You are on page 1of 9

Eko - Pastoral

1. Refleksi Pesan Sidang KWI, 2012 tentang


Ekopastoral
Keterlibatan Gereja dalam melestarikan
keutuhan ciptaan

2. GEREJA YANG PEDULI

Gereja sebagai sakramen keselamatan telah menaruh kepedulian yang


mendalam terha-dap masalah lingkungan hidup. Kepedulian Gereja
tersebut tampak dalam pemikiran dan pandangan para Bapa Gereja.

3. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes No. 69


1
menyatakan Allah menghendaki, supaya bumi beserta segala isinya
digunakan oleh semua orang dan sekalian bangsa, sehingga harta
benda yang tercipta dengan cara yang wajar harus mencapai semua
orang, berpedoman pada keadilan, diiringi dengan cinta kasih. Semua
manusia, tanpa kecuali, berhak menikmati dan mendapatkan sumber
penghidupan dari kekayaan alam semesta ini.

4. Gereja selalu terbuka, menghormati dan mendukung berbagai macam


perkembangan dan kemajuan jaman, termasuk di bidang ekonomi,
sejauh kemajuan tersebut membawa kesejahteraan bagi manusia dan
mahkluk hidup yang lain. Kemajuan zaman harus tetap menjaga dan
melindungi hak hidup masyarakat, khususnya orang-orang yang kecil,
lemah, miskin dan tersingkir. Sehubungan dengan hal itu, Paus Paulus VI
dalam Ensiklik Populorum Progressio No.34 menekankan pentingnya
Gereja mendampingi dan memajukan masyarakat untuk ikut serta
memanfaatkan sumber daya alam. Mereka perlu dilindungi dari
penindasan dan keserakahan orang-orang yang ingin mendapatkan
keuntungan ekonomis sebesar-besarnya dari kekayaan alam yang ada
di sekitar mereka.
Paus Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis No.34
menegaskan bahwa manusia tidak dibenarkan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan mengorbankan hewan, tumbuhan dan
unsur-unsur alam yang lain.
Sumber daya alam yang ada juga terbatas sehingga pemanfaatannya
harus memperhatikan tuntutan-tuntutan moral. Sang Pencipta sudah
mengungkapan secara simbolis agar manusia tidak makan buah
terlarang (bdk. Kej.2:16-17). Maksudnya alam tidak hanya berada di
bawah hukum biologis, tetapi juga hukum-hukum moral. Alam adalah
anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola secara
bertanggung untuk kesejahteraan bersama pula.

5. Paus Benedictus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate ( 2009, nr.48)


menyadarkan kita bahwa alam adalah anugerah Allah u btuk semua
orang ( untuk semua makhluk dan kommunitas hidup e.v.) sehingga
dekelola secara bertanggung jawab bagi seluruh umat manusia.

6. Paus Yohannes Paulus II : di tahun 1990 telah bicara mengenai Krisis


Ekologi sebagai
tanggung jawab bersama.Integritas Alam Ciptaan merupakan suatu isyu
moral: sebuah seruan untuk Pertobatan Ekologis. Umat manusia telah

2
mengecewakan Allah dengan cara mereka memperlakukan Alam
Ciptaan.

7. Gereja memerlukan pertobatan ekologis.


Gereja dipanggil untuk memberi kesaksiaan tentang cinta Allah
( Allahnya Yesus Kristus) bagi alam ciptaan. Ini menuntut perubahan
hati dan gaya hidup kita.
Belum terlambat, kata Sri Paus, kita mengharapkan daya penyembuhan
dunia Allah yang tak terbayangkan.
Kita dapat mengarahkan Bumi menuju suatu masa depan bagi anak-
anak kita.

8. Keprihatinan dan kepedulian Gereja Katolik Indonesia terhadap masalah


lingkungan
hidup sebenarnya sudah ada sejak lama. Surat Gembala KWI pada
bulan Februari 1989 secara khusus telah membahas lingkungan hidup.
Para Waligereja mengajak seluruh umat Katolik untuk mengembangkan
kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup demi
terwujudnya kenyamanan dan kesejahteraan hidup manusia. Komitmen
untuk mewujud-kan keadilan dan melestarikan keutuhan ciptaan
merupakan dua dimensi panggilan kristiani dalam upaya menghadirkan
Kerajaan Allah.

9. Sidang Tahunan KWI tanggal 1-11 November 2004 dengan tema


Keadaban Publik:
Menuju Habitus Baru Bangsa menampilkan Gereja Indonesia yang
peduli dengan
berbagai persoalan bangsa, di antaranya kerusakan lingkungan
hidup. Pemerintah,
pelaku usaha dan masyarakat warga merupakan pihak-pihak yang
harus
bertanggungjawab untuk memulihkan keadaban publik yang telah
rusak tersebut. Salah
satu caranya adalah dengan membangun budaya baru. Budaya baru
dimengerti sebagai
cara pandang dan kebiasaan sosial yang men-jadi tandingan dari cara
pandang dan kebiasaan sosial umum dalam masyarakat, termasuk
sikap hidup yang kurang menghargai lingkungan hidup.

10. Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia tanggal 16-20 November 2005
dengan
tema Bangkit dan Bergeraklah secara tegas mengajak Gereja untuk
lebih terlibat dalam mengatasi berbagai macam ketidakadaban publik,
di antaranya yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan hidup.
Berkaitan dengan masalah lingkungan hidup, para Waligereja Indonesia
kembali menekankan pentingnya upaya memberdayakan kearifan lokal

3
dan menghormati masyarakat adat serta usaha-usaha lainnya seperti
mengatasi polusi air, udara dan tanah.

11. Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia tanggal 1-5 November 2010
dengan tema Ia
Datang supaya Semua Memperoleh hidup dalam Kelimpahan,
mendorong Gereja untuk lebih berkomitmen dalam mewujudkan aksi
solidaritas. Dalam salah satu butir Pernyataan Akhir dan Rekomendasi,
para Waligereja menekankan pentingnya pelayanan pastoral untuk
para petani, nelayan, buruh, kelompok yang terabaikan dan
terpinggirkan serta upaya pemeliharaan lingkungan hidup.

12. Gereja telah menjaga kelestarian lingkungan hidup.

13. Ekopastoral Gereja Katolik Indonesia telah melakukan berbagai upaya


nyata untuk menjaga keles-tarian lingkungan hidup.

Upaya-upaya itu antara lain edukasi yaitu menyadarkan umat akan


pentingnya lingkungan hidup untuk keberlangsungan hidup semua
ciptaan termasuk manusia; advokasi yaitu membantu dan mendampingi
para korban kerusakan lingkungan hidup agar mendapatkan kembali
hak hidupnya secara utuh; negosiasi yaitu menjadi penghubung antara
masyarakat dengan pemerintah dan pelaku usaha, menyangkut
kebijakan dan pemanfaatan sumber daya alam agar tidak memiskinkan
masyarakat.

14. Gerakan Gereja telah berusaha melakukan berbagai gerakan di lingkup


keuskupan, paroki, sekolah, biara, komunitas basis, kelompok
kategorial dan bersama dengan masyarakat umum lainnya. Namun
kerusakan lingkungan hidup terus saja terjadi, bahkan dari waktu ke
waktu semakin meningkat.

15. Gereja meningkatkan kepedulian


Kepedulian Gereja terhadap usaha-usaha untuk melestarikan keutuhan
ciptaan perlu ditingkatkan. Salah satu hal penting dan mendesak untuk
dilakukan adalah membangun dan mengembangkan pertobatan
ekologis demi terwujudnya rekonsiliasi atau pendamaian antara
manusia dengan seluruh ciptaan. Pertobatan ini tidak hanya berhenti
pada lahirnya kesadaran baru, bahwa lingkungan hidup penting untuk
kehidupan manusia, melainkan adanya perubahan positif yang
4
signifikan dalam memandang dan memperlakukan alam semesta.
Kehidupan seluruh ciptaan menjadi pusat dari segala kegiatan manusia.
Dengan kata lain perlu peralihan dari cara pandang egosentris ke cara
pandang biosentris. Eksploitasi sumber daya alam yang didasari
keinginan tak terbatas diubah menjadi pemanfaatan sumber daya alam
yang arif-bijaksana didasarkan pada kebutuhan hidup yang
berkelanjutan. Konsep pembangunan tidak lagi hanya mengacu pada
pertumbuhan ekonomi tetapi juga pada pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Alam kembali ditempatkan dalam perannya
seba-gai mitra kehidupan manusia dan rumah bagi semua mahkluk.

16. Eko pastoral. Pastoral ekologi atau ekopastoral hendaknya dilakukan


secara menyeluruh dan berkesinambungan. Menyeluruh artinya
melibatkan semua orang yang berkehendak baik untuk menjaga dan
memulihkan lingkungan hidup serta mencakup pihak-pihak yang terkait
dengan kerusakan lingkungan hidup itu sendiri.

17. Berkesinambungan berarti pastoral lingkungan hidup menjadi gerakan


Gereja yang teratur, terarah, dan terus menerus yang diperkaya
dengan informasi, pengetahuan, dan cara bertindak yang benar
berkaitan dengan lingkungan hidup.

18. Kepada Saudara-saudari yang berada di posisi pengambilan kebijakan:


Kebijakan pemanfaatan sumber daya alam hendaknya memperhatikan
keseimbangan antara kepentingan manusia dan lingkungan hidup.
Oleh karena itu, kebijakan pembangunan dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang cenderung eksploitatief harus ditinjau ulang
atau jikan perlu dihentikan.

19. Gambar kedaulatan pangan

20. Kebijakan Penataan Ruang melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
hendaknya memperhatikan kepentingan masyarakat kecil. Tujuannya
agar mereka tidak tergusur secara semena-mena, tidak kehilangan
ruang publik yang bisa dipakai untuk bermain anak-anak mereka, tidak
khawatir akan datangnya banjir saat musim hujan. Dengan demikian,
resapan air tetap terjaga, kesegaran dan kenyaman hidup terjamin
karena masih luasnya kawasan hijau.

21. Gambar anak anak

22. Keadilan dalam hal-hal lingkungan.


Kebijakan hendaknya dilandaskan pada prinsip keadilan, artinya

5
kebijakan itu menghormati martabat manusia dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini perlu diperhatikan baik dalam
membuat kebijakan ekonomi nasional maupun setempat. Masyarakat
lokal yang tinggal di kawasan hutan adalah kelompok pertama yang
harus mendapat manfaat dari potensi alam sekitarnya. Kebijakan ini
juga disertai dengan usaha-usaha penyadaran yang intensif agar
masyarakat berlaku hemat dan bijaksana dalam memanfaatkan sumber
daya alam yang ada.

23. Gambar Lapindo

24. Kepada saudara-saudari yang bergerak di dunia usaha


Kemajuan usaha industri tidak dapat mengorbankan lingkungan hidup.
Setiap kegiatan ekonomi yang mendayagunakan sumber-sumber daya
alam mesti juga peduli untuk melindungi lingkungan hidup. Oleh
karena itu, pengembangan dan pembangunanekonomi hendaknya
diikuti juga dengan upaya-upaya pemulihan lingkungan hidup sehingga
tidak membawa dampak negatif terhadap kehidupan.
Sumber daya alam tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk mengejar
keuntungan ekonomis semata, tetapi harus memberikan manfaat sosial
yaitu kesejahteraan bersama (bonum commune). Masyarakat harus
diberi kesempatan untuk ikut menikmati sumber daya alam di sekitar
mereka dan dihindarkan dari berbagai dampak negatif proses industri.
Makna-tujuan yang paling inti dari produksi bukanlah semata-mata
bertambahnya hasil produksi, bukan pula keuntungan atau kekuasaan,
melainkan pelayanan kepada manusia, yakni manusia seutuhnya.
Kelompok masyarakat kecil dan terpinggirkan seperti masyarakat adat,
para petani, dan nelayan yang sering kena dampak negatif kerusakan
lingkungan dan perubahan iklim hendaknya juga diperhatikan secara
khusus.

25. Kepada seluruh umat Kristiani yang terkasih


Krisis ekologis sebagai akibat dari perilaku manusia, harus mendorong
kita untuk menata ulang hubungan kita dengan ciptaan yang lain.
Penataan ulang ini dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran
akan tanggung jawab atas kepentingan bersama semua ma-nusia dan
semua ciptaan.
Penataan itu dapat dimulai dengan menyadari bahwa lingkungan hidup
mempunyai peran yang amat penting bagi semua kehidupan sehingga
harus dilindungi dari berbagai pencemaran dan perusakan. Dengan
demikian, tindakan pastoral lingkungan hidup tidak hanya menyangkut
masalah teknis, tetapi juga menyangkut proses penanaman nilai melalui
pendidikan. Pendidikan nilai untuk membangun kesadaran agar
manusia menghargai alam harus menjadi prioritas utama dalam usaha
mencegah dan memu-lihkan lingkungan hidup dari kerusakan akibat
ulah manusia maupun karena bencana alam.

6
26. Tindakan pastoral lingkungan tidak hanya menyangkut proses teknis,
tetapi juga proses penanaman nilai melalui pendidikan.

27. Umat Kristiani dan Ekopastoral. Dengan setia menjalankan kegiatan-


kegiatan yang mengarah pada pemulihan hak hidup masyarakat dan
gerakan cinta lingkungan. Gerakan ini bertujuan untuk membela
sesama yang menjadi korban kerusakan lingkungan dan lingkungan
yang dikorbankan secara semena-mena untuk kepentingan segelintir
orang. Kegiatanterse-but misalnya, mendampingi dan membantu
masyarakat korban kerusakan lingkungan serta korban pengusahaan
hutan, perkebunan, dan pertambangan, melakukan pengelolaan
sampah yang baik, melakukan penanaman pohon, pengembangan
usaha pertanian organik, membersihkan sungai, dan selokan dari
tumpukan sampah.

28. Pengelolaan sampah yang baik.

29. Masalah lingkungan hidup merupakan masalah bersama.

30. Membersikan sungai dan selokan.

31. Membantu korban bencana alam: gunung Merapi


32. Penanaman pohon

33. Usaha Pertanian Organik

34. Makanan lokal.

35. Kerja sama dengan siapapun Oleh karena itu, umat Kristiani
hendaknya membangun kerjasama dengan siapapun yang mempunyai
kepedulian terhadap kerusakan lingkungan ini. Kerjasama ini dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya menggelar seminar publik,
diskusi, atau gerakan-gerakan nyata lainnya dengan melibatkan
saudara-saudari yang beragama dan berkeyakinan lain, lembaga-
lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Dengan kerjasama ini
diharapkan kekuatan akan semakin besar, jangkauan akan semakin
luas, dan semakin banyak orang yang terlibat dan peduli.

36. Spiritualitas Ekologis. Keterlibatan umat Kristiani dalam memulihkan


dan melestarikan keutuhan ciptaan bukan semata-mata didorong oleh
adanya kerusakan lingkungan hidup, tetapi merupakan perwujudan
iman akan Allah Sang Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Iman yang
hidup dan penuh kasih menjadi dasar spiritualitas segala upaya untuk

7
mendatangkan keselamatan bagi semua ciptaan. Oleh karena itu,
berbagai bentuk kegiatan pastoral lingkungan hidup hendaknya selalu
bersumber pada kasih Allah yang mencipta, memelihara dan menjaga
seluruh alam semesta ini.

37. Panggilan untuk mengikuti Yesus(1)

Ialah sebuah jalan kebijaksanaan: mengikuti Yesus bukan hanya Yesus


yang hidup 2000 tahun yang lalu, yang mewartakan keibaan hati Allah
dan kedatangan Kerajaan Allah, tetapi juga kebijaksanaan Allah yang
tersalib dan bangkit.
Dari perspektif sejarah evolusioner Yesus dapat dipandang sebagai
transendensi diri dari universum yang sedang berkembang ke dalam
Allah.

38. Panggilan untuk mengikuti Yesus (2)


Dari pihak Allah Yesus dapat dipandang sebagai komunikasi diri dari
Allah kepada alam ciptaan. Yesus itu adalah peristiwa penyelamatan
sebab Ia adalah pemberian diri dari Allah kepada ciptaan maupun YA
yang radikal dalam alam ciptaan kepada Allah.
Kebangkitan itu merupakan janji dan awal dari transformasi segala-
galanya dalam Allah.
39. Mistik praktek ekologis (1) Kegiatan ekologis dapat menjadi kegiatan
yang menggembirakan dan membebaskan. Menyelamatkan bermacam-
macam jenis, tanah dan air menpunyai arti makna dihadapan Allah.
Semua perjuangan kita mempunyai makna akhir dan abadi. Masing-
masing ciptaan mempunyai makna di hadapan Allah.

40. Mistik praktek ekologis (2).

Menyelamatkan bermacam-macam jenis dan menyelamatkan habitat


alm itu dianggap penting oleh Allah.

41. Mengalami diri tersentuh secara mendalam oleh keindahan dunia alam
yang luar biasa:

keheranan dan kegembiraan.Mengalami diri sebagai bagian dari 13.7


milyar tahun sejarah universum: semuanya itu diarahkan oleh
pemberian Diri Allah dalam cinta kasih.

8
42. Mistik praktek ekologis (4)

Mengalami diri ditakjubkan oleh kebesaran universum dan segala


kekuatan.

Mengalami diri dipanggil agar solider dengan ciptaan-ciptaan di Bumi,


dipanggil untuk pertobatan ekologis, untuk pertalian persaudaraan
dengan semua ciptaan. Panggilan ini merupakan karunia Allah.

43. Mengalami diri dibingunkan oleh besarnya masalan ekologis, rasa


hampir putus asa, mengharap sungguhpun tak ada harapan , mengakui
sebagai partisipasi dalam jalan salib.

44. Masa depan kita dan dunia ciptaan lain tersembunyi dalam Allah. Apa
yang kita tahu ialah: janji Allah dalam kebangkitan Yesus.

45. Sebuah undangan agar mempercayakan diri dan Bumi yang terluka, ke
dalam tangan Allah.Mengalami diri berkomitmen kepada ciptaan-
ciptaan komunitas Bumi, seumur hidup; suatu komitmen abadi yang
kita akui sebagai rahmat melulu.

46. Penutup
Dalam terang iman akan Yesus Kristus hendaklah kita selalu menyadari
dan merenung-kan kesatuan kita dengan seluruh ciptaan yang lain. Kita
dipanggil untuk menjadi rekan kerja Allah dalam karya penyelamatan-
Nya di dunia ini. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan usaha-usaha baik
yang telah kita mulai untuk menjaga dan melestarikan keutuhan
ciptaan Tuhan dari berbagai ancaman kerusakan demi semakin
tegaknya Kerajaan Allah.

Refleksi dari D. Edwards.

47. Semakin saya mengabdikan diri kepada kepentingan bumi, semakin


saya milik Tuhan. Teilhard de Chardin

48. Semoga segala usaha baik yang telah dimulai ini dari waktu ke waktu
kian berkembang dan senantiasa dalam lindungan Tuhan.

April 2013 P R E S I D I U M
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,9

You might also like