja
1. Seedbox, media dan biji kedelai populasi P1, P2, F1 dan F2 disiapkan.
2. Seedbox diisi dengan media tanah kemuadian diratakan. Media tanah diberi

air secukupnya hingga lembab.


3. Satu seedbox dibagi menjadi 8 baris, baris pertama diberi tanda P1, baris kedua

P2 , baris ketiga dan keempat F1 dan baris ke lima sampai baris kedelapan F2
4. Setiap populasi ditanam sebanyak 10 biji per baris.

49
5. Biji-biji yang sudah ditanam tersebut kemudian ditutup tipis dengan tanah.
6. Perawatan biji dilakukan dengan cara penjemuran dan penyiraman setiap hari.
7. Biji kedelai dibiarkan hingga tumbuh dan berkecambah.
8. Warna yang muncul pada batang diamati (hijau atau ungu).
9. Warna batang biji ditabulasikan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Bagan Persilangan

Parental Kedelai Grobogan (Berbunga ungu) >< Kedelai Muria (Berbunga

putih)

UU uu

G U u

F1 Uu ( 100% Kedelai Berbunga Ungu )

F2

Tabel 7. Hasil keturunan kedua persilangan monohibrid kedelai


UU Uu

UU UU Uu

Uu Uu uu
Genotip = UU : 2 Uu : uu
Fenotip = 3 Kedelai berbunga ungu : 1 Kedelai berbunga putih

50
Tabel 8. Pengamatan kedelai
PENGAMATAN WARNA HIPOKOTIL
KE P1 P2 F1 F1 F2 F2 F2 F2
1 - - Ungu - - Hijau Ungu
2 - - - Ungu - Ungu -
3 - - - Ungu Ungu Ungu -
4 Ungu - - - - Ungu -
5 - - - - Ungu Ungu Ungu
6 - - - Ungu Ungu Ungu -
7 - - - - - - Ungu
8 - - Ungu - - ungu Ungu Ungu
9 - - Ungu - - Ungu Ungu -
10 Hijau - Ungu Ungu - Ungu Ungu
TOTAL TUMBUH 2 - 8 19

Tabel 9. Uji Chi Square persilangan monohibrid kedelai


Karakteristik yang diamati
Ungu Hijau Jumlah total
Observasi 18 1 19
(O)
Harapan (E) 3 1 40
4 x 40 = 30 4 x 40 = 10
(I0-EI-1/2)2 1 204,5
(|18-30|- 2 )2 = 1
(|1-10|- 2 )2 = 72,25
132,25
(I0-EI-1/2)2 132,25 72,25 -
E 30 10
X2 4,41 7,23 11,64
2 2
X tabel yaitu 3,84; X hitung yaitu 11,64
Kesimpulan : X2 tabel < X2 hitung Maka, hasil tidak signifikan atau tidak sesuai
dengan perbandingan.

51
B. Pembahasan

Hukum Mendel I dibuktikan dengan melakukan persilangan monohibrid.

Persilangan monohibrid merupakan suatu persilangan dengan menggunakan

varietas-varietas induk dengan hanya memiliki satu beda sifat. Sepasang alel yang

berbeda, salah satunya akan bersifat dominan dan yang lain bersifat resesif.

Percobaan persilangan tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui pola

pewarisan sifat dari tetua terhadap keturunannya (Campbell, 2004). Menurut

Wijayanto (2013), berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan, terdapat dua macam

persilangan yaitu persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid.

Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu dengan

sebuah sifat yang berbeda dari sebuah karakter pada tanaman sejenis. Percobaan

monohibrid untuk tujuh sifat yang diamati pada tanaman kacang kapri yang diamati,

Mendel memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil keturunan pertama persilangan monohibrid kacang kapri


Sifat Persilangan Tanaman F1
Bentuk biji Bundar >< Keriput 100% Bundar
Warna albumen Kuning >< Hijau 100% Kuning
Warna bunga Merah-Ungu >< Putih 100% Merah-Ungu
Bentuk polong Gembung >< Keriput 100% Gembung
Warna polong Hijau >< Kuning 100% Hijau
Kedudukan bunga Aksial >< Terminal 100% Aksial
Tinggi tanaman Tinggi >< Pendek 100% Tinggi

52
Seluruh tanaman F1, hanya ciri sifat dari salah satu tetuanya yang muncul, sedangkan ciri
sifat dari tetua yang lain tidak muncul.

Tabel 11. Hasil keturunan kedua persilangan monohibrid kacang kapri


Sifat Dominan Resesif
Bentuk biji 5474 Bundar 1850 Keriput
Warna albumen 6022 Kuning 2001 Hijau
Warna bunga 705 Merah-Ungu 224 Putih
Bentuk polong 882 Gembung 299 Keriput
Warna polong 428 Hijau 152 Kuning
Kedudukan bunga 451 Aksial 207 Terminal
Tinggi tanaman 787 Tinggi 277 Pendek
Generasi F2, ciri-ciri yang dipunyai kedua tetua muncul kembali.

Mendel menyimpulkan dari percobaan tersebut bahwa pada saat

pembentukan gamet terjadi pemisahan bebas pasangan gen-gen yang dimiliki

parental sehingga setiap gamet memperoleh satu gen dari alelnya. Hal ini dikenal

sebagai Hukum Segregasi atau Hukum Mendel I. Kemudian terjadi perkawinan

antara induk jantan dan betina sehingga dihasilkan F2 dengan perbandingan

fenotip 3 : 1 (Ardisoemarto, 1988).

Contoh hasil persilangan dari penelitian yang dilakuakan oleh Alia, Y dan

Weni, W (2011) adalah persilangan antara kedelai varietas wilis dan varietas

tanggamus yang merupakan persilangan dengan tingkat keberhasilan tertinggi

(34,5 %), sedangkan yang terendah adalah persilangan varietas tanggamus dengan

varietas burangrang (11,6 %). Enam seri persilangan yang dilakukan

menghasilkan 288 biji F1 yang siap ditanam untuk diuji lebih lanjut.

53
Praktikum persilangan mnohibrid ini dilakukan dengan menggunakan

kedelai. Kedelai digunakan karena tanaman ini berumur pendek dan mudah

diamati fenotipnya serta hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu

untuk dapat mengamati fenotip pada tanaman kedelai dengan mengamati warna

bagian epikotilnya. Kedelai yang digunakan pada praktikum acara III ini adalah

varietas grobogan dan muria. Kedelai varietas grobogan (HH) berwarna ungu.

Kedelai ini memiliki produktivitas tinggi (>1,5 ton/ha), namun tidak toleran

terhadap cekaman abiotik seperti tanah masam. Peningkatan toleran kedelai

kultivar grobogan terhadap cekaman abiotik dapat dilakukan dengan pemuliaan

konvensional dengan persilangan atapun rekayasa genetika melalui tranfomasi

genetik (Anggraito dan Habibah, 2010). Kedelai lokal varietas grobogan memiliki

keunggulan yaitu bobot biji yang besar (18 g/ 100 biji), kadar protein lebih tinggi

dibanding dengan kedelai impor maupun varietas Wilis yang sudah lama

dibudidayakan petani (Kumalasari, Reni, 2012).

Kedelai varietas muria berwarna hijau. Varietas ini merupakan hasil radiasi

varietas Orba dengan sinar gamma Co-60 dengan potensi hasil biji yang cukup

tinggi. Varietas muria berumur 88 hari dan potensi hasilnya 1,6 ton. Kelebihan

dari varietas muria antara lain: tanaman pendek, kompak dan tidak mudah rebah,

potensi hasil tinggi, tahan terhadap penyakit karat daun, polong dalam akar tidak

mudah pecah dan fiksasi nitrogen dalam akar lebih efektif (Rasjid, et al., 1989).

Biji kedelai warna ungu dengan varietas grobogan lebih dominan

dibandingkan dengan varietas muria. Perbandingan yang terjadi sesuai dengan

hukum Mendel I yaitu persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa

54
perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan resesif pada genotipnya

adalah 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotipnya adalah 3 : 1 (Syafitra, 2013). Hasil

uji X2 diperoleh hasil observasi pada seedbox kelompok 1 didapatkan warna ungu

sebanyak 12 dan yang berwarna hijau sebanyak 0 dengan harapan (E) warna ungu

yaitu sebesar 30 dan hijau 10 sehingga diperoleh X 2 sebesar 19,225. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa X2 hitung (19,225) > X2 tabel (3,84), yang artinya

pengujian tidak signifikan atau tidak sesuai dengan perbandingan 3: 1.

Hasil uji X2 diperoleh hasil observasi pada seedbox kelompok 2 didapatkan

warna ungu sebanyak 18 dan yang berwarna hijau sebanyak 1, harapan (E) warna

ungu yaitu sebesar 30 dan hijau 10 sehingga diperoleh X 2 sebesar 11,6. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa X2 hitung (11,6) > X2 tabel (3,84), yang artinya

pengujian tidak signifikan atau tidak sesuai dengan perbandingan 3 : 1. Hasil uji

X2 diperoleh hasil observasi pada seedbox kelompok 3 didapatkan warna ungu

sebanyak 18 dan yang berwarna hijau sebanyak 1, harapan (E) warna ungu yaitu

sebesar 30 dan hijau 10 sehingga diperoleh X2 sebesar 11,64. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa X2 hitung (11,64) > X2 tabel (3,84), yang artinya pengujian

tidak signifikan atau tidak sesuai dengan perbandingan 3: 1.

Hasil yang diperoleh dari semua kelompok adalah tidak signifikan, hal

tersebut dapat terjadi karena biji populasi yang ditanam tidak dapat tumbuh sesuai

harapan. Biji yang tidak tumbuh tersebut dapat terjadi karena kurangnya

perawatan seperti penjemuran dan penyiraman ataupun dapat disebabkan karena

adanya kesalahan pada biji populasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Crowder (1997), yang menjelaskan bahwa nilai kemungkinan 5 % dianggap

55
sebagai garis antara menerima dan menolak hipotesis. Apabila nilai X 2 dibawah 5

% maka dinyatakan bahwa penyimpangan nisbah 3 : 1 nyata dan tidak terjadi

secara kebetulan tetapi ada faktor lain yang menyebabkan penyimpangan tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu dengan

sebuah sifat yang berbeda dari sebuah karakter pada tanaman sejenis. Hukum

Mendel I menyatakan bahwa pada saat pembentukan gamet terjadi pemisahan

bebas pasangan gen-gen yang dimiliki parental sehingga setiap gamet

memperoleh satu gen dari alelnya. Hal ini dikenal sebagai Hukum Segregasi atau

Hukum Mendel I. Hasil yang diperoleh dari percobaan persilangan monohibrid

pada semua kelompok adalah X2 hitung > X2 tabel yang artinya hasil yang

diperoleh tidak signifikan atau tidak sesuai dengan perbandingan 3 : 1, sehingga

dapat disimpulkan bahwa percobaan tersebut tidak dapat membuktikan Hukum

Mendel I.

B. Saran

1. Praktikan diharapkan lebih serius dan bertanggung jawab dalam menjalankan

praktikum. Hal tersebut bertujuan agar praktikum dapat berjalan dengan

efektif dan efisien.

56
2. Pengamatan yang dilakukan harus lebih teliti lagi agar hasil pengujian dapat

sesuai dengan perbandingan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alia, Y dan Weni, W. 2011. Persilangan Empat Varietas Kedelai dalam Rangka
Penyediaan Populasi Awal untuk Seleksi. Jurnal Penelitian Univeritas
Jambi Seri Sains. Vol. 8(1): 39-42.

Anggraito, Yustias U & Habibah, Noor A. 2010. Regenerasi Kedelai Varietas


Grobogan dari Eksplan Buku Kotiledon pada Berbagai Konsentrasi BAP
dan 2,4-D. Seminar Nasional X Pend. Biologi FKIP UNS. Surakarta.

Ardisoemarto, S. 1988. Genetika Edisi Ketiga Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Cahyono, Fransisca. 2010. Kombinasi dalam Hukum Pewarisan Mendel. Makalah


II2092. Probabilitas dan Statistik, Sem.1 tahun 2010/2011. Program Studi
Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika.

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Erlangga: Jakarta.

Crowder, L. V. 1986. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta.

. 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Didjosapoetro. 1974. Pengantar Genetika. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan. Jakarta.

Kimball, J. W. 1992. Biologi Jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Kumalasari.,Reni, 2012. Pengaruh Konsentrasi Inokulum Terhadap Kualitas


Tempe Kedelai (Glycine Max (L.) Merr) Var. Grobogan. Karya Tulis Tugas
Akhir. Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga.

Rasjid, Havid, et al. 1989. Tanggapan Kedelai Varietas Muria terhadap


Pemmupukan Urea dan TSP. Pusat Aplikasi Isotop & Radiasi. Batan.

57
Syafitra. 2013. Genetika. IKIP Mataram Press, Mataram.

Wijayanto, Dwi Agus.,et al 2013. Penerapan Model Persamaan Diferensi dalam


Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jurnal
Ilmu Dasar. Vol. 7(2): 79-84.

Yatim, Wildan. 1983. Genetika Edisi ke-3. Tarsito: Bandung.

Yunus, Rosman, dkk. 2006. Teori Darwin dalam Pendangan Sains dan Islam.
Prestasi. Jakarta.

58
LAMPIRAN

59
60

You might also like